Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Thank you for sharing bro, it's a beautiful story indeed... Kalau suatu saat ada update ketika lu merasa ingin cerita tentang hubungan kalian lagi di memoir ini, it would be an honor for us
makasih hu...untuk sekarang baru cuma satu update tambahan yg saya post. semoga bisa menghibur ya

Gue yg baca aja kerasa sedihnya, apalagi suhu yg ngalamin langsung :((
:( makasih hu

Penulisannya bagus banget sumpah, gua jadi jatuh cinta banget sama nat dan jadi sedih pas realize dia udah tenang diatas sana
makasih banyak :( just trying to keep the flame alive:norose:
 
Terima kasih hu, tebakan saya ternyata benar...

Salut dengan kisahnya dan dgn cara suhu bisa menceritakan kembali. Memang (pasti) banyak hal yg terlewatkan dan tidak dijabarkan disini.
Tapi secara keseluruhan ceritanya cukup buat terlarut merasakan apa yg suhu rasakan pada saat menulis cerita ini...

Semoga semesta memberikan pengganti yg sepadan untuk Reza...
 
Terima kasih hu, tebakan saya ternyata benar...

Salut dengan kisahnya dan dgn cara suhu bisa menceritakan kembali. Memang (pasti) banyak hal yg terlewatkan dan tidak dijabarkan disini.
Tapi secara keseluruhan ceritanya cukup buat terlarut merasakan apa yg suhu rasakan pada saat menulis cerita ini...

Semoga semesta memberikan pengganti yg sepadan untuk Reza...
emang ketahuan sad ending sih kalo baca komen2 yg udah ada ... thanks udah baca hu :o

Ini bukan post credit scene yaa guy 😁
haha sayangnya bukan hu...nanti saat saya bisa ketemu Nat lagi saya tulisin deh post-credit scene nya kalo bisa ya, smoga ga lama :p
 
omg, keren bgt ceritanya bro .. ini beneran real story ??

makasih bgt loh udah sharing ceritanya .. ini bener2 underrated sm hidden gem bgt bro ..
narasinya bagus bgt .. sampe gw ikut ngerasa smua jatuh cinta, kasmaran, sakit hati, sampe patah hati & kehilangan kyk yg lu rasain .. gw sampe baca ulang lg sampe abis dan rela bikin akun cm bwt apreisiasi ngasi komentar Wkwk ..

btw sbg orang yg sama pernah kehilangan kekasih jg (dtinggal mati), gw sdikit banyak ngerti prasaan dan posisi lu skrg gimana .. wlopun cerita gw sm doi ga sepanjang dan sedalam lu ..
kl mungkin lu skrg msh belum bisa move on, percaya deh, jgn sampe hilang semangat hidup .. kl ngga lu ga akan tahu keajaiban apa lg yg bakal lu temukan di hidup lu nanti ..
inget2 jgn sampe bertindak bodoh, msh banyak org yg sayang sm lu dan gw yakin nat pun pgn lu bisa bahagia ..

maaf kl telat , tp mungkin boleh share lg kenangan2 lainnya sm nat disini wkwk ? gw jd pengen tau lbih banyak ttg nat dan perjalanan kalian bro .. ceritanya bagus bgt tp sayang emg pendek bgt ,, rasanya jd nagih ..

cheers, stay safe n positive thinking bro
 
Baru kali ini baca cerbung sampe kehanyut dalam emosi, makasih udah berbagi suhu, selamat jalan Nat2
 
Selesai sudah baca marathon dari kemarin..

Turut berduka cita hu..

Saat aku baca sampai chapter 9, sudah ada feeling bahwa akan sad ending.. Feelingku beda agama dan gak dpt restu dari keluarga yang mengharuskan eja berpisah dari nath..

Eh ternyata endingnya natasha wafat.. :((

Semoga segera menemukan penggantinya ya suhuu @fartjokes
Keep strong.. 💪

Aku juga nelewatkan adegan GBnya nat sama bule.. gak kuat lihatnya hu.. aku bayangin ada di posisi eja waktu itu.. hiks 😭

Makasih sudah menuangkan cerita yang sangat mengasyikkan..
🙏🙏
 
Bimabet
EPILOGUE – Rewind the Tape

SFW. Tanpa adegan panas.
A Twist in My Story by Secondhand Serenade (cover by Nat)

Pada pagi yang cerah itu, aku dan Nat hanya duduk bersantai di sofa yang besar dan rasanya sangat empuk sekali. Nat menyandarkan kepalanya di pundakku dengan manja, badannya ada di dalam rangkulanku. Tanganku sesekali membelai rambutnya dengan halus.

Bajunya telah sedikit kunaikkan sedari tadi sehingga memperlihatkan perutnya. Dengan perlahan mulai kuelus perutnya dengan penuh sayang. Perutnya yang membesar karena tengah mengandung buah hati kami. Kulit Nat yang hangat dan sangat halus dapat kurasakan di telapak tanganku.

Nat tidak berkata apa-apa, hanya menatapku dengan tersenyum. Seluruh jiwaku merasa damai saat melihat senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya, seakan aku tak pernah merasakan beban apapun selama hidupku. Senyuman itu telah mencerahkan seluruh isi ruangan berkali-kali lipat, sampai akupun silau dibuatnya.

Warna putih yang menyilaukan itu semakin memenuhi pandanganku sebelum akhirnya dengan cepat hilang kembali.



Aku pun terbangun.

Surabaya, Desember 2019



“…ajaibnya, kita masih bisa nyampe ke Top 3, ga ketemu musuh sama sekali.”

“eh, taunya pas baru masuk zona terakhir, kena headshot Kraber langsung mati lah aku duluan. Terus yang lain juga pada ga bisa ngapa-ngapain langsung disergap. Ga sempet nembak sama sekali bahkan, udah elim. Hahaha.” Lanjutku.

“Yah…terakhir main kan sama kamu dulu baru awal rilis, sekarang pertama kali main lagi, tiba2 Season 3 udah mau beres.”

Ya, aku dan Nat dulu memang sering bermain game online. Apalagi setelah Nat pindah balik ke Indonesia, kami sering mabar, hampir setiap malam, sebagai variasi daripada hanya lewat telpon atau video call.

“…coba kalo mainnya sama kamu…mungkin seengganya kamu yang mati duluan.” Lanjutku agak mengejek.

Aku terdiam sejenak.

“btw, resign aku udah di approve…dari 2 minggu lagi…aku bakal stay dulu di rumah, gatau sampai kapan…soalnya aku masih belum ada kepikiran mau kerja dimana...” kataku agak sedikit perlahan.

“..***papa yah, aku ga jadi disini? Aku usahain mampir kalo ada waktu, seengganya mungkin sebulan sekali...”

Nat tak menjawab. Nat tak mungkin menjawab. Not this time. Aku menunduk, memejamkan mata dan menghela nafas sangat berat dan perlahan, berusaha menahan badanku yang mulai kurasakan bergemetaran. Tanganku mengepal. Setelah aku bisa membuka mata kembali, aku sedikit membungkuk dan sedikit membersihkan sisa ranting2 dan dedaunan kering yang mulai berserakan di atas batu marmer besar di hadapanku.

NATASHA XXXXXXX
Beloved Daughter
Beloved Sister

"Believe on Him to life everlasting"

XX Desember 1992 - XX Mei 2019

Sambil sedikit membersihkan bagian atasnya, aku kembali merasakan badanku gemetaran, kali ini sangat kuat dan mendadak, tak dapat kutahan. Lututku bergetar. Aku menggigit bibirku untuk menahan air mata yang mulai menggenangi kedua mataku. I shouldn’t cry. Not now.

Aku meraih ke dalam saku jaketku dan menatap foto kami berdua. Sebuah foto polaroid aku dan Nat, yang diambil sudah lama sekali, saat semuanya masih baik-baik saja.

Nat tersenyum, tanganku di dalam rangkulan tangannya.

Oh my god. Nat, you always look so beautiful. If only looks could kill.

Lagi2 aku ga bisa menahan kilasan perjalanan kami yang tiba2 membanjiri benakku dengan deras, bagaikan flashback.

Bagaimana kami bertemu di kereta itu pada satu hari istimewa itu.

Bagaimana kami melalui hari2 bersama, bertumpu pada satu sama lain sementara mencoba bertahan hidup di negara asing.

Semua momen romantis dan semua tragedi yang kami lalui.

Semua tawa dan tangis.

Semua pelukan dan pertengkaran.

Semua senang dan sedih.

Semua harapan, khayalan, mimpi dan cita2 kami.

Semua usahaku dan Nat dalam membangun kembali hubungan yang telah rusak sebelumnya, how we finally found ourselves in each other.

Her face, her hair, her smile, her laugh, her eyes...

It is all gone now.

Dua setengah bulan setelah pindah ke Indonesia, Nat mengalami kecelakaan lalu lintas. Hanya seminggu lebih beberapa hari, sebelum rencanaku untuk pergi kesana dan menemuinya.

Nat...meninggal seketika.

Aku tak pernah menyangka bahwa liburanku dengan Nat di Singapore akan menjadi terakhir kalinya aku bisa melihatnya secara langsung.

It all happened so fast.

Aku udah ga ingat lagi bagaimana runtutan kejadian sampai akhirnya aku tahu, siapa yang mengabariku, apa reaksi awalku. Ingatan tentang hari itu sangat gelap dan kabur, seakan pikiranku sendiri berusaha menyembunyikannya dariku.

Yang kutahu selanjutnya hanyalah aku udah di pesawat paling awal yang bisa kupesan, duduk tapi diriku sedang tidak disana. Berusaha membangunkan diriku sendiri dari mimpi buruk itu. Namun terlambat, saat aku tiba, peti sudah diturunkan. Hidup bahkan tak memberiku kesempatan untuk melihat wajah Nat untuk terakhir kalinya.

Death’s design.

Pada hari itu, aku tersadarkan akan satu hal yang dengan fatal telah kuabaikan begitu lama. Aku merasa telah terbuai oleh manisnya hubungan kami sampai lupa bahwa ini adalah kehidupan nyata. Dimana apa saja bisa terjadi, tak peduli setidak-mungkin apapun itu rasanya. Reality never hits so fucking hard.

There is no such thing as happily ever after. There never was.

Tak seperti yang sering kubayangkan atau kudengar, sama sekali tak ada pertanda apa2 sebelum kepergian Nat. Tak ada perasaan ganjil, tak ada pesan terakhir, tak ada perpisahan. One day she was there, and the next she was gone. Satu-satunya harapanku hanyalah semoga Nat tidak merasakan apa-apa.

Nat pergi terlalu cepat. Aku tak pernah mendapat kesempatan untuk bilang terima kasih. For coming into my life. For everything.

I didn't even have a chance to ask her to marry me.

Aku juga tak pernah menyangka akan merasakan kesedihan sedalam ini. Sebuah rasa kehilangan yang sangat gelap, berat, menggumpal dan mengendap di dasar hati. Sebuah kegelapan yang seakan menjadi lubang hitam di dalam hatiku, terus ada disana dan menghisap semua inti diriku secara perlahan.

Kini aku hanya bisa merangkak di dasar jurang yang gelap, berusaha mengumpulkan puing2 hidupku yang hancur terpecah belah ketika Nat pergi. Ketika aku telah membangun seluruh hidupku berputar di sekeliling Nat, semuanya terpencar tanpa arah ketika pusat semestaku mendadak hilang. Fragmen dari sisa-sisa hidupku kini hanya terambang tanpa arah.

Fuck. I miss the kids we used to be.

Tak akan ada lagi Nat yang biasanya selalu ada disana, siap menampung semua keluh kesahku bila hari itu sangat berat.

Tak akan ada lagi tangan halusnya yang selalu menahan dan menarik tanganku bila aku berjalan terlalu cepat dan dia tak bisa mengikuti.

Tak akan ada lagi suaranya yang halus dan sedikit cadel yang biasanya mengomeliku bila aku menyisakan remah makanan yang berserakan di meja.

Tak akan ada lagi matanya yang teduh yang selalu menatapku dengan penuh perhatian ketika aku menceritakan sesuatu kepadanya.

Tak akan ada lagi bibirnya yang akan berdecak bila aku melakukan sesuatu hal yang bodoh dan konyol.

Tak akan ada lagi rambut indahnya yang selalu kubelai apabila dia sedang sedih.

Semuanya sekarang hanya tinggal kenangan...

Rasa bersalah juga perlahan menggerogoti jiwaku, karena aku sadar, bahwa aku juga salah satu alasan dari kejadian yang menimpa Nat. Karena salah satu alasan utama Nat pindah kembali ke Indonesia lebih cepat adalah untukku juga. Agar dia bisa meyakinkan keluarganya sedikit demi sedikit untuk bisa menerimaku.

She was so perfect.

Seandainya tidak, mungkin sekarang Nat masih ada di sisiku. Kepalaku berputar cepat dengan ribuan hal yang seharusnya kulakukan untuk mencegah semua ini terjadi. Aku rela melakukan apapun, menyerahkan semuanya untuk satu lagi kesempatan terakhir untuk mengulang semua detik yang kulalui bersamanya, bahkan walaupun tak bisa mengubah semua yang terjadi. Atau bahkan hanya untuk melihatnya lagi untuk terakhir kalinya. Aku rela menukar hidupku untuk satu kesempatan itu. Seandainya.

Sekarang hidupku hampa. Aku telah kehilangan sahabat terbaikku. My fellow geek. My drinking buddy. My eagle-eyed sniper. My support system. My partner in crime. My kindred spirit. My love. My life.

Nat telah tiada.

----
----
----

Awan yang bergerak melepaskan sinar matahari yang tadi terhalang, menyengat mataku dan membuyarkan pikiranku yang barusan pergi entah kemana. Aku teringat tujuan utamaku datang kesini hari ini. Dengan hati2 kumasukkan kembali foto yang sejak tadi kutatap kosong ke dalam saku.

Kuraih saku jaketku yang satu lagi dan kuambil setangkai bunga mawar yang dibungkus plastik transparan. Aku membungkuk lagi untuk meletakkan mawar itu di depanku, tepat di bawah nama Nat yang terukir disana. Kukumpulkan segenap tenagaku untuk mengatakan hal yang ingin kusampaikan.

“...happy birthday...”

Aku hanya sanggup untuk berbisik, karena aku tahu, semakin aku berusaha berbicara, semakin kuat dorongan air mataku untuk mengalir.

Bibirku bergetar hebat. Tanganku mengepal. Nat ga boleh lihat aku menangis.

“...I miss you.”

MEXDDF_o.jpg

if our love is tragedy
why are you my remedy?

if our love is insanity
why are you my clarity?

Dear Nat,

I know you’d be very angry if you know that I’ve been sharing our story to a bunch of strangers on the internet, especially in this highly graphic details. But, please bear with me.

Everything has never been the same anymore since you’re gone. I’m not the same. I’m just a walking lifeless husk of the former man who I used to be. Years gone by, days fly away and I’m still stuck in that one moment in time, in that train, with you sitting just right across me. The universe is indifferent; the world just keeps fucking spinning and it tears me apart.

The books we used to read, songs we used to sing, games we used to play, are all resonating loud, heavy emptiness now. Countless times I’ve been considering to just kick the bucket myself (I know what you’re gonna say, I’m sorry), but I’m too much of a coward to go through with it. But I don’t have much reasons to live in a world without you in it either. You were the only woman I ever truly loved, and when you were gone, so did my whole reason to live.

The shrinks told me the same thing: I shouldn’t keep all these things to myself. Still, I couldn’t just simply do that. Fortunately I found that putting all of these into writing is very releasing, and I couldn’t stop since. So please forgive me. In a way, you could also consider this as my tribute for you, I know how much you love these cheesy, cringe-y romantic stuffs like this. I don’t ever want to forget you, and I hope that this will keep our memory to live on for the years to come. That way, you’ll never truly die.

Looking back, it’s kinda ironic, isn’t it? How I keep telling you and myself how I don’t really believe in fate, destiny, or any kind of “higher power” for that matter. But after you’re gone, I never felt this much of the need to believe in one, if only for all the wrong reasons.

I’m devastated. Destroyed. But even more than that, I’m mad. I’m very, very angry. But I don’t know who or what I’m very angry at. I just wanted to lash out at the universe for snatching you away from me. After all we’ve been through, the ordeals we endured, our story is put to an abrupt halt in one very unfair turn. We had the world right in front of us, we were ready. What about our dreams? What about us? What about me??

If all of this was really already written in the stars, I hope that He had a good time, because this has been one hell of a long-spanning, cruel, sick fucking joke. The joke is on me.

But if that were true, at the very least, I hope that this can reach you out through the great beyond, just so you know that I miss you, and I still, and will always, love you.

Missing you so much,


Your Cheetos

yup, kalo suhu2 sudah baca epilog di atas, cerita tentang saya dan Nat ini emang sebenernya sebuah memoir untuk kenangan perjalanan kami, untuk Nat yg kini telah tiada, maaf ga saya kasih tau dari awal. Juga maaf untuk suhu2 yg mungkin mengira kami masih bersama. Well, kami masih bersama, in a way. Saya sengaja simpan twist ini untuk di akhir dengan harapan mungkin suhu2 bisa sedikit merasakan apa yg saya rasakan waktu itu, saat semuanya seperti berjalan baik, tapi tiba2 harus berakhir gitu aja.

dengan epilog ini sebenernya kisah saya dengan Nat yg ingin saya tuangkan di forum ini udah tamat...saya bener2 makasih sebesar2 nya buat apresiasi dan dukungan suhu2 sekalian, karena selama penulisan semua ini saya merasa bersemangat lagi, seolah2 menghidupi kembali kenangan2 saya secara langsung. Tapi epilog ini bener2 menguras mental dan emosi saya...rasanya secara ga langsung saya jadi harus mengalami kembali saat2 itu.

sebetulnya, saya selalu posting update kalo chapter selanjutnya udah selesai ditulis, tapi saat nulis epilog, sempet ada beberapa kali saya bimbang apa harus lanjut tamatin ato langsung menghilang aja abis posting Ch 10. tp ternyata akhirnya bisa saya tamatin. karena itu juga saya ngerasa sebenernya epilog ini masih sangat kurang, banyak hal yg saya rasain yg masih aja ga bisa saya tuangkan jadi kata2, jadi maaf kalo keliatannya agak berantakan atau mengecewakan.

sekali lagi, terima kasih banyak buat semua suhu2 semprot yg udah berkenan membaca dan mengikuti memoir ini.

selama thread ini masih ada, saya harap cerita dan kenangan kami masih akan tetap hidup, walau nanti mungkin kami telah sama-sama tiada.
Makasih untuk ceritanya bang,gua sebagai pembaca ngerasa ada di posisi itu,berasa banget feelnya,canda,tawa,bahagia,gregettnya,sampe ke sedihnya,semoga ka Natasha tenang di sana...Makasih untuk sharing ceritanya,pengalamanya,bikin nangis sumpah....take care..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd