Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
CHAPTER 9 – So, What Now?

Aku tak tahu udah berapa lama waktu berlalu. Aku sebetulnya tak ingin tahu. Yang kuingin saat itu hanyalah terus mendekap Nat di pelukanku, dan terjebak selamanya di satu momen ini. Kami udah sama2 berhenti menangis, tapi sama2 enggan melepaskan satu sama lain. Aku berusaha meresapi hangat tubuhnya, halus kulitnya, harum aromanya, semua yang kurasakan, dengan dalam2 seolah aku akan mati esok hari.

For that one second I totally forgot all previous anger, anxiety, heartbreak...

Terdengar sebuah suara dari dalam. Nat semakin mendekatkan mulutnya ke telingaku, semakin dapat kurasakan hembusan nafasnya di pelipisku.

“….maaf. aku belum makan..” bisik Nat pelan di telingaku, dengan malu2.

Aku terkekeh mendengarnya. Sedetik kemudian, kami sama2 tertawa pelan menertawakan momen itu.

“Yaudah, aku juga belum makan malam. Kamu mau Indomie kayak biasa?” kataku sambil melepaskan pelukan dan menatap mukanya.

Nat hanya menangguk pelan sambil tersenyum dan menatapku penuh harap, poninya yang mulai kusut menutupi sebagian matanya.

Aku tersenyum melihatnya tersenyum seperti itu. The smile that could light up a room.

Kukecup keningnya sekilas sebelum aku bangkit dan keluar kamar untuk mulai memasak mie untuk kami berdua. Nat hanya menunggu disana, duduk melipatkan kaki menatapku pergi. Aku sengaja tak menutup pintu kamarku karena aku takut. Aku takut kehilangan dia lagi. Kubiarkan pintu terbuka agar aku tetap dapat melihat bahwa Nat memang ada disana, Nat memang nyata.

Kami makan tanpa banyak berbincang, hanya saling menatap satu sama lain. Selesai makanan habis kuambil lagi satu batang rokok dan kutawarkan pada Nat.

“Nih, mau? Aku belum beli lagi tapi masih ada sisa beberapa.”

“Boleh…gapapa ya? Besok2 aku ganti.” Katanya sambil mengambil rokok tersebut.

Dan dengan menyebarnya asap rokok di kamarku, barulah kami berani memulai percakapan. Kami saling bertukar kabar dan cerita tentang apa aja yang terjadi selama ga ada satu sama lain. Seolah2 tak pernah terjadi apa2 sebelumnya dalam hubungan kami. Aku tak peduli. Semua beban di dadaku rasanya telah hilang menguap berjam-jam lalu. Aku hanya ingin menikmati momen malam ini bersamanya.

290786158a8fec9dad701c1f89f1a7e8ee250fdb.jpg

Aku dan Nat duduk bersandar di dinding kamarku, sambil menghabiskan sisa rokok terakhir dari bungkus yang sudah agak koyak itu. Kugenggam tangannya yang halus di sampingku, sedikit kuelus punggung tangannya dengan jempolku.

“I miss you so much. Tapi baru sekarang aku sadar kalo aku sekangen ini sama kamu.” Kataku sambil menatap ke depan.

Nat kemudian menyandarkan kepalanya di pundakku.

“…aku juga kangen kamu... Please, don’t ever leave me again…” Pintanya.

Aku menangkat kepalaku dan menoleh ke arahnya. Kami menatap mata satu sama lain, saling mengunci pandangan. Kutatap bola matanya yang sejuk dalam2.

Kemudian kukecup bibirnya yang kecil merekah dengan halus. Nat tak mau kalah, dia mulai membalas ciumanku secara perlahan-lahan. Aku coba meresapi seluruh bagian dari bibirnya, teracun kembali oleh sebuah rasa yang dulu sangat kusuka. Nafas Nat terasa sangat hangat keluar dari hidung dan sela-sela mulutnya.

Perlahan, tanganku mulai bergerak ke pundaknya. Aku tak tahu apa yang kucari, tapi aku berusaha merasakan seluruh lekukan tubuhnya dengan tanganku, mulai menuruni pundaknya ke arah kedua lengannya, dan kemudian ke pinggangnya.

Nafas Nat mulai sedikit memburu di bibirku saat tanganku masuk ke balik T-shirt hitam yang masih dia kenakan dan mulai mengelus perutnya. Dapat kurasakan perutnya yang rata dan piercing yang masih terpasang di pusarnya. Sementara itu juga, ciuman kami semakin bernafsu, kulumat dalam mulutnya dengan lidahku, kadang beradu dengan lidahnya yang sama-sama berusaha memasuki mulutku.

Entah bagaimana caranya, tapi next thing I know aku telah melepaskan T-shirt dari badan Nat, rasanya bahkan tanpa melepaskan bibirku dari bibirnya. Aku mulai mengarahkan ciumanku ke telinga Nat, kemudian turun ke lehernya yang halus dan harum sedikit tertutupi oleh rambutnya.

Tak sabar lagi, kuarahkan badan Nat ke belakang sehingga sekarang kami membelakangi tembok, dan kudorong pelan kedua lengannya ke bawah sehingga dia terbaring dan posisiku berada di atasnya, kedua tanganku bertumpu di lantai berkarpet itu. Kutatap matanya dalam. Dia menatapku balik dengan dalam, kami tak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Sejenak aku tak percaya hal ini. Nat yang dulu sangat kusayangi, kemudian tiba2 direnggut dariku secara paksa, sekarang kembali berada di dekapanku lagi. Aku benar-benar sayang padanya.

Aku kembali menciumi bibirnya dengan penuh nafsu, namun kali ini dengan menyelinapkan tanganku ke balik bra hitamnya sehingga jariku dapat memainkan putingnya yang sudah mengeras. Kadang kuremas juga payudaranya yang bulat dan kenyal itu.

“hhh…aahhhh” Nat mendesah dengan pelan dari balik ciumanku saat tanganku yang satu lagi mulai membuka resleting jeansnya dan menyelinapkan jari-jariku ke balik celana dalamnya. Dapat kusentuh bulu-bulu halus yang udah mulai tumbuh tipis di baliknya. Bagian bawah celana dalamnya terasa udah mulai becek.

Akhirnya jari tengahku dapat mencapai ujung selangkangannya, dan kugosok2 pelan di clitorisnya yang sudah basah.

“aaahhhhh…pleasee…fuck me….” Mohonnya semakin membangkitkan birahiku.

Tangan Nat mulai bergerak ke arah selangkanganku yang masih tertutup celana. Dia kemudian membalas aksiku dengan membuka celana dan celana dalamku dalam satu gerakan, dan tangan kirinya langsung menggenggam batang penisku yang udah sangat tegang dari tadi.

Ah. Ternyata penisku udah sangat merindukan tubuh Nat separah ini.

Dengan badanku di atas badannya, sejenak kulihat lagi mukanya yang sudah dihiasi ekspresi horny, menatapku dengan harap. Kulihat sekilas Nat dari kepala sampai perut, tubuh seksinya semakin mengundang birahi yang sudah tertahan berminggu-minggu. Fuck it. Aku sudah tak peduli lagi apa yang sebelumnya terjadi di antara kami. Aku tak peduli apa bagaimana kelanjutan hubungan kami setelah ini. Aku sekarang hanya ingin menikmati tubuhnya untuk malam ini.

Kuturunkan celana jeansnya sampai betul2 terlepas dan kembali kumainkan lagi klitorisnya dengan satu jariku, sementara bibirku mulai menciumi lagi lehernya yang sekarang sedikit beraroma keringatnya yang khas. Tubuh Nat mulai menggelinjang geli. Semakin kupercepat permainan jariku di klitorisnya yang sudah sangat basah, menembus ke celana dalamnya yang masih terpasang.

Aku makin tak tahan lagi. Tak sabar kusingkapkan sedikit celana dalamnya ke samping, dan langsung kumasukkan penisku yang sudah keras ke dalam vaginanya, sedikit tertekan oleh celana dalamnya itu. Nat mendesah perlahan di telingaku.

“ahhh...yesshh, masukin semua Ja...”

Tanpa disuruh pun sebetulnya aku emang ingin melakukan itu. Dengan satu gerakan kudorong penisku sampai seluruh batangnya masuk ke dalam, dinding vaginanya yang hangat dan basah memanjakan batang penisku saat terasa gesekan di antaranya. Tanpa menunggu lama, mulai kupompa vaginanya dengan penisku yang rasanya udah sangat keras, lebih keras daripada biasanya. Terasa masih sangat rapat menjepit batang penisku. Apakah ini betul2 sebuah vagina yang telah merasakan banyak penis selain punyaku?

Kaki Nat yang sekarang mengangkang terlipat ke samping terasa semakin menegang saat mulai kupercepat gerakan pinggangku, menyodok-nyodok isi vaginanya tanpa ampun. Saat itu aku merasakan sebuah birahi buta, hampir tak pernah kurasakan saat berhubungan seks dengan Nat sebelumnya.

Tapi tetap saja kelebatan pikiran yang mengganggu mulai muncul, melihat matanya yang terpejam menahan rasa nikmat yang kuberikan dan pipinya yang mulai memerah, serta rambutnya yang sudah kusut karena sedikit kujambak dari belakangnya. Terbayang imajinasiku bahwa Nat juga memperlihatkan ekspresi seperti ini saat sedang seks dengan lelaki lain di belakangku dulu. Bahwa tubuh dan vagina yang sekarang memberiku kenikmatan dulu juga memberikan kenikmatan yang sama pada mereka.

Dengan nafas berat, aku bertanya di telinganya.

“Jadi sudah berapa penis yang pernah masuk vaginamu ini dulu, di belakangku?”

Nat tampak enggan menjawab, matanya masih terpejam dan bibirnya terkatup rapat merasakan dorongan keluar-masuk penisku di vaginanya yang basah.

Tak sabar, kujambak belakang rambutnya semakin kencang dan kudorong penisku dengan kasar sampai mentok di dalam vaginanya sekali.

“Jawab jujur!” perintahku dengan agak memaksa.

“....rrhhh...sama orang yang perkosa aku di bar....ada 6 orang berbeda.....aahh...beberapa baru pernah ngentotin aku waktu kita udah jadian...” jawabnya terpaksa, rasa bersalah terdengar dari nadanya.

Aku semakin bernafsu. Tak pernah kusangka Nat yang kukira cewek normal ternyata bermain seks seperti itu, walaupun mungkin di bawah pengaruh obat-obatan. Aku memang terlalu naif dan polos.

Nat tampaknya merasakan perubahan mood dalam diriku, terbukti dari penisku yang semakin brutal mengacak-acak isi vaginanya, dan tanganku yang semakin erat mencengkeram kepalanya.

“...uhhh..ta..tapi...aku ga pernah lagi abis di bar malam itu...aku ga mau lagi...ahhh...cuma pengen sama kamu Ja...” katanya terengah berusaha menenangkan hatiku.

“...hhh...hati aku cuma ada kamu Ja...always have been...I swear...” lanjutnya lagi.

Hmph. Aku tak tahu apakah aku harus senang mendengarnya, bisa saja hanya bualan belaka. Kita ga pernah bisa memegang ucapan orang yang tengah dilanda kenikmatan birahi seks.

Aku tak menjawab dan hanya terus menyetubuhi Nat dengan posisi yang sama, sudah tak terasa lagi panasnya gesekan penisku dengan celana dalamnya yang masih tertahan di selangkangannya itu, hanya terasa kenikmatan surgawi dari vaginanya yang telah lama kurindukan.

Kepalaku udah ga bisa berpikir jernih karena terbakar nafsu. Saat kurasakan kepala penisku hampir meledak, aku ga berpikir panjang dan langsung kudorong sedalam kubisa ke rahimnya.

Nat sedikit tercekat saat merasakan semburan spermaku yang panas dan udah tertahan beberapa hari di rahimnya. Kutahan penisku disana sampai kurasakan masih beberapa kali sedikit mengeluarkan sisa-sisa sperma yang ada, sebelum akhirnya kutarik pelan keluar dari vaginanya. Terasa ada lelehan sperma yang ikut tertarik keluar dan pasti membasahi celana dalamnya yang langsung snap menutupi kembali lubang vagina Nat saat penisku udah keluar.

Kutatap mata Nat dalam2, matanya sekarang terbuka dengan ekspresi yang hampir seperti bengong, seakan tak percaya apa yang terjadi. Aku hanya terdiam melihatnya tanpa bisa berkata apa2. Tapi kemudian matanya bergerak dan mengunci pandangan dengan mataku, dia sedikit menggigit bibir bawahnya, berusaha mengeluarkan sesuatu yang mungkin berat dia katakan.

“Ja...I still love you, please maafin aku...” katanya sambil kemudian menarik badanku dan memeluknya. Kami berpelukan dalam posisi ini dengan erat sehingga dapat kurasakan setiap jengkal kulit badannya yang sama2 telanjang, kehangatan sedikit terpancar dari dalamnya.

Aku tak menjawab apa-apa. Tadi aku udah berulang kali bilang bahwa aku udah maafin dia dan aku juga masih sayang padanya. Tapi tentu saja kepercayaanku yang udah runtuh ga mungkin bisa kembali lagi begitu saja. Setelah birahi berangsur-angsur reda, kini hatiku kembali dilanda dilema. Balas kupeluk badannya dengan erat.

Kami kemudian membereskan diri. Karena aku tak tinggal di Master bedroom yang punya kamar mandi sendiri, kami bergantian mandi di kamar mandi luar. Nat masuk kembali ke kamarku, memakai celana pendekku dan tangannya masih memegang handuk di kepalanya, berusaha mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Malam itu Nat menumpang tidur di tempatku. Aku tak keberatan. Kami tak melakukan seks lagi pada malam itu, Nat yang udah capek tertidur cukup cepat di dekapanku.

Aku sendiri masih belum merasakan letih sama sekali, entah kenapa. Dengan posisiku yang memeluk Nat dari belakang, selama satu jam lebih aku hanya terdiam di kasur itu sementara ribuan pikiran terus berganti di benakku. Kulihat mukanya yang tertidur dari samping, lelap dan damai seperti tanpa beban.

Aku masih bimbang berusaha memutuskan langkahku selanjutnya, apa yang sebaiknya kulakukan, dan apa yang akan terjadi dengan kami setelah itu. Tentu saja aku masih dihantui rasa sakit hati dan tak percaya setelah semua yang telah dia rahasiakan dariku. Tapi di satu sisi, aku juga memang masih sangat sayang, terlalu sayang untuk bisa melepaskan ikatan hatiku darinya begitu saja. Apalagi setelah dia sendiri yang datang coming clean kepadaku.

Tak sadar berapa lama kepalaku berkutat dengan pikiran itu. Yang kutahu selanjutnya hanyalah aku terbangun, sinar matahari sudah sedikit menembus jendela kamarku. Nat masih ada di dalam pelukanku. Semua yang terjadi tadi malam ternyata bukan mimpi. Melihat matahari baru yang sudah terbit bersamaan dengan dimulainya hari baru, muncul juga sebuah harapan baru dalam diriku. Harapan untuk dapat membangun ulang semua yang dulu ingin kuwujudkan bersama Nat, kali ini dengan lebih baik lagi.

Dan aku betul2 tak tega melihatnya seperti ini. She couldn't even stand on two fucking feet, with a substance as a crutch.

I’ll try to give her another chance.

----
----
----

Sejak Nat kembali padaku hari itu, kami mulai berhubungan lagi seperti dulu. Walaupun tak betul2 seperti dulu. Kali ini, aku yang sedikit menahan diri dan tak langsung menerimanya kembali, kadang tanpa aku sadari. Kami sendiri tak pernah betul2 officially bilang bahwa kami jadian lagi, seolah2 hanya berdasarkan unspoken mutual agreement. But we both know that basically we’re back together now. Nat yang sadar dengan sikapku yang masih sedikit menutup diri pun mengerti, bahwa dia harus sedikit2 membangun dan mendapatkan lagi kepercayaanku yang telah rusak sebelumnya, seberapapun susahnya hal itu.

Di fase hubungan kami kali ini, Nat jadi jauh lebih terbuka padaku tentang semua hal. Dia bahkan hampir setiap hari selalu mengabariku setiap kali dia mau pergi kemana, ngapain, dan dengan siapa. Walau aku sebenarnya tak memintanya demikian. Mungkin dia berusaha memperlihatkan padaku bahwa kali ini dia ga akan menyembunyikan hal apapun lagi dariku.

Untungnya lagi, kami yang sempat masih khawatir jika Nat akan ikut terseret kasus narkoba karena ulahnya itu, sekarang udah agak bisa bernafas lega, saat udah dua bulan berlalu dan masih ga ada sama sekali polisi ataupun panggilan apa2 pada Nat. Padahal sebelumnya Nat sangat sangat khawatir setiap hari bisa aja tiba2 ada yang datang menjemputnya. Di masa2 mencemaskan itu aku masih tetap berusaha membantu menenangkannya dan memberinya support sebisaku.

Hatiku sendiri memang sedikit2 luluh melihat usaha Nat yang sangat terlihat mendapatkan lagi kepercayaanku. Nat sangat keliatan ga ingin menyia-nyiakan second chance yang telah kuberikan. Ada sekitar 6 bulan setelah kami balikan lagi sebelum aku akhirnya merasa yakin Nat memang betul2 telah berubah dan faithful padaku. Selama fase hubungan kami ini, sedikit demi sedikit aku merasakan sebuah hubungan baru yang berbeda dari saat pertama kalinya aku berpacaran dengannya. Kali ini aku merasakan bahwa aku telah betul2 mengenal seorang Natasha yang sebenarnya, luar dan dalam. Semakin lama, kami semakin mengenal satu sama lain dengan lebih mendalam, sifat, karakter, dan kepribadian asli masing2. Sesuatu yang baru kusadari belum kami lakukan sewaktu pertama kalinya kami berpacaran dulu.

Dan hubungan baru kami ini juga telah membantu improve kehidupan pribadi kami masing2, in a way or another. Dan tentu saja, rasa cinta kami pada satu sama lain semakin tumbuh dan mengakar dalam.

CHAPTER 9.1
 
Terakhir diubah:
Wah, pertama2 saya sekali lagi ingin menyampaikan terima kasih pada suhu2 semprot yg telah berkenan membaca cerita ini, beberapa bahkan saya lihat sangat invested sama jalur ceritanya. tadinya saya ga menyangka akan dapat apresiasi dan support sebanyak ini, jadi makasih banyak :ampun::ampun::ampun:

Sebetulnya cerita saya dengan Nat yang ingin saya tuliskan di forum ini udah hampir selesai, udah saya rencanain tutup dengan satu Chapter terakhir dan satu epilog, walau banyak hal-hal lain terjadi sepanjang hubungan kami, tp inti yg ingin saya ceritain emang udah hampir selesai... nah tapi sebelum itu, saya persilakan kalo suhu2 semua ada yg penasaran dengan cerita2 kami atau ada hal lain yg ingin ditanyakan...saya usahain jawab kecuali kalo nanti emang akan diceritakan di Ch selanjutnya.. sekali lg makasih banyak:ampun::ampun::ampun:
 
Bimabet
Ini keren banget tulisannya, forum ini nga pernah kekurangan aset penulis cerita bersambung yang luar biasa
saya liat penulis2 lain beberapa jauh lebih hebat hu bisa sampe menuliskan cerita yg sangat menarik sampe berpuluh2 bagian, tp makasih banyak hu...semoga bisa menikmati :sembah:

Apakah Nat akan di berikan kesempatan ke dua ja ? ...
Apakah Nat gak akan balik lagi , apalagi kalau sudsh di ancam ?
yup udah dikasih second chance kok mulai dr Ch 9 ini, dan basically balikan...di next Ch saya mau tutup ceritanya dg sedikit kilasan seperti apa hubungan kami saat udah lama berlalu, udah di fase "normal" pacaran...

Ja please tell us apa sampai detik cerita ini dibuat nat sama eja masih bersama?
yup

Suka banget sama penulisan dan jalan ceritanya 👍🏼 ditunggu cerita-cerita selanjutnya
makasih hu:o
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd