Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Welcome to teenagers life. Okay jadi basically tim penulis di cerita ini udah menempatkan diri sbg teenager Jepang 2000-an, adult Jepang, teenager Indo 2000-an, young adult Indo, Adult Indo, mature Indo in the future. Spot on. Salute.

tiap baca komen dari agan saya selalu merasa tersanjung... terimakasih selalu setia untuk baca dan komen.

BTW nanti malam update ya, tapi malam banget kayaknya, maklum sekarang lagi sibuk bok :D
 
tiap baca komen dari agan saya selalu merasa tersanjung... terimakasih selalu setia untuk baca dan komen.

BTW nanti malam update ya, tapi malam banget kayaknya, maklum sekarang lagi sibuk bok :D

Mungkinkah sibuk mengaudisi peran pengganti untuk si nganu (nama yg tidak boleh dsebut) dlm MDT 2 yg mo direlease ulang om :D.
 
update 2 chapter sekalian master

ane rela ga malem mingguan ama haruko, kalo dia lg jd panitia persiapan asian games, hehehe

sayangnya cerita ini dari masa depan, jd haruko ga ngerasain euforia asian games, atau bisa jadi malah jakarta jd tuan rumah olimpiade di cerita haruko, who knows?

keep wait 4 da next chapt
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 57
(my mom's first love)

------------------------------

haruko10.jpg

“Gak enak ya digosipin?”

Deg.

“Ii.. Iya kak…” aku senyum saat Kak Rendra datang, ngehampirin aku di tengah pekerjaan dekor pensi di hari libur ini. Dia ngasih aku sebotol minuman dingin, yang aku terima dengan senang hati dan perasaan mau meledak di dalam hatiku ini. “Makasih” senyumku pasti belum ilang dari wajahku.

“Reyhan jadi gak dateng lagi deh gara-gara gosip itu”
“Hahaha… Padahal…”
“Padahal kenapa?”
“Enggak… Aku udah ngomong ke dia sejujurnya…”

“Oh ya?”

“Tapi, dia kayak tetep gak mau nerima gitu” aku nyengir gak enak, di tengah kesibukan orang-orang lain. Waktu menuju pensi makin deket, jadi aku kalau gak ada pertandingan atau latihan badminton weekend, pasti selalu ada di sekolah, ngerjain kewajiban sebagai salah satu anggota seksi dekor buat pensi entar. Nyicil, biar pas menuju hari H kerjaan makin dikit.


“Yah, gimana, orang sakit hati pasti butuh waktu dulu ya gak sih?” Kak Rendra meringis aja. Dia soalnya udah tau Jonathan itu siapa.

“Yah…”

“Tapi gosipnya masih jalan aja ya?”
“Gak bisa ditahan, aku siapa sih kak, masa bikin pengumuman di mading elektronik hahahaha” tawaku.
“Wajar sih, orang seneng ngegosip soalnya”
“Nyebelin ya?”
“Banget”

Kak Rendra minum minuman dingin yang ada di tangannya dan dia ngeliatin anak-anak yang sibuk kerja ini dan itu. Ada yang lagi foto-foto bagian-bagian sekolah buat ntar di sketsa mau diapain, ada juga yang nyari-nyari referensi di laptop mereka, dan ada juga yang kayak aku, lagi nyortir vendor-vendor di laptopnya Kak Rendra. Hehe. Laptopnya Kak Rendra. Eh, kenapa sih lo, Haruko. Ini kan laptop biasa, gak usah nyengir dalam hati gitu dong.

“Aku seneng banget ngerjain ini”
“Kak Rendra taun lalu anak dekor juga kan?”
“Iya”
“Emang asik sih” balasku.

“Anggap aja latihan buat aku kuliah entar”
“Emang Kak Rendra mau kuliah apaan?”
“Itu dia yang aku masih bingung, pengennya sih arsitektur ya?”
“Haha, kayak tanteku dong, Arsitek”

“Oh ya?”

“Iya” Aku jadi inget sepupu Papa yang pemalu itu, Tante Amyra. Tante yang kalo lagi lebaran cuman senyum-senyum sendiri di pojokan sama anaknya yang lucu itu. Aku pernah liat karya-karyanya, keren banget. Orangnya kalem, pendiem, dan bener-bener gak banyak omong.

“Haha, tapi kayaknya susah kuliahnya” keluh Kak Rendra tanpa pernah menjalani perkuliahan sama sekali.
“Bukannya semua kuliah susah ya?” balasku.
“Iya sih…”
“Hehehe…”

“Ngomong-ngomong, kalo Haruko sendiri, ntar pengen kuliah apa?”
“Eh?”

------------------------------
------------------------------


800-mi10.jpg

“Kasihan sekali Abe-Sensei” Marie melipat tangannya di meja itu. Dia melirik ke arah Kana yang sedang menyeruput kopi panas. Dan dia melirik juga ke arah Kyoko yang sedang melahap sebuah kue yang tampak menggoda. Dari kejauhan, dia bisa melihat ibu dan kakak Kyoko sedang sibuk di balik counter, melayani pengunjung supaya baik jalannya.

“Kasihan, aku tak bisa berhenti memikirkan Aoi terus menerus” sambung Kana sambil menatap balik ke arah Marie.
“Kenapa selalu anak ya yang jadi korban perceraian” Kyoko mendengus, sambil meratapi nasib Kana dan Aoi dalam hati. Mereka berdua sama-sama anak korban cerai.

“Ada kemungkinan tidak sih mereka bakal rujuk?” tanya Marie ke Kana.
“Abe-Sensei tadinya mau mengusahakan hal itu, tapi sepertinya, ego istrinya terlalu tinggi…. Taihen….” jawab Kana.

“Kenapa masyarakat Jepang jadi seperti ini ya?” keluh Marie.
“Sudah dari dulu memang begitu, semenjak booming ekonomi tahun 80-an, apalagi mereka kan waktu tahun segitu sedang masa remaja… Pasti terkena dampaknya, pemikiran mereka jadi materialistis sekali” Kana menjawab, sambil membayangkan isi kepala calon mantan istrinya Abe-Sensei.

“Dan generasi sekarang sudah capek sepertinya….” senyum Kyoko.
“Iya, sudah capek dengan kelakuan orang-orang angkatannya Abe-Sensei yang berpikir kalau sukses itu harus bergabung dengan perusahaan bagus, mengejar karier gila-gilaan, menjadi hambar korporat… Seperti..”

“Okubo?” potong Kyoko ke kalimat Kana.
“Dan ayahku” senyum Kana.

“Tak heran kalau sekarang banyak anak-anak angkatan kita yang lebih nyaman bekerja serabutan, arubaito terus-terusan, atau mengejar karier-karier alternatif yang jauh dari korporasi” balas Marie. Entah kenapa obrolan mereka sore hari itu di café milik keluarga Kyoko terkesan serius dan sok dewasa.

“Ngomong-ngomong, soal arubaito… Katanya kemarin di mail kamu mau cerita soal Kamiya-San kan?” tanya Kyoko ke Marie.

“Ah iya!! Sampai lupa, aku terlalu hanyut dalam cerita Kana soal Abe-Sensei dan istrinya” Marie nyengir kuda dan obrolan mereka terhenti sejenak, karena kakaknya Kyoko lewat. Kyou-Kun menatap ke arah Kyoko, dan dia menggelengkan kepalanya. Sejak kapan adiknya jadi sok dewasa dan membicarakan masalah kemasyarakatan? Aneh.

“Bagaimana soal Kamiya?” tanya Kana.
“Oh itu…. Hmmm…”
“Apa?”

“Ya jadi, aku sebenarnya ingin coba main ke apartemennya, tapi dia selalu tampak menghindar…. Salah satu alasannya karena berantakan. Aku sih tidak apa-apa dengan apartemen berantakan, kan kalian tahu sendiri apartemenku seperti apa” lanjut Marie.

“Seperti habis dilanda taifun” ledek Kana.

“Sial, nah… Akhirnya aku bisa main ke apartemennya… Sangat kecil, mungil, dan imut… Tapi apartemennya rapi sekali!”

“Hmm.. Mungkin, dia membereskannya dengan seksama sebelum kamu datang, Marie-Chan?” Kyoko memberikan suatu kesimpulan yang masuk akal, tetapi terlalu berpikir positif.

“Ano… Tapi…. Hmmm….. Dari pengamatanku, sepertinya apartemen itu memang bersih sehari-harinya. Aku tahu… Entah kenapa aku tahu…”

“Memang apartemen yang mendadak dibersihkan biasanya langsung ketahuan kok…” balas Kana.
“Nah iya, itu kata orang yang beres-beres rumah setiap hari, jadi bisa dipercaya kan” lanjut Marie.

“Jadi, bagaimana maksudnya?”

“Ano.. Menurutku… Ada yang disembunyikan dariku….” Marie mulai mengeluh soal Yusuke Kamiya, lelaki yang dekat dengannya, tapi belum pacaran dengannya ini.

“Ah, kamu kan belum pacaran dengannya”
“Iya memang, tapi….”
“Tapi apa?” potong Kana.

“Kalau memang begitu posisinya, harusnya dia santai saja kan kalau aku main ke apartemennya… Toh dia sering main ke apartemenku, ngobrol sampai larut malam, nonton televisi bersama, dan lain-lainnya…”

“Mungkin dia tipe yang tidak suka diganggu orang di rumah” balas Kana.
“Tapi…”

“Mencurigakan memang…” Kyoko tampak memutar-mutar matanya, mencoba berpikir ada apa yang terjadi sebenarnya.

“Lagi-lagi kuperingatkan, jangan mencampuri urusan orang lain terlalu dalam…. Nanti kamu akan terluka” Kana tampak memberitahu Marie dengan nada serius.

“Ah, kamu sendiri mencampuri urusan Abe-Sensei”
“Hei, aku cuma mendengarkan dia mengeluh, aku bahkan jarang sekali berkomentar… Aku tidak ingin mencampuri kepusingannya, kalau aku ikut-ikutan, nanti dia tambah pusing…”

“Tapi…”
“Kamu tahu kenapa aku bisa cepat melupakan si Atsushi sialan itu?” tegas Kana, merujuk ke Atsushi Okubo yang menipunya mentah-mentah.

“Nnn..”
“Karena aku tidak masuk ke dalam kehidupannya. Jangan, Marie, jangan lakukan apapun yang kamu pikirkan, entah itu bertanya, menyelidiki, dan lain sebagainya… Tolong”

“Tapi aku…”
“Penasaran itu wajar, tapi kalau sudah mengacak-ngacak hidup orang lain, tentu tidak wajar….”

“Aku cuma…”

“Cuma apa?” sekali lagi, Kana memotong ucapan Marie. Marie Taniguchi hanya terdiam, sambil menatap mata temannya itu.

“Marie-Chan….” bisik Kyoko. “Kana ada benarnya…. Menurutku juga… Agak mencurigakan, dan kamu mungkin harus agak jaga jarak dengan Kamiya-San kalau-kalau ada perasaan tidak nyaman…. Hati-hati, Marie…” Kyoko masih mengingat episode sakit hati Marie dan berlanjut ke pindahnya Marie ke apartemennya yang sekarang.

“Entah… Aku….”
“Jangan sedikitpun kamu berpikir untuk memasuki urusan privatnya yang sepertinya dia sembunyikan.. Pokoknya jangan” Kana mendadak memegang tangan Marie. “Ini untuk kebaikanmu sendiri”

“Ano…. Baiklah…”
“Bagus kalau begitu…”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

dscf2210.jpg

Bohong.

Marie tidak menuruti nasihat dari kedua orang temannya itu. Bukan Marie Taniguchi namanya kalau tidak penasaran. Dia ada di minimarket yang berada dekat dengan apartemen Yusuke Kamiya, menunggu gerak-gerik Yusuke, andaikan dia keluar dari apartemennya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Marie saat ini.

Dia menatap ke arah apartemen itu, sambil berharap-harap cemas, kapan kira-kira Yusuke akan keluar. Tadi pagi dia saling berbalas mail dengan Yusuke, menanyakan kegiatannya hari ini. Sang lelaki menjawab simple saja, mengurus cucian, laundry, dan lain-lainnya. Dan sebelum menunggu gerak-gerik lelaki itu dari minimarket, dia sudah mencari-cari di mana tempat laundry atau coin laundry yang mungkin didatangi oleh Yusuke Kamiya.

Selain itu, Marie sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Mulai dari ada perempuan yang berjalan bersama Yusuke, ataupun yang lainnya. Intinya, dia penasaran kenapa Yusuke mesti agak menghindar dan berbohong padanya.

Masa sudah sejauh dan sedekat ini masih pakai bohong? Begitu pikir Marie. Pasti ada apa-apa.

Ah, itu dia. Marie menatap ke arah Yusuke Kamiya yang terlihat tampan dari jauh. Dengan jaket ringan, t-shirt, dan celana jeans, lelaki itu berjalan dengan anggunnya menjauh dari apartemennya. Marie menelan ludahnya, tanda kalau dia gugup. Yusuke tampak membawa tas kain besar, yang isinya sepertinya adalah pakaian yang banyak.

Berarti benar, lelaki itu akan mengurus laundry dan sebagainya. Perlahan, diikuti oleh tatapan curiga dari karyawan minimarket, Marie keluar pelan-pelan dari tempat itu, dan membuntuti Yusuke. Dia menjaga jarak lumayan jauh. Dan di jalan kecil itu, tidak banyak orang yang lalu lalang. Jadi dia pasti akan bisa mengikuti langkah Yusuke dengan mudah.

Lelaki itu berjalan ke arah stasiun. Berarti benar, dia mau ke tempat coin laundry.

Marie mengikutinya dengan langkah pelan dan seksama. Di tangannya ada satu botol minuman ringan yang menemaninya dari tadi. Dia nekat juga. Walaupun sudah diperingatkan oleh teman-temannya agar tidak mencampuri urusan orang lain, tapi rasa penasarannya mengalahkan itu semua. Karena dia berpikir, kalau dia jadi Yusuke, dia tidak akan mungkin memberikan info yang simpang siur dan terkesan menghindar seperti itu.

Yusuke masuk ke tempat coin laundry dan Marie bisa bernapas lega sejenak. Kini dia menatap tempat itu dari kejauhan, sambil mencoba menunggu, apakah Yusuke akan keluar cepat, atau benar-benar mengurus laundry di sana.

------------------------------

Bosan.

Sudah hampir setengah jam Marie berdiri di pinggir jalan sambil menatap ke arah tempat coin laundry. Dan Yusuke tidak keluar sama sekali dari tempat itu. Dalam hati, Marie bersyukur tidak ada perempuan lain yang ada di sana.

Perasaan Marie sudah lega sekarang dan dia tampaknya sudah harus pulang. Kalau dia pulang sekarang, dia pasti tidak akan berpapasan dengan Yusuke, pikirnya. Jadi dia dengan langkah ringan, mulai berjalan ke arah stasiun, sambil memainkan handphonenya, berharap ada pesan masuk dari siapapun. Sambil melihat-lihat handphone flip kesayangannya, mendadak langkahnya terhenti.

“Marie?” suara dari belakang punggungnya mengagetkannya.
“Ah?”
“Sedang apa kamu di sini?” Suara Yusuke menghentikannya. Tapi entah kenapa, suaranya terdengar gugup.

“Eh ano………” Marie tampak bingung mencari alasan. “Aku… Tidak sengaja lewat sini, hahaha aku baru saja berjalan dengan teman SMA-ku, dan…..”

“Dan apa?”

“Dan sepertinya karena tempat ini agak familiar, aku memilih lewat sini….. Ke depan sana stasiun kan?” jawab Marie dengan aneh dan tidak beraturan. Tapi dalam hati, dia merasa lega, karena dia menatap lelaki itu sedang menenteng tas kain yang tadi.

“Iya” Yusuke menjawab dengan awkwardnya, mungkin karena dia tidak beharap akan ketemu Marie disini.

“Ano… Kamu habis mencuci?”
“Iya betul…”

“Oh… Sekalian ano… Mengeringkan?” tanya Marie tolol. Coin laundry di jepang biasanya dilengkapi juga dengan mesin pengering pakaian. Bahkan kamu bisa menyetrika sendiri di sana, tentunya dengan biaya tambahan.

“Tidak… Aku…. Akan menjemurnya di dalam rumah……”
“Ah… Kenapa?"
“Berhemat” jawab Yusuke, dengan senyum yang dipaksakan.

“Oh…”

Mereka berdua lantas terdiam, sambil saling menatap dengan tidak nyaman. Andai Yusuke tahu kalau Marie sedang menguntitnya, untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan dari dirinya, dia pasti akan marah dan mungkin akan membenci Marie. Atau dia sudah tahu? Karena bahasa tubuh mereka hari ini tidak seperti mereka biasanya yang saling nyaman satu sama lain.

“Ano… Aku… Pulang ke apartemen dulu?” tanya Yusuke, meminta izin untuk kembali ke tempat tinggalnya.

“Baiklah…”
“Jya… Mata…”
“Ano….”
“Kenapa?” Yusuke tampak kaget karena dia dipotong oleh Marie.

“Boleh aku membantu? Tampaknya repot kalau diurus sendiri” Marie tersenyum dengan manis. Setidaknya, dia ingin mengurangi kecurigaan Yusuke dengan membantunya mengurus laundry.

“Ah, tidak usah… Lagipula ada baju dalam, pasti kamu tidak nyaman membantuku” Yusuke berusaha menolak halus sambil bercanda, mungkin ingin menghindar.

“Ano… Tidak apa-apa bukan? Suatu hari aku juga pasti akan mengurus cucian pakaian dalam lelaki kan? Lagipula, sudah bertemu dengan kamu sekarang… Sayang kalau disia-siakan waktunya” tawa Marie, berusaha mengusir ketegangan di antara mereka berdua.

“Eh?” Yusuke tampak terperanjat. Air mukanya seperti sedang tertangkap basah melakukan sesuatu yang salah atau rahasia. Tapi tampaknya dia tidak bisa menolak Marie, karena akan menimbulkan kecurigaan yang cukup parah. “Ah… Baiklah” dia berusaha untuk bersikap wajar di depan perempuan itu.

Dia lantas tersenyum ringan, mengangguk, dan membiarkan Marie mengikuti langkahnya. Dalam perjalanan dari laundry ke apartemen Yusuke yang dekat itu, entah kenapa terasa sangat lama. Waktu berjalan begitu lambat dan jarak terasa tambah jauh. Perlahan, mereka akhirnya sampai dan mulai memanjat tangga, dan kemudian masuk ke dalam apartemen kecil itu.

Marie masuk, dan lupa mengucapkan salam. Mereka berdua hening, terdiam.

Dengan gerakan yang lambat, Yusuke mengambil tali untuk menggantung pakaian basah. Dengan gerakan yang tampak tak nyaman pula, dia memasangnya di kamar itu.

Marie duduk dengan manis, memperhatikan sang lelaki mempersiapkannya. Dan tanpa bilang apa-apa, dia mulai menjemur sendiri.

“Ano… Aku bantu” Marie berdiri, dan berusaha untuk membantu dengan gerakan-gerakan yang tampak tak nyaman dan tanggung.

“Santai saja”
“Tapi kan aku sudah bilang tadi kalau akan membantu….” balas Marie.

“Hmmm… Ya silakan…” Yusuke tampak menelan ludahnya, lalu dia mempersilakan Marie merogoh ke dalam tas laundrynya. Dengan posisi mereka berdua berdiri di sana dan menjemur pakaian, rasanya apartemen itu makin sempit saja. Marie, dengan telaten menggantungkan pakaian milik Yusuke. Mulai dari t-shirt, jaket, celana pendek, kaos kaki, kupluk, rok, atasan perempuan.

Tunggu, pasti ini properti manggungnya dia, pikir Marie. Ada beberapa pakaian perempuan terselip di sana. Rok dan atasan yang casual. Bahkan pakaian dalam perempuan. Detil sekali dandannya, sampai ke dalam-dalamnya juga dipikirkan.

Eh? Bukannya pakaian manggung Yusuke sebagai Maria tidak seperti ini? Bukannya dia selalu manggung dengan gaun yang anggun, terbuka, seksi, dan terlihat menggoda? Ini kan baju biasa?

“Yusuke?” tanya Marie dengan pelan.
“Hai?”

“Ini… Baju siapa?” entah kenapa rasanya lemas. Marie berharap dia tidak terjebak dalam situasi yang aneh lagi, seperti dengan Akira Sakurai sewaktu dulu.

“Bajuku” jawab Yusuke dengan pelan.

“Oh”
“Untuk manggung”

“Iya…” Marie menatap ke beberapa pakaian perempuan casual itu. Minoritas diantara mayoritas pakaian lelaki.

“Ano…..” dan suasana hening itu muncul lagi.
“Kenapa lagi?” jawab Yusuke dalam suasana yang tak enak itu.

“Bukannya kamu tidak pernah pakai pakaian yang casual kalau manggung?”

“….”
“Ya kan?” Marie menatap ke arah Yusuke. “Di semua fotomu……”

“Ah!” Yusuke menghentikan kegiatannya. Dia menarik napas panjang sambil menutup matanya. Dengan langkah gontai, dia berjalan melipir ke arah dinding, lalu menggelosor duduk dengan bahasa tubuh yang sangat-sangat tidak nyaman.

Marie menelan ludah. Dia menatap ke arah Yusuke, berharap satu penjelasan yang masuk akal diucapkan olehnya.

“Sudah kuduga… Cepat atau lambat kamu akan tahu pasti…..”
“Yusuke?”
“Cuman tinggal masalah waktu saja” dia membenamkan mukanya ke tangannya.

Apa ini? Marie mendadak duduk, dan dia merayap dengan langkah canggung ke arah Yusuke.

“Yusuke……..”
“Yah…”

Saat ini, kepala dan dunia Marie serasa berputar. Dia sudah menjaga jarak dan memang belum berpacaran dengan Yusuke, tapi rasanya menyakitkan, karena sepertinya ada hal besar yang disembunyikan darinya. Dan sedikit demi sedikit, perasaan menyesal karena sudah menguntit Yusuke Kamiya muncul, lalu menggerogoti perasaan Marie dengan ganasnya.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 57

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT

- Rendra (17) kakak kelas Haruko di sekolah

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Yusuke Kamiya / Maria (21) Vokalis band Rock, Maria's Mantra

Glossary :

Sensei : Sebutan untuk orang yang ahli dalam satu bidang tertentu (Chef, Guru, Mangaka)
Taihen : Memusingkan / Gawat
Arubaito : Kerja sambilan
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Hmm kalo ini kayanya bukan selingkuh deh. Betulan crossdresser atau akan/sudah jadi transexual ya kayanya?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd