Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Office Story 2019

Status
Please reply by conversation.
Ini weekend kan suhu? Wkwkwkw
Btw kenapa sekarang jadi sekali doang seminggu, biasanya dulu bisa 2-3..
 
Ini weekend kan suhu? Wkwkwkw
Btw kenapa sekarang jadi sekali doang seminggu, biasanya dulu bisa 2-3..

Jumat itu weekend atau bukan, itu tergantung kesepakatan para suhu sekalian :D

Sekarang cuma seminggu sekali karena di kerjaan udah mulai sibuk. Dan emang dari chapter 1-13 itu dari bulan mei udah selesai ane bikin, cuma sedikit ane edit untuk nambah-nambahin.

Sementara setelahnya itu mulai chapter 13-14 sebenarnya dulu ane buat buat season 2, dan belum selesai ditulis. Tapi akhirnya ane jadiin satu aja deh. Biar gampang nyarinya.
Karena belum selesai, jadi ya tentu belum bisa update rutin lbih dari 2 kali seminggu. Mohon maklum. :Peace:
 
Chapter 17 : Bad Dream


Ilustrasi


Jessie



Regina



Bu Mia



Nita












Kantor, pukul 06.50 WIB. Aku sudah sampai di kantor dan memarkirkan motorku di parkiran motor. Aku tadi berangkat berdua dengan Jessie, berboncengan naik Vespaku dari rumah kontrakannya. Dia sudah masuk kantor hari ini walaupun masih harus memakai baju outer yang lebih tebal dari biasanya, karena dia masih sedikit demam.


Itu juga yang membuat kami tak jadi bercinta semalam, karena di pertengahan percumbuan kami kurasakan suhu tubuhnya masih cukup tinggi, hingga membuatnya nampak kurang nyaman . Karena khawatir akan kesehatannya, akhirnya aku mengurungkan niatku untuk melampiaskan nafsuku padanya, dan dia pun juga memahaminya. Dan Dia juga tak ingin aku malah tertular.


Selanjutnya Kami hanya mengobrol diatas tempat tidur, saling berbagi cerita sambil menonton film di Netflix melalui handphoneku, hingga akhirnya dia terlelap di dalam pelukanku.


“ kamu sudah sembuh Jessie?” Sapa Regina ke Jessie ketika kami masuk ke ruangan kami. Agak tak biasa Dia datang pagi-pagi sekali. Padahal biasanya dia datang di jam yang sama setiap hari, sekitar pukul 07.15 an, bersamaan dengan kebanyakan karyawan kantor ini.


“ udah mendingan sih Reg, tapi masih lemes aja” Jawab Jessie sambil duduk di mejanya, lalu melirik ke arahku. Setelahnya aku jadi tanpa sadar mengamati Regina.


Pikiranku langsung melayang ke adegan-adegan dalam Video yang kutonton kemarin. Adegan dimana tubuh sintal Regina dinikmati pimpinan tertinggi perusahaan ini. Aku jadi penasaran dengan Regina. Kalau kuperhatikan lagi dirinya, dibandingkan dengan wanita-wanita cantik di kantor ini, seperti misalnya Jessie atau Nita, Regina ini sebenarnya tidak lebih cantik, tapi dia punya aura yang dapat menarik perhatian pria. Dia punya tubuh tinggi dan dilengkapi dengan Lekuk tubuh sempurna, menjadikannya wanita paling seksi di antara hampir semua karyawati perusahaan ini yang aku pernah lihat.


Tiba-tiba kurasakan sebuah tutup bolpoin melayang menghantam kepalaku. Menghancurkan lamunanku. Ternyata Jessie yang melempariku tadi. Kini dia memandangiku dengan tatapan yang aneh.


“ aduh.. lo apa-apaan sih Jess?” Tanyaku sewot.


“ matanya bisa gak sih diatur” bisiknya dengan nada sinis.


Tampaknya dia menangkap basah diriku yang memandangi Regina. Aku hanya bisa tertawa pelan. Lucu melihatnya bertingkah seperti itu, Rasanya aku seperti punya pacar baru yang cemburuan ketika aku melirik cewek lain.


“ kenapa lagi sih kalian ini?” Sahut Regina


“ Baru aja Jessie masuk, udah mulai berantem hahahah” tambahnya sambil duduk di mejanya.


“ Biasa, lagi kangen gue si Jessie wkwkwk” jawabku sekananya. Yang dibalas dengan lemparan buntalan tissue dari meja Jessie.


“ hahaha.. coba kalau masih sama-sama single, kayaknya kalian cocok deh jadi pacar” balas Regina. Aku hanya tertawa pelan mendengarnya, sementara Jessie tampak mukanya tersipu malu.


Ya mungkin tidak salah apa yang dibilang Regina. Tanpa sepengetahuannya, Bisa dibilang hubunganku dan Jessie sudah lebih maju sekarang, Sejak semalam kurasakan Jessie sudah mulai memperlakukanku sebagai layaknya kekasihnya. Dalam hati tentu aku sedikit senang diperlakukan seperti itu dan juga cukup membuatku resah dan khawatir, aku semakin takut aku semakin tak bisa melepasnya nanti.


Tak lama Edo dan Bu Mia datang bersamaan. Setelah sedikit berbasa-basi, Bu Mia memberi kode pada aku dan Jessie untuk masuk ke ruangannya di jam istirahat nanti


Kami pun kembali pada kesibukan kantor kami masing-masing. Bulan ini, Bulan april adalah bulan terakhir pelaporan Pajak tahunan Perusahaan tahun 2018. Jadi kami lebih banyak membantu Regina menyusun draft Surat Pemberitahuan Pajak 2018. Setelah disetujui bu Mia, Manajer Keuangan dan Direktur Keuangan, barulah kami mengisikannya kedalam aplikasi pelaporan pajak dan melaporkannya secara online.


Pelaporan Pajak belakangan ini bagi kami cukup mudah, hanya saja proses menjadikan berbagai macam jenis laporan Keuangan perusahaan, Laporan Pembayaran Pajak, dan dokumen-dokumen pendukung menjadi sebuah file laporan tahunan pajak itu yang rumit. Apalagi untuk perusahaan dengan skala nasional seperti perusahaan kami.


Seperti halnya masalah yang kami hadapi sekarang, banyak data yang kami butuhkan ternyata tidak tersedia, itu cukup merepotkan bagi kami. Kami harus berkoordinasi lagi dengan Accounting dan kantor-kantor cabang untuk memenuhinya. Karena kalau tidak lengkap, atau tidak ada data itu bisa jadi kami harus berurusan dengan Kantor Pajak. Tentu itu menambah beban kerja kami.


Ting-ting. Kudengar handphoneku berbunyi, kulihat ada pesan masuk. Dari Firman, si Hacker muda yang membantuku kemarin. Kupikir dia akan menyampaikan hasil peretasannya. Tapi ternyata tidak.


“ bang, thankyu ya!! Gue ntr jalan sama mbak Nita! Heheheh” begitu isi pesannya. Aku hanya tertawa kecil saja membacanya. Entah bagaiamana caranya dia dengan mudah mengajak jalan Nita. Atau mungkin Nita yang memang sedang benar-benar butuh teman.


“ gimana hasil kerja lo?” Tanyaku padanya.


“ belum mulai sih bang hehehe.. nanti gue kabari kok, abis gue kencan wkwkwk” jawabnya. Dasar anak ini. Aku jadi menyesal memberikan nomor Nita.


“ ok..tapi jangan lupa selesain tugas lo SECEPATNYA!!” segera kubalas pesan itu.


“ Ashiaaap!!” Balasnya menirukan seorang youtuber yang lagi kondang itu.


Lalu hari kamipun berjalan seperti halnya hari-hari pekerja kantoran lain. Hingga Siangnya, di jam istirahat, setelah memastikan Edo dan Regina telah meninggalkan ruangan, Aku dan Jessie masuk ke ruangan bu Mia sesuai permintaan beliau tadi pagi.


“ gimana Jessie kamu sudah sehat” tanya bu Mia pada Jessie begitu kami masuk.


“ sudah mendingan bu hehehe!” jawab Jessie.


“ alhamdulillah, sekarang ada yang bantuin, rasanya aku kewalahan juga meneliti semua laporan keuangan , mungkin bakal lebih banyak perlu bantuan kamu Jess.. hehehe..” Kata bu Mia sambil tersenyum. Jessie pun membalas dengan senyuman kecil.


“ kemarin saya juga sempat coba-coba meneliti kok , beberapa ada temuan yang mungkin nanti saya sampaikan” jawab Jessie.


“ ok.. baguslah kalau begitu, tapi kamu gak perlu terlalu memforsir, nanti takutnya kamu gak sembuh-sembuh” tambah bu Mia.


“Riza, gimana hasilnya kemarin? Tanyanya kemudian beralih padaku.


Lalu kemudian aku menjelaskan secara singkat apa yang kukerjakan kemarin dan apa yang aku temukan di komputer pak Doni. Tentang Video yang melibatkan beberapa tokoh penting perusahaan ini juga kusampaikan pada beliau. Cuma aku belum menceritakan keberadaan Regina disana. Menurut Jessie, ada baiknya untuk sementara bu Mia tidak diberitahu siapa tokoh wanita yang ada di video seks dengan pak Ardian. Terlebih lagi Kami belum bisa memastikan kenapa Regina melakukan itu.


“ soal itu aku sudah banyak mendengar sih rumornya, tapi dari dulu kuanggap hanya isapan jempol belaka” kata Bu Mia.


Aku pun berpikir sama, selama ini kupikir kantor kami ini berjalan dengan normal-normal saja. Namun tanpa kusadari ternyata ada sesuatu hal tersembunyi di dalamnya. Mungkin aku tak akan pernah tahu itu kalau aku tidak memergoki apa yang pak Doni dan Bu Mia lakukan di ruangan ini bulan lalu.


“ tapi dengan adanya informasi itu, paling tidak kita punya alat lain yang bisa digunakan” tambah bu Mia sambil tersenyum.


“ mungkin itu bisa memojokkan pak Doni, tapi dia bisa saja menghindar, karena dia tidak aktif terlibat di Video itu” lanjut beliau. Kami pun mengamini perkataan beliau. Jelas Video itu bisa kami gunakan untuk motif politis, tapi mungkin tidak bisa kami gunakan untuk barter dengan Video Panas bu Mia yang masih dipegang pak Doni.


“ kerja bagus., aku sangat berterimakasih pada kalian, , tapi untuk sementara kalian bisa fokus ke kerjaan kantor saja dulu. Selanjutnya sambil menunggu kerja hacker kepercayaan pak Wira kita bisa jalani ini dengan santai, . “ kata Beliau, tampaknya beliau sudah cukup yakin dengan kerja hacker itu. Kalau rencana itu berhasil, tentu kami tak perlu lagi mengurusi lagi indikasi kasus korupsi di perusahaan ini.


“ siap bu!” Jawabku dan Jessie sambil beranjak keluar.


Aku dan Jessie berencana makan di Luar, sekaligus mencari tempat yang aman bagiku untuk mengakses kamera tersembunyi yang kupasang di Ruangan pak Doni. Sepanjang pagi tadi aku nyaris tidak sempat menyentuh Handphoneku untuk mengecek apa yang terjadi di Ruangan itu.


Kami memilih sebuah restoran makanan Italia di dekat kantorku, dengan pertimbangan Restoran ini biasanya sepi di siang hari, jadi cukup aman kalau kami mau mengakses ke kamera tersembunyi itu. Setelah duduk di tempat duduk kami dan memesan makanan, Aku mulai mencoba mengakses kamera tersembunyi itu. Setelah tersambung, gambanran ruangan itu mulai terlihat di Handphoneku.


Hanya ada Pak Doni di. Ruangan itu, sedang duduk di meja kerjanya, membaca tumpukan berkas yang ada di atas mejanya sambil sesekali mengecek sesuatu di komputer. Tak beberapa lama Sambil menelepon seseorang yang tidak kami ketahui, dengan terburu-buru, pak Doni beranjak meninggalkan meja kerjanya untuk mengambil sesuatu di rak kecil lemarinya, tak jelas apa yang dilihatnya disana, tapi pak Doni segera kembali ke meja kerjanya lagi.


“ gimana? Bisa kameranya?” Tanya Jessie sambil melongok ke kamera. Akupun menunjukkannya padanya.


“ jadi, kayaknya dia gak ada kecurigaan gitu” tambahnya setelah melihat ke layar handphoneku.


“ iya.. baguslah” jawabku singkat.


“ dia mungkin belum menemukan hal mencurigakan, tapi kita juga belum menemukan sesuatu yang mencurigakan dari dia” tambahku sambil menghembuskan nafas panjang.


“ kamu tenang aja, masih banyak waktu kan..” kata Jessie sambil mengelus tanganku, mencoba untuk menenangkanku. Akupun tersenyum kecil membalasnya, tentu hal seperti ini tak akan terjadi kalau kami sedang berada di Kantor atau saat bersama teman kantor kami. Tapi, saat kami sedang berdua saja Jessie jadi bisa lebih leluasa melakukan itu.


Tak lama kemudian makananpun datang, Sambil memperhatikan Video itu aku dan Jessie segera menyantap makanan yang kami pesan, Jessie tadi memesan spaghetti, sedangkan aku memesan Risotto.


“ eh Za, itu si Nita bukan ya?” tanya Jessie sambil menunjuk ke arah parkiran. Disana ada seseorang wanita yang baru saja turun dari mobil sedan putih keluaran Volkswagen.


“ ah. Gak mungkin ah, harusnya kan dia ngantor hari ini” jawabku setelah melihat wanita itu. Wanita itu memakai pakaian santai Kaos polos yang ditutupi cardigan, dan Celana Jeans. Kupikir jelas itu bukan Nita, karena harusnya dia memakai pakaian kantor hari ini. Dan lagipula, yang kutahu itu bukan mobilnya. Karena aku tahu di kesehariannya dia mengendarai mobil model City car keluaran Honda.


“ kamu liat lagi yang bener!!” Kata Jessie sambil menunjuk ke arah itu lagi. Lalu terpaksa kulihat lagi dengan seksama. Tak lama kemudian seseorang yang mengemudikan mobil itu turun. Seorang pria muda tinggi kurus,. Rasanya aku cukup familiar.


“ hmm.. masak sih itu Nita?” Tanyaku pada Jessie penasaran. Sementara dua pasangan itu berjalan masuk ke restoran.


“ Kak Jessie! Mas Riza?? “ begitu suara Si Wanita itu menyapa kami. Dan ternyata benar itu Nita. dia tampak kaget melihat keberadaan kami disana. Tapi Aku justru lebih kaget lagi melihat siapa yang ada di belakangnya.


“ hai Nit!” Sapa Jessie sambil tersenyum.


“ Nita, kok bisa lo sama dia?” Tanyaku berpura-pura kaget, padahal sebenarnya aku sudah tahu mereka akan jalan, tapi kupikir tidak akan secepat ini progresnya.


“ anjiiir, pura-pura gak tau lo” kata Nita sambil memukul bahuku. Sementara aku hanya tertawa.


“ Halo Bang!” Kulihat si Laki-laki di belakag Nita meyapaku dengan senyum lebar sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ya, ternyata di si Firman. Si Hacker muda itu tampaknya sedang jalan dengan Nita, luar biasa juga dia, selain membuatku kaget karena bisa mengajak Nita berkencan, sekarang dia mengagetkanku dengan penampilannya yang jauh lebih rapi dari kemarin dan tentu saja mobil yang dikendarainya tadi. What a surprise.


“ whatsapp!!” Sapaku padanya sambil menjabat tangannya.


“ halo mbak, gue Firman!” Katanya kemudian sambil menjabat tangan Jessie.


“gue Jessie..” jawab Jessie sambil membalas jabat tangan Firman.


“ lo kok pakai pakaian gitu? Lo gak ngantor?” Tanyaku pada Nita.


“ hari ini gue lagi cuti mas, nanti sore ada acara keluarga di Bekasi dan kebetulan aja ada yang mau nganterin hehehe” Jawabnya sambil melirik ke Firman,


“Hahaha.. Jadi lo Cuma supir aja Firman?” Tanyaku pada Firman. sementara Firman hanya tersenyum malu-malu saja.


“Yaudah kita cari tempat duduk dulu mas, kak” kata Nita sambil kemudian mencari tempat duduk yang agak jauh dari kami.


“ ok..” jawabku dan Jessie bersamaan.


Setelahnya kuceritakan siapa firman itu, dan bagaimana Firman bisa kenal sama Nita, gimana kemarin aku bertemu Nita di ruangannya. Dan kuberitahu kalau Nita tahu rencana yang telah dibuat bu Mia.


“ apa? Jadi Nita tahu rencana kita?” Tanya Jessie kaget.


“ iya, gausah kuatir, aku yakin dia bisa dipercaya kok.. “ jawabku santai.


“ kamu yakin? Kalau aku, walaupun aku tau anaknya baik, tapi setelah melihat video kemarin, rasanya jadi semakin susah percaya pada orang lain di kantor kita” kata Jessie.


“ kamu benar, mungkin gak semua orang dapat dipercaya, tapi aku yakin banget sama Nita, dan aku yakin kita bisa manfaatin kemampuannya.” Jawabku lagi.


“ ya, mudah-mudahan kamu gak salah, ” katanya sambil menghabiskan cappucinonya.


Sementara kuperhatikan lagi Nita dari kejauhan. Dia tampak asyik bercanda dengan Firman. Entah bagaimana cara Firman merayunya. Dan kuperhatikan Firman juga, kemarin kupikir dia tipe-tipe mahasiswa menengah yang jarang memperhatikan penampilan, naik motor butut dan makan sehari sekali. Ternyata dia bukanlah termasuk golongan itu, dia bisa juga tampil ganteng, punya mobil keren dan bisa juga mengajak Nita makan di restoran yang lumayan mahal ini , jujur itu membuatku malu hahaha.


Selesai makan kucoba mengecek lagi apa yang dilakukan pak Doni lewat kamera pengintai. Ruangannya sudah kosong, tak ada orang sama sekali. Jadi kuputuskan untuk mengakhiri pengjntaian dan mengajak Jessie kembali ke Kantor. Sebelum pergi kusempatkan menghampiri Firman dan Nita sekedar untuk berpamitan, lalu kamipun pergi kembali ke kantor.


Di kantor, Regina dan Edo sudah kembali ke tempatnya dan sibuk di depan komputernya masing-masing. Bu Mia sepertinya sedang tidak ada ditempatnya, kemungkinan masih sedang makan di luar atau sedang ada meeting dengan para atasan.


Sorenya, pukul 18.00 di kantor, seperti biasa Edo pulang paling cepat tepat setelah jam pulang kantor tadi., meninggalkan Aku, Jessie dan Regina bertiga di ruangan. Sementara, bu Mia tadi sempat kembali ke ruangannya sebentar, tapi kemudian harus mengikuti meeting lagi dengan manajer keuangan.


Sebenarnya Aku tidak berencana lembur, Cuma aku rasa cukup nanggung kalau pekerjaan ini tidak aku selesaikan hari ini juga, apalagi minggu depan aku akan cuti, jadi kalau bisa dalam dua hari ini pekerjaanku yang mendesak harus aku selesaikan. Jessie dan Regina juga mungkin berpikiran demikian, mereka juga sibuk menyelesaikan kerjaannya masing-masing.


Ting ting. Terdengar suara Handphone Regina berbunyi karena ada pesan yang masuk. Setelah mendapat pesan itu, Regina segera beranjak dan berpamitan pada kami. Kemungkinan karena jemputannya sudah datang.


Lalu kucoba mengecek apa yang terjadi di Ruangan Pak Doni melalui kamera pengintai. Dari yang tergangkap kamera, ruangan itu sudah gelap. Tanda bahwa tidak ada orang di ruangan itu. Maka akupun memutuskan untuk pulang. Kali ini aku harus benar-benar pulang, karena orangtuaku di jam segini tentu sudah dalam perjalanan kembali ke Jakarta.


“ Kamu mau pulang nggak Jess? Mau aku anterin?” Tanyaku pada Jessie.


“ nggak deh za, aku udah janjian sama Bu Mia tadi, aku nanti nemenin Bu Mia belanja, sekalian aku mau nginep di apartemennya lagi” Jawab Jessie. Aku pun mengangguk lalu segera beranjak mengambil tasku dan meninggalkan ruangan.


Setelah turun dari lift, Aku berjalan santai kearah Parkiran Motor yang berada di Basement gedung ini. Parkiran motor disini cukup jauh dari lift tempatku turun tadi, aku harus berjalan melewati lorong yang cukup panjang melewarti parkiran mobil di basement.


Jam segini memang biasanya cukup sepi karena rata-rata pegawai sudah pulang tepat saat jam pulang kantor, namun entah kenapa kali ini jalan menuju parkiran terasa lebih gelap dari biasanya. Sehingga aku secepat mungkin mempercepat langkahku ke arah parkiran.


“ Riza!” Kudengar suara pria yang cukup familiar, sepertinya dari belakang. , aku pun menoleh ke arah suara itu. Tampak ada tiga orang yang berjalan menuju ke arahku. Karena situasi agak sedikit gelap, aku kesulitan melihat siapa itu, hingga akhirnya setelah semakin dekat, baru kuketahui kalau itu adalah pak Doni dan Pak Sutarsa, sopir pribadi pak Doni, dan seseorang lagi yang tak kukenal.


“ oh.. pak doni? Ada apa pak?” Aku mencoba berbasa-basi sambil melihat mereka datang ke arahku. Jujur aneh melihat mereka ada disini, karena parkiran pejabat harusnya ada di depan kantor kami. Perasaanku jadi tidak enak.


“ hehehe.. nggak.. aku cuma lihat kamu tadi lewat..” jawab pak Doni santai, namun tetap tak menghilangkan perasaan aneh yang kurasakan. Entah kenapa aku merasa terintimidasi oleh keberadaannya.


“ oo.. heheh.. yaudah pak, saya pulang dulu kalau gitu..” kataku. Entah kenapa rasanya aku harus segera pergi dari sini.


“ tunggu dulu Riza, sepertinya ada sesuatu yang seharusnya kamu kembalikan padaku” kata Pak Doni sambil berjalan mendekatiku.


Sial, aku mulai merasakan keringat dingin keluar dari kulitku. Aku mulai agak panik. Apakah aku ketahuan telah mengambil video-video itu dari komputernya? Tapi bagaimana dia tahu? Tidak ada CCTV disana, aku dan Firman juga tak meninggalkan jejak disana.


“ emm..maksud bapak?” Sambil menenangkan diriku, aku mencoba berpura-pura tak tahu dengan apa yang dibicarakannya.


“ hm.. kamu gak usah pura-pura gak tahu..” jawabnya dengan pelan, tapi bagiku terasa berat, dingin dan menjatuhkan mentalku. Jauh dari kesan hangat yang seringkali diperlihatkannya di kantor.


“ maaf Riza, aku harap tidak ada dendam diantara kita setelah ini” katanya berbisik di telingaku.


BUGH.. aku cukup terkejut karena belum sempat aku membalas perkataannya, kurasakan pukulan tangan kiri pak Doni menghantam telak di perutku.


“Ugh.. “ Rasa sakit yang kurasakan sungguh luar biasa. Akupun jatuh tersungkur di lantai sambil memegangi perutku.


“ pak Tarsa, Iwan tolong geledah tasnya!” Kata Pak Doni memerintah pak Sutarsa dan orang yang bernama Iwan itu. Ternyata benar dia tahu. Bodohnya aku, . Flashdisk yang berisikan Video-video itu ada disitu. Aku belum sempat menyalin isinya ke komputer lain. Kalau sampai benda itu diambil tamatlah sudah riwayatku. Bu Mia dan Jessie juga tentu ikut terbawa dalam masalah.


Kulihat sekelilingku, tak ada orang lain, dan tempat ini tidak ada CCTV terpasang, hingga mungkin kejadian ini luput dari pengawasan Security kantor. Sambil menahan sakit, kuraih tasku dan kugenggam erat-erat.


“ maaf ya mas, saya harus menjalankan tugas..” kata Pak Sutarsa, tampak wajahnya menampakkan raut tidak enak karena harus mengambil tas dariku.


Kemudian orang yang bernama Iwan itu menarik tubuhku, sedangkan pak Sutarsa menarik tasku dengan paksa. Dengan sekali tarik, Pak Sutarsa berhasil merebut tas Ranselku. Dia kemudian membukanya untuk mencari sesuatu di dalamnya. Dan tak lama kemudian dia menemukan flashdiskku, yang kuletakkan tepat di kantong depan tasku.


“ ketemu pak!” kata pak Sutarsa pada Pak Doni.


“ bagus.. pak Tarsa siapkan mobil saya, saya perlu bicara sebentar dengan Riza” kata pak Doni setelah menerima flashdisk dari pak Sutarsa.


“ siap pak!” Kata pak Sutarsa sambil mengembalikan Tasku kepadaku.


Sementara aku masih tertunduk diatas lantai sambil menahan sakit di perutku. Kurasakan ada sedikit darah keluar dari mulutku. Tampaknya pak Doni sangat paham bagaimana menyerang titik vital manusia, walupun pukulannya tadi tidak keras, namun rasanya tepat mengenai organ-organ penting yang tidak ditutupi oleh tulang. Hingga seketika membuat tubuhku lemas dan kehilangan tenaga untuk berdiri.


“ sekali lagi kubilang Riza, jangan ada dendam diantara kita” katanya sambil mendekatiku.


“ aku tak tahu apa yang kamu ambil dari komputerku, tapi mengambilnya tanpa ijinku itu tentu gak dapat aku maafkan” Katanya lagi.


“ aku tak peduli siapa yang menyuruhmu, kamu hanya perlu menyampaikan padanya.. untuk menyerah saja hahaha ” tambahnya lagi, lalu kemudian beranjak pergi bersama orang yang bernama Iwan itu.


Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Rasanya tubuhku sudah semakin melemah, tanganku pun tak sanggup lagi rasanya menyangga tubuhku. Dan BRUKK.. akupun ambruk ke lantai. Dan semua sekelilingku berubah menjadi gelap.





——————————————————————————





Aku membuka mataku perlahan-lahan, kurasakan rasanya badanku masih lemah, dan daerah perutku masih sedikit sakit. Kucoba melihat sekeliling, aku. terbangun di sebuah kasur putih di ruangan dengan penerangan yang sedikit redup, karena beberapa lampu ruangan ini dimatikan. Dan ketika kucoba menggerakkan tanganku, kulihat lagi ada Infus menancap di sana. Rupanya aku ada di sebuah kamar di rumah sakit.


Kucoba pelan-pelan mengingat apa yang terjadi tadi, aku ingat tadi di perjalanan menuju parkiran aku dihampiri pak doni, dan kemudian dia memukulku, Dia kemudian mengambil flashdisk berisi video yang kuambil dari komputernya. Selanjutnya rasanya aku tak sadarkan diri. Kulihat di jam dinding, sekarang sudah pukul, 22.45 . Berarti hampir sekitar lima jam aku tak sadarkan diri. Entah siapa yang membawaku kesini tadi, sementara disini tidak ada orang yang bisa kutanyai.


Tentu aku hanya berharap yang terjadi tadi adalah mimpi buruk saja. Tindakan pak Doni tadi sangat mengejutkanku, tak kusangka sampai seperti itu dia berusaha merebut kembali apa yang telah aku dapat. Padahal sepertinya dia bilang tadi, dia tidak tahu apa yang aku ambil. Aku jadi merasakan ada sesuatu yang disembunyikan di komputer itu, yang mungkin luput dari pencarianku, tapi mungkin pak Doni berpikir aku telah mendapatkannya.


Badanku agak sakit ketika kucoba gerakkan. Ah sialan orang itu. Tampaknya dia sudah merencanakannya, menungguku di tempat yang tak terjangkau CCTV dan sepi. Tentu aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak mempunyai saksi atau bukti apapun soal penyerangan itu. Dan aku semakin bertanya-tanya bagaimana dia bisa mengetahui itu?. Dan sejauh apa dia tahu? Apa dia tahu aku juga memasang kamera pengintai di ruangannya? Semua pertanyaan itu memenuhi kepalaku yang sedikit berat ini.


Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan membuyarkan lamunanku, dan seseorang masuk kedalam sambil membawa makanan. Kucoba memfokuskan mataku yang agak berat untuk melihat siapa yang datang itu.


“ mas Riza! Mas Riza udah bangun?” Tanya orang itu sambil berjalan ke arahku. Lalu menaruh makanannya di atas meja di samping kasurku.


“ Nita? Kenapa lo disini?” Tanyaku heran. Kuingat dia berkata mau ke Bekasi sore ini, kenapa dia ada disini?


“ abis dari bekasi tadi, sekitar jam 7 malem gue ke kantor mau ambil mobil gue yang gue tinggal disana.. gue tadi lihat mas Riza pingsan waktu gue mau menuju parkiran buat ngambil mobil gue ” jawabnya.


“ karena kuatir, gue tadi minta tolong satpam bantuin ngangkat mas Riza ke mobil gue, dan gue bawa kemari” lanjutnya lagi.


“ thanks!” Kataku dengan lemah.


“ kata dokter mas Riza mengalami pendaraahan ringan di organ-organ dalam perut, sedikit memar di kepala karena mungkin jatuh ke lantai” katanya.


“ luka di bagian dalam kemungkinan agak parah, besok siang perlu di cek kondisi lo lagi, kalau udah mendingan lo bisa rawat jalan” tambahnya.


“ gue tadi angkat telepon dari nyokap lo. dan keluarga lo kayaknya sebentar lagi sampai disini” lanjutnya sambil menyerahkan handphoneku.


Kulihat layar handphoneku cukup banyak panggilan tak terjawab. Ada Mamaku, Jessie dan Dwi. Mungkin mereka khawatir karena Aku tak memberi kabar sama sekali kepada mereka sepanjang malam tadi.


Ada juga pesan dari Firman sekitar 4 jam yang lalu. Segera kucoba membaca pesannya, aku rasa itu pesan penting. Karena sekarang, mungkin dialah satu-satunya harapan kami yang tersisa.


“ bang.. sorry bang, gue ada masalah bang, rubber ducky gue ilang! “ omg. Rasanya Kesialan datang menghampiriku lagi. USB Rubber Ducky itu adalah alat yang dipakainya untuk mengekstrak data-data dari komputer pak Doni. Kalau tak ada alat itu, peretasan harus diulang atau menggunakan metode lain.


“ gue akan coba cari jalan lain masuk ke perangkatnya, but gue perlu waktu” tambahnya lagi di pesan berikutnya. Aku jadi malas membaca beberapa pesan Firman setelahnya. Tubuhku menjadi tambah lemas setelah membaca pesan itu. Seakan tidak ada harapan lagi tersisa.


“ kalau telepon yang lain gue gak berani angkat, takut mereka nanti salah paham ke gue heheheh” kata Nita kemudian.


“ thanks” ucapku dengan lemah.


“ by the way, kenapa lo bisa begini?” Tanyanya.


“ tadi habis dipukul seseorang di parkiran” kataku sambil mencoba bangkit, dan duduk.


“ apa?? Siapa yang mukul mas Riza?” Tanya Nita kaget.


“ Pak Doni..” jawabku lemah. Sementara Nita tampak lebih kaget lagi mendengarnya.


“ dia udah dapetin apa yang dia cari, file-file yang kemarin susah-susah gue cari” tambahku sambil memandangi Nita. Sementara dia memandangiku dengan tatapan serius.


Tunggu dulu. Aku mulai berpikir lagi, kenapa rasanya semua serba kebetulan? kejadian penyeranganku, kejadian hilangnya USB milik Firman setelah tadi siang aku bertemu dengannya. Mungkin ini justru bukan kebetulan sama sekali. Akupun menatap orang yang ada di depanku ini.


“ Jujur aja Nit! Lo yang ngasih tau pak Doni kan?” Tanyaku padanya dengan terus terang dan tanpa ragu. Tampak raut wajahnya berubah. Entah dia terkejut karena tebakanku benar atau dia terkejut karena aku menuduhnya seperti itu.


“……” dia hanya diam saja tak menjawab.


Tentu Aku menuduhnya bukan tanpa alasan. Aku merasa ada yang aneh. Dari tadi aku bertanya-tanya darimana pak Doni tahu. Tidak ada CCTV diruangnya, tak ada orang lain yang melihatku juga. Dan tentu saja, aku dan Firman juga tak meninggalkan apapun disana.. Jadi hanya bu Mia, aku, Firman dan Jessie yang harusnya tahu, dan juga Nita, satu-satunya yang memergoki kami disana.


Pak Doni juga sepertinya tidak tahu persis apa yang aku ambil dari Komputernya, seperti dia bilang tadi. “ aku tak tahu apa yang kamu ambil dari komputerku, tapi mengambilnya tanpa ijinku itu tentu gak dapat aku maafkan” Begitu katanya. Jadi tentu itu bukan informasi yang didapat dari bu Mia, Jessie ataupun Firman. Hanya Nita yang tidak tahu apa yang aku ambil disana. Yang dia tahu hanya apa yang kuambil itu tersimpan di dalam flashdisk yang kutaruh di tasku.


“ benar kan lo yang ngasih informasi itu ke pak Doni” tanyaku lagi dengan nada sedikit meninggi, tak mempedulikan rasa sakit di sekitar perutku.


“ iya mas” jawabnya dengan pelan sambil menunduk. Suaranya pelan, namun rasanya benar-benar menusukku dari belakang. Sakit Sekali.


Aku sangat mengharapkan dia akan membantah dengan argumen-argumen cerdasnya. Namun ternyata dia mengakuinya. Sakit sekali hatiku, aku begitu percaya padanya. Bahkan memohon bantuannya. Namun kini, semua usahaku rasanya jadi sia-sia, karena dia. Rasanya aku merasa bersalah pada bu Mia, Jessie dan terlebih pada diriku sendiri.


Sekarang bagaimana kami melanjutkan rencana kami, sedangkan Aku tak tahu sejauh apa rahasia kami yang telah disampaikan pada pak Doni. Tentu akan sangat berbahaya kalau pak Doni tahu rencana kami yang memang penuh resiko itu.


“ Why?” Tanyaku pelan, walaupun ada emosi dalam dada ini yang ingin kulepaskan. Sementara dia hanya menunduk, terdiam tak menjawab.


“ kenapa Nit? Kenapa lo lakuin itu? Gue percaya ke lo!” Tanyaku dengan nada tinggi, sikap diamnya itu membuatku tak kuasa menahan emosiku. Tentu saja itu .membuatnya sedikit kaget.


“ jangan dipaksain mas! Nanti luka lo makin parah” katanya sambil mencoba menenangkanku.


“ gak usah lo peduliin gue Nit, jawab aja pertanyaan gue!” Kataku lagi. Kurasakan sedikit nyeri di bagian bawah dadaku., mungkin karena kupaksakan berkata agak keras tadi.


“ tenang dulu mas! Ini rumah sakit!” Jawabnya sambil menatapku tajam.


Akupun coba mengatur kembali nafasku dan mencoba untuk tenang. Walaupun aku emosi, aku tak boleh membuat gaduh disini. Bisa-bisa aku menggangu pasien lain.


“ lebih baik mas Riza istirahat aja dulu, lo lebih butuh istirahat sekarang” katanya sambil mengambili tasnya diatas meja.


“ lo belum jawab pertanyaan gue!” Kataku sambil memegangi tangannya, mencoba untuk mencegahnya pergi. Dia pun menghentikan langkahnya. Lalu duduk disampingku lagi.


“ kenapa harus lo Nit?” Tanyaku pelan. Ya kenapa harus dia,


“ gue gak pernah minta lo percaya ke gue, dan, lo sendiri yang udah mutusin untuk percaya ke gue..jadi sekarang lo harus terima semua konskuensinya” jawabnya dengan tegas.


Jawabannya benar-benar menamparku. Pada akhirnya kini akulah yang bodoh. Mempercayakan sesuatu padanya hanya karena aku sudah merasa dekat dengannya. kusangka selama ini Regina lah yang harus kami waspadai. Tapi ternyata justru orang yang kupercayai ini yang menggagalkan rencanaku.


“ jadi demi apa lo lakuin itu? Apa pertemanan kita gak ada artinya bagi lo?” Tanyaku dengan lemah.


“ seperti gue bilang dulu mas, ada kalanya gue harus mentingin diri gue sendiri terlebih dahulu” jawabnya.


“ dan lo boleh tenang.. walaupun dia mengetahui kalau mas Riza pelakunya, dia udah berjanji ke gue untuk nggak nyingkirin mas Riza dari perusahaan ini, anggap aja gue udah nyelametin lo, itu kewajiban gue sebagai teman” katanya lagi. Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya.


“ kenapa gue harus percaya sama lo??” Tanyaku ketus. Rasanya aku tak bisa lagi percaya padanya.


“ lo boleh percaya atau gak, itu terserah lo!” jawabnya sambil tersenyum menatapku. Dan kemudian menambahkan


“ dan lo boleh percaya atau gak, sekarang nasib Bu Mia dan Kak Jessie juga ada di tangan gue”




BERSAMBUNG
 
Busyet.. pas baca-baca di awal update ini sepertinya kecurigaan diarahin ke Regina.. Tapi di akhir cerita malah Nita yang mengakui.. apa ini konspirasi kedua orang itu??
 
yahh,seperti yg gue duga,pasti nita ada apa2nya..riza juga terlalu gampang percaya ma orang...kalo diposisi riza,tipu teman sendiri kalo mau ngalahin lawan seperti pak doni. semakin sedikit yg tau suatu rencana,semakin besar tingkat keberhasilan.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd