Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 48
(my mom's first love)

------------------------------

_w900_10.jpg

“Hmph”

Kyoko tidak bisa tidur malam itu. Lusa adalah pernikahannya Tecchan. Dan Kyoko tidak berhenti membayangkan Mi-Chan yang atletis terlihat anggun dengan gaun yang lucu dan potongan rambut pendeknya. Primadona klub basket Putri, Mi-Chan. Perempuan yang selalu menempel ke Hiroshi dari dulu, Mi-Chan. Perempuan yang tidak pernah Hiroshi ceritakan secara detail, Mi-Chan. Dia kesal menatap kenyataan, bahwa Mi-Chan adalah bagian yang terlihat penting di dalam hidup Hiroshi.

Acara reuni sudah selesai berjam-jam lalu. Dan dia tidak bisa melihat Hiroshi sama lagi, apalagi setelah dia mencuri dengar percakapan dua orang yang sedang merokok itu.

“Haha, kalau mereka jadi kuliah di Tokyo bareng, mereka pasti pacaran, tinggal bareng, lalu menikah…. “

Sumpah, Kyoko tidak bisa tidur karena kata-kata mereka. Benarkah Hiroshi tidak pernah ada apa-apa dengan Mi-Chan? Benarkah mereka berdua hanya teman saja? Teman akrab dari kecil? Kenapa Hiroshi begitu sedikit sekali menceritakan apapun soal Mi-Chan? Cuma sepatah dua patah kalimat saja? Cuma bercerita soal teman main basket one on one. Itu saja. Namanya bahkan tidak disebutkan sama sekali.

Entah, pikirannya berputar-putar, dan dia hanya bisa berguling-guling di kasur kamar Hiroshi, membayangkan hal-hal yang seharusnya tidak ia bayangkan. Dan di tengah malam itu, dia bangkit dan menatap ke sekeliling ruangan. Tidak, dia tidak bisa tidur sama sekali.

Kyoko berjalan menuju jendela dan memperhatikan bulan yang terang malam itu. Ibaraki di tengah malam begitu tenang, dengan suara deburan ombak yang terdengar sayup-sayup dari lantai dua rumah Hiroshi. Dia melihat ombak dipermainkan oleh angin dan disinari oleh bulan yang temaram.

Tunggu.

Kenapa ada cahaya kelap kelip di bawah sana. Kyoko mengalihkan perhatiannya ke bawah dan dia melihat ada cahaya kembang api di halaman belakang rumah Hiroshi. Siapa yang masih bangun jam segini? Hiroshi? Ayahnya? Tapi siapapun itu, Kyoko jadi penasaran. Untuk apa siapapun itu menyalakan kembang api malam-malam?

Kyoko mengambil pakaian dalamnya, dan dia segera memakainya di balik baju tidurnya. Dan agar dia terlindung dari angin malam, dia memakai cardigan tipis sebelum keluar ke halaman belakang. Pelan-pelan ia membuka pintu dan meniti tangga turun, dan dia bergerak ke arah dapur rumah Hiroshi. Oh, pintu ke halaman belakang tidak terkunci.

“Ojisan?”
“Konbanwa” jawab Ryuunosuke Tanabe, sambil menatap ke arah langit malam yang cerah. Dia duduk di kursi lipat yang biasa digunakan untuk memancing, dengan kembang api kecil di tangan kanannya dan rokok di tangan kirinya.

“Belum tidur, Kyoko-Chan?” tanya ayahnya Hiroshi.
“Tidak bisa tidur…..” Kyoko berdiri dengan canggungnya sambil memeluk badannya sendiri.
“Bangunkan saja anakku, dia tidur di sofa ruang tengah…. Kalau kamu butuh dia untuk menemanimu di kamar, aku pura-pura tidak tahu ya” seringainya, setengah bercanda.
“Tidak usah” jawab Kyoko, tersenyum kecil.

“Kenapa kamu tidak bisa tidur?” dia menghisap rokoknya dalam-dalam. Kembang apinya sudah mati, dan dia melemparnya ke tong sampah.

“Entahlah” dia ingin bicara soal Mi-Chan yang mengganggu pikirannya, tapi tentu saja ayahnya Hiroshi sudah kenal Mi-Chan lebih lama dari dirinya. Tentu pikiran-pikirannya yang mengganggu akan dianggap sepele. Atau malah ayahnya Hiroshi lebih ingin anaknya bersama dengan Mi-Chan?

“Kalau kamu memikirkan hal-hal yang buruk, sampai tidak bisa tidur, artinya itu harus dibicarakan”
“Ah.. Haha…. Tapi…”
“Ya, paham, pasti sesuatu itu personal kalau kamu sulit mengatakannya”

“……..” Kyoko terdiam. Mendadak Ryuunosuke Tanabe berdiri, sambil menghisap rokok dengan nyamannya.
“Duduklah, kamu pasti pegal”
“Eh?”

“Duduk” bapak-bapak yang biasanya selalu mesum itu menunjuk kursi lipat itu, dan Kyoko menurut. Perlahan dia merayap ke arah kursi lipat itu dan dia duduk manis disana.

“Ojisan sendiri, kenapa tidak tidur?”

“Aku memang selalu susah tidur…. Pekerjaan yang berat di restoran dan segala macam urusan menjadi seorang ayah, selalu membuatku terlalu banyak berpikir” dia menghisap rokoknya lagi dengan nikmatnya. “Nanti, kalau kamu jadi orang tua, pasti kamu akan banyak memikirkan hal-hal yang sulit tentang anakmu”

“….” wah, Kyoko agak sedikit merasa amazed. Dia tidak tahu kalau Ryuunosuke Tanabe juga punya sisi serius seperti ini.

“Katanya Hiroshi sering datang ke rumahmu ya? Mengajarkan masak?”
“Iya…. Tadinya untuk keperluan kuliah, lama-lama itu jadi kebiasaaan dan aku belajar hal baru setiap dia datang” jawab Kyoko.

“Anak itu, selalu saja…”
“Kenapa dengan dia”

“Intinya, kalau kamu bersama dengan Hiroshi, kamu tidak usah khawatir….. Dia pasti akan seratus persen menyayangimu dan memanjakanmu terus-terusan…….”

“Eh?”

“Hiroshi seperti ibunya. Dia benar-benar ramah dan hangat pada semua orang, apalagi keluarga, dan tentunya pasti pacar…. Sewaktu dia pertama pacaran denganmu, kamu tidak tahu saja hampir setiap hari dia telpon ke rumah, dengan bangganya, cerita soal kamu ke ibunya” tawa Ryuunosuke Tanabe. “Dan ketika dia pulang kampung ketika tahun baru, isi ceritanya cuma kamu saja, sampai-sampai kami muak dibuatnya”

“Ah…” Kyoko menatap wajah ayahnya Hiroshi, sampai-sampai dia merasa tidak percaya akan itu.
“Jadi kalau malam ini kamu tidak bisa tidur, tentu bukan Hiroshi kan yang jadi pikiran kamu?”
“Mungkin” senyum Kyoko.

Benarkah Hiroshi? Benarkah kamu sebegitu sayangnya pada Kyoko? Tapi kenapa dia tidak cerita apapun soal Mi-Chan? Kenapa? Dan kenapa setiap melihat Mi-Chan, Kyoko selalu merasa tidak nyaman, cemburu dan lain sebagainya?

Mungkin, dia besok akan mencoba mengklarifikasikan perasaannya ke Hiroshi. Kalau memang Hiroshi sesayang itu pada Kyoko, pasti dia tidak akan berkeberatan menjelaskan apapun soal Mi-Chan dan bercerita lebih banyak lagi kepada pacarnya.

“Senyum-senyum sendiri……. Kalau kamu mau melakukannya malam ini, tarik saja Hiroshi ke kamar…. Tapi gunakan pengaman ya… Nanti seperti Tecchan” canda mesum ayahnya Hiroshi, sambil membakar rokok.

“Ojisan!” yang benar saja, Kyoko sama sekali tidak kepikiran untuk sembunyi-sembunyi bermesraan saat menginap di rumah pacarnya.

Dasar Ojisan mesum, habis berkata-kata manis, berikutnya bercanda yang tidak-tidak. Mengesalkan.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

Pagi itu, suasana hati Kyoko lebih baik. Berkat ayahnya Hiroshi, dia jadi bisa berpikir lebih positif soal Hiroshi. Walau dia masih bertanya-tanya soal siapa dan apa tentang Mi-Chan, setidaknya pagi ini Kyoko bisa membantu Hiroshi memasak sarapan di dapur dengan tenang.

“Lucu melihat kalian berdua, seperti pasangan suami istri muda” tawa Junko Tanabe yang duduk manis, melihat anaknya dan pacar anaknya berjibaku di dapur untuk membuat sarapan. Sedangkan Ryuunosuke Tanabe, sang ayah dari tadi tampak sibuk di ruang tengah, berjibaku dengan catatan dan telpon.

Kyoko tersenyum dan menatap Hiroshi. Setidaknya hari ini tidak ada urusan apapun dengan Mi-Chan, jadi dia bisa sedikit banyak menahan perasaan tak nyamanya akan keberadaan perempuan itu.

Kyoko sedang sibuk memeriksa apakah sup miso pagi itu sudah siap, sedangkan Hiroshi hanya menumis sosis yang ia potong-potong berbentuk gurita. Sarapan pagi yang sederhana untuk memulai hari. Dan sebenarnya, mereka berdua juga menyiapkan bekal untuk siang ini, mereka akan eksplor Ibaraki lagi berdua, setelah mengantarkan ayah Hiroshi ke restoran dengan mobil mungil itu.

“Hiroshi!”

“Ya?” Hiroshi menengok ke arah suara datang. Rupanya sang ayah memanggilnya.
“Hari ini kamu terpaksa jadi pegawaiku”
“Eh?”

“Hide tidak masuk, katanya sakit atau apakah entahlah…. Siap-siap, habis sarapan kita langsung jalan…. Banyak reservasi hari ini, dia memilih tanggal yang kurang baik untuk tidak masuk kerja” kesal sang ayah.

Kyoko menatap muka Hiroshi yang kecewa.

“Ah, sial” Hiroshi menatap muka Kyoko dengan perasaan menyesal. Hide Nagatoro, sang rottiseur restoran itu, tidak masuk kerja dan ayahnya meminta Hiroshi untuk menggantikan posisi orang itu hari ini.

“Mau bagaimana lagi….” Kyoko menatap Hiroshi dengan muka sok sabar, walaupun sebenarnya dalam hati dia ingin marah-marah.

Bagaimana tidak, setelah beberapa hari yang tidak nyaman akibat keberadaan Mi-Chan, semalam tadi ayahnya Hiroshi sepertinya mampu membuat suasana hati Kyoko membaik. Dan ketika keadaan sudah membaik, ternyata Hiroshi tidak bisa bertamasya berduaan saja dengan Kyoko hari ini.

“Hari ini padahal mau ke akuarium, sayang sekali” keluh Hiroshi.
“Nanti malam kami semua pergi dari rumah deh, jadi kamu bisa berduaan dengan pacarmu bebas” balas sang ayah, sambil bercanda.

“Oyaji….” Kesal Hiroshi sambil tetap menumis sosis. Tapi dia tidak menolak. Mau bagaimana lagi, dia harus membantu ayahnya dan dia punya keahlian yang dibutuhkan.
“Tidak apa-apa, toh masih banyak waktu kan untuk kita” Kyoko menepuk bahu Hiroshi, mencoba menahan perasaan kesalnya.

“Yasudah….. Akuarium bisa kapan-kapan”
“Dan di Tokyo banyak akuarium bagus”
“Maaf ya”
“Tidak apa-apa”

“Cium… Cium… Cium…” ledek ayahnya Hiroshi sambil bertepuk tangan. Hiroshi hanya menatap ayahnya, menyipitkan mata, seperti mengutuk dalam hati, karena rencananya berpacaran hari ini gagal.

------------------------------

Tak ada pilihan lain, Kyoko sedang di ruang tengah bersama dua adik Hiroshi. Kyoko membantu mereka dan mengawasi mereka mengerjakan tugas musim panas. Sementara Junko Tanabe, sedang sibuk mengerjakan urusan rumah, seperti mengurus laundry, memasak makan siang untuk mereka, dan lain sebagainya.

Walau tidak jadi pergi ke akuarium, setidaknya Kyoko jadi punya quality time dengan adik-adiknya Hiroshi yang sopan-sopan dan ramah-ramah ini.

“Ting Tong!”

“Bel, Takashi… Buka sana”

“Ah, baiklah….” Takashi menuruti perintah Takahiro, dan dia bangkit dari duduknya, untuk membuka pintu. Ada tamu sepertinya. Dalam hati, Kyoko berharap bahwa ada keajaiban dan yang menekan bel adalah Hiroshi. Mudah-mudahan itu benar.

“Hai Minna! Sepi sekali rumah ini… Kok, ada Kyoko-Chan? Mana Hiro-Chan?”

12a93b10.jpg

Aduh. Kenapa Mi-Chan yang datang? Kyoko memalsukan senyumnya untuk menyapa Mi-Chan, dan dia kembali menjelaskan soal matematika ke Takahiro. Walaupun dia sekarang adalah siswa Senmon Gakkou yang bergerak di bidang tata boga, tapi semasa SMA, Kyoko adalah murid yang rajin dan berprestasi.

“Kyoko-Chan, hari ini tidak jadi jalan dengan Hiro-Chan?” tanya Mi-Chan lagi, tanpa menunggu jawaban atas pertanyaan sebelumnya.
“Ano…. Tidak, Hiroshi harus membantu ayahnya di restoran… ada pegawai yang tidak masuk katanya” jawab Kyoko setengah niat.

“Ah… Menyebalkan ya…. Tadinya aku cuma mau numpang makan siang disini….. Orang tuaku sedang pergi dua-duanya, tidak ada yang masak di rumah” Mi-Chan duduk di sofa dengan asalnya, sambil menatap ke meja, tempat dimana Takahiro dan Takashi mengerjakan tugas musim panas mereka. Mi-Chan mengintip buku PR anak-anak itu. “Sulit sekali soal-soal matematika anak jaman sekarang”

“Mi-Chan kan tidak pernah bagus nilainya…..” komentar Takahiro tanpa melihat wajah lawan bicaranya.
“Dulu sering sekali mencontek PR Aniki” Takashi ikut-ikutan bersuara. Kyoko diam saja sambil berusaha tetap tenang.

“Huh….” Mi-Chan bersandar, menggembungkan pipinya sambil menatap ke langit-langit. “Kyoko-Chan”

“Ya?”
“Habis membantu mereka mengerjakan tugas, apa acaramu tanpa Hiro-Chan?”
“Ano…. Tidak ada, mungkin aku harus beristirahat atau menyiapkan dress untuk pernikahan besok” jawab Kyoko asal.

“Kalau kita pergi jalan-jalan berdua bagaimana?”
“Eh?”
“Ayo, daripada tidak ada kerjaan”

“Tapi…”

“Ah, apa sulitnya menyiapkan dress, ayo…. Aku jadi gantinya Hiro-Chan ya? Tapi aku tidak bisa menyetir mobil, mohon bersabar ya dengan jadwal bis di sini yang jarang-jarang, tidak seperti di Tokyo”

“Eh aku…”
“Ah sudahlah, tidak usah malu-malu, kita pergi sehabis ini, Oke?”

------------------------------

cafela10.jpg

“Pancake disini enak sekali lho…. Kamu mau pesan yang apa?” tanya Mi-Chan. Dia dan Kyoko ada di sebuah café di pusat kota Mito. Mi-Chan tampak cerah ceria, tapi Kyoko terlihat suram. Kenapa coba dia setuju untuk pergi berdua bersama Mi-Chan, makan pancake di café? Mikir apa dia.

“Ano… Tidak tahu, terserah Amami-San saja…” Kyoko menyerah, dia tidak tahu harus memilih apa. Perasaannya campur aduk karena rasa cemburu yang luar biasa memenuhi isi kepalanya. Mi-Chan lalu memilihkan pancake untuk dimakan oleh mereka berdua, tanpa bisa membaca air muka Kyoko yang terlihat tidak nyaman.

“Kok memanggilnya masih Amami-San? Panggil Mi-Chan saja…. Kamu kan pacarnya Hiro-Chan”
“Hehe” tawa Kyoko dengan canggungnya sambil meminum sedikit demi sedikit teh hangat yang ada di tangannya.

Kontras, walaupun dua-duanya berambut pendek, tapi Kyoko feminin dan Mi-Chan tomboy. Mi-Chan bercelana pendek, dengan T-shirt tipis dengan design yang quirky. Sedangkan Kyoko lebih sering memakai rok daripada celana.

“Bagaimana Ibaraki, indah kan?”
“Ah iya, berbeda dengan Tokyo” jawab Kyoko seadanya.
“Tokyo ramai, dan disini tenang, tapi walau begitu, aku lebih ingin ada di Tokyo…. Coba saja kalau aku jadi kuliah disana….. Mimpiku ketinggian tapi hahaha….”
“Hehe”

Duh, apa jadinya kalau dia kuliah di Tokyo. Pasti tidak akan ada Tanabe dan Kaede. Yang ada pasti nanti Tanabe dan Amami. Apalagi mereka kan sepertinya teman dari masa kecil. Teman masa kecil, ketika dewasa dan kuliah jauh dari orang tua biasanya saling ketergantungan. Dari saling ketergantungan, mereka akan berpikir, kalau tinggal bareng mungkin lebih efektif. Sehabis tinggal bareng, ya, apapun bisa terjadi. Dari tetangga apartemen seperti Sakurai dan Marie saja bisa jadi apa-apa. Dari tetangga apartemennya teman seperti kisah Kana dan Okubo saja bisa jadi apa-apa.

Apalagi kalau tinggal bareng? Apalagi kalau mereka teman dari masa kecil? Baru kenal saja bisa pacaran. Sudah lama akrab seperti Yusuke Kamiya dan Marie saja tidak jadian sampai sekarang.

Duh, kenapa sih, pikir Kyoko. Kenapa pikirannya jadi liar seperti ini? Kenapa dia mikir yang enggak-enggak setiap ada Futaba Amami alias Mi-Chan? Padahal dari semalam, pikirannya sudah agak tenang setelah mendengarkan omongan ayahnya Hiroshi.

Dan Kyoko jadi menyesal, kenapa tidak dari pertama dia bertanya banyak soal Mi-Chan, kepada ayahnya Hiroshi dan Hiroshi. Kalau saja ia berani bertanya, mungkin kecurigaan dan kekhawatirannya bisa menghilang, apapun jawaban mereka.

“Orang tuaku melarangku kuliah di Tokyo sih… Katanya khawatir aku kenapa-napa, padahal kalau aku di Tokyo, Hiro-Chan bisa menjagaku….. Dan mungkin aku bisa lebih cepat kenal dengan kamu…”

“Ano…”

“Sumimasen… dozo….” Seorang waitress memberikan pesanan Kyoko dan Mi-Chan kepada mereka. Kyoko melihat ke arah pancake yang tampaknya menggoda itu, tapi dia tidak merasa tergoda olehnya. Isi kepalanya Cuma rasa cemburu dan khawatir. Entah khawatir akan apa.

“Jadi kalian Cuma sampai pertandingan basket antara alumni dan tim SMA kami saja ya di Ibarakinya?”
“Iya” jawab Kyoko pelan, sambil pura-pura berselera melihat pancake yang ada di hadapannya.
“Coba lebih lama lagi….”
“Hehe”

“Aku sudah lama tidak ketemu dengan Hiro-Chan soalnya, banyak hal yang mesti diobrolkan dan dilakukan, apalagi ada kamu disini”

Lama? Kan dia baru pulang ketika tahun baru? Ini belum sampai setahun lho? Sebegitu kangennya kah kamu dengan Hiroshi, Mi-Chan?

Ah, tolol. Kyoko saking kesalnya pun tidak sempat mengobrolkan hal ini via mail ke Marie. Dia selalu silent dan memendam sendiri kekesalannya di Ibaraki. Tiap dia mau mengirim mail pada Marie, dia selalu lupa, mungkin karena dia sedang mode liburan. Liburan yang mengesalkan tapinya.

“Ano kamu…. Dengan Hiroshi…” Kyoko menggaruk-garuk kepalanya sendiri. Ia tampaknya sudah tidak tahan lagi atas semua tekanan-tekanan dan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.

“Kenapa?” jawab Mi-Chan sambil melahap pancakenya dengan riang.
“Ah.. .Tidak” Kyoko membuang mukanya sambil menarik nafas panjang.

“Kenapa kamu?”
“Eh?”
“Kesal ya karena Hiro-Chan dibajak oleh Ojisan?”
“Ah iya…..”

“Ojisan memang begitu kalau ada yang absen dari dulu….. Hiroshi selalu dibajak, sering sekali mendadak dia membatalkan janji denganku kalau restorannya Ojisan butuh tambahan orang….”

“Hmmm” Kyoko tak nyaman mendengarnya. Entah kenapa dia rasanya ingin packing malam ini dan pulang ke Tokyo saja. Mi-Chan bicara seolah-olah hubungannya lebih berarti daripada hubungan Hiroshi dengan Kyoko. Dan Kyoko sendiri tidak tahu apa sebenarnya hubungan Mi-Chan dengan Hiroshi. Iya teman, tapi sedalam dan sedekat apa dia sendiri pun tidak tahu.

“Atau jangan-jangan kamu kesal kepadaku?” tembak Mi-Chan.
“!” Kyoko kaget. Mendadak ia terpaku. Dia meremas alat makannya, dan menatap ke pancakenya yang dari tadi belum ia sentuh sama sekali.

“Kamu dari tadi tidak makan sama sekali dan terlihat tidak nyaman bicara denganku… Ah, sial… Kenapa sih semua pacar Hiro-Chan seperti ini” Mi-Chan menghentikan makannya dan dia menutup mukanya, seperti mencuci muka dengan air imajiner.

“Eh?”
“Duh….” Mi-Chan meringis dan dia menatap Kyoko dengan senyum tak enak. “Aku… Ahahahaha…. Kamu pasti, pasti tidak nyaman sekali dengan aku ya?"

“Aku…. Itu…. Ah… Maaf, Amami-San, aku terus-terusan bertanya-tanya, tentang kamu dan Hiroshi, dan aku sampai……”
“Sampai tidak nyaman, ingin putus dengan Hiro-Chan, iya, aku paham” Mi-Chan masih meringis.

“Ano…. Tidak sebegitunya sih……. Tapi, aku benar-benar tidak paham Amami-San itu siapa, dan Hiroshi juga jarang sekali cerita soal Amami-San…… Dia Cuma bilang punya sahabat yang senang bermain basket one on one dengan dia… Aku tak tahu kalau itu Amami-San….” Mendadak Kyoko meracau, mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya tanpa sadar. Mungkin emosinya memuncak dan dia akhirnya bisa bicara apa adanya.

“Ah anak itu……” Mi-Chan menarik nafas dalam-dalam dan dia tersenyum manis ke arah Kyoko. “Aku akan cerita panjang lebar. Ini cerita yang sama, yang aku ceritakan ke semua pacar atau ke cewek yang suka pada Hiro-Chan”

“Ano… Tidak, aku hanya….” Dasar Kyoko, masih saja dia merasa tak enak walaupun orang itu sudah ingin open up pada dirinya.

“Jadi begini…. Aku sedikitpun, tidak pernah, tidak mau dan tidak akan suka pada Hiro-Chan, dan aku yakin dia juga merasakan hal yang sama……” Mi-Chan berhenti sejenak, dan dia menggenggam tangan Kyoko erat-erat “Aku dari sejak TK, sudah kenal dengan Hiro-Chan. Kami tinggal sekompleks, satu TK, SD, SMP, SMA…. Dan kami sama-sama suka basket….. Ya, aku selalu satu klub basket dengan dia, dan memang, banyak yang menggosipkan kami… Apalagi ketika SMA, ketika sedang getol-getolnya orang pacaran…. Hiro-Chan memang tak pernah cerita soal aku begitu detail ke orang lain mungkin karena memang dia merasa tak perlu saja…..”

“Ah…” mendadak rasa khawatir dan penasaran Kyoko menipis.

“Dan aku punya pacar… Satu perkuliahan denganku…. Besok ketika pernikahan Tecchan kamu bisa ketemu dia, jadi mungkin orang-orang akan berhenti bergosip soal aku dan Hiro-Chan…..”

“Maaf aku…”
“Tidak, wajar kalau kamu merasa tak nyaman dengan kami berdua…. Kadang Hiro-Chan suka lupa kalau aku anak perempuan, dan dia main toyor-toyor, atau kami rangkul-rangkulan seenaknya…. Tenang, Kyoko-Chan, tidak pernah ada perasaan apapun antara aku dan dia, sedikitpun tidak pernah ada” Mi-Chan tersenyum dengan manisnya ke arah Kyoko dan dia berbisik mendekat.

“Kalau terbayang pun, rasanya aneh… seperti incest…… Lagipula, keluarga Tanabe kan tidak punya anak perempuan, dan Obasan ingin sekali punya anak perempuan, jadi aku suka dianggap anak dan bebas keluar masuk rumahnya seperti itu……” bisik Mi-Chan.

“Aku jadi merasa tak enak dengan kamu dan Hiroshi” balas Kyoko.

“Tidak, tidak apa-apa, dan kami berdua suka telat menyadari kalau pacar-nya Hiro-Chan atau pacarku merasa cemburu… Mungkin karena kami anggap itu konyol mungkin ya?”

“Tapi, terimakasih sudah menjelaskannya kepadaku, Amami-San”

“Apa aku bilang tadi? Panggil Mi-Chan saja, tolong, lebih nyaman untukku…. Apalagi yang memanggil pacarnya Hiroshi…. Dan jangan bilang-bilang Hiro-Chan tapi, selama aku kenal dia, aku tidak pernah melihat dia semesra ini dengan perempuan, dan kamu harus tahu, waktu kalian baru pacaran, dia cerita terus kepadaku lewat mail seperti orang gila…. Apalagi waktu liburan tahun baru, aku sampai muak dengar namamu diceritakan tiap detik dan tiap ada kesempatan hahahahaha” tawa Mi-Chan.

“Eh?” muka Kyoko memerah mendadak. Sudah berkali-kali orang-orang yang dia temui di Ibaraki cerita soal hal seperti itu.

“Hiro-Chan biasanya tak tahan lama kalau punya pacar…. Selalu kalah dengan basket atau hal-hal lainnya……. Tapi sekarang, sudah setahun, wah… Prestasi untuk Hiro-Chan”

Kyoko speechless.

“Jangan khawatir soal aku ya…. Kalau kamu sama Hiro-Chan, apalagi Hiro-Chan yang sekarang, tampaknya kamu tidak perlu khawatir soal apapun…..” lanjut Mi-Chan.
“Hhh…” Kyoko menarik nafas panjang. “Baiklah”

“Nah, begitu dong, dan ini tahun baru kemarin, aku yang bicara panjang lebar seperti ini pada pacarku yang cemburu ke Hiro-Chan…. Ah, Hiro-Chan tidak pernah menjelaskannya pada siapa-siapa, jadi capek sendiri aku lama-lama” Mi-Chan menjulurkan lidahnya ke arah Kyoko dan melepas tangan Kyoko.

“Ah, aku harus minta maaf kepada Mi-Chan, sudah curiga”
“Ah… Aku yang harusnya minta maaf… Aku sudah dari awal ingin cerita, tapi tak bisa karena ada Hiro-Chan atau keluarganya….” Mi-Chan tersenyum dengan manisnya. “Dan aku senang akhirnya kamu memanggilku Mi-Chan… Begitu kan lebih akrab”

“Hehehe” tawa Kyoko dengan hati yang lebih lega.

Setidaknya kekhawatirannya soal Mi-Chan dan Hiroshi sudah menguap dari kepalanya.

“Jadi jangan khawatir ya…. Tenang saja, kalau nanti suatu saat Hiro-Chan membuat kamu menangis, atau mengecewakan kamu, aku orang pertama yang akan menghajarnya”

“Baik hahaha”
“Tapi jangan sampai”
“Tentu saja”

“Nah, ayo makan!!!”
“Mari, Mi-Chan”

Akhirnya Kyoko bisa makan dengan tenang, karena pikiran liarnya soal Futaba Amami alias Mi-Chan sudah tidak mengganggunya lagi. Mendadak dia jadi sangat menikmati Ibaraki. Ah, coba saja dari awal Mi-Chan sudah cerita soal hubungannya dengan Hiroshi. Tapi biarlah, walaupun telat, tentu Kyoko masih bisa menikmati Ibaraki sepenuhnya dua hari ke depan.

Dan dia, tentu tidak sabar melihat Hiroshi beraksi dengan tim basket SMA nya.

Kyoko tidak dapat menunggu lagi!!

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 48

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg



- Kyoko Kaede (19)
- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Futaba Amami / Mi-Chan (19), teman Hiroshi dari masa kecil

- Ryuunosuke Tanabe (50) Ayahnya Hiroshi Tanabe
- Junko Tanabe (45) Ibunya Hiroshi Tanabe
- Takahiro Tanabe (16), dan
- Takashi Tanabe (14) Adik-adiknya Hiroshi

Glossary :


Konbanwa : Selamat Malam
Ojisan : Paman
Obasan : Bibi
Okasan : Ibu
Ka-Chan : Ibu (casual)
Oyaji : Ayah (casual)
Otosan : Ayah
Aniki : Kakak laki-laki (casual)
Minna : Semuanya
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Terakhir diubah:
Kopi dan roko udah siap ini ...
tinggal nunggu update, berharap ada scene haruko lebih banyak :)
 
Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 49
(my mom's first love)
------------------------------

japan-10.jpg

Ini pertama kalinya Kyoko menghadiri pernikahan orang selain saudara. Dia mengenakan gaun warna pastel yang lucu, dan Hiroshi menggunakan setelah jas berwarna abu-abu. Mereka berdua duduk di dalam gereja, bersama banyak orang lainnya. Di satu sisi ada teman-teman Tecchan, baik itu teman SMA, kuliah, atau teman permainan, dan di sisi yang lain ada keluarga Kaoru Kamejima, istrinya Tecchan, dan jemaat gereja.

Mereka berdua menikah di gereja tempat ibadah Kaoru dan keluarganya. Holy matrimony belum diadakan, dan akan berlangsung dalam beberapa detik lagi. Kedua mempelai sudah berdiri di atas mimbar, dipandu oleh seorang pendeta, untuk mengucapkan janji pernikahan. Setelah itu, ada resepsi kecil di gedung pertemuan gereja.

Kaoru dan keluarganya penganut kristen, minoritas di Jepang. Tapi walaupun agama kristen adalah minoritas di Jepang, banyak orang yang memilih untuk menggunakan tata cara kristen untuk pernikahan mereka. Sifatnya lebih ke seremonial. Trend ini sudah dimulai sejak tahun 80an, dimulai ketika pernikahan idol jaman dulu, Momoe Yamaguchi yang menggunakan tata cara kristen.

Ditambah lagi, di Jepang, pernikahan tradisional mahal harganya, berbeda dengan pernikahan ala kristen yang lebih simple dan sederhana. Negara Jepang sendiri memilih untuk mengakui catatan pernikahan di kantor catatan sipil. Dan tadi pagi, mereka sudah mendaftarkan perkawinan mereka. Jadi sebenarnya, Tecchan dan Kaoru sudah merupakan suami istri yang sah, secara negara.

Tapi karena Kaoru dan keluarganya penganut Kristen, maka secara agama, mereka belum bisa dianggap pasangan suami istri. Dan secara mendadak Tecchan harus masuk kristen, walau sebenarnya tahapannya panjang. Intinya, shotgun marriage ini harus segera diselesaikan, agar keluarga Kaoru tidak menanggung malu. Padahal, Tecchan dan Kaoru hanya ingin menikah di catatan sipil saja.

Kyoko melirik ke arah Mi-Chan dengan pacarnya. Mi-Chan mengenakan dress mini hitam, yang memperlihatkan tangan dan kakinya yang mulus dan jenjang. Riasannya tipis sekali, bahkan sepertinya dia tidak menggunakan make up apapun, hanya lip balm saja, tapi dia terlihat sungguh cerah dan menarik. Mata para lelaki sering tertuju kepadanya. Tapi gandengannya membuat orang-orang langsung membuang muka. Lelaki itu tubuhnya tinggi besar, kekar, dengan muka yang keras, malah cenderung kasar. Entah siapa namanya, tapi sepertinya umurnya lebih tua dari Mi-Chan.

Dan setidaknya, itu membuat Kyoko makin lega. Tipenya jauh sekali berbeda dengan Hiroshi yang atletis dan bertampang lembut.

Di atas mimbar, pendeta sedang memandu kedua pasangan mempelai untuk mengucapkan janji setia. Kyoko tersenyum, sambil melirik Hiroshi dalam-dalam.

Kalau mereka nanti menikah, kira-kira mereka menggunakan tata cara apa ya? Kristen? Tradisional? Atau hanya di catatan sipil? Apapun itu, yang pasti Kyoko akan sangat-sangat bahagia ketika itu terjadi.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

maxres10.jpg

Hari ini adalah hari dan malam terakhir Kyoko di Ibaraki. Dia duduk di pinggir gedung olahraga sebuah sekolah, menatap ke tengah lapangan, melihat pacarnya, Hiroshi Tanabe sedang pemanasan, menggunakan seragam basket SMA nya.

Nama di punggungnya sudah menjelaskan semuanya, Tanabe, nomer 6. Di lapangan, dia dan teman-temannya sedang bersiap, akan menghadapi tim putra SMA mereka. Alumni lawan siswa.

Tim Putri tadi sudah bertanding, dan alumni tim putri menang tipis atas tim siswi. Dan permainan Mi-Chan benar-benar menggila. Walaupun Kyoko tidak mengerti basket, tapi dia benar-benar melihat kalau Mi-Chan begitu menonjol di tengah lapangan. Sebagian besar skor tim putri alumni dicetak oleh Mi-Chan. Dan dia selalu terlihat anggun saat mencuri bola atau melakukan lay up. Katanya, posisi Mi-Chan adalah Power Forward.

Power forward berfungsi sebagai pencetak skor dari jarak dekat, pemantul bola saat bertahan dan menyerang, serta menghalangi center lawan melakukan pergerakan di bawah ring. Tak heran, tubuhnya yang atletis itu terlihat begitu kuat. Gerakannya penuh dengan tenaga dan benar-benar mengandalkan skill individu. Beda, tidak seperti Hiroshi, seorang Point Guard yang kerjanya adalah mendistribusi bola, mengatur alur permainan dan isi kepalanya seperti sedang berpikir terus di tengah lapangan. Dia yang pertama kali mengatur pemain ketika bertahan, dan dia yang pertama kali mendistribusikan bola ketika menyerang.

“Sudah pernah lihat Hiro-Chan bermain basket kan?” bisik Mi-Chan di sebelah Kyoko. Muka Mi-Chan merona merah, rambutnya basah oleh keringat, dan dia menutupi rambutnya dengan handuk. Mi-Chan benar-benar terlihat begitu berbeda ketika sedang bermain basket dan memakai seragamnya. Tak heran dia jadi primadona klub basket ketika SMA.

“Sudah, tapi hanya tiga lawan tiga, Mi-Chan, kalau yang seperti ini belum”
“Oh, lihat saja, dia sungguh-sungguh keren”

PRIT!! Wasit membunyikan peluitnya, dan kedua tim berhenti pemanasan. Kedua tim lalu berdiri di pinggir lapangan, sedikit bicara dan mengatur strategi. Tentunya pelatih mereka semasa SMA menangani tim siswa. Sedangkan para alumni berembuk sendiri soal strategi dan line up pemain.

“Wah, turun full team dari pertama” Mi-Chan terlihat excited “Ini tim yang hampir masuk interhigh, maklum lah, klub basket SMA ini kurang jago, tapi mereka benar-bener pekerja keras dan tak henti-hentinya berusaha….." Untungnya, tahun ini, mereka sudah melaju begitu jauh di babak penyisihan antar perfektur. Harusnya, kalau tidak ada halangan, mereka bisa melanjutkan ke Interhigh tahun ini. Mereka harus berterimakasih kepada Hiroshi dan kawan-kawannya sesama alumni yang meletakkan fondasi dasar untuk adik-adik kelas mereka.

Tetsuo Minami alias Tecchan sebagai Center, Hiroshi Tanabe bertindak sebagai Point Guard, Kenji Iida turun sebagai Shooting Guard, dan di posisi Small Forward dan Power Forward ada Yuuji Kobayasi dan Yoshito Mukaiya.

Tecchan berjalan ke tengah lapangan, bersiap untuk memulai pertandingan yang ditandai oleh lemparan wasit.

Akhirnya, pertandingan reuni ini dimulai juga! Wasit melakukan jump ball dan bola berhasil dimenangkan oleh center tim siswa. Dia mengumpan bola ke arah point guard mereka dan tim alumni langsung melakukan formasi bertahan, yang dipimpin oleh Hiroshi. Hiroshi berusaha menjaga agar point guard lawan tidak melewatinya dengan mudah.

Point Guard lawan langsung mengumpan jauh ke tengah, mengakibatkan perebutan bola. Agak serampangan memang, tapi sepertinya Power Forward mereka lompatannya cukup tinggi dan dia mampu menguasai bola dengan baik. Untuk sejenak, tim alumni konsentrasinya terpecah.

“Tecchan, belakang!” teriak Hiroshi, dan yang dipanggil langsung berputar, rupanya Power Forward lawan sudah mengumpan ke arah Shooting Guard, yang berusaha memasukkan tembakan tiga angka. Tecchan keluar dari sarangnya.

Sial.

Ternyata tipuan. Dia langsung mengumpan pendek ke Small Forward mereka, dan sang Small Forward tampak leluasa melakukan lay up. Masuk.

“Jangan keluar dari sana, jangan terpancing” teriak Hiroshi sambil menerima bola dari Tecchan. Dia sekarang menguasai bola, berusaha membalas. Posisi 2 – 0 untuk tim siswa. Permainan baru saja dimulai.

“Mi-Chan”
“Iya?”

“Kenapa itu, salah satu dari mereka tidak ikut menyerang?” Kenji Iida tampak berdiri di setengah lapang, sambil memperhatikan ketiga teman lainnya mencari posisi dibawah ring lawan. Hiroshi berjalan pelan sejajar dengan Kenji dan dia merangsek pelan-pelan.

“Lihat saja. Kenji benar-benar spesial, sayang waktu itu dia terlalu banyak melakukan ini, sehingga tertebak oleh tim lawan di semifinal perfektur” jawab Mi-Chan.

“Eh?”

Hirohi maju, meninggalkan Kenji yang membayanginya. Hiroshi tampak berusaha mengumpan ke arah Tecchan, dan ternyata, bohongan. Point Guard lawan sedang berusaha membayangi Hiroshi, dan Power Forward mereka hilang posisinya. Hiroshi tampak tersenyum dan dia mengumpan pelan ke arah Kenji yang sudah berdiri sejajar dengannya.

Pelan, tapi pasti, Kenji menembak dari sisi yang jauh. Tidak ada yang menjaga dia. Shooting Guard lawan sudah terlalu jauh jaraknya dengan dia. Dan dalam gerakan yang tampak seperti slow motion, tembakan tiga angka itu masuk.

Kenji dan Hiroshi melakukan high five.

“Wah” Kyoko termangu. Dia baru melihat skema yang unik seperti itu.
“Keren ya?”
“Iya”

“Sayang lawan-lawan kita dulu lebih jago” Mi-Chan menjulurkan lidahnya, sambil bernostalgia masa-masa dia SMA.
“Ooo….”

“Lihat itu”

Tecchan berhasil memblok serangan lawan mereka, dan dia mengumpan cepat ke arah Hiroshi. Hiroshi lari pelan ke arah daerah pertahanan lawan. Dia melihat keadaan sekitar. Dia menghindar dari penjagaan lawan, dan dia bebas. Dia berlari kencang ke arah ring, tampak leluasa untuk mencetak skor. Tapi tidak dia lakukan. Dia diam sejenak, membiarkan center lawan menjaga dirinya, dan dia malah mengumpan ke belakang, ke arah Yoshito. Yoshito menembak bola dengan pelan dan skor lagi-lagi tercetak untuk tim alumni.

“Nah itu dia!” teriak Mi-Chan dengan semangat.
“Eh, tadi kenapa Hiroshi tidak memasukkan bolanya sendiri saja, kan dia bebas?” bingung Kyoko.
“Itu hebatnya dia. Dia tahu, kalau dia shooting sendiri, dia akan di block oleh Center, dan dia lihat, Power Forward lawan masih sibuk kembali ke daerahnya sendiri, jadi Yoshito bebas”

“Ooo…” Kyoko melongo, sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

“Tugas Point Guard utamanya bukan mencetak angka, tapi untuk mendistribusikan bola dan membaca arah permainan” Mi-Chan menjelaskan ke Kyoko. “Dan itu keunggulan Hiroshi, dia pintar menjaga permainan…..”

Kyoko mengangguk anggukan kepalanya, sambil melihat ke arah lapangan.

Tecchan dan Yoshito benar benar tangguh dalam bertahan. Kenji, walaupun sering terlihat salah shooting, tapi setengah dari shoot nya masuk. Yuuji juga rajin mencetak skor dan dia begitu lincah. Sedangkan Hiroshi, walau tidak terlihat menonjol, tapi dia yang merancang itu semua.

Dia Point Guard, Playmaker dan dia terlihat nyaman di posisi itu. Dia tidak setinggi Kenji, Tecchan maupun Yoshito. Tapi dia penuh perhitungan dan benar-benar terlihat menikmati permainan. Dia tertawa dan bersemangat begitu lepasnya di lapangan basket.

Kyoko tersenyum melihatnya. Dia seperti melihat Hiroshi hidup di lapangan basket. Gerakannya sungguh nyaman, tidak ada kecanggungan sedikitpun. Hiroshi benar-benar tenggelam disana. Kyoko benar-benar menikmatinya. Sang pacar begitu luwes, dan Kyoko menyesal, kenapa dia baru mengenalnya ketika dia kuliah? Kenapa tidak dari dulu?

Ah, tapi tenang saja, Kyoko dan Hiroshi, masih punya seluruh waktu yang ada di dunia.

------------------------------

yuigah10.jpg

Angin malam menerpa badan Kyoko dan Hiroshi. Mereka berdua jalan di pinggir pantai yang sepi, melihat terangnya malam yang berbintang dengan nyamannya dan gelapnya laut yang begitu menenangkan.

“Malam terakhir di Ibaraki” bisik Hiroshi.
“Iya”
“Maaf tidak sempat mengajakmu ke pantai siang-siang”

“Ah, tiap hari aku melihat pantai dari lantai dua rumahmu, itu saja sudah cukup…. Lagipula aku tidak bawa baju renang”

Kyoko merasakan pasir yang basah di kakinya, dan dia menenteng sepatunya dengan manisnya. Hiroshi juga telanjang kaki, dia menggulung kaki celananya dan dia benar-benar bersyukur malam itu.

Dia menggandeng pacarnya, Kyoko Kaede sambil menikmati udara pantai malam itu. Malam terakhir mereka di Ibaraki. Kyoko bertemu dengan orang-orang yang unik, keluarga Hiroshi, teman-teman SMA nya, juga Mi-Chan, sahabatnya dari kecil. Dia jadi tahu, seperti apa lingkungan Hiroshi, seperti apa keluarganya, dan seperti apa latar belakangnya. Dia merasa semakin dekat dengan pacarnya itu.

“Maaf kalau kurang maksimal”

“Tidak, sudah maksimal sekali ini…. Ibaraki terasa menyenangkan…. Ayahmu, walau suka membuatku bergidik, dia lucu dan ramah, ibumu juga menyenangkan dan adik-adikmu semuanya begitu ramah. Belum lagi teman-temanmu yang lucu-lucu….” Jawab Kyoko.

“Berarti nanti mau kalau diajak ke Ibaraki lagi?”
“Tentu saja mau, aku tidak akan menolak….”

“Ah, aku jadi penasaran, kira-kira bagaimana ya kabar Mitsugi dan Taniguchi?” tanya Hiroshi.
“Entah, aku begitu tenggelam di suasana Ibaraki, sampai lupa mengabari mereka” tawa Kyoko, melihat ombak bermain dengan derasnya, berusaha memeluk pantai yang tak sampai-sampai.

“Jadi, besok pagi kita akan ke Tokyo lagi”
“Iya”
“Kapan-kapan lebih lama ya di Ibarakinya” lanjut Hiroshi, di pantai yang sepi itu. Tidak ada orang lain selain mereka.

“Dan aku sangat menikmati kamu bermain basket tadi, benar-benar kakkoi”
“Terimakasih, coba aku kenal kamu dari dulu, mungkin aku bisa sampai interhigh kalau kamu menyemangati aku”

“Masa sih” tawa Kyoko.
“Haha…. Tentu”

Mereka berdua saling menatap, dan tidak ada bunyi lain selain bunyi ombak.

“Setahun ini, banyak hal yang menyenangkan terjadi” bisik Hiroshi.
“Tidak semua menyenangkan lho….”
“Haha, benar….”

“Aku bersyukur karena ketemu kamu, aku juga bersyukur, sekarang aku jadi bisa masak dan malah senang masak…. Belum lagi teman-teman yang menyenangkan seperti Marie dan Kana…. Tapi ada juga yang tidak nyaman seperti kasus Okubo dan Kana, kasus Sakurai, belum lagi Kamiya-San yang digosipkan aneh-aneh di SNS” lanjut Kyoko.

“Tapi buatku, semuanya baik. Dan yang paling baik, adalah kamu, Kyoko”
“Uso”
“Tidak mungkin aku bohong” Hiroshi memeluk pundak Kyoko tiba-tiba.

Mereka masih bertatapan dan mereka diam sejenak. Tak lama kemudian, bibir mereka berdua bertemu, dan mereka berciuman singkat. Bibir mereka menempel pelan. Walaupun itu terjadi hanya dalam hitungan detik, tapi semuanya terasa sangat luar biasa. Kyoko lantas tersenyum dengan manisnya ke arah Hiroshi.

“Ibaraki hari terakhir, dan besok Tokyo”
“Benar”
“Coba kita masih bisa lebih lama lagi di Ibaraki”

“Tapi, liburan musim panas belum selesai kan?”
“Belum”

“Liburan masih panjang dan kita masih banyak waktu di Tokyo”
“Tentu saja”

“Dan aku jadi makin tak sabar ke Tokyo lagi” Hiroshi tampak senang, dan mereka bergandengan lagi, menikmati malam terakhir di pantai Ibaraki, sebelum melanjutkan apa yang perlu mereka lanjutkan di Tokyo.

------------------------------
------------------------------


haruko10.jpg

“Elo…..” Tania melongo ngeliatin aku.
“Kenapa sih”
“Ini kayak bukan elo”
“Kayak siapa emang?”

“Kayak model majalah remaja gini lo……” Tania ngeliatin aku dari atas sampe bawah. Dia kayaknya lagi nge-scan badanku gini. Aneh amat. “Sejak kapan lo jadi dandan?”

“Biasa aja perasaan”
“Engga, Haruko yang gue kenal kalo lagi ada acara di luar hari sekolah kayak gini, biasanya cuman pake kaos ama jeans… Ini apa-apaan?”
“Ini apa-apaan gimana?”

“Lo pake kaos raglan terus pake rok, diatas lutut dikit? Terus gue ga pernah liat lo pake sneakers bagus model gitu…..”

“Ini kaos bekas Papa, terus ini rok lungsuran dari tante gue, terus sneakers ini emang punya dari dulu, dibeliin sama Om gue yang orang Jepang, tapi emang ga pernah dipake karena gue bingung pakenya kapan” jawabku sejujur-jujurnya.

Ini akibat kuliah fashion 101 sama Shirley. Semua benda lungsuran Tante Ai, Okasan, Papa, bahkan apapun sekarang jadi bisa aku pake gini. Shirley emang edan dan dia emang something kalok masalah fashion. Gak salah, ibunya Shirley itu Tante Anggia yang luar biasa modis, kayak model dulu waktu masih muda katanya. Dan aku akhirnya liat dia pas masih muda kayak apa, dari foto-foto yang di share Shirley.

Keren banget dandanannya sumpah menurutku. Jaket olahraga, merek jerman yang legendaris itu, terus Tank Top yang kerahnya lebar, skinny jeans yang bolong-bolong, rambut pendeknya cocok banget sama dandanan kayak gitu. Belum lagi anting panjangnya, dan muka judesnya. Salah-salah dia disangka model veteran lagi sekarang.

“Tapi… Anak-anak cowok jadi ga berhenti liat elo… dan elo pake make up? Gila lo!”
“Duh, gimana, tipis doang kok…”
“Tapi lo jadi makin lucu begok” Tania ngeliatin mukaku dalem-dalem sambil bingung.

“Yah… Gimana?”
“Gimana? Sialan, jangan-jangan lo nyadar lagi kalo elo makin good looking?” kesal Tania.
“Gak gitu juga sih…..”

“Hai Haruko, dateng juga?”
“Eh”

“Mau jadi panitia pensi juga?”
“Ahaha.. Iya” Kak Rendra, dan entah kenapa mukanya kok kayak berbinar-binar liat aku hari ini. Aneh banget.

Sehabis semester ini selesai dan sebelum aku berangkat ke Jepang musim dingin entar, bakalan ada pensi. Dan seperti biasa, pentas seni SMAku suka agak gila-gilaan, walau gak sampe ngundang artis luar negri, emangnya siapa kita. Java jes bukan, ngundang artis luar negri. Biasanya ya band besar tanah air, dan katanya band-nya Papa dulu juga sering diundang disini. Cuman emang mereka lagi gak begitu ngetrend karena belum ngeluarin album baru, jadi kayaknya gak mungkin band Papa yang diundang, toh masih banyak band lain yang lebih hits. Kayaknya. Gak tau juga deng. Aku gak tau posisi band papa ada di mana di dunia musik Indonesia sebenernya.

“Mau masuk seksi apa?” tanyanya dengan mata kayak anak anjing yang liat ibunya.
“Gak tau juga, apa ya? Masa keamanan? Hahahaha”
“Yaudah, sampe ketemu di dalem ya, ntar kita ngobrol lagi”
“Oke”
“Sip sampe nanti ya”

Aku ngeliatin Kak Rendra, lebih tepatnya punggungnya pas dia ngedatengin meja panitia inti. Yah, anak kelas dua pasti jadi panitia inti dan pasti jadi kepala seksi atau semacamnya. Anak kelas tiga udah gak ikutan lagi, ga boleh sama sekolah. Dan anak kelas satu pasti jadi anggota anggotanya.

Aku dan Tania duduk di kursi, sambil nunggu penjelasan dari ketua panitia.

“Lo ngeliat sesuatu yang beda gak dari Kak Rendra” bisik Tania.
“Apaan?”
“Dia sama sekali gak nyapa gue…. Aneh kan?”
“Ah masa?”
“Iya, dia terlalu amazed sama Haruko yang dandan kayak sekarang, sampe-sampe gue dianggap gak ada…. Sakit buat gue sih sekaligus gue bangga sama elo” tawa Tania.

“Ih, apaan, masa Kak Rendra jadi gak sopan sama elo gitu….”
“Bukan ga sopan, sayang…. Tapi dia terlalu fokus sama elo….. Dia terlalu gemes liat Haruko jadi dandan lucu kayak gini” bisiknya.

“Apaan sih…”

“Halo, selamat siang temen-temen kelas satu dan kelas dua” mendadak kita semua diem. Ketua Panitia udah maju kedepan, dan dia pegang microphone, proyektor udah nyala dan dia siap-siap ngejelasin konsep pensi tahun ini. “Sebelum saya jelasin konsep pensinya, supaya kita makin semangat, kita setel musik dulu, sambil liat trailer pensi tahun ini, oke"

Semuanya menjawab setuju dan lampu dimatiin, korden ruangan juga ditutup biar gelap.

Layar jadi terang dan sebuah video mulai main. Musik rock yang hingar bingar mulai kedengeran. Nama Pensinya keluar di depan layar, terus ada video yang ngejelasin soal konsep nama dan logonya. Habis itu keluar nama-nama panitia inti. Semuanya hasil rapat Osis sama perwakilan-perwakilan kelas dan ekskul. Jadi semuanya udah ditentuin. Di saat-saat kayak gini harusnya aku dan temen-temen yang lain pada mikir mau masuk seksi apaan, tapi kok aku ngerasa aneh ya.

Musik yang dipake kayak familiar.

Oh, mulai ke nama-nama band dan penampil yang direncanain. Ya, ada nama rapper muda yang lagi naik daun itu, yang video nya di instagram suka viral. Oh, ada band pop yang lagi digandrungin anak muda jaman sekarang. Terus, ada penyanyi remaja cewek yang lagi jadi idola anak-anak cewek karena lagunya bikin baper, sama jadi idola anak-anak cowok juga karena cakep banget.

Dan mendadak, musik itu berhenti, dan anak-anak satu ruangan, malah ngeliat atau ngelirik ke aku. Aku merhatiin nama terakhir yang ada di video itu. Beberapa mulai was wes wos sambil ngeliat ke arah aku. Aku melongo. Serius? Emang mereka masih segitu terkenalnya?

Aku ngeliat tulisan putih di background hitam itu dengan seksama. Engga, aku gak rabun atau salah baca. Tulisan itu jelas banget ada di depan mataku, dan itulah kenapa anak-anak satu ruangan pada ngeliatin aku semua. Aku baca ulang nama penampil yang satu itu keras-keras dalam hati.

Gak salah lagi.

HANTAMAN.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd