Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ASLI!
Percakapan diatas bikin nubi ngakak keras!
Kebayang betapa kekinya dr. Kevin krn ketipu mentah2 oleh Bu Winda.
Jangan sampe itu underwear bekas pakai Bu Winda. Wkwkwkwkwkw

C'mon Doc, give Winda a spank!
Hahahahaha...

Btw, beneran ibunya Mika berumur 46 tahun?
Kalo bener, berarti kawin muda dong?
Kalau di spank dia horny gimana?
Iyalah kawin muda banget
 
Kalau di spank dia horny gimana?
Iyalah kawin muda banget

Bu Winda horny?
Selesaikan secara jantan dan proporsional saja, Dok :D

Enaknya kawin muda, anak dah besar ortu masih muda.
Kayak tante nubi, kawin di umur 20. Umur tante skrg 47th.
Anaknya skrg sdh selesai kuliah dan pada kerja.
Kalo jalan ama anaknya yg cewek dah kayak adik kakak.
Jalan ama anaknya yg laki, dikira jalan ama pacar brondong.

Parahnya, jalan ama nubi dikira jalan ama suaminya.
Nasib muka boros
:D :D :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bu Winda horny?
Selesaikan secara jantan dan proporsional saja, Dok :D

Enaknya kawin muda, anak dah besar ortu masih muda.
Kayak tante nubi, kawin di umur 20. Umur tante skrg 47th.
Anaknya skrg sdh selesai kuliah dan pada kerja.
Kalo jalan ama anaknya yg cewek dah kayak adik kakak.
Jalan ama anaknya yg laki, dikira jalan ama pacar brondong.

Parahnya, jalan ama nubi dikira jalan ama suaminya.
Nasib muka boros
:D :D :D
Pernah cium tante nya ga?
 
nice story doc..
kutandain ya...
jadi penasaran ibu & anak itu siapa, sampai bisa bikin nangis..
 
wahhh makin seru aja.***ra2 propertinya arneta doct jd dpt lagi kayanya. bu winda sama temen seprofesi dokter lebih ber umur siapa nih.. Btw udh coba menghantam matahari cewe kah ?? hhehehe helen kayanya bakal wild..atau bisa jd malah drop hahahahh
 
[PART 20]

”kenapa sih maksa sekali ketemu?” tanyaku.
”kenapa sekarang mau?” balasnya.
”ga mau sebenarnya. Cuma Gw keberatan dengan foto-foto itu”
“itu hak Gw untuk foto siapapun”
”Mau sampai kapan?”
”belum tahu”
”kamu tahu ujungnya toh Saya tidak mau denganmu”
”kamu bukan Tuhan”
”Tuhan sekalipun tidak bisa memaksa perasaanku”
”wajar, kita baru kenal. Beri aku waktu untuk dekat denganmu”
”Pergilah Helen. Kau hanya akan jadi satu dari sekian wanitaku kalau kamu nekad maju terus.”
”sekian wanitamu? Kamu koleksi?”
”bukan koleksi, tapi aku tidak bisa berkomitmen dengan satu orang”
”Oh, baguslah kamu mengakui kamu seorang player.”
”terserah, tapi Saya sudah peringatkan”
”Aku sudah pernah mengalaminya. Sakitnya luar biasa. Jadi kalau sekarang satu lagi player mengancamku seperti ini, aku tidak takut.”
”saya tidak mengancammu. Saya tidak mau kamu buang-buang waktu.”
”itu waktuku, terserah aku mau kupakai untuk apa!”
”cabe sepuluh.”
”hahaha.. ” Helen tergelak.
”Pernah jadi korban player?” tanyaku. Helen mengangguk.
”Kamu bilang kamu masih virgin.” tanyaku.
”vaginaku virgin..” kata Helen sambil tersenyum.
”lalu?”
”tapi semua tubuhku sudah pernah dijamah. Aku pernah melakukan semuanya, termasuk anal seks. Aku tidak selugu itu, kau bodoh Kevin.”
”bohong!” Gw tentu saja terkejut.
”mau coba?” tantang Helen.
”anal?” tanyaku.
”Apalagi? Jepitannya lebih enak dari vagina.” Helen tersenyum.
”payudaraku kencang, kamu boleh meremasnya sekuat tenagamu, aku menikmati rasa sakit dari payudara yang diremas kencang..” bisiknya.
”kamu serius? Saya akan meninggalkanmu setelah semuanya terjadi.”
”Silakan pergi kalau aku tidak bisa membuatmu ketagihan. Tapi kalau sampai ketagihan dengan permainanku, aku yang akan mencampakkanmu.”
”mencampakkanku?” Gw seperti ingin tertawa. Gw tidak pernah main hati.
”Belum pernah satu penis yang sama memasuki analku dok. Mereka semua mengemis ingin mendapatkanku.”
Gadis ini terlalu percaya diri. Tetapi bahasa tubuhnya, cahaya matanya, ketegasan nada katanya, dia tahu yang dia katakan.

Gw belum pernah anal seks. Itu yang membuat tiba-tiba permainan berubah arah.
Gw tiba-tiba berada diposisi yang sangat menginginkan Helen, untuk semua imajinasi yang diciptakannya lewat kata-kata tajamnya.
”You wanna play, doct?” tanya Helen ketika Gw diam membisu.​


**

Gw sungguh penasaran dengan iming-iming Helen. Berani betul dia bilang dia bisa mencampakkanku jika ternyata Gw yang ketagihan dengan permainannya. Vaginanya masih virgin, dan dia malah menikmati anal seks. Gadis yang aneh.. hmm.. bukan. Lebih dari itu, agak menyeramkan bagiku, walaupun Gw bukan pria penakut.

Menyeramkan karena HIV menular paling mudah melalui anal seks. Gw ga tahu siapa Helen dan apakah dia sehat.

“Lama benar jawabnya?” tanya Helen memecahkan es di pikiranku.
Not tonight Helen. Tapi saya tidak terlalu tertarik dengan anal seks.” kataku berbohong. Penisku mengeras tanda protes, dia tentu penasaran rasanya masuk lobang sesempit itu.

Aku tidak bisa berpikir jernih disituasi seperti ini. Cara terbaik adalah pergi dan biarkan otak warasku kembali bekerja.

“Oke Doct. Sudah kuduga itu jawabanmu.”
“omong kosong. Prediksi tidak boleh disebutkan setelah terjadi.” Sanggahku.
“beritahu aku kapan kamu mau. I promise you, i am healthy.” Kata Helen seolah bisa membaca pikiranku. ”Mau tes darah dulu?” tantang Helen. Gadis ini maju beberapa langkah ke depan. Kegigihannya membuatku sedikit tersanjung.
”Saya akan WA kamu Helen.”
”hmm ok.. Aku akan tetap bersamamu, dont worry.” Jawab Helen.
paparazi wont get anything” kataku dijawab dengan senyum dinginnya. Memang dia ingin mematai-mataiku, silakan.


**

Setelah beberapa hari berlalu, Gw mulai muncul ke permukaan air. Kaki Gw mulai terlepas dari ikatan jurnal, doctors meeting, conference, seminar dan pasien yang silih berganti menuntut perhatianku.


Setiap pagi kerjaan Gw memeriksa WA.

Angelica : Dok, kangen.. kapan ketemu?
Kevin : Ntar malam deh.

Melody : Kak.. kapan ke apartemen lagi?
Kevin : Ntar malam deh.

+65xxx : Maaf baru balas. Aku sudah sehat.
Kevin : Good!

Helen : Bangun, segera ke klinik. Paparazi sudah mengintaimu.
Kevin : terserah.

dr.Nira : Apa kabar Kevin?
Kevin : baik doc.

Katrin : Saya di Jakarta, ada waktu ketemu?
Kevin : Ntar malam deh.

Mika : Dok Kevin, apa kabar? Lu kapan bisa ke rumah tolongin mama aku?
Kevin : Ntar sore deh.


+62821 : Dok, ini nomor baru Winda. Save ya.
Kevin : Winda siapa? Nurse Winda atau Ibu Winda?


Gw buru-buru balas semuanya dengan cepat. Ok ntar malam Gw bisa ketemu Angelica, Melody dan Katrin. Semoga bisa diatur. Mamanya Mika juga harus ditolong.


** Bu Winda **


”Wah pagi sekali datangnya Dok?” tanya nurse Rosi ketika Gw masuk ruangan praktek Gw. Rosi sedang membereskan dokumen.
”jam 10 sudah tidur. Jam 5 sudah bangun.” jawabku. Pintu terbuka dan Bu Winda masuk sambil membawa sapu. Sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Ibu satu ini. Gw jadi teringat keusilannya ngerjain Gw.
”lho tumben sudah tiba dok?” tanya Bu Winda ketika Rosi melangkah keluar dari ruang praktek.
”kayaknya ga ada celana dalam ketinggalan lagi deh dok..” kata Bu Winda sambil tersenyum. Mau cari gara-gara ni Ibu rupanya.
”Itu celana dalam siapa Bu?” tanya Gw sopan.

Bu Winda sambil menundukkan badan ketika tubuhnya bergerak menghadap kearahku. Gw langsung sadar kancing baju di bagian dadanya yang terlihat besar telah terbuka. Belahan dadanya terpampang jelas dan buat Gw ini sebuah godaan dari seorang ibu-ibu pegawai klinik ini!

”masa celana dalam saya sih dok?” tanya Bu Winda. Badannya malah makin menunduk dan dia sama sekali tidak berusaha menutupi payudaranya yang makin jelas terlihat, terbungkus bra berwarna pink!

Pink lagi warnanya. Sama dengan warna celana dalam waktu itu!

”lah kok nanya saya. Kan ibu yang tahu itu cd siapa?” tanyaku dengan sabar menanti apa maunya. Gw ikutin aja lah obrolannya sambil menikmati pertunjukkan yang dia suguhkan.

”iya bener cd saya sih dok. Saya salah ambil, maaf ya dok. Nanti saya ambilkan yang hitam punya si mbak bule..” kata Bu Winda.
”oke Bu.” jawabku santai, lalu menyalakan laptop.
”dok.. mau susu?” tanya bu Winda.
“eh, susu?” Gw kaget salah fokus. Bu Winda berdiri persis di depanku dengan sedikit keringat muncul di wajahnya. Mata Gw mau tidak mau mengarah ke payudaranya yang tampak tebal.
“ih dokter matanya. Bukan susu ini dok. Susu hangat, susu sapi murni.” Kata Bu Winda sambil tersenyum dan memegang payudaranya dengan kedua tangannya, memperagakan perkataannya.
“Oh, engga Bu. Susu sapi cuma bagus buat anak sapi..” kataku setengah menahan nafas melihat kelakuannya.
”wah? Gitu ya dok? Kalau manusia bagusnya ASI ya dok?”
”iyalah Bu..” jawabku.
”dokter minum ASI nya siapa hayo?” tanya Bu Winda dengan wajah itu lagi.
”ya kalau sudah dewasa minum sari kedelai saja Ibu.. atau minuman sehat lainnya.” jawabku berusaha menghindari masuk ke frekuensi yang diinginkannya. Gw berusaha sekuat titit Gw untuk bersikap cool.

Mata kami bertatapan beberapa kali dan Gw yang kalah, karena dia tidak berkedip memandangku. Otak Gw dengan cepat memindainya.

Tinggi sekitar 160cm.
Susu tebal, 36c.
Kulit bersih coklat muda.
Usia sekitar 45.
Bibir cenderung penuh.

“iya deh dok. Dulu bapaknya anak-anak suka sekali minum susu..” kata bu Winda. Ada kata dulu yang berarti tidak sekarang.
“susu sapi Bu?” tanyaku kehilangan orientasi. Entah kenapa Gw nanya seperti itu. Bu Winda menganggukkan kepala.
”ya masa ASI dok! Bisa deh becandanya! Hahaha..” tiba-tiba Bu Winda tertawa.
”kok dulu Bu? Sekarang engga?” Gw akhirnya menanyakan pertanyaan yang sepertinya ditunggunya.
”udah pisah Dok, lama sudah 5 tahun.” kata Bu Winda sambil menggigit bibirnya.

Hmm.. fakta baru, dia janda 5 tahun.

”Oh, Ga menikah lagi Bu Winda? Kan masih muda..” tanyaku.
”belum ketemu yang cocok Dok. Yang mau sih banyak. ” jawabnya.
”Semoga segera dapat ya Bu..” kata Gw bermaksud menyelesaikan obrolan ga penting ini. Gw sudah mulai ingin fokus ke pekerjaan.
”Dokter juga kok belum kawin juga? Sudah punya pacar Dok?” tanya Bu Winda.

Waduh, ini lanjut nih ngobrolnya?

”Jodohnya belum ketemu juga si Bu.. doakan juga ya.” jawab Gw diplomatis. Gw malas bicarain topik ’pacar’.
”doa saya gak manjur dok. Hahaha. Kalau bikin jamu saya bisa. Bisa kuat berkali-kali Dok..” kata Bu Winda dengan kode di kerling matanya. Gw cuma tersenyum tanpa menanggapi. Dia gagal memahami telepati Gw sepertinya. Obrolannya malah makin menjurus.
”saya pernah pacaran sama anak muda seusia dokter lho.. dua tahun yang lalu.” katanya. Gw diam saja, membiarkannya lanjut bercerita. Laptop Gw sudah menyala, dan Gw mulai membuka dokumen. Sialnya Gw malah membayangkan Bu Winda kira-kira lagi ngapain dengan pacar mudanya?
”saya kasih jamu buatan saya Dok. Wih, dia minta jatah terus. Hahaha..” Bu Winda makin berani.
”Tapi sudah putus dok. Itu karena..” ceritanya terputus. Pintu terbuka dan Nurse Rosi masuk. Perasaan Gw sedikit bingung. Satu sisi penasaran kenapa Bu Winda putus, satu sisi Gw rasa ga penting juga dengar ceritanya.
”Terima kasih Bu Winda sudah dibersihkan ruangan ini.” kataku memilih mengusirnya.

Bu Winda tersenyum. ”Sama-sama dok. Kalau mau coba jamunya kabarin ya dok..” kata Bu Winda diikuti reaksi terkejut dari wajah nurse Rosi.

”Jamu apa ya dok?” tanya nurse Rosi ketika Bu Winda keluar dari ruangan.
”oh dia tanya apa jamunya bisa dipatenkan. Entah isinya apa saya juga belum tahu.” Jawabku asal.
“oh gitu. Eh iya, tadi dicariin dokter Eoliani. Katanya mau ajak lunch dok.” kata Nurse Rosi.
”ok thank Rosi.” kataku. Gw memang belum periksa HP, mungkin ada WA nya.


** Eoliani **

“Ikut mobilku aja deh dok..” kata Eoliani ketika kami di parkiran mau lunch.
”wow, rapi bersih wangi..” kataku ketika masuk di mobilnya.
”kok kaget gitu ekspresinya? Ga rela Aku rapi bersih dan wangi?” tanya Eoliani.
”hehehe.. seperti bukan kamu. Kesan pertama kita berjumpa masih teringat.” jawabku.
”jeans sobek, rokok, jaket hitam?” tanya Eoliani lalu terkekeh.
”lalu tiba-tiba pakai jilbab dan mobil yang.. sehat” kataku. Tawa Eoliani meledak.
”aku suka pilihan katamu dok. Sehat adalah rapi, bersih dan wangi.” Komen Eoliani.
“kamu tuh semacam.. keindahan yang kacau, kekacauan yang indah.” Kataku sambil meliriknya. Mata kami bertemu.
“itu apa ya namanya dok.. kontradiksi?” tanya Eoliani.
“bukan.. ada satu istilah yang seharusnya kamu tahu untuk kalimat semacam itu..”
”Oh ya? Paradoks?”
”bukan juga..”
”lalu?’
”PR yah buat kamu..” kataku sambil nyengir.
”tai ah..” Eoliani cemberut sesaat. Gue tahu dia sebal tapi tidak marah.
“hahaha.. mau makan apa nih?” tanya Gw. ”Aduhhh” teriak Gw ketika tangan Gw dicubitnya keras sekali.
“kamu tuh.. nyebelin!” kata Eoliani.
“lagi dong. Uda lama ga dicubit mesra” ledekku.
”Mesra! Okeh.. ” tangan Eoliani melayang dan mencubit pipiku dengan keras!
”Aduhh...” benar-benar sakit!
”udah mesra belum sayang?” tanya Eoliani sambil tetap menarik kulit pipiku.
”makasih sayang cubitannya..” kataku pelan sambil menyentuh tangannya lalu mengusapnya perlahan. Gw bisa merasakan keterkejutan Eoliani. Tangannya berusaha kembali ke asalnya tapi kutahan dan ku elus dengan lembut.
”ada yang ngelaba..” kata Eoliani pelan.
”iya, kamu. Dua kali, pakai alasan nyubit.” kataku.
”loh? Kok jadi aku?” protes Eoliani.
”kalimatmu barusan, protes yang setuju..” kataku sambil nyengir lagi. Tangan kami terlepas dan Eoliani tersenyum. Bahasa tubuhnya, mimiknya dan cahaya matanya kembali muncul dengan pola yang sama.
”Kekacauan yang indah, protes yang setuju..” Eoliani mengulang kalimatku.
”aku tanya Melody deh. Dia pasti tahu yang beginian.” kata Eoliani sontak melemparkanku pada ratusan jam yang telah berlalu, di apartemen mereka, duduk disamping Melody, merasakan getaran suaranya.
”Melody sangat berbakat..” kataku.
”kalian bisa jadi pasangan yang sempurna” kata Eoliani. Gw reflek menggelengkan kepala.
Melody bahkan tidak pernah ada dalam hatiku. Justru Eoliani yang membuatku merasakan sedikit getaran yang bisa kusebut, rasa suka.
”kok bengong?” tanya Eoliani. Gw menoleh dan mata kami beradu pandang. Bibirnya yang mungil, caranya mengedipkan mata dan bahasa tubuhnya yang terlihat lemah, rapuh, tetapi dibungkus dengan penampilan yang cerdas.


Tanpa sengaja aku membuka pintu hatiku dan..
Cahaya mata itu melompat masuk ke hatiku yang gelap.​
 
[PART 21]

** Tante Lei, Mamanya Mika.” **

Rumah orang tua Mika besar dan mewah. Tiga mobil yang masing-masing berharga lebih dari 1M terparkir di halaman rumah. Gw diantar asisten rumah tangganya untuk memasuki ruang tamu yang luas diperindah dengan beberapa lukisan dan sebuah grand piano.

”Hai dok..” sapa Mika yang muncul dari satu lorong.
”mau minum apa? Apa aja deh, kalo di rumah ga ada, di sebelah ada resto yang menu minumannya lengkap, ntar bisa dibeliin disana.” kata Mika.
”es kelapa muda deh. Haha” candaku. ”Air mineral dingin saja Mika” kataku.
”Loh gapapa, ada kok. Mbak, beliin ya..” kata Mika pada asistennya.
”Mama kamu gimana keadaannya?” tanyaku.
”jadi pendiam, susah sekali diajak ngobrol dan lebih suka mengurung diri di kamar. Aku takut dia punya sakit apa yang ga mau diceritakan sih dok.” kata Mika.
”Trus apa dia mau ketemu saya?” tanyaku.
“Nah itu dia. Kamu masuk ke kamarnya saja ya dok?” tanya Mika.
”Udah biasa kan masuk kamar cewe? Haha” canda Mika.
”hahaha.. pernah lah beberapa kali. Kamu ini pertanyaannya.” jawabku.
”Aku ke kamar mama dulu ya dok. Aku bilang mama dulu kalau kamu mau masuk ke kamarnya, ngobrol.” kata Mika. Gw menganggukkan kepala.

Gw periksa HP ketika Mika pergi menemui mamanya. Ada beberapa WA dari pasien, nomor asing dan beberapa teman yang sudah Gw kenal, termasuk dari Helen, Angelica, Melody dan Katrin. Hari yang menyenangkan hari ini, padat tetapi Gw akan bertemu beberapa karakter yang menarik.

”Kevin, masuk yuk..” ajak Mika. Gw berjalan mengikutinya sambil melihat sekilas isi ruangan yang mewah itu. Kami berjalan naik ke lantai dua dan kali ini ada beberapa foto keluarga yang dipasang di ruangan luas yang sepertinya adalah ruang keluarga mereka. Ada televisi, mini bar, sofa yang besar dan meja makan yang terbuat dari kayu asli.

”Papamu sedang urus kerjaan Mika?” tanyaku, berharap Gw tidak salah bertanya.
”Iya. Agak jarang pulang ke rumah semenjak Mama sulit diajak komunikasi” jawabnya.
”hubungan mereka sudah lama kurang bagus?” tanyaku.
”kok tahu hubungan mereka tidak bagus?” Mika balik bertanya.
”ada wanita lain?” Gw malah terus bertanya. Ini kesempatan menggali sedikit data sebelum bertemu mamanya.
”kok tahu?” tanya Mika sambil menatapku heran.
”Papamu left handed ya?” tanyaku lagi.
”iya! Dan Gw ga akan nanya lagi kok kamu juga tahu itu.” kata Mika sambil tersenyum.
”mamamu rajin, rapi, cenderung kaku orangnya?” tanya Gw sambil melihat kesana kesini.
”hmm, mungkin kamu ga perlu tanya-tanya lagi, semua dugaanmu bisa jadi benar.” jawab Mika sambil berhenti didepan kamar.
”Ma, ini dokter Kevin, temanku.” kata Mika sambil mengetok pintu, lalu membuka pintu kamar.
”Kevin masuk sendiri ya. Aku masih ada pekerjaan, nanti kalau sudah selesai bisa WA aku, atau tunggu dimana aja boleh. Oh ya, panggil aja mamaku Tante Lei. ” kata Mika. Gw menganggukkan kepala. ”Kevin..” panggil Mika ketika Gw nyaris melangkah masuk.
”ya?” tanyaku. Mika mendekatkan wajahnya dan berbisik.
”mamaku sangat relijius. Mungkin info ini berguna buatmu?”
”wow, thank Mika.” jawabku. Tentu saja info yang sangat berguna.
”Ada info lain? Oh ya dokter-dokter lain ditolak mamamu ya” tanyaku. Mika tersenyum lalu berpikir sesaat.
”sudah 3 dokter dicuekin mama. Dua diantaranya diusir mama.”
“oh ok, Saya akan jadi yang ke 4 ditolaknya.” candaku.

Kamar mama Mika bisa tiga kali lebih luas dari kamarku yang menurutku sudah luas. Kamarku saja 5x4 meter. Kamar Mama Mika ini mungkin bisa 10x6 meter.

”Sore tante Lei. Saya Kevin” sapaku, melihat seorang wanita sekitar 46 tahun sedang duduk di sofa sambil membaca buku. Tante Lei melirikku sebentar lalu kembali membaca bukunya. Kakinya bergerak teratur bergoyang ke kiri kanan.

Gw duduk dekat dengannya, memperhatikannya selama beberapa menit dalam keheningan. Beberapa kali Tante Lei melirikku dan tatapan mata kami bertemu.

Dua pasang sepatu pria, dua hem dan dua jas di ujung kamar. Untuk kamar sebesar ini dengan wardrobe mewah, dua hem dan jas tergantung di sudut kamar jelas sebuah keanehan.

“Tante, saya tahu Tante tidak mau bicara dengan saya. Mika sudah bercerita sedikit tentang Tante, sehingga Saya hanya bisa mengamati dan bersasumsi. Mohon maaf kalau saya salah ya Tante. Semoga apa yang saya sampaikan bisa membantu. Tante Lei kekurangan dopamine di otak..” kataku sengaja menundanya. Kulihat tante Lei sedikit bereaksi. Tubuhnya bergerak sedikit, Gw yakin dia mendengarkan apa yang Gw katakan.
”Mungkin karena hubungan dengan suami Tante, hmm... ini bukan tentang seks. Tetapi penghargaan. Seksnya bagus, tetapi tidak ada penghargaan. Mohon maaf kalau salah. Saya permisi pulang ya Tante..” kataku sekalian pamit pulang.

Gw sudah hendak membuka handle pintu ketika kudengar suaranya.

”Kevin, duduklah sebentar.” suara yang berat dan bergetar.

Gw tersenyum kecil sebelum membalikkan badan.



** Angelica **


Janjiannya di tempat yang sama seperti sebelumnya. Angelica berjalan dari rumahnya menuju jalan raya dimana Gw bisa jemput dia. Kali ini dia terlihat habis keramas karena rambutnya masih basah.

”maaf ya Om masih berantakan. Hahaha..” tawanya yang khas kembali menyapaku.
”mau makan apa?” tawarku.
”om, aku udah makan eh.. kita di mobil aja gpp ya?” tanya Angelica.
“oh gapapa. Ntar kalo kamu haus bilang ya Gw beliin apa gitu atau kita mampir kemana terserah..” kataku.

Mobil mulai melaju pelan sambil Gw mendengarkan ceritanya. Ada dua cowok yang sedang mendekatinya, dosennya yang galak dan orang tuanya yang sibuk.

”Om.. brenti disitu dong..” kata Angelica tiba-tiba.
”di depan minimarket itu?” tanya Gw
”Sebelahnya” kata Angelica. Gw mengikuti kemauannya.
”Ada apa?” tanyaku setelah mobil berhenti. Angelica menggeser sedikit tubuhnya makin mendekatiku lalu menunjukkan video di Hpnya. Ternyata video dua orang pria dan wanita sedang berciuman heboh. Bukan ciuman lembut tetapi ciuman yang benar-benar passionate, bahkan lebih dari itu seperti dua orang yang kehausan saling berebut kenikmatan.

Video berdurasi sekitar 3 menit selesai diiringi tawa kami.

”Ajarin dong Om.. bisa ga? hahaha..” katanya.
”Disini?” tanya Gw reflek melihat situasi sekitar. Kaca mobil memang gelap, tetapi Gw antisipasi jika ada yang nekat ngintip atau bahkan gedor-gedor pintu mobil.
”takut?” tantangnya. Gw tertawa.

Matanya menatapku dengan senyum lalu bibirnya maju menciumku. Gw menyambut ciumannya dengan hangat. Bibir kami saling memagut untuk beberapa menit sampai kami terengah-engah, lalu mulutku mulai menelusuri lehernya. Tiba-tiba Angelica seperti mendesis dan akhirnya mengerang.

”oh.. kamu sensitif di leher ternyata” kataku pelan. Tangan Angelica mencengkeram bajuku dan lehernya makin terbuka untukku cium dan jilat.
”Aghh.. enakk!” desahnya. Tangan Gw merayap menuju selangkangannya dan dicegah oleh Angelica.
”Jangan dong..” tolaknya.
”habis payudaramu ga sensitif. Diremas juga percuma. Leher doang yang kamu berasa enak kan?”
”Iya, baru tahu kalo Gw titik rangsangnya di leher” kata Angelica.
”Kalo di vagina pasti enak deh.” Rayuku. Angelica tertawa.
“Engga kakak..” tolaknya.
“Kalo gitu..” kataku sambil membuka resleting celanaku.
”Heh, kok buka disini?” nada suara Angelica sedikit panik.
“kamu sudah penah lihat penis?” tanyaku ketika kulihat Angelica mematung sambil matanya takut-takut melihat ke arah penisku.

Kuraih tangannya dan sontak dia menahan tangannya.

”Ga mau..” tolaknya.
”dasar bocah..” kataku meledeknya.
”ih, sengaja ngatain Gw bocah biar Gw emosi lalu mau kan?” Angelica balas mengejek.
”pegang aja, ini pelajaran berharga loh!” kataku. Entah dapat keberanian darimana, Angelica tiba-tiba mengarahkan tangannya dan beberapa detik kemudian penisku sudah disentuhnya.
”hangat.. hahaha Gw baru pegang penis!” Angelica tertawa geli.


Tok-tok-tok.. tiba-tiba kaca mobil Gw diketuk!

Reflek Angelica menarik tangannya dan Gw menarik resleting celana, lalu menurunkan kaca mobil.
”ya pak?” tanyaku. Seorang bapak-bapak bertopi merah berdiri sambil tersenyum
”Pak parkirnya bisa geser ga? Ini bapak parkir di depan toko saya. Memang sih tokonya tutup, Cuma ini saya mau masukkan barang..” katanya dengan sopan.
”oh iya pak, maaf ya..” kataku lalu menjalankan mobil menjauh dari situ. Sepanjang jalan Angelica tertawa tanpa bisa berhenti. Gw yang senyum-senyum digelitikinnya sampai akhirnya ikut tertawa.
”kirain kita ke gep Om..” kata Angelica.
”hahahaha enggalah.” kataku.
”kaget ga sih tadi?”
”iya. Dari tadi Saya sebenarnya waspada kalau ada yang mendekat. Tapi pas kamu pegang penisku, itu tiba-tiba lupa ingatan. Hahaha”
”Ayo pegang lagi..” kataku sambil kembali membuka resleting celana dan mengarahkan tangannya.
”gila, sambil nyetir masih mau ya?” tanya Angelica. Tangannya pun aktif memegang penisku bahkan sekarang menggenggamnya!
”nah iya digenggam gitu trus dikocok naik turun..” kataku memberinya instruksi.
”gini?” tanya Angelica. Gw merasakan penis Gw membesar dan terasa enak.
”ih, tambah gede.. hahaha” Angelica makin kencang mengocok.
”Jangan diremas gitu, sakit.” kataku.
”Oh maaf.. gini?” tanyanya.
”murid yang cerdas..” pujiku.
”next lesson apa Om?” tanya Angelica.
”Belajar isep penis dong..” kataku santai.
”Hah? Gilaa. Ga mau!” kata Angelica.
”ya harus mau lah. Kan belajar. Itu skill yang wajib kamu bisa.” kataku.
”iya gitu?” Angelica tak percaya.
”pernah lihat bokep?” tanyaku.
”Pernah sih.. iya ya, pasti ada isep penisnya.” kata Angelica. Raut wajahnya susah diartikan. Mungkin dia penasaran sekaligus jijik.
”Ga sekarang lah. Next time aja kalau kita ketemu lagi.” kataku. Wajahnya terlihat lega dan kembali ceria.
”makasih ya Om.. jangan paksa aku ya Om”
”Om Om! Panggil kakak aja lah.” kataku.
”hihihi siapppp kakak!” kata Angelica.
”Loh kok brenti disini?” tanyanya ketika Gw kembali menepikan mobil.
”Gw masih pengen jilatin lehermu dan tanganku gatal mau remas-remas susumu..” kataku dengan senyum nakal.


** Katrin **


Gw sampai di parkiran hotel dimana Katrin menginap ketika Gw buka HP dan membaca pesannya. Katrin menawariku untuk berbicara di kamarnya atau di lobby dan Gw memilih di kamarnya karena lebih bebas.

”waktu kamu bilang sakit, tiba-tiba kamu menghilang. Lalu sekarang muncul.” kataku. Katrin terlihat seperti berpikir keras, matanya bergerak ke kanan kiri, atas bawah, gerakan khas mata antara loading memories dan berpikir mau berkata apa.
”kapan itu dok?” tanyanya seakan tak ada file di otaknya.
”siapa itu Elisa?” tanyaku. ”waktu itu Saya menelponmu dan Elisa yang mengangkatnya.”
”Elisa?” Katrin kembali terlihat berpikir. ”Mungkin mbak Lili..” katanya dengan nada tidak puas. Hmm, mbak Lili.
”Saya ingin kamu bertemu Elin. Saya sudah bertemu dengannya di Singapore, dan dia setuju bertemu denganmu.”
”Elin? pasienmu yang berkacata mata, kurus dan ada tahi lalat di keningnya?”
”ingatanmu bagus” kataku menganggukkan kepala. ”dia lebih seperti adik bagi saya sekarang.” lanjutku.
”Saya tidak tahu sama sekali apa yang dia alami dok. Tapi menjadi adikmu tentu tidak seindah kedengarannya.. haha..” Katrin tertawa renyah.
”good shot, Kat.” Gw ikut tertawa.
”oh ya bukumu bagus. Saya bisa merekomendasikannya ke kolega Saya.”
”mau menulis kata pengantarnya?” tanya Katrin yang langsung kujawab dengan gelengan kepala.
”ada beberapa orang yang lebih qualified untuk posisi itu.” Tolakku.
”tapi core dari buku itu saya dapatkan darimu dok.”
core buku itu kamu Kat..” kataku sambil tersenyum. Wajahnya memerah.
”kapan Elin ke Indonesia dok? Atau saya yang ke Singapore?”
”kamu bisa stay di Jakarta beberapa hari lagi?” tanyaku.
”oh, Elin bisa kesini?”
”kamu selalu cerdas, Kat.”



** Melody **


”Tadi Gue nyanyi lagunya Adele banyak yang suka kak..” kata Melody antusias begitu Gw tiba di apartemennya.
”mau teh hangat” tanyanya. Gw menganggukkan kepala.
”kamu sih kayaknya nyanyi apa saja bisa bagus” kataku. Musikalitasnya luar biasa. Asal Melody bisa konsisten berlatih membawakan lagu dengan caranya sendiri, pasti dia akan segera naik kelas.
”pengen sih suatu saat dapetin karakterku Kak. Maunya semua lagu, Gw bisa bawain dengan cara Gue gitu.”
”kamu pasti bisa lah. Apalagi kamu lagi belajar piano. Itu ngebantu sekali.” Kataku memberi semangat. Melody tak lama datang membawa segelas teh hangat.
”eh ada Kevin. Ga kurang malam datangnya?” canda Eoliani ketika keluar dari kamarnya menuju ke dapur. Gw sempat bengong melihatnya keluar dengan baju tidur yang menerawang. Gw jadi bisa melihat lekuk tubuhnya.
”iya sih, kesorean ya?” kataku. Jam 10 malam ketika Gw sampai di apartemen mereka. ”bawa sogokan ga? Kue atau minuman enak gitu?” tanya Eoliani.

”ada yang aneh ini. Sepertinya ya, semenjak kerja di satu klinik, kalian jadi akur ya?” tanya Melody. ”Hilang semua jutekmu, kak?” lanjut Melody.
”Gue harus hormati senior lah. Kalau dia marah Gue yang repot, karir terancam.” Jawab Eoliani.
“dicariin Roy tuh tadi. Dia WA aku, katanya kamu ga balas chatnya, ga angkat telponnya.” Kata Melody.
“Roy? Cuekin aja lah.” Eoliani memastikan.
“iya, bukan Andre.” Jawab Melody sambil memainkan matanya lalu tersenyum.
“apaan sih?” kata Eoliani. Nada bicaranya biasa saja.
“ini kali kedua Saya dengar nama Andre, dan pertama kali dengar nama Roy” sahutku sambil berharap Gw tidak membuat Eoliani tersinggung karena Gw penasaran juga dengan dua nama itu.
“keduanya mantanku. Penasaran ya?” tanya Eoliani.
“yang mana kak yang mantan terindah?” tanya Melody. Eolini menatap Melody dengan muka gemas.
”yang terindah itu Joe!” kata Eoliani sambil menjulurkan lidahnya.
”kak!” teriak Melody. ”Jangan sebut-sebut nama itu!” kata Melody. Gw tertawa melihat tingkah mereka. Sudah pasti Joe adalah mantan pacar Melody.

Mereka mendadak diam mendengar Gw tertawa.

”kalau ada Roy atau Andre disebut lagi, Gue akan cerita ke Kevin siapa itu Joe..” kata Eoliani cuek, lalu berjalan menuju kamarnya.
”eh, eh.. silakan..!” teriak Melody. ”Emang Gue takut? Kak Kevin tahu tentang Joe juga ga masalah. Gue juga bisa kok cerita tentang Andre, ehm.. pria paling romantis sedunia.. ciye.. hihihi” ledek Melody.

Eoliani yang sudah masuk kamarnya, muncul kembali dengan wajah bete.

“terserah lu deh, crita aja. Ga masalah. Oh ya Kevin. Adek Gue jangan diapa-apain yah..” kata eoliani lalu kembali masuk ke kamar.
“kakak adik dimana-mana ribut kerjaannya.” komenku sambil menyesap teh hangat yang terasa manis dan membuat nyaman perutku. Entah kenapa Gw malah pengen Eoliani muncul lagi. Gw suka melihatnya, tetapi sekarang Gw malah duduk berdua dengan Melody.
“Joe itu pacar pertamaku Kak. Gue belum pernah pacaran lagi sejak putus dengannya.”
“Kenapa putus?” tanyaku.
“alasannya akan sangat aneh, kak.” jawab Melody.
“oh ya? Ceritain deh.. kalau boleh” kataku.
“kami sama-sama jatuh cinta berat waktu itu. Trus kami pengen ML kak. Sudah di hotel, eh dia tiba-tiba takut dan ga jadi. Banyak alasan.”
”oh, trus?” Gw berusaha menutupi keterkejutan Gw.
”Ya Gue yang kecewa, buat Gue dia penakut, pengecut gitu deh.”
”mungkin dia sayang kamu lebih dari yang kamu kira? Dia mau nunggu sampai menikah?” tanyaku.
“nikah? Hahaha, kakak ni ada-ada aja. Kami sama-sama masih 17 tahun kak waktu itu..” jawab Melody.
”tapi sekarang bersyukur sih ga jadi ML ama dia.” lanjutnya.
”Nah itu bersyukur. Boleh kasih saran?”
”apa kak?”
”dijaga deh sampai nikah. Its worth waiting”. Kataku.
“hah? Ga salah kak? Emang kakak belum pernah ML?” tanya Melody. Gw kaget dengan pertanyaannya.
”pernah sih..” kataku. Berkali kali malah.
”hihihi.. trus menyesal kah kok sampai menyarankan Gue jaga sampai nikah?”
”hahahah.. gimana ya jawabnya..” Gw seperti salah tingkah sendiri.
“oh.. Gue ngerti. Kakak lagi act like a good brother ya? Hihihi.. siap kakak!” ledek Melody.
“hahaha. Ya bisa dianggap gitu sih.” kataku.
”karna Gue sekarang lagi single nih kak, ya Gue bisa aja sih mikir, oke Gue akan jaga sampai nikah. Tapi kalau pas lagi punya pacar kak.. susah! Apalagi kalau udah sekamar berdua.. enak banget ciuman. Ugh..” kata Melody. Ekspresinya sontak membuat jantung Gw berdesir dan berdegub kencang.

”iya sih benar. Saya malah udah ngalamin ML. Susah memang kalau lagi dilanda cinta..” kataku mengakui. Dilanda nafsu tepatnya..
”Cowok sering jahat sih ya kak. Dianya udah berkali-kali ML, tapi kalau nikah maunya sama perawan.” kata Melody ketus.
”Cowok kurang ajar kalau itu sih.” kataku disambut tawa Melody.
”kakak kenapa single?
”karena belum punya pacar” jawabku langsung dicubit oleh Melody. Dia menyerangku dengan bertubi-tubi sampai Gw terpaksa merengkuhnya, memeluknya dan menahannya dalam dekapanku.
”ini kalau di novel atau di film, adegan habis becanda seperti ini seharusnya kakak trus berusaha cium aku lho kak..” kata Melody pelan.
”hahaha.. tapi Saya bukan pacarmu.” kataku memancingnya. Gw ingin tahu apa benar kata Eoliani kalau Melody menyukaiku. Melody masih dalam pelukanku dan dia tidak berusaha melepaskan diri.
”kalau kakak menciumku sekarang, mungkin Gue akan sulit menolaknya” kata Melody balik memancingku.

Gw menghela nafas, melepaskan dekapan dan mengusap-usap rambutnya.

”Saya tidak akan menciummu.” kataku pelan. Melody menatap mataku dengan mata berbinar, tetapi Gw sulit menerjemahkan maksudnya.
”kakak tidak memanfaatkan situasi ini ya..” katanya akhirnya, nyaris berbisik.
”kamu mudah terbawa perasaan ya, Melody..” kataku lalu tersenyum.
”Gue yakin kamu tahu kak, kalau hatiku mengagumimu.” kata Melody sambil meraih tanganku lalu meletakkan di pangkuannya. Punggung telapak tanganku di cubit-cubitnya.

Tiba-tiba telapak tanganku diraihnya dan ditempelkan di dadanya!

”Melody..” kataku pelan, tapi tak kuasa mencegahnya.
”hihihi, gapapa kak. Ini kakak bisa rasain detak jantungku kan?” tanyanya.
”bukan itu, dasar bocah. Kamu membuatku menyentuh payudaramu..” kataku.

”oh engga dong kak. Ini kan di dada... kalau buah dada di bawahnya dikit..” sahut Melody. ”hayo, mau pegang buah dadaku ya?” tanyanya.

”kecil kok kak.. Cuma 34A..” katanya.
”iya kamu kurus tipis ya 34 lah..” kataku.
”hihihi, kita jadi bahas buah dada ya kak.” Melody membiarkanku menarik tanganku menjauh dari dadanya.

Jantungku yang bergemuruh mulai mereda. Entah mengapa pikiran Gw lebih terbayang Eoliani. Mungkin itu sebabnya Gw tidak mengambil kesempatan malam ini dengan Melody.

”logika aku ya kak. Ini antara kakak gak menyukaiku, atau kakak sudah ada wanita lain di hati kakak..” kata Melody mengejutkanku untuk kesekian kalinya.
”Kenapa bisa bilang gitu?” tanyaku menggalinya.
”Gue sudah kasih semua kakak kesempatan. Ciuman, kakak menolak. Menyentuh payudara, kakak menolak. Gue mungkin sama sekali tidak menarik buatmu yah? Atau sudah ada wanita lain kak di hatimu?” tanyanya dengan pertanyaan yang sama.

Hmm.. mungkin saat ini, ada Eoliani yang mengganggu perasaanku.

Tapi Gw tidak akan pernah mengakuinya di depan Melody.
”Kak?” tanya Melody mengulang pertanyaannya.
”kamu cantik, seorang artist, romantis. Tidak sulit untuk menyukaimu. Tapi saya bukan pria yang akan membuatmu bahagia untuk saat ini. Saya masih terlalu fokus dengan pekerjaan dan masih sulit untuk berkomitmen dengan satu wanita.” kataku pelan. Gw memilih berkata apa adanya dan berharap dia mengerti.

Suasana menjadi hening. Mungkin Melody masih mengulang kata-kataku dalam hatinya dan merenungkannya.

”ok kak..” pelan sekali suaranya, dan bergetar.

Perasaanku jadi tak tenang dengan sikapnya.
 
Setelah penantian yg panjang menunggu update, akhirnya datang juga.
Kayak lagi kelamaan nungguin macet kepanasan di tol pas jam 13 siang, entah dari mana datangnya tiba2 ada tukang cincau lewat.
Langsung nyeeesss... adeemm... legaa...
 
maunya pengen buah yg dah matang..eh gak taunya buah yg masih mudaan dah ditangan....manis lagi.... hayo mau yg mana, pa dua duanya .....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd