Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
thanks buat cerita yang sangat luar biasa. semoga ceritanya makin seru!
 
Selain Nita dan Regina yang 'belom dikunjungi'
Masih tersisa Edo si putra batak yang bis juga tuh..
Hahahaha...
Wkwkwkw...
 
Yg ditunggu jesie buka hatiy lagi buat riza. Setelah itu tubuhy mikik riza lagi. Bukan sebagai patner sex, tapi sebagai kekasih hati.


Itu mantap bgt hu... Bagi ane
 
Chapter 13 : Pick up where we left off!



“Kalian ingat pak Krisna dan pak Wira, yang pernah aku ceritakan dulu?” Tanya bu Mia pada aku dan Jessie. Pagi-pagi sekali aku dan Jessie sudah dIpanggil beliau ke ruangan beliau. Sesuatu yang jarang terjadi selama ini. Itu tandanya ini memang sesuatu yang sangat penting.


Aku jadi ingat nama-nama itu. Satunya Merupakan salah satu pejabat di Kementerian BUMN, sementara satunya adalah Anggota DPR. Mereka lah orang yang melakukan tindakan tekutuk ke bu Mia beberapa bulan yang lalu. Sementara Jessie juga tentu masih ingat jelas, karena baru kemarin dia mendengar cerita detilnya langsung dari bu Mia.


“ iya bu ingat.. orang.. orang. Itu kan?” Tanyaku


“ iya, mereka.. aku ada janji untuk bertemu mereka lagi nanti malam” Jawab bu Mia lagi. Itu membuat aku dan Jessie terkejut. Seakan tak percaya dengan apa yang kami dengar barusan.


“ kenapa harus menemui mereka lagi bu??” Jessie bertanya.


“Aku sebenarnya juga gak ingin Jess” Jawab beliau


“Pak Krisna pada 3-4 hari yang lalu menelponku untuk mengajak bertemu” lanjut beliau.


Aku Cuma saling memandang dengan Jessie dengan bertanya-tanya, . Tentu kami kuatir memikirkan Apalagi yang akan dilakukan pria-pria biadab itu pada bu Mia nanti.


“ seperti dugaanku, video yang disimpan Mas Doni itu juga dipakai untuk mengancam Pak Krisna dan Pak Wira” Bu Mia melanjutkan penjelasannya dengan tenang. Ya tentu saja, kini senjata makan tuan bagi mereka berdua.


“ Mas Doni menggunakan Video itu untuk mengacam, dan meminta mereka mendukungnya untuk bisa jadi Direktur Utama Perusahaan ini, terutama dalam proses di DPR atau di pemerintahan” lanjut bu Mia lagi.


Aku paham, secara kemampuan teknis, Pak Doni memang tak diragukan lagi. Tapi, selama ini proses pemilihan direktur dan komisari BUMN hanya berdasarkan hitung-hitungan politik Pemerintah. Direktur dan komisaris biasanya diisi oleh orang-orang dekat Pemerintah yang memiliki andil dalam proses pemenangan seorang Presiden. Tahun ini adalah tahun politik, maka pak Doni pasti sudah melakukan lobi-lobi ke berbagai pihak.


Dengan menggunakan Video Seks Pak Krisna dan pak Wira, pak Doni bisa jadi berada diatas angin sekarang. Beliau tak perlu mengeluarkan mahar politik untuk memuluskan langkah-langkahnya. Sementara pak Wira dan mungkin juga pak Krisna, mau tidak mau harus benar-benar memperjuangkan Pak Doni di ranah kewenangan mereka masing-masing, kalau tidak ingin aib mereka tersebar luas.


“ disatu sisi aku nggak ingin melihat mereka, disatu sisi lain, aku melihat ada kesempatan untuk menggunakan mereka untuk membantuku lepas dari Mas Doni” tambah beliau. Ada sedikit nada optimisme dalam perkataan beliau tadi.


“ ibu yakin dengan hal itu?” Tanyaku. Walaupun aku mengakui bahwa mungkin ada peluang, namun aku kurang mempercayai para pejabat itu.


“ aku perlu mencobanya Za, lebih baik melawan mas Doni dengan mereka berdua daripada aku sendiri” tampaknya beliau cukup yakin


“Paling tidak mereka bisa menambahkan back up plan bila rencana utamaku gagal” beliau menambahkan. Sejauh ini beliau belum menjelaskan pada kami apa rencana yang telah dibuatnya. Banyak hal yang perlu dipersiapkan beliau sebelum menjalankan rencanya tersebut, begitu beliau menjelaskan pada kami kemarin.


Aku sebenarnya sudah sangat tidak sabar untuk membantu beliau. Rasanya ingin berbuat sesuatu. Sekecil apapun aku ingin berkontribusi dalam rencananya. Sempat aku berpikir bahwa aku harus merencanakan sesuatu sendiri, Tapi aku sadar kemampuanku berpikir tak seperti Jessie atau Nita.


“Baiklah bu, kalau terjadi apa-apa bu Mia bisa hubungi kami berdua nanti” Kata Jessie. Tampaknya dia juga memiliki keyakinan yang sama akan pemikiran bu Mia.


“ iya bu, kami siap membantu kapanpun dibutuhin” tambahku.





Sorenya beberapa menit setelah jam pulang kantor di kantor, Tinggal Aku, Jessie dan Regina di Ruangan kerja kami. Bu Mia dan Edo sudah pulang terlebih dahulu. Aku masih asyik bermain game online di handphoneku, sedangkan Jessie sedang mengajari Regina mengisi form untuk pelaporan pajak. Sesekali juga mereka mengobrol tentang anak-anak mereka. Tentang tips-tips parenting dan berumah tangga.


Tak lama kemudian Regina menerima pesan di Handphonenya, dan kemudian berpamitan kepada kami untuk pulang lebih dahulu, dan setelah mematikan komputernya. Dia bergegas keluar dari ruangan kami.


Tinggallah kini aku dan Jessie berdua di ruangan ini. Rasanya sudah dua hari ini kami tak pernah berbicara santai seperti dulu. Kami hanya berbicara soal pekerjaan atau soal bu Mia. Selain itu kami tak banyak berbicara. Nyaris seperti dua anak remaja yang baru putus cinta.


“ gimana kabar James dan anak-anak?” Aku mencoba membuka percakapan sekitar 15 menit setelah Regina pergi tadi,, karena rasanya tak nyaman sekali bagiku suasana seperti ini.


“ baik..” jawabnya singkat. Tanpa menoleh padaku. Matanya terpaku menatap layar handphonenya.


“Ooh.. ok” aku tak tahu harus berkata apa lagi padanya. Situasinya jadi lebih tidak enak. Akupun kembali memainkan game online untuk mengusir suasana canggung ini. Hingga kurang lebih 20 menit, sampai akhirnya kudengar suara Jessie.


“ lo harus ikutin bu Mia malam ini!” suara Jessie memecah keheningan diantara kami.


“Maksud lo?” Aku bertanya


“Just in case bu Mia ada masalah, lo harus ada di sekitar sana” jawabnya


“ gue akan stay di apartemen beliau, tapi gue siap kesana kalau dibutuhin” tambahnya lagi. Sambil membereskan barang-barang di mejanya.


“Gue balik dulu..” pamitnya sambil memakai jaketnya.


“ gue anterin aja” kataku padanya, sambil mengambil tas dan jaketku.


“ Ga usah, gue bisa naik ojek atau taxi” jawabnya,


“ udah, gausah.. gue anterin..” tanpa mempedulikan penolakannya, kutarik tangannya berjalan menuju lift. Dia pun tidak menolaknya, kemudian berjalan mengikutiku.


Di perjalanan, kulihat dari kejauhan Pak Doni teburu-buru keluar dari ruangannya, disusul kemudian Regina keluar dari ruangan yang sama tak lama kemudian. Dari tempatku dan Jessie berada Sebenarnya kami tidak dapat melihat hal yang mencurigakan dari gerak-gerik kedua orang tersebut. Namun aku cukup merasa aneh saja, Regina yang tadi sudah sekitar 30 menit Yang lalu berpamitan untuk pulang, ternyata masih si kantor ini.


“ lo liat itu za?” Tanya Jessie padaku. Wajahnya juga terlihat keheranan melihat mereka.


“Iya, gue liat kok” jawabku.


“Kayaknya kita perlu bicarakan nanti.. sekarang kita pergi dulu..” Kata Jessie. Sekarang gantian dia yang menuntun tanganku untuk masuk ke lift.


Akhirnya akupun membonceng Jessie lagi di Vespaku. Rasanya sudah lama aku tidak memboncengnya. Rasanya aneh sekarang, biasanya dia melingkarkan tangannya di pinggangku, memelukku dengan erat, hingga tubuhnya menempel di punggungku. Sekarang, tidak ada pelukan itu lagi, tubuh kami juga agak berjauhan.


Kamipun sampai di kontrakannya, seperti biasa dia akan pulang ke kontrakannya untuk mengambil baju kantor untuk besok, lalu berangkat ke apartemen bu Mia. Bu Mia sengaja memberikan kunci cadangan kepada Jessie, hingga memudahkannnya datang ke sana kapanpun Jessie mau.


“Thanks ya” kata Jessie ketika turun dari motorku.


“You’re welcome.. gue berangkat dulu kalau gitu” akupun berpamitan padanya.


“Ya..” jawabnya singkat. Tak ada lagi ciuman perpisahan di pipi atau pesan untuk berhati-hati di jalan seperti biasanya. Dan sepertinya, , aku harus membiasakan diri untuk tidak mengharapkan hal-hal itu lagi.


Akupun segera memacu motorku menuju apartemen Bu Mia. Beliau akan pergi sekitar pukul 7 atau 8 malam, jadi masih ada sekitar satu atau dua jam untukku menunggu. Aku bisa mencari makan di Warung di depan kompleks apartemennya.


Sekitar pukul 8.00 malam, dari Warung tempatku makan kulihat mobil beliau keluar dari gedung apartemennya. Aku pun harus bergegas mengikutinya dari kejauhan. Menjaga jarak agar beliau tidak menyadari.


Hal yang tidak kuperhitungkan adalah, keadaan lalu lintas yang sedikit macet malam ini. Entah kenapa bisa terjadi, Padahal jam segini harusnya sudah tidak terlalu parah lagi. Karena kemacetan ini, kegiatanku mengikuti beliau kali ini cukup menyusahkanku. Hingga akhirnya akupun tertinggal jauh.


Aku pun menyerah, aku pun berhenti di minimarket di pinggir jalan dan meminta bantuan Jessie untuk menghubungi bu Mia untuk menayakan lokasi beliau. Cukup lama aku menunggu, hingga sekitar 20 menit kemudian Jessie mengirimkan Lokasi dimana beliau berada. Sebuah hotel besar di Jakarta Pusat. Akupun langsung menuju kesana.


Tak kusangka perjalanan kesana akan memakan waktu yang cukup lama. Hingga aku tiba disana sekitar pukul 9.30 malam. Dalam hati aku menyesal, tak bisa berada disini tepat waktu. Aku jadi semakin kuatir dengan keadaan bu Mia. Kuatir terjadi apa-apa pada beliau, mengingat dua orang yang ditemuinya itu tidak dapat kupercayai sama sekali.


Setelah beberapa saat berkeliling, Dari Lobby, ke Restaurant, hingga di beberapa ruang pertemuan. Tak dapat kulihat tanda-tanda keberadaan bu Mia. Rasa takutku menjadi semakin memuncak. Aku semakin panik. Akupun mencoba mengulanginya dari lobi. Hingga akhirnya suara seseorang yang familiar mengagetkanku.


“ Riza, ngapain kamu disini?” Itu suara bu Mia, beliau ada di belakangku. Tepat ketika aku berdiri melihat-lihat sekitar loby.


“ lho ibu kok disini, kebetulan sekali hehehe” jawabku, aku berpura-pura kaget. Walaupun itu sebenarnya karena aku tak tahu harus berkata apa. Karena seharusnya aku berada disini tanpa sepengetahuannya..


“ kan aku sudah bilang ada janji malam ini.” Jawabnya.


“ kamu mengikuti aku ya za?” Tanyanya kemudian. Bingo. Benar memang aku mengikutinya.


“ iya bu.. hehehe, saya gak tega biarin ibu sendiri” jawabku. Akhirnya aku pun harus jujur. Tapi aku bersyukur beliau masih terlihat baik-baik saja saat ini.


“ hahaha kamu ini.. ini aja aku sudah selesai, kamu malah kayaknya baru datang hahaha” beliau tampaknya cukup tenang dan ceria, mungkin pertemuannya tadi bisa membuahkan hasil.


“Oo udah selesai bu? Kok cepat amat?” Tanyaku lagi.


“ ya singkat saja kok pertemuannya, dan memang karena aku juga gak ingin berlama-lama dengan mereka.. ini baru selesai” Jawab beliau.


“ dan pada intinya mereka bersedia saling membantu. Itu yang penting. Mungkin besok detilnya bisa aku ceritakan pada kamu dan Jessie” kata beliau.


“ kamu mau pulang? Tanya beliau.


“ iya bu, ngapain saya disini kalau semuanya udah selesai hehehe” Jawabku malu. Sungguh benar-benar malu. Beliau hanya tertawa mendengar jawabanku tadi. Sebentar beliau melihat jam tangannya. Lalu setelahnya beliau mendekatkan bibirnya ke telingaku.


“ aku sudah menyewa satu kamar di hotel ini.” Bisik beliau.


“Huh?” Aku sedikit terkejut mendengar bisikannya.


“ kamu bisa temani aku kalau kamu mau” tambah beliau menawariku. Tapi tanpa menunggu jawabanku, beliau sambil tersenyum manis langsung menuntun tanganku masuk kedalam lift. Sementara aku hanya diam mengikuti beliau.





Aku tentu tak bisa menolak. Ingin rasanya aku melanjutkan apa yang kami lakukan dulu di Lombok, yang tak pernah tuntas karena keberadaan Nita dan Jessie. Mungkin sekaranglah saat yang paling tepat. Hanya kami berdua yang ada disini.


Aku seperti membuka kembali lembaran-lembaran buku yang tak selesai kubaca dulu. Bu Mia lah buku itu, kisahnya telah kubaca sebagian, sementara sisi lainnya masih membuatku penasaran.


Kami telah berada di kamar hotel di lantai 5, yang sengaja disewa Bu Mia untuk berjaga-jaga bila pertemuan beliau dengan pak Krisna dan pak Wira berlangsung sampai larut malam dan beliau takut pulang sendiri. Kamar berukuran Superior dengan pemandangan malam Jakarta di Jendelanya ini akan menjadi tempat kami melepaskan hasrat kami.


Begitu masuk kamar kami berdua langsung saling berciuman, semakin lama semakin memuncak ciuman kami. Dan aku pun mulai memegang payudara Bu Mia dari luar bajunya, kuelus perlahan disertai dengan remasan yang masih begitu lembut. Bu Mia pun mulai mendesah, dan memegang tanganku seakan ia ingin aku meremas dengan kencang. Sambil membuka kancing baju beliau, dan menarik turun Bra yang dipakai beliau. Dan akupun mengerti maksud Bu Mia, dengan segera aku turuti Bu Mia kuremas dan kupijat dengan agak keras.


Perlahan kubawa beliau mendekati tempat tidur, beliau pun menurut dan sekalian membuka Kemeja dan penutup kepalanya, hingga tertinggal Bra dan Celana panjang yang dipakai. Sementara aku juga tak lupa membuka kemeja yang kupakai tadi hingga bertelanjang dada.


Kembali kami berciuman, lebih panas lagi, beradu lidah dan memancing gairah kami untuk lebih keluar lagi. Sekali kutarik kait Branya, terbukalah bukit payudaranya yang cukup besar itu, dengan puting berukuran sedang berwarna coklat tua.
Tak sabar melihatnya, aku mulai mendekatkan bibirku untuk menjilat pentil Bu Mia. Ku jilat-jilat terus menerus, dan sesekali aku gigit perlahan pentil Bu Mia itu. Semakin aku jilat dan gigit putting susu menggemaskan itu, Bu Mia semakin mendesah sambil semakin menekan kepalaku ke hingga tenggelam ke dalam payudara Bu Mia.


"Sssshhh... eeenaakk banget za... Terusin Za... Teruss... Yang kenceng Za jangan berhenti..." Desah Bu Mia yang terdengar sangat erotis di telingaku Semakin meningkatkan semangatku mengeskplorasi payudara Bu Mia.


Biar lebih nyaman untuk menikmati tubuh bu Mia, kubantu beliau membuka celana dan Cdnya. Dan beliau juga membuka celanaku juga hingga akhirnya kami berdua telah telanjang bulat. aku membaringkan tubuh bu Mia di kasur king size disini sambil membelai lembut rambutnya perlahan. Di altar cinta ini lah akan kupersembahkan sehal kenikmatan yang dapat aku berikan pada beliau.


Aku cium lagi Bu Mia dengan mesra. Sambilku sibak rambutnya aku pun mulai deep french kiss dan menikmatinya lembutnya bibir beliau. Ku arahkan tangan kananku ke Payudaranya, kuremas, putar-putar pentilnya hingga membuat Bu Mia menggelinjang. Kupindahkan ciumanku ke lehernya yang putih, pindah ke kupingnya, tanpa melepas tanganku dari payudaranya. Lalu aku mulai mengarahkan bibirku ke payudaranya aku cium dan kuhisap payudara itu hingga sedikit memerah. aku jilat pentil itu hingga basah oleh air liurku. Kedua payudara itu tak luput dari jilatanku, berpindah-pindah seakan tak pernah puas. Aku gigit dengan lembut pentil itu sambil memainkan pentil itu dengan lidahku. Terus menerus aku rangsang Bu Mia dengan berbagai cara untuk meningkatkan gairah beliau.


Kemudian setelah puas bermain dengan payudara Bu Mia aku mulai turun ke perutnya yang sedikit berlemak. Lalu kemudian lanjut ke area pribadinya yang membuatku penasaran. Kuberikan rangsangan kepada Bu Mia dengan memainkan jari-jariku di wilayah kewanitaannya. Sambil kupandangi wajahnya yang menikmati setiap perlakuanku, Jariku terus mencari letak klitoris Bu Mia dengan sentuhan lembut. Setelah kutemukan aku mainkan dengan jari tengah dan telunjukku secara bergantian. Permainan jari ini membuat Bu Mia sedikit mengangkat kakinya.


"Hmmmfffhh... ah…Geliii Za... Terus Za... " Desah Bu Mia dengan mata yang tertutup. Tak kusangka beliau cukup vokal, tak segan mengekspresikan setiap kenikmatan yang di dapatkannya dengan suara dan liukan tubuhnya. Rasanya sungguh menggairahkan.


Aku kemudian mengalihkan pandangan mataku diantara kedua paha Bu Mia. Tempat dimana liang kenikmatan itu berada. Aku tenggelamkan wajahku ke diantara kedua kakinya itu. Rasanya aku suka aroma khas vagina beliau yang membuatku semakin bergairah dan terangsang. Aku julurkan lidahku untuk menjilat seluruh bagian vaginanya. Tidak ada sedikitpun bagian yang terlewat dari lidahku, aku selipkan lidahku di antara belahan vagina itu, sambil kubuka dengan jariku agar bisa masuk lebih dalam.


Rangsangan ini membuat Bu Mia semakin mendesah tidak karuan. Aku lihat beliau mulai meremas kedua payudaranya yang cukup besar itu. Aku mainkan vagina itu dengan semakin cepat. Semakin lama cairan lidahku telah bercampur dengan cairan kewanitaannya telah membanjiri vaginanya. Kedua kaki Bu Mia semakin lama menjepit kepalaku, semakin lama semakin kencang beliau menjepitnya. Aku paham bahwa sebentar lagi Bu Mia akan mencapai orgasmenya. Tak lama kemudian jeritan kecil keluar dari mulut Bu Mia


"Zaaa... mauu sampeee... Dikittthh lagiii..." Desah Bu Mia. Setelah itu Bu Mia mulai meregangkan kedua pahanya, tubuhnya bergetar kuat, dan kemudian mencapai orgasmenya. Dan tampak beliau mulai lemas setelah orgasme itu.


"Nikmat banget Za, kamu jago banget." Kata Bu Mia memujiku. Aku hanya tersenyum sambil mengelus pelan payudara dan vaginanya. Sementara beliau masih menikmati rasa geli di vaginanya setelah keluar tadi.


"Jadi kamu sudah pernah ngelakuinnya sama pacar kamu?." Tanya Bu Mia sambil mencoba bangun. Aku hanya tersenyum saja, tentu tak perlu aku bilang Jessie lah yang mengajariku semua hal yang kulakukan pada beliau tadi..


"Gantian Za, sekarang kamu yang aku puasin." Kata Bu Mia kemudian beliau duduk menghadapku kemudian memberikan isyarat agar aku berdiri di samping kasur itu. Dan aku mengerti maksudnya. Tidak berlama-lama aku pun langsung berdiri. Penisku sudah berdiri tegak meminta-minta untuk segera di puaskan.


Bu Mia pun mendekatiku dengan posisi berdiri di atas dengkulnya yang masih diatas kasur. Beliau mulai memegang penisku, dan mulai mengocok penisku dengan penuh perasaan. Kemudian beliau mendekatkan wajahnya ke penisku, beliau keluarkan lidahnya dan beliau mulai menjilati kepala penisku.



Beliau mainkan lidahnya di kepala penisku, sesekali lidahnya menelusupkan ke lubang kencingku. Bu Mia sangat mahir melakukannya, sepertinya yang beliau lakukan padaku di Lombok dulu. Beliau masukkan penisku ke dalam mulutnya, perlahan dari kepala hingga batang penisku. Semakin lama semakin dalam beliau memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dengan mulutnya itu beliau mulai maju mundur dengan cepat. Beliau pun merangkulkan kedua tanganya ke pahaku. Sesekali kubelai rambutnya dan kutahan bila aku ingin memasukkan penisku lebih dalam dan terkadang juga aku ikut menggoyangkan punggulku maju mundur untuk membantunya untuk mempercepat kocokan mulutnya itu.


"Ahhh.. owhh...” saking enaknya aku takut malah keluar duluan seperti di Lombok dulu. Tapi rasanya begitu nikmat hingga aku tak ingin berhenti.


Akhirnya Bu Mia menghentikannya. Beliau pun akhirnya menarik mulutnya dari penisku, dan tersenyum. Dilapnya air liur yang keluar dari mulutnya ketika penisku keluar masuk mulut beliau barusan. Dan beliau berdiri menyibakkan rambut hitamnya ke belakang.


"Cepetan Za, aku sudah ga tahan pengen ngerasain penis kamu di vaginaku" pinta Bu Mia. Aku sedikit tersenyum melihat beliau cukup terang-terangan ingin segera disetubuhi.


"Udah lama nggak ngerasain ya bu? hehehe" godaku kepadanya.dia hanya tersenyum sambil memukul bahuku. Pukulan cinta hehehe.


"Kamu duduk aja Za, aku ingin di atas" kata Bu Mia.


aku pun menurut pada atasanku ini, lalu duduk dengan melurukan kakiku. Bu Mia pun mendudukiku. Lagi-lagi bibirnya menciumku. Aku sambut ciuman itu, kali ini ciuman kami benar-benar bernafsu. Ciuman kami semakin liar. Aku arahkan penisku ke vagina Bu Mia, terasa sudah pas akhirnya Bu Mia mulai menurunkan tubuhnya perlahan -lahan sambil tangannya memeluk leherku. Wajahnya menggambarkan beliau sangat menikmatinya.



Aku merasakan gesekan kulitku di bibir vagina, lalu masuk perlahan-lahan merasakan dinding vaginanya yang basah dan hangat. Rasanya benar-benar luar biasa bagiku. Akhirnya penisku pun telah tenggelam ke dalam Vaginanya. Akhirnya aku bisa merasakan vagina atasanku ini.


"Ahh.. Saya nggak pernah membayangkan ini bu.. owh.. " bisikku kepada Bu Mia.


"Nikmati aja Za, aku juga ingin menikmati malam ini" Kata Bu Mia sambil tersenyum. Lalu mulai memejamkan matanya menikmati.


Aku remas payudara Bu Mia, sesekali tanpa sadar aku kencangkan remasanku terutama saat beliau menurunkan tubuhnya, dimana saat itu juga kau merasakan rangsangan yang sangat kuat pada penisku.


Bu Mia pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun. Ia begitu menikmati setiap kali penis itu keluar masuk dari lubang kewanitaannya. Kalau kurasakan vagina beliau tidak sesempit Jessie, daya cengkramnya juga tidak lebih baik, tetapi beliau sangat pandai memainkan otot-otot vaginanya, ketika posisi turun beliau melonggarkan otot-otot tersebut hingga memudahkan penisku masuk, sementara ketika tubuhnya naik, beliau menguatkan cengkeraman ototnya pada penisku, sehingga aku merasakan pijatan yang meremas-remas penisku dari pangkal sampai ujung kepalanya. Sungguh nikmat sekali.


Tak lama kemudian beliau mulai mempercepat tempo penetrasinya. Kami mulai mendaki puncak kenikmatan itu. Gerakannya yang cepat membuat aku harus memegang pinggul Bu Mia menjaga agar batang kemaluanku tidak lepas dari vaginanya.


"Zaaaahh.... Aakuuuuu... Mauuu keluaarrr...." Kata Bu Mia sambil makin mempercepat tempo goyangan pinggulnya dan semakin berusaha mengejar kenikmatanbya sendiri. Akupun coba membantunya dengan menyentak-nyentakkan pinggulku keatas sesuai irama goyangannya. Dan


“ ahhhhh… Riza.. aku keluarrr.. ohhhh”


Akhirnya Bu Mia pun orgasme dengan tubuh yang melengkung ke belakang. Vaginanya pun mulai menjepit dengan keras menekan penisku. Aku tahan tubuh Bu Mia menggunakan tangan kiriku agar tubuhnya tak jatuh menimpa kakiku.


Akupun tidak mau melewatkan moment ini, moment dimana vaginanya masih mencengkeram dengan kencang. langsung aku rebahkan Bu Mia ke sofa dengan posisi missionaris. Sekarang gantian aku uang akan mengejaf kenikmatanku sendiri, yang sedikit lagi akan aku capai. Aku langsung mulai dengan penetrasi yang dalam dan tempo yang cepat. Bu Mia pun melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku dan memeluk leherku. Sehingga penetrasi yang aku lakukan begitu dalam dan seperti menyentuh ke bagian terdalam dari vagina Bu Mia. Semakin lama semakin cepat goyangan itu aku lakukan. Sedikit lagi aku akan mencapai orgasme ku.


"Terussshhh Za,,, terusshh... Aku mulai keluaaarr lagiiiii.... Yang kenceneeeggghhh" desah Bu Mia. Tak kusangka beliau akan bisa keluar lagi dalam waktu yang secepat ini.


Lama-kelamaan Penisku mulai membesar karena sudah dipenuhi oleh sperma yang akan keluar.


"Jangan di Di dalemmmhhh za.. Ahhh.... Akhhuuuuuu keluuaaaaarrrrr" pekik Bu Mia


"Akkkkuuuu juggaaa ahhh ...." Dengan setengah teriak aku mengeluarkan suara tidak kalah keras dengan suara Bu Mia. Lalau kucabut penisku dari vagina beliau yang sudah basah sekali. Dan kuarahkan ke perutnya yang putih.


Akhirnya keluarlah spermaku ke atas perut, dada dan sampai leher Bu Mia. Begitu banyak, seakan tidak habis-habis. Akupun lemas, dan akhirnya tumbang disamping bu Mia.


Sambil terengah-engah Bu Mia pun berkata " Luar biasa Za, punyamu bener-bener luar biasa" puji Bu Mia kepadaku. Lalu beliau mendekatkan bibirnya dan mencium pipiku.


Aku tidak berkata apa-apa, karena aku benar-benar tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kenikmatan itu. Aku hanya membalas dengan senyuman, dan aku balas kecup keningnya.


"Terima kasih Bu." Hanya itu yang aku ucapkan kepada Bu Mia.


kamipun saling berpelukan dengan masih bertelanjang. Ia pun memberikan senyuman kepadaku, senyuman itu penuh arti.


"Aku juga Za." Kata Bu Mia sambil tersenyum. Sampai akhirnya kami berdua terlelap.





Esoknya. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, saat aku mulai terbagun karena sedikit mulai kedinginan karena pendingin udara. kutarik lagi selimut untuk menutupi tubuh telanjangku. Disamping kiriku Bu Mia, atasanku di kantor masih tertidur pulas, tanpa busana dibawah selimut yang sama. Berada di dekat beliau membuatku senang., hampir sama seperti ketika aku ada di pelukan Jessie.


Astaga! Aku lupa mengabari Jessie tentang bu Mia, dan lupa juga mengabari Ibuku dirumah kalau aku tidak pulang.


Segera dengan berhati-hati aku beranjak bangun, mencari handphone di saku celanaku yang kulepas kemarin. Ada 40 missed call dan 37 pesan WA yang masuk ke handphoneku yang sengaja kubikin silent. Dari Jessie dan Ibuku tentunya.


“Sudah bangun Za?” Tanya bu Mia tiba-tiba sebelum aku sempat membalas pesan di handphoneku tersebut, bu Mia nampaknya baru membuka matanya. Dan duduk di kasur itu dengan menutupi dadanya dengan selimut.


“Iya bu, maaf jadi bangunin ibu..” aku tersenyum melihat beliau, entah kenapa aku merasa senang saja memandangi beliau yang baru bangun seperti ini.


“ kamu mau berangkat habis ini?” Tanya beliau. Sambil beranjak mendekatiku. Akupun mengangguk


“ iya bu, habis mandi saya langsung berangkat.” Jawabku.


“ thanks ya za, kamu membuatku puas semalam ” masih di atas kasur, beliau berdiri diatas lututnya dan mencium pipiku.


“Sekali lagi kamu mengingatkanku pada suamiku dulu hihihi” kata beliau setelah melepaskan ciumannya.


“In a good way or a bad way?” Tanyaku sambil tertawa. Rasanya ini kali kedua beliau berkata seperti itu. Aku ingin memastikan kali ini, apakah aku mengingatkan beliau akan hal-hal baik tentang suaminya atau hal-hal buruknya.


“Hahaha..” beliau hanya tertawa sambil memukulku dengan pukulan cintanya lagi. Akupun tertawa mengikutinya. Dapat kuartikan itu sebagai hal baik.


“Pasti ibu merindukan beliau?” Tanyaku sambil memungiti kembali pakaianku yang berserakan di lantai kamar.


“Iya.. melihat kamu membuatku selalu merindukan suamiku hehehe” Jawab beliau sambil kembali berbaring di kasur.


“ apa perlu saya mendatangkan suami bu Mia kesini, seperti halnya Suami Jessie dulu? Hehehe” candaku pada beliau.


“ hahaha.. iya, kamu harus membuat kejutan seperti itu juga buat aku” jawab beliau. Akupun hanya tersenyum mendengar jawaban beliau, dan kemudian masuk ke kamar mandi.


Waktu menunjukkan pukul 5.50 pagi. Akupun telah mandi dan berpakaian lengkap, sementara bu Mia yang tadi tiduran di kasur sudah beranjak, berjalan menuju kamar mandi untuk bersia-siap. Akupun lalu berpamitan pada beliau.


“ terimakasih lagi ya za, kamu sudah mengkhawatirkan aku, dan siap melindungiku kemarin.. “ Kata beliau lagi. Akupun tersenyum dan mengangguk membalas ucapan terimakasih beliau dan segera bergegas keluar hotel ini.


Apa yang terjadi kemarin malam di tempat ini bagaikan mimpi bagiku. Cukup indah untuk dikenang, Namun rasanya cukup sudah aku bersenang-senang. Ada sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan menunggu kami di depan.


BERSAMBUNG?
 
Terakhir diubah:
Mantab....makasih updatenya suhu.. . Jessie pasti nangis nangis semaleman..Curiga kalau Riza melakukannya sama Bu Mia
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd