Bertahun-tahun di masa depan.... ( tulisan ini cuplikan dari cerita selanjutnya )
Aku terbangun di atas kasur , di dalam kamar yang sangat mewah. Tidak ada siapa-siapa di sampingku , hanya selembar surat yang bertulis
“ maaf aku harus pergi , aku sudah tak mampu membendung kekecewaanku lagi. “ Tertanda Maya
Aku keluar dari kamar itu , lalu mengenakan sweaterku. Salju turun dengan deras di luar sana , namun aku tidak terlalu merasakannya karena penghangat ruangan. Salju itu membuatku tak bisa mengenali di mana saat itu aku berada. Aku sendirian , di rumah yang sangat besar seperti istana itu , tidak ada Sekar , tidak ada Maya , tidak ada Luna, amy atau siapapun nama gadis itu. Aku merasa kesepian. Dari surat itu , sepertinya aku baru saja kehilangan maya. Aku kembali ke kamarku , menatap bendera merah hitam putih di dekat meja kerjaku , lalu kupandangi baju seragam kebesaranku. Sebuah jas dasi dan kemeja , yang menjadi lambang kekuasaanku saat itu. Aku buka berangkas raksasaku , lalu kutatap emas-emas batangan yang kurampas dari negaraku dahulu. Aku seketika menyesal , kenapa aku... kenapa aku merampasnya. Apa guna harta dan jabatan ini , jika pada akhirnya , aku sendiri
Lalu tiba-tiba telepon itu berbunyi. Aku mengangkatnya dan suara manis seorang wanita muda , langsung menyapaku.
“ Bagaimana liburan anda , Pak Perdana Menteri , “ Aku seketika menangis
“ Menyedihkan ..... aku ingin.... aku ingin hidupku kembali .... “ Lalu telepon itu terjatuh, dan seketika itu juga aku sadar , bahwa aku sudah menjadi , pecundang yang sangat menyedihkan.
sambung menyambung hingga ketemu dengan yang lain