Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Ga bakal semulus itu rencananya, regina pasti mata2 doni, sekarang readers seperti diterbangkan dengan harapan kekalahan doni, tapi bisa jadi ntar yg terjadi malah kebalikannya,
 
Ga bakal semulus itu rencananya, regina pasti mata2 doni, sekarang readers seperti diterbangkan dengan harapan kekalahan doni, tapi bisa jadi ntar yg terjadi malah kebalikannya,

Sepakat,,,
semakin di luar prediksi makin panjang ceritanya,
:pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Asyik-asyik.. biasanya jumat sebelum jumatan juga udah update hahahah
Anggap aja ini udah weekend.. ;)
 
Chapter 15 : The Next Step


Ilustrasi



Nita



Bu Mia








“ Gimana Za? Kamu sudah siap semuanya?” Tanya Bu Mia padaku sambil merapikan baju yang dipakainya.


“ sudah siap bu, tinggal jalan saja!” Jawabku pada beliau dengan yakin, sambil melihat kembali apa-apa yang perlu kubawa.


“ good.. sori ya jadi merepotkan kamu.. aku akan membalasnya lagi lain kali hihihi” bisik beliau di telingaku .Aku hanya tersenyum mendengarnya.


Hanya Kami berdua yang berada di ruangan beliau sore ini, mempersiapkan diri kami masing-masing. Jessie tidak bisa ikut membantu kami, karena hari ini Jessie tidak masuk ke kantor. Sudah empat hari ini dia sakit. Saat ini dia sedang berada di rumah kontrakannya. Kata bu Mia dia agak pusing-pusing dan sedikit demam..


Hari ini adalah hari senin, tepat empat hari berlalu sejak kami mendengar rencana dari Bu Mia. di sore Inilah saatnya. Hari dimana rencana bu Mia mulai dilakukan. Beberapa saat yang lalu, Beliau sekali lagi menjelaskan rencananya padaku agar aku tidak salah mengeksekusinya.


alat pengintai telah diterima bu Mia di kediamannya dua hari yang lalu, dan diserahkan padaku tadi ketika jam istirahat. Bahkan sampai Kuhabiskan beberapa menit waktu jam istirahatku tadi siang di ruangan bu Mia untuk membaca instruksi manual alat pengintai tersebut.


Alat itu Bentuknya kecil, seperti mur yang menempel di baut.. Sehingga dapat ditempelkan di Tembok atau lemari kayu tanpa diketahui. Dan sepertinya pengoperasiannya cukup sederhana. Hanya perlu sedikit konfigurasi jaringan Wifi untuk menyambungkannya, dan memonitor gambar secara live lewat perangkat komputer atau HP lain yang dihubungkan ke alat ini. Cukup menarik bagiku, benda sekecil ini bisa melakukan fungsi seperti ini.


Sekali lagi kubaca petunjuknya Dan mencoba mengoperasikannya. Memastikan alat itu berfungsi dengan baik. Untungnya tidak ada cacat pada alat itu, walaupun beli secara online dan dengan harga murah, alat itu berfungsi dengan baik.


Kemudian Bu Mia juga memberikan informasi penting dimana alat-alat itu dapat ditempatkan di ruangan pak Doni. Kebetulan Bu Mia tentu sering masuk kesana, dan pada pada beberapa hari kemarin juga sering ikut meeting di ruang pak Doni. Sehingga beliau cukup hapal dengan keadaan ruangan itu.


Sore ini, rencananya Bu Mia akan menemani pak Doni lagi. Sekaligus memberikan kesempatan padaku untuk memasang alat-alat tadi di ruangan pak Doni. Ruangan itu selalu dikunci ketika Pak Doni tidak ada disana. Untungnya, , Bu Mia mempunyai duplikat kunci ruangan itu, beliau sudah memilikinya sejak mereka menjalani hubungan gelap dulu.


Dan Untuk mencuri data di komputer pak Doni, Pak Krisna dan Pak Wira mengirimkan Hacker yang ditugaskan meretas komputernya. Seperti di bilang bu Mia, Hacker yang dibayar oleh mereka itu akan datang beberapa saat lagi.


Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Nampaknya bu Mia barusan menerima pesan dari pak Doni. Dan dia pun berpamitan pergi.


“ kayaknya aku harus pergi sekarang za!” Kata Beliau.


“ hm.. “ aku ingin berkata sesuatu, namun sedikit kutahan.


“ kenapa za? Ada sesuatu yang mau kamu tanyain?” Tanya beliau.


“ bu Mia harus pergi dengan pak Doni? Gak ada cara lain buat memasang alat itu?” Tanyaku lagi.


Aku tahu Beliau sengaja mengajak Pak Doni keluar buat memberi aku kesempatan memasang alat-alat yang perlu dipasang di ruangannya. Padahal, Sudah beberapa hari ini beliau berhasil menghindari pak Doni. Sementara sekarang dengan sukarela beliau mengajak Pak Doni keluar. Dan mungkin juga beliau sudah menyiapkan diri untuk melayani nafsu pak Doni setelahnya.


“ hm.. kayaknya Cuma ini caranya, kalau tidak begitu, dia akan tetap berada di ruangannya sampai malam.” Jawab beliau.


“it’s ok.. kamu gak perlu mengkuatirkan aku, gak perlu kamu pikirin” tambah beliau sambil menepuk bahuku.


“ aku harus melakukan apa yang harus aku lakukan” lanjut beliau.


“ sesuai rencana kita, pertama alat itu harus terpasang!” Kata bu Mia sambil menunjuk ke alat yang dikirimkan pak Krisna.


“ ok bu,, saya juga usahakan dengan sebaik mungkin” balasku.


“ ok.. aku berangkat dulu ya!” Kata beliau sambil mengangguk padaku sebelum pergi keluar ruangan.


Jam segini, Kupikir tidak banyak orang lagi di lantai ruanganku dan ruangan pak Doni berada. Di ruanganku saja, sudah tidak ada orang selain aku. Edo seperti biasanya pulang duluan untuk fitness, Regina juga sudah dijemput suaminya sekitar setengah jam yang lalu. Tinggal aku sendiri menunggu pukul 18.00, saat dimana sebagian lampu kantor di lantai ini dimatikan. Disaat itulah aku harus segera beraksi.


Sambil aku menunggu Hacker itu datang beberapa menit lagi. Aku coba hubungi pacarku. Sekalian memberitahukan rencanaku yang mau berangkat ke surabaya seminggu lagi. Aku sengaja mengambil cuti 3 hari mulai hari rabu sampai jumat pada minggu depan. Untuk mengurus pernikahan dan juga untuk sekedar menghabiskan waktu dengan calon istriku itu. Nasib LDR, terakhir aku bertemu dengannya adalah libur dan cuti bersama saat hari natal kemarin, sekalian waktu itu aku melakukan fitting baju dan foto prewedding.


Soal Jessie, Sudah beberapa kali Pesanku menanyakan kabarnya tidak dijawabnya. Aku ingat saat dia mendengar percakapanku dengan Regina di sore hari empat hari yang lalu. Setelah itu dia tak berbicara padaku. Langsung mengambil barang di mejanya dan beranjak pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dan besoknya di hari jumat, dia sudah tidak masuk dengan alasan sakit. Kalau sampai hari ini, jadi sudah sekitar empat harI ini dia sakit. Hal itu membuatku khawatir. Rasanya belum pernah dia sakit selama ini.


“ Jess, gimana keadaan lo?” Kucoba sekali lagi mengirim pesan padanya. Namun kutunggu sampai sekitar 15 menit, tidak ada balasan sama sekali. Aku jadi semakin khawatir. Apa aku harus ke rumah kontrakannya nanti?


Pukul 18.05. Kalau kuperhatikan, Beberapa lampu sudah dimatikan. Tandanya, sudah tidak ada orang yang berada di lantai dimana ruanganku dan ruangan pak Doni berada. Selain itu Cuma ada satu aula kecil di lantai ini yang biasanya digunakan untuk acara-acara kantor. Jadi kuasumsikan inilah saat yang tepat untuk mulai bekerja.


Pertama-tama aku menjemput si Hacker di bawah,sesuai pesan bu Mia tadi, begitu datang, dia akan langsung menghubungiku melalui telepon, karena bu Mia telah mengirimkan nomerku pada si hacker itu. Dan barusan tadi dia menelpon aku, bilang kalau dia sudah menunggu di pintu masuk kantorku. Akupun kebawah, dan sesampainya disana kulihat ada cowok tinggi kurus dan berkulit cerah berdiri sendiri disana. Keliatannya Masih muda, sekitar awal 20 tahunan.


“ bang Riza ya?” Sapanya ketika aku datang menghampirinya.


“ iya.. gue Riza!” Kataku sambil menyodorkan tanganku untuk menjabat tangannya.


“ Gue Firman bang...” katanya sambil membalas jabatan tanganku.


“ yuk.. langsung aja keatas, mumpung sepi” ajakku. Dan dia pun mengikutiku di belakangku. Tak lupa dalam perjalanan, kuberitahukan pada satpam kalau Firman ini teman yang akan memperbaiki komputerku. Mencegah kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


Sepanjang jalan kami banyak mengobrol, ternyata dia masih kuliah di jurusan Ekonomi Islam di salah satu Universitas Negeri di Depok, salah jurusan katanya hehehe. dan baru-baru ini saja dia mulai terjun ke dunia retas-meretas. Buat mengisi waktu luangnya saja katanya. Namun bisa dipercaya oleh pejabat negara seperti Pak Wira atau Pak Krisna, menurutku si Firman ini punya reputasi yang cukup mentereng di dunianya.


Dari banyak cara meretas komputer, dia memilih melakukan peretasan disini. Tak jelas apa pertimbangannya.


“ pengen aja, biar kaya di film detektif-detektif gitu hehehe” itu jawabannya ketika kutanyakan alasannya mau kesini. Sungguh sulit menerka jalan pikirannya.


Kami pun perlahan-lahan masuk kedalam ruang keuangan. disinilah ruangan Pak Doni berada. Walaupun gelap tapi tak sulit bagiku menemukan ruangannya. Ruangannya tepat di pojok ruangan ini, tepat disamping ruang kerja manajer Keuangan. Anehnya ruangan ini adalah di sekitarnya tidak ditemukan CCTV, konon kata bu Mia itu atas permintaan Pak Doni sendiri. Kemungkinan karena banyak rahasia tersimpan di ruangan ini.


Begitu sampai di depan pintu masuknya, kucoba kunci yang diberikan oleh bu Mia. Berhasil. Kamipun masuk ke ruangan itu dan menutup kembali pintunya.


Aku mengamati ruangan ini, rasanya lebih luas dengan ruangan bu Mia, dan dengan barang dan perabot yang lebih mewah. ada satu set meja kerja besar dengan komputer di atasnya,. 3 lemari kecil. Satu sofa besar yang dapat dilipat menjadi kasur , dan TV 32 inch. Kurang lebih hampir sama dengan apa yang digambarkan bu Mia tadi sebelum aku kesini.


“ Firman, , lo udah tau kan apa yang harus lo lakuin?” Tanyaku pada Firman yang tampaknya kagum melihat isi ruangan ini.


“ ya, gue udah tau.. ngamanin video-video panas gitu wkwkwkw” jawabnya dengan santai. Akupun sedikit tertawa mendengar jawabannya. Sepertinya pekerjaannya ini baginya sangat menyenangkan sekali.


“ ini udah ke sekian kalinya sih beberapa orang partainya Pak Wira pake jasa gue, , jadi begitu dia hubungin gue, gue udah bisa nebak kalau suruh kerja beginian hehehe” Lanjutnya.


“ iya gitulah,kurang lebih itu yang harus kira kerjain” balasku


“ btw, lo udah nonton videonya?” Tanyaku lagi.


“ video pak Wira? Udah.. dia tunjukin videonya ke gue kemarin..”


“ buat gue itu video pejabat yang paling hot yang pernah gue liat hahaha.. apalagi ceweknya cakep banget mas bro.. .. enak banget dah jadi pejabat “ katanya menambahkan. Untung dia tak melihat langsung bu Mia tadi, hehehe.. Ternyata dia cukup ceplas-ceplos juga. Mirip Nita, tapi versi cowok.


“ hahah gue jadi penasaran, selama ini siapa aja yang pernah jadi klien lo?” Tanyaku sambil mencari-cari tempat yang pas untuk memasang kamera pengintai.


“ banyak lah, ada artis, pengusaha, pejabat.. tapi sebagai etika profesi, nama gue rahasiain ya hahaha” jawabnya


“Siapa saja yang perlu sembunyikan aib, pasti nyari seseorang di komunitas gue” tambahnya lagi sambil memperhatikan komputer di meja kerja pak Doni.


“ hm.. Menarik banget kerjaan lo hahaha” balasku.


“ tapi kan selama ini lo jadi tau rahasia-rahasia banyak orang kayak gitu, pejabat, pengusaha, artis gitu.. kalau ntar mereka gak butuhin lo lagi, lo gak takut apa nanti lo dibunuh? ” tanyaku mencoba meredakan penasaranku, Mengingat pekerjaannya ini cukup beresiko.


“ anjirr.. serem amat lo mikirnya bang.. wkwkwk..” katanya sambil duduk di meja pak Doni.


“ kali aja.. gue kan kasian aja sama lo, kalau-kalau lo ntar mati muda hahahah” kataku padanya.


“ amit-amit dah.. gue belum ngerasain rasanya cewek hahaha” kami berdua hanya tertawa pelan, takut menimbulkan kegaduhan.

“ ok.. kayaknya lo udah bisa mulai kerja deh!” Kataku setelah memastikan kondisi ruangan ini.


Kini tampaknya dia sudah siap bekerja. Tampak dia memakai kacamatanya. Kemudian dengan cepat dia menyalakan komputer pak Doni, dan menyiapkan alat-alatnya. Beberapa alat dikeluarkannya dari tasnya., Salah satunya berbentuk mirip flashdisk kecil. Setelah komputer menyala alat itu lalu dicolokkan ke komputer, dan kulihat alat ini bekerja menarik seluruh data yang diperlukan di komputer itu. Dan dengan data-data itulah, Firman akan membobol setiap perangkat pak Doni. Cukup sekitar satu menit, alat itu sudah selesai menjalankan prosesnya.


Setelahnya, dengan gerakan cepat dan cekatan dia mencoba mencari-cari file video di komputer pak Doni. Sesuai instruksi, cari video itu lalu hilangkan keberadaannya dari perangkat pak Doni.


“ ada banyak video bang.. apa kita harus cek dulu satu-satu atau hapus semua?” Katanya sambil disetelnya salah satu Video itu.


“ jangan semua! Coba lo cari tanggal terbaru..atau pilih yang tahun 2018 dan 2019” perintahku sambil melihat layar komputer pak Doni.


“ ok.. coba gue cari..” jawabnya sambil memainkan keyboard dan mouse. Dan tak lama muncul beberapa file video di layar. Lalu dicarinya lagi hingga tersisa sedikit video.beberapa sepertinya Video aktifitas biasa di kantor ini dan sebagian lain video itu, dari thumbnail file itu keliatan kalau itu adalah video adegan seks. Jujur itu membuatku penasaran, maniak macam apa pak Doni ini.


“ sip, tinggal beberapa video aja nih bang, , gue coba buka ya!” Katanya sambil mengklik salah satu video.


Kemudian dia membuka satu persatu video yang kami lihat thumbnailnya kelihatan kalau itu merupakan video seks. Setelah kami buka satu persatu. Diantara banyak Video itu, dan banyak tokoh didalamnya, yang sebagian aku kenal dan sebagian lain entah yang aku kenal ataupun tidak. Ternyata Video bu Mia tidak kami temukan di komputer ini. Namun ada salah satu video yang membuatku terkejut, karena aku mengenali dengan baik si wanita dan orang lain yang ada di Video ini.


“ gimana bang, ada video yang dicari?” Tanyanya lagi.


“ ga ada Man.. Tapi hasil pencarian ini sudah semua format video kan?” Tanyaku.


“ iya, gue yakin 200% udah semua” jawabnya.


“ sudah cari di hidden folder atau sejenisnya” tanyaku lagi memastikan.


“ sudah.. 400% gue yakin gak ada yang kelewat dah” katanya dengan percaya diri.


“ menurut gue, kalau tidak ada disini, kemungkinan ada di komputer atau Handphone lain..” tambahnya lagi.


“ itu gampang, gue udah dapat semua data password dan lain-lain, nanti bisa gue tembus HP atau komputer-komputernya yang lainnya” tambahnya lagi sambil mengambil alat lain yang mau dipasangnya.


“ kalau masih gak ada, kemungkinan video itu disimpan di dalam CD atau Flashdisk, kalau itu lo harus curi sendiri hehehe” katanya lagi. Ya itu benar, itu masalah besar yang sudah kami pikirkan. Bisa saja Pak Doni menyimpan salinannya di CD atau Flashdisk. Itu tugas dari bu Mia mencari info dimana Pak Doni menyimpannya. kami harus fokus di apa yang kami rencanakan dulu hari ini.


“ oke kalau gitu lo pasang aja alat yang perlu lo pasang disini” kataku sambil mengambil alih komputer pak Doni. Aku masih penasaran dengan video tadi, jadi kuputuskan untuk mengambil semua video itu di dalam flashdiskku. Selain itu aku ingin mencari-cari sesuatu di komputer ini, sesuatu yang kiranya dapat dijadikan bukti kasus korupsi. Namun hasilnya nihil. Aku jadi berpikir, beberapa file penting tidak disimpan di komputer ini.


Sementara Firman memasang alat satunya, Alatnya satu lagi kalau kulihat mirip router Wifi. Untuk alat itu aku tidak begitu tahu apa fungsinya. Alat itu dipasang di tempat yang tersambung dengan jaringan komputer kantor. Dengan cekatan firman memasangnya. Dan terakhir dia merapikan kabel-kabel jaringan sekitar. Aku cukup kagum dengan begitu rapinya dia menyelesaikan pekerjaannya.


“ all set!” Teriaknya mengagetkanku.


“ hush!! Jangan berisik, kampret!!” Bisikku. Dan dia hanya nyengir saja membalasku.


Selanjutnya adalah alat perekam gambar.Tempat paling ideal menurutku adalah tepat di samping kanan meja kerja pak Doni. Disitulah ada lemari kayu, berwarna gelap. Hampir mirip warnanya dengan kamera mini yang kubawa ini. Akhirnya kuputuskan disitulah aku akan memasang alat tersebut. Sebelumnya kusetting dulu dengan handphoneku, agar alat itu dapat terhubung dengan jaringan wifi di ruangan ini. Lalu kemudian, dengan bantuan Firman kutempelkan alat itu agak kedalam lemari. Tepat di belakang buku-buku tebal milik pak Doni. Kucoba menyalakan handphoneku untuk mengecek hasil gambarnya. Dan it works. Hasil nya cukup sempurna. Kelemahannya adalah, aku belum bisa mengukur kekuatan baterainya. Menurut petunjuk, dengan penggunaan normal, baterai akan tahan selama 48 jam. Jadi secara berkala aku harus sering mengecek dan mengisi ulang dayanya.


“ Oke sekarang semuanya udah terpasang” kataku.


“ sebentar bang, gue beresin ini dulu” kata Firman sambil kembali ke komputer pak Doni. Dan dengan cepat mengetikkan jarinya ke keyboard. Mengetik dan mengklik sesuatu. Lalu tak lama kemudian mematikan komputer itu.


“ lo ngapain itu?” Tanyaku padanya penasaran.


“ gue hapus apa saja yang kita lakuin sore ini yang ke record di sistem komputer ini heheh, biasalah menghapus jejak..” jawabnya sambil tak lupa mengelap keyboard dan mouse dengan tissue yang dibawanya. Tak kusangka dibalik sifat santainya, dalam hal kerjaan dia juga cukup ribet juga.


“ oke kalo gitu sekarang siap-siap, kita cabut sekarang”. saatnya kami berdua pergi dari sini, sekarang sudah pukul 18.45. Rasanya sudah cukup aman. Aku bisa keluar dari sini dengan tenang.


Tiba-tiba kudengar suara langkah kaki berjalan di luar ruangan ini. Di ruangan bagian Accounting. Dari suaranya, sepertinya seperti suara kaki wanita yang memakai sepatu ber hak tinggi. Apa mungkin Nita? Satu-satunya wanita di ruang ini.


Kuberi kode pada Firman untuk tetap diam, dan kuberitahukan kalau sementara kami harus tinggal dulu di ruangan ini sebentar, sambil menunggu suara kaki itu hilang. Kucoba mengecek lagi alat yang kupasang tadi, memastikannya sudah terhubung dan sudah menyala. Karena alat inilah salah satu kunci yang begitu penting bagi kami. Kalau rencana ini sukses, kami tak perlu menjalankan rencana yang bu Mia ceritakan pada kami.


Ketika kudengar tidak ada suara di luar. Aku putuskan untuk segera keluar. Dengan hati-hati aku membuka pintu. Kulihat keadaan luar masih gelap dan sepi. Lalu aku dan Firman Keluar pelan-pelan dan mengunci pintu kembali. Selesai sudah misi kami hari ini.


“ Mas Riza!” Aku terkejut mendengar suara itu. Lalu kulihat ada seseorang duduk di sofa ruangan bagian accounting.


“ Nita? Lo masih disini??” Ternyata benar, suara kaki wanita ber hak tinggi itu tadi suara kaki Nita, hanya saja, kenapa dia masih ada disini jam segini.


“ barusan aja gue masuk ruangan ini”, jawabnya singkat.


“ lo siapa ya?” Tanya Nita sambil menunjuk ke Firman.


“ ooiya.. kenalin mbak, gue Firman, temennya bang Riza!” Kata Firman sambil mengulurkan tangannya.

Anak ini cepat tanggap juga bereaksi tanpa perlu aku beritahu. Entah itu karena dia memang pintar atau karena dia ingin berkenalan dengan wanita cantik di depannya.


“ gue Nita!” Jawab Nita sambil tersenyum.


“ cantik bang! hehehe!” Bisik Firman di telingaku sambil tersenyum.

Akupun ikut tersenyum melihat tingkahnya, Ternyata itu tadi hanya refleks kelaki-lakiannya. Dia mencari kesempatan saja buat kenalan dengan Nita. Entah Nita dengar atau tidak bisikan Firman tadi, tapi kulihat dia sedikit tersipu malu.


“ man, lo duluan aja ya! Lo tau jalan keluar kan?” Tanyaku pada Firman.


“ iya deh, gue duluan ya bang.. mbak.. kapan-kapan lagi gue kesini..” katanya sambil melambaikan tangan padaku dan Nita. Lalu keluar dari ruangan ini. Aku sedikit menahan tawa, Kenapa juga dia harus kesini lagi, pikirku dalam hati. Dasar anak itu.


“ cute banget! Hahaha.. siapa sih dia?” Tanya Nita setelah Firman sudah tak terlihat lagi.


“ temen Gue,, lagi main-main kesini.. ngapain lo masih disini?” Tanyaku mencoba mengalihkan topik pembicaraan.


“ boring aja kalau jam segini di rumah, ini tadi gue ke ruangan lo gak ada orang, makanya balik kesini” katanya santai.


“Ooo..” aku masih berdiri dengan canggung. Dalam hati aku berdoa supaya dia tadi tidak melihat aku keluar dari ruangan pak Doni.


“ ngapain kalian berdua tadi kedalam ruangan pak Doni?” Tanyanya padaku. Sial. Ternyata dia melihatnya. Aku panik, aku tak mempersiapkan alasan-alasan yang harus kulatakan apabila aku ketahuan.


“ lo gak sedang macem-macem kan?” Tanyanya lagi. Sambil berdiri mendekatiku.


“ nggak kok, gue gak ngapa-ngapain, Cuma lewat aja” kataku padanya. Kucoba menjawab setegas mungkin biar dia tidak curiga.


“ wkwkwk lo pikir gue bego? Ngapain itu anak bawa tas segede itu, bawa kunci cadangan, keluar mengendap-endap gitu? Lo gak sadar gue liatin lo dari tadi? Wkwkwk” dia tertawa. Melihatnya tertawa seperti itu, Aku yang tadinya takut Akhirnya jadi merasa lebih tenang sekarang.


“Anjrit, lo liat kita berdua tadi “ rasanya aku malu sekali, ketahuan kalau sedang bohong.


“ iyalah,,gue daritadi disitu!” Katanya sambil menunjuk sofa dimana dia duduk tadi. Aku tak menyadarinya karena dari arah ruangan pak Doni, sofa ini gelap sekali.


aku tak punya pilihan lain selain harus menceritakan kepadanya. Lagipula, Aku sudah lama ingin bercerita kepadanya. Namun tidak ada waktu. Siapa tahu dia bisa memberikan ide-ide lain yang bagus.


“Gue bisa ceritain, tapi kalau bisa gak disini” kataku sambil mendekati Nita dan mengajaknya pergi ke Ruanganku. Diapun mengangguk dan kemudian mengambil barang-barangnya dan ikut denganku.


Kami pun sampai di ruangan kerjaku. Sambil duduk kuceritakan semua yang terjadi pada bu Mia. Perselingkuhannya dengan pak Doni, kejadian video seksnya dengan Pejabat Negara dan tentang indikasi korupsi yang terjadi di perusahaan. Nita hanya diam mendengarkan, sesekali dia menggeleng-gelengkan kepala, mungkin saking tak percaya dengan apa yang didengarnya.


“ kurang lebih begitu cerita singkatnya, gimana menurut lo? Tanyaku setelah menyelesaikan ceritaku padanya.


“ rasanya itu akan sulit mas.” Katanya mengomentari


“ iya, gue juga tahu!” Jawabku. Memang benar akan sulit. Bahkan bu Mia pun bilang itu sangat tidak mudah.


“ tahu tapi mas Riza tetap mau melakukannya?” tanyanya padaku. Dia menatapku dengan tatapan serius. Akupun mengangguk pelan.


“ kenapa mas Riza mau melakukannya? Mas Riza gak paham resikonya?” Tanyanya lagi. Dengan nada dan raut wajah yang lebih serius dari biasanya. Jarang aku menemui dirinya yang seperti ini


“Iya, gue paham apa resikonya” aku balik menatapnya dengan tajam.


“ paham?? Bagaimana bisa itu yang lo bilang sebagai kepahaman?” Tanyanya lagi.


“Pertama ini semua terjadi karena ada hubungan personal Pak Doni dan Bu Mia! Itu sifatnya sudah personal.. mas Riza gak perlu ikut-ikutan ngurusin itu” katanya lagi dengan nada yang tinggi.


“ kedua, lo gak tau siapa yang akan lo hadapi! Gimana kelanjutan karier lo nantinya kalau itu gagal” tanyanya lagi sambil menunjuk ke mukaku. Okay, now i’m pissed.


“ ok! gue jawab, pertama.. sejak ada ancaman, pemerasan dan pemaksaan, menurut gue itu bukan lagi masalah personal!” Jawabku dengan nada yang tak kalah tinggi.


“ kedua, iya, gue gak tau! dan gue tetap mau melakukannya, karena kata hati gue berkata seperti itu.. “ jawabku. Memang aku tak banyak berpikir tentang ini, aku hanya mengikuti dorongan hati saja sejauh ini. Pilihannya ada dua, aku bisa diam saja membiarkan semua terjadi, atau melawan, dengan resiko gue kehilangan pekerjaan ini. Tentu pilihanku adalah pilihan kedua!.


“ mas Riza jangan terlalu naif!” Sahutnya.


“ atau Jangan-jangan mas Riza cuma pengen sok-sokan jadi pahlawan?!” Tambahnya dengan nada yang lebih meninggi. Entah kenapa dia jadi emosi.


“ iya, lo boleh bilang gue naif.. Buat gue yang penting adalah gue bisa bebas melakukan apa yang gue yakinin, dan itu gak ngerugiin orang lain” jawabku dengan nada meninggi juga.


“ lo boleh bilang juga kalau gue sok pahlawan, tapi asal lo tau! misalkan kalau itu terjadi pada lo sekalipun, gue akan tetap melakukan hal yang sama!” Kataku sambil menunjuk tepat ke arahnya. Sedikit membentak kalau kurasakan. Kucoba menahan emosiku. Aku terpancing dengan perkataannya tadi. Jadi itukah yang dilihat olehnya ketika aku ingin berbuat sesuatu untuk membantu seseorang yang dekat denganku? Tentu itu mengecewakanku.


“ gue gak akan jadi pengecut yang mikirin dirinya sendiri!”


Kulihat matanya berkaca-kaca, mungkin dia terkejut melihat aku seperti tadi. Atau entah dia tersinggung oleh ucapanku atau memang perkataanku terlalu keras untuknya.


“Sori nit! Gue gak bermaksud bentak lo” kataku kemudian. Lalu dia Cuma menggeleng pelan.


“Nggak..gue Cuma me rasa mas Riza gak pantas dibawa-bawa dalam masalah ini” jawabnya.


“ apa yang terjadi itu adalah karena kesalahan yang dilakukan Bu Mia juga, gue rasanya gak rela kalau Mas Riza yang harus menyelesaikannya, menanggung segala resikonya” lanjutnya sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca tadi.


“ semua orang pernah salah Nit! Tetapi.. ketika mereka mau memperbaiki kesalahannya, gue sebagai orang yang dekat harus mendukungnya” kataku. Itulah prinsipku selama ini, Berasal dari pesan yang sering disampaikan ayahku sedari aku kecil dulu. Yang selalu membekas di ingatanku dan kupegang selalu.


“ Segitukah pentingnya bu Mia??” Tanyanya lagi.


“ huh? Maksud lo?” Aku balik bertanya karena kurang paham dengan maksud pertanyaannya.


“ apa dia mau melakukan hal yang sama ketika mas Riza yang kena masalah seperti itu??” Tambahnya.


“ gue gak peduli soal itu!” Jawabku dengan tegas.


“ berbuat baik bagi gue didasari ketulusan Dalam hati, bukan melalui hitung-hitungan matematis “ tambahku padanya. Mendengar itu Nita hanya bisa menggelengkan kepala.


“ hahaha.. you will always be you!” Jawabnya sambil tertawa. Yang sedikit kurasakan sebagai sindiran.


“ lo selalu mentingin orang lain dulu.. Tapi lo harus ingat mas, suatu waktu, lo perlu mementingkan orang lain dan di waktu lain, lo harus mentingin diri lo sendiri!” Lanjutnya.


“ ya.. gue tahu, dan menurut gue saat ini gue harus mentingin orang lain lebih dulu!” Jawabku santai. Aku sudah berhasil sedikit menekan emosiku. Dia pun hanya menggelengkan kepalanya lgo, sambil tersenyum kecut.


“ sekali lagi gue bilang, bahkan kalau kejadian ini menimpa lo, gua juga bakalan mentingin lo dibanding dulu diri gue sendiri” Tegasku


“ hahaha… “ dia hanya membalas dengan tawa yang sinis.


“ iya.. iya.. gue melupakan satu hal mas Riza,, seperti gue bilang dulu mas, lo emang terlalu baik!” Katanya


“ naif, tulus, baik” tambahnya lagi sambil berdiri mendekatiku.


“ ditambah ganteng! Pantesan saja banyak yang suka hahaha” katanya dengan nada seolah-olah menyindirku sambil berjalan memunggungiku. Aku hanya tersenyum kecut.


“ ga ada hubungannya, apa yang lo bilang..!” Jawabku.


“Jangan bilang Bu Mia juga suka sama Lo?” tanyanya tiba-tiba. Memotong jawabanku tadi.


“Ok ok.. tebakan lo soal Jessie emang benar, tapi jangan lo jadi menebak-nebak hal yang aneh-aneh ” kataku, tak menjawab apa yang ditanyakan dia tadi.


“Jangan-jangan lo juga suka bu Mia? Makanya lo rela ngelakuin apa saja” tannyanya lagi seolah mengabaikan jawabanku barusan.


“ stop it! Gue ceritain ini bukan untuk curhat kayak kemarin!” Kataku mengingatkannya. Dalam hal ini aku menginginkan dia tahu inti masalahnya, bukan menggali perasaanku pada bu Mia.


“ sorry..sorry..sorry, gue masih kebawa suasana Curhat lo yang dulu hehehe” tampaknya Nita sudah kembali normal. Tak tampak emosi di wajah dan suaranya.


“ it’s okay! Terimakasih atas kekhawatiran lo.. tapi gue bakal fine-fine aja kok ” balasku.


“ ya.. ya.. ya.. okelah, gue juga gak masalah kalau lo tetep ngotot mau bantuin bu Mia” Katanya sambil berjalan mendekatiku.


“ bukan hak gue nyampurin urusan lo” tambahnya lagi.


“ sayang sekali, padahal gue pengen ngajak lo terlibat, nyampurin urusan gue kali ini.” kataku sambil menatapnya. Dan dia hanya menatapku kaget.


“ why me?” Tanyanya. Seakan tak percaya.


“ karena menurut gue, lo orang yang tepat.” Jawabku.


“ jadi gimana menurut lo?” Tanyaku lagi. Kulihat dia mulai tenang, dan mulai duduk di kursiku.


“ gue tersanjung, tapi ya seperti gue bilang lagi tadi.. ini penuh resiko, dan rumit” Jawabnya.


“ dan kenapa mas Riza percaya ama gue?” Tanyanya serius.


“ lo udah jadi orang terdekat gue juga, gue yakin lo adalah orang yang bisa dipercaya!” Jawabku meyakinkannya. Dan dia hanya tersenyum mendengar itu.

“ gue gak tau bagian mana dari gue yang bisa bikin lo percaya.. tapi ini poinnya!” Katanya.


“ pertama, gue gak paham soal hacking komputer dan sebagainya..” tambahnya


“ lagian kalau hacking dan menghapus file digital di komputer atau di handphone orang lain itu bisa jadi tindakan kriminal, lo harus paham itu!” Terangnya.


“Betul.. tetapi kalau yang hilang adalah video seks, atau video porno,, apa mungkin yang kehilangan mau memperkarakan ini di pihak berwajib? Hahaha” Tanyaku balik.


“ ya masuk akal sih, tetapi tetap perbuatan kriminal.. lo harus tetap hati-hati” Jawabnya. Aku hanya mengangguk setuju.


“ kedua, soal laporan keuangan, korupsi dan lain-lain perlu gue coba teliti lagi. Kebetulan gua gak ikut menyusun laporan keuangan tahun 2018. Siapa tahu setelah gue lihat, gue bisa coba kasih pendapat” katanya lagi menambahkan.


“ tapi rasanya bakal sulit menemukan bukti fisik yang bisa membuktikan kecurangan, kecacatan laporan atau pemalsuan di dalamnya.” Katanya menambahkan.

“ iya itu gue juga tau! Mereka berani melakukan kecurangan di korporasi sebesar ini, pasti mereka sudah mempertimbangkan resiko dan tentu sudah mengeliminasi resiko itu kan? ” Tanyaku


“ hahaha that’s why! Gue gak yakin rencana kalian ini akan berhasil” jawabnya.


“ sejujurnya gue juga awalnya gak yakin, rencana bu Mia ini terlalu susah dibuktikan, tanpa dukungan dari pihak yang lebih tinggi” kataku.

“ tapi sebenarnya gue mulai ada bayangan ini akan berhasil setelah nemuin sesuatu di komputer pak doni tadi” kataku sambil menunjukkan flashdisk tempatku menyimpan video dari komputer pak Doni. Nita seperti terkejut ketika aku menunjukkannya, mungkin dia tidak berpikir aku bisa menemukan sesuatu disana.


“ apa yang lo temuin?” Tanyanya penasaran.


“ sesuatu yang gue pikir bisa memojokkan pak Doni, dan juga orang-orang yang ada diatasnya. tapi untuk sementara ini gak terlalu penting” kataku sambil memasukkan lagi flashdisk itu kedalam tasku.


“ so sekarang gue harap, semakin banyak tenaga yang membantu kami, semakin banyak akan semakin bagus ” kataku padanya.


“ makanya gue harap lo bisa bantu kami, lo punya kemampuan untuk itu kan?.” Akhirnya secara resmi aku meminta bantuannya. Kemampuannya berpikir dan pengalamannya sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik tentu dapat berguna bagi kami.


“ gue gak bisa janji” jawabnya lirih. Sambil menatapku.


“ gak papa, Gua gak bisa maksa, tapi lo bisa pikirin dulu, gue akan nunggu jawaban lo” jawabku. Sebenarnya kalau dia tidak mau pun aku tidak akan memaksa, tentu dia memikirkan resiko-resikonya.


“ ok gue pikirin dulu” jawabnya lirih


“ hm.. tapi Kenapa kalau lo yang minta, rasanya gue gak bisa menolak?” Dia kembali duduk disampingku, lalu mendekatiku.


“ it’s in my blood hahaha” jawabku sekenanya.


“ you bet! “ katanya sambil mendekatkan bibirnya di bibirku, lalu mengecup bibirku. Aku hanya terdiam saja. Dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya. Aku pikir, dia Cuma sedang mengerjaiku lagi. Sama seperti kemarin.


“So, bisakah gue artiin ini sebagai jawaban lo? A yes?” Tanyaku ketika bibirnya terlepas dari bibirku.


“Belum kampret!.. gue masih mikiiir” katanya sambil memukul dadaku. Aku hanya tertawa saja.


“ ok ok.. lu bisa pikirin lagi” Jawabku. Sementara dia semakin mendekatkan bibirnya di pipiku.


“ seharusnya lo harus bayar gue mas. Gue tadi nyari lo buat nyari seneng, tapi malah lo jadiin konsultan..” bisiknya pelan.


“ anjiir perhitungan amat.. lalu pake apa gue harus bayar?” Tanyaku. Dia hanya tersenyum menggoda.


“ Well..” dia kembali berbisik menggoda.


Drt..drt… drt.. belum selesai dia menjawab. tiba-tiba handphoneku bergetar. Tadi sengaja kubikin handphoneku dalam keadaan silent. Untuk berjaga-jaga agar tidak berbunyi saat melakukan tugas pemasangan alat di ruangan pak Doni. Kulihat layar handphoneku, ternyata itu pacarku Dwi.


“ pacar gue Nit, gue angkat dulu ya!” Kataku pada Nita.


“Iya angkat di sini saja gakpapa kok” jawabnya sambil tersenyum. lalu segera menarik badannya menjauhiku.


“ halo sayang! “ Sapaku. Cukup aneh jam segini pacarku sudah meneleponku. Padahal baru sekitar sejam yang lalu aku meneleponnya.


“Halo sayang.. kamu sudah pulang?” Tanyanya. Dan seterusnya kami mengobrol. Ternyata dia ingin meneruskan percakapan yang yang tadi sore terpotong. Membicarakan masalah-masalah persiapan pernikahan kami lagi.


Rasanya akan cukup lama kami mengobrol, karena ternyata ada masalah dengan percetakan undangan, dan ada permasalahan di keluarganya soal berbagai teknis pernikahan. Kulihat Nita tampak bosan menunggu ku selesai bertelpon.


“ masih lama?” Tanyanya sedikit berbisik di telingaku satunya. Aku pun membalasnya dengan anggukan.


Dia lalu tersenyum dan memandangku dengan tatapan menggoda. Aku pikir dia akan melakukan sesuatu untuk mengerjai aku lagi.


Dan benar, dia lalu menutup pintu ruanganku, dan menguncinya. Dan kemudian Mendadak ia duduk di lantai di depan sofa tempat aku duduk. Lalu , dengan sedikit menggodaku dia menarik resletingku dan berusaha membuka celanaku.


Aku tentu terkejut. Kejahilannya ini jauh melebihi perkiraanku. Bisa-bisanya dia melakukan itu disaat aku sedang berbicara di telepon dengan pacarku. Secara refleks aku tentu mencoba menjauh.


“ aauu..” aku sedikit berteriak ketika Nita berhasil menarik celanaku hingga ke lututku.


“ kenapa sayang?” Tanya pacarku ketika mendengar aku tiba-tiba berteriak. Sementara kulihat Nita hanya menahan tawa, sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya.


“ ah nggak kok, kayak ada yang gigit kakiku..” Jawabku pada pacarku.


Nita kembali tertawa tanpa suara, sambil menutup mulutnya. Lalu dia mendekati aku lagi. Dan mulai berbisik.


“ lanjutin aja telponnya, gue yang urus titit lo hihihi” Bisiknya lalu mencium pelan pipiku. Dan terus beranjak duduk di lantai lagi.


Setelahnya dia melucuti celanaku dan celana dalamku seutuhnya. Kulihat dia memandang tajam ke arah penisku yang langsung berdiri.


"Ajh..." mendadak ia menggenggam batang penisku, membuka mulutnya dan menciumi penisku dengan bibirnya yang tipis.



“ Sayang? Kenapa lagi?? “ kudengar suara di seberang telepon mengagetkanku.


"Mmmh..." aku melenguh dengan pelan, kucoba menahannya dengan menutup mulutku dengan tangan. Sementara Nita dibawah sana sedang mengulum dengan pelan kepala penisku, sambil mengocok dengan lembut batangnya.


“ hm.. gapapa kok, gatel aja digigit nyamuk” jawabku kemudian.


Rasanya sekarang, Penisku yang sudah tegang makin terasa tegang. Nita yang tak henti-hentinya menahan tawa, menghentikan kulumannya, lalu mulai menjilati batang kemaluanku ini dengan pelan-pelan dari ujungnya sampai ke bijinya. Rasanya sangat geli dan nikmat.


Jujur ini sensasi baru bagiku, Mengobrol dengan pacarku sambil diservis oral seks Nita disini. Belum lagi ada ketakutan dalam hatiku kalau apa yang kami lakukan bakal terekam CCTV yang letaknya tepat diatas Sofa ini. Rasanya adrenalinku meningkat, dan rasanya begitu menggairahkan.


Setelah penisku benar-benar basah oleh jilatannya. Dia memasukkan penisku penuh ke dalam mulutnya.



“Oahmm.... Mmmhhh.." seluruh batangnya masuk ke dalam mulutnya. Menimbulkan suara kecil dari mulutnya.


Lalu dia melakukan gerakan memaju mundurkan kepalanya dengan teratur. Dan sekali-sekali dimasukkannya penisku dalam sekali di dalam rongga mulutnya. Tampaknya dia cukup berpengalaman,atau memang karena didukung suasana yang memacu adrnalin ini. Bagiku rasanya deep throatnya sangat nikmat sekali.


Rasanya aku sudah tak bisa berkonsentrasi mendengar cerita pacarku. Aku, berusaha menahan ejakulasi sekuat tenaga. Aku kuatir tidak dapat menahan desahanku kalau aku keluar nanti. Tampaknya Nita menyadarinya, makanya Dia melepaskan mulutnya dan beranjak berdiri sambil mengocok penisku dengan lebih cepat.


“ cepetan keluarin aja.. capek mulut gue!” Bisiknya di telingaku. Aku hanya mengangguk saja sambil menatapnya lemah.


Kembali dia turun ke bawah, mengocok dengan tangannya, sementara lidah dan bibirnya melahap penisku. Setiap inchinya tak ada yang dilewatkan dari lidahnya. Semakin lama kocokannya semakin cepat, dan aku tak bisa melukiskan perasaan nikmatnya lagi.


. "Udah mau keluar...." sengaja kujauhkan handphoneku dan kututup microphonenya. Dan aku berbisik pada Nita.


“ keluar kemana?” Kudengar suara dari seberang telepon. Ternyata Dwi masih mendengar suaraku. Suaranya sedikit mengacaukan konsentrasiku yang ingin segera mengeluarkan spermaku.


“ ah.. mau keluar dari ruanganku” Jawabku sekenanya. Sambil kembali berkonsentrasi pada rasa nikmat di penisku.


Aku sudah tidak tahan lagi. Sementara Nita masih dengan telaten mengulum dan mengocok penisku dengan wajahnya yang nakal.


. "Sshh.. ..." desisku pelan saat Aku merasakan spermaku akan keluar.


"Hmff..." Jawab Nita. ia mempercepat frekuensi kocokan tangannya. Kepalanya bergerak naik turun semakin cepat. Aku berusaha menahan kepalanya dengan tangan kananku agar spermaku tak menyemprot mengotori ruanganku.


. "Ahhh..." aku tak kuasa lagi menahan nikmatnya. Kutumpahkan isi penisku di dalam mulutnya. Sementara Nita lalu mengulum penisku dengan pelan kembali. Sambil merasakan sisa-sisa lelehan spermaku di dalam mulutnya.


“ sayang?? Masih digigitin nyamuk?” Tanya Dwi di seberang telepon. Sementara aku yang sedikit lemas hanya menahan tawa. Maafkan aku ya sayang.


“ iya, ini nyamuknya bandel banget.. bisa habis darahku hehehe” jawabku sambil menatap Nita yang ada dibawahku. Ya dialah si nyamuk itu hehehe.


"Mmmhh.. oAhhh...." dia membuka mulutnya sambil memukul pelan perutku. Kulihat Sperma hangat menetes dari bibirnya. Sepertinya itu sisa-sisa sperma yang gagal tertelan olehnya. Tanpa ragu dia menjilati kepala penisku. membersihkan sperma yang tersisa. Penisku terasa sangat geli rasanya.


“ kok kamu ngos-ngosan gitu? Tanya Dwi. Sial, aku lupa mengatur nafasku. Pasti kedengaran dari telepon.


“ ah nggak kok, ini lagi siap-siap aja mau pulang” jawabku.. Sementara kulihat, si Nita sedang mengelap mulutnya menggunakan tissue.


“ yaudah deh kalau Gitu, kamu hati-hati ya kalau pulang nanti” Pesan Dwi sebelum menutup teleponnya. Dan sambungan telepon itu tak lama kemudian pun terputus.


“ anjir.. gue dibilang nyamuk” kata Nita sambil memukulku lagi.


“ sorry.. sorry..hehehe” kataku sambil memegangi tangannya, mencegah pukulannya sampai ke tubuhku. Kutarik tubuhnya mendekatiku dan memeluk tubuhnya yang kecil itu.


“ thanks ya..” bisikku padanya.


“ thanks doang?? Mas Riza belum bayar gue anjiir! “ dia membalas dengan sedikit sewot.


“ hehehe.. Sorry nit, I Have to go! Next time ya!” Jawabku sambil beranjak berdiri. lalu memakai celanaku lagi.


“ yee.. mau enaknya aja” jawabnya sambil manyun. Sekaligus merapikan bajunya yang sedikit kusut karena beberapa kali kutarikin tadi.


“ iya, kan gantian, lo udah bikin gue kentang seminggu lalu hehehe” balasku. Sementara dia semakin cemberut.


“ yaudah gue balik aja deh! Awas aja kalau besok-besok gak bayar jasa konsultasi gue!” Katanya sambil menunjuk ke mukaku . Dan kemudian keluar dari ruanganku dengan cepat-cepat..


Kalau kupikir, Memang apa yang kulakukan kelihatannya agak berlebihan sih, tapi rasanya hampir sama dengan kejahilannya minggu kemarin.


itu alasan pertama, Kuanggap itu sebagai pembalasan padanya. Lagipula aku tak begitu ingin berhubungan badan dengannya hari ini.


Yang kedua adalah, tepat saat telepon ditutup tadi. Ada pesan whatssapp masuk dari Jessie. Ada dua pesan singkat yang berbunyi :


“ Za, lo bisa temenin gue malem ini?”

“ ada yang perlu gue omongin”



BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd