Gifted
Semprot Holic
[Part 22]
** Katrin dan Elin **
”Katrin, silakan duduk..” kataku sambil memandang penampilannya yang sedikit berubah dari terakhir kami bertemu. ”new hair?” tanyaku dijawab anggukkan kepalanya. ”someone has change her taste of hair colour” kataku melihat semburat kuning di rambutnya.
”i dont really like this colour doct” kata Katrin. “But I don’t know why”. Sambungnya. “you don’t know why you changed your hair colour?” tanyaku. Of course it does ring me a bell.
“yes” jawabnya.
“apa ini kejadian pertama atau pernah terjadi?”
”sepertinya pertama”
”kecuali kamu juga melupakannya” kataku.
”ehm..” gumamnya, berpikir sesuatu.
“Pesan apa Bapak dan Ibu?” tanya seorang gadis berkacamata sambil memegang Handphonenya, seperti siap menuliskan pesanan kami di layar Hpnya. Aku meliriknya sedikit dan tersenyum. Kulihat reaksi pertama Katrin adalah mengambil buku menu dan membacanya.
“Hot Chocolate please” kata Katrin. “okay, ada yang lain?” tanya gadis itu.
“Kamu masih ingat Elin?” tanyaku. Katrin menatapku. “Ingat, kenapa doct?” tanya Katrin.
”no, you dont. Duduklah Elin”. Kataku. Gadis berkacamata itu lalu duduk disebelah Katrin yang terperangah.
“aduh, kupikir kamu waitress!”Kata Katrin lalu tertawa dan memeluk Elin. Gw melambaikan tangan memanggil seorang waitress dan langsung memesan beberapa makanan dan minuman. Katrin dan Elin tidak menolak menu yang kutawarkan.
”Kak Kevin masih suka menguasai situasi. Memesan makanan dan minuman sesukanya.” kata Elin dengan senyum tersungging.
”Saya sudah tahu selera kalian. Lagi di Resto ini tidak banyak menu yang benar-benar bisa dinikmati.” kataku.
”Katrin. Dengarkan aku. You have a serious brain and memory problem” kataku dengan nada berat. Mata bulat Katrin berkedip beberapa kali.
“oh that’s good. Setidaknya sudah ada progress, diketahui dan bukan jamak.” kata Katrin.
”Yes, indeed. Problem is always better than problems.” Sahut Elin.
“from now on.. we should be record our conversation.” Kataku sambil mengeluarkan handphone dan menekan tombol Record.
**
Pagi ini Gw masih agak nge-fly karena kurang tidur. Gw melihat ke sekeliling. Pemandangan yang jarang ada, hampir semua orang yang kukenal di klinik ini berada dalam jangkauan mataku.
”hai dok.. mau susu hangat?” tanya Bu Winda dengan senyum genitnya. Pertanyaan itu lagi, susu. ”makasih bu, enggak deh.” kataku dengan cuek. Gw sedang tidak ingin meladeni Bu Winda yang tampaknya cukup tahu situasi kali ini. Dia segera beranjak pergi walaupun matanya masih mencari-cari mataku.
”dok, jadi ke Surabaya kan? Kalau iya saya beliin tiketnya.” kata Rosi dengan wajah cerah.
”iya Ros, thank ya. Garuda yang paling pagi ya Ros”.
”Siap. Symposiumnya Pagi ya dok?” kata Rosi.
“Simposium pagi tapi besok lusanya. Saya mau santai dulu lah di Surabaya, ketemu teman-teman lama. Oh ya, ekonomi saja ya Ros.” Kataku melanjutkan. Sudut mataku menangkap sosok Eoliani. Kudengar suara Rosi mengucapkan sesuatu, tapi aku tak menghiraukannya. Fokusku teralihkan pada Eoliani yang seperti berusaha menghindariku.
“dok..” kata Rosi.
“eh iya?” kataku sambil memandang Rosi.
“tumben naik ekonomi?” tanya Rosi.
“biar dapat gebetan Ros..” kataku iseng sambil tersenyum lagi berjalan cepat ke arah Eoliani.
“Eoliani!” kataku agak keras supaya Eoliani mendengarkanku. Dia berhenti menungguku. “iya?” tanyanya.
“Lunch yuk ntar?” ajakku.
“maaf dok, aku udah ada janji lunch.” Tolaknya.
“oh.. lunch dengan siapa? Hayo..” candaku sekalipus ingin tahu.
“ada deh.” Kata Eoliani. Sikapnya yang cenderung dingin mengejutkanku. Apa karena semalam Melody menceritakan sikapku ke Melody? Wanita memang seringkali sangat random.
”oh okay deh. Gimana kalau dinner?” kejarku. Eoliani menggelengkan kepalanya. ”aku ada janji juga. Sori ya dok.” katanya. Nada ”sori” yang ringan, tidak ada muatan niat. Gw cuma bisa menganggukkan kepala dan membiarkannya berlalu dari pandanganku. Moodku ga boleh rusak gara-gara sikapnya.
Ting! Bunyi WA ku. Fotoku baru keluar dari mobil pagi ini. “I miss you doct...” isi WA dari Helen. Gadis itu benar-benar mengejarku. Hmm, Helen lebih cantik dari Eoliani. Tapi Gw malah ga peduli padanya.
Gw nyaris membalas chat Helen ketika muncul pop up chat dari Angelica mengalihkan perhatianku.
Angelica : Dok.. gara-gara kamu Gue ga bisa tidur tau!
Kevin : Loh, sebabnya?
Angelica : nonton bokep, pengen BJ lu dehhh..
Kevin : serius? Hahaha..
Angelica : iya parah ya Gue.
Kevin : lu bikin P Gw bangun pagi-pagi
Angelica : [foto angelica’s boob]
Kevin : Waduuuw.. gede...
Angelica : hihihi.. ntar malam ya Om kalo ga sibuk.
Angelica lumayan bisa membuatku senyum-senyum sendiri sambil berjalan ke arah ruang kerjaku. Eoliani lebih baik kubiarkan dulu. Mungkin dia sudah merasa kalau Gw sedang memperlakukannya lebih, dan dia ingin bermain tarik ulur.
”dok..” sapa Bu Winda ketika Gw masuk ruang kerja.
”eh Bu Winda.. maaf masih bersih-bersih ya” kataku lalu meletakkan tas.
”itu dok..” katanya sambil menunjuk ke arah selangkanganku. Yap, penis ereksiku tertangkap basah mata Bu Winda.
”mau dibantu dok?” bisik Bu Winda. ”paling dua menit crot dok..” katanya makin berani karena Gw tidak menjawabnya.
”Dok..” suaranya terdengar makin mendekatiku. Gw sengaja membiarkannya. Mau tahu seberani apa dia tanpa respon Gw. Tangannya terulur menyentuh penis Gw dari luar lalu merabanya disertai sedikit remasan. Matanya menatapku menantangku untuk lebih. Seperti meminta ijin untuk membuka celanaku.
“saya dua menit tidak mungkin crot Ibu Winda.” Kataku tenang lalu menepis tangannya dan beranjak pergi dari ruangan itu. Bukan Gw ga terangsang dengan sentuhan tangannya. Tapi sudah cukup Gw berbuat gila di ruangan ini dengan Arneta. No more.
Bu Winda bukan wanita jelek. Wajahnya manis dan tubuhnya tipe MILF yang akan membuat banyak pemuda yang mengidamkan seorang tante-tante akan antre untuk memasukkan penisnya ke mulut Bu Winda. Tapi kau harus mengerti batas dan mampu memilih.
**
Bandara Soekarno Hatta.
Gw duduk di Lounge sambil membaca chat heboh dari Angelica mengenai kejadian semalam dengannya.
Angelica : sumpah geli.. tapi bisa juga kan Gue! Hihihi.
Kevin : kamu cepat menangkap ilmu mem BJ hahaha
Angelica : kamu gila ya, kita mesum di SPBU!
Kevin : seru kan, banyak sekali orang yang lalu lalang disekitar mobil
Angelica : Kalau kepergok gimana?
Kevin : rejeki mereka
Angelica : Kalau ditangkap trus dipermalukan?
Kevin : oh come on.. kita ga lagi ML di mobil.
Angelica : hihihi, gilak pokoknya gila!
Angelica : Eh, whats my score?
Kevin : 6
Angelica : Loh.. Cuma 6? Kurang gimana?
Kevin : Masih kena gigi dan kurang lembut
Angelica : oh gitu.. hihihi.. abisnya gede banget adek lu! Gue belajar lagi deh.
Kevin : Belajar ama cowokmu?
Angelica : ih engga! Bokep aja lah.
Kevin : loh kenapa ga ama cowokmu?
Angelica : Eh, Gw cewe baik-baik ya. Alim! Catet itu.
Kevin : Wahahaha..
Ting! Ting!
Helen : [photo]
Helen : Terbang kemana doct?
Kevin : Astaga, paparazimu ngikutin Gw sampai ke Soeta? Gila!
Helen : Kok ga jawab terbang kemana?
Kevin : Coba cari tahu deh Gw kemana.
Helen : Oh nantang ya?
Kevin : Pengen tahu aja secanggih apa mata-mata mu.
Bayangan Helen, tantangannya untuk Anal, kegigihannya mengejarku, paparazinya, wanita ini luar biasa. Tapi akhir-akhir ini, dari menolak mentah-mentah, Gw malah lebih penasaran mendapatkan virginnya daripada anal-nya. Wah wah.. sepertinya usaha Helen untuk mendapatkanku sedikit ada kemajuan.
Kevin : daripada foto lu mata-matain Gw, kenapa ga foto seksimu aja?
Helen : Oh.. mau?
Gila. Entah kenapa Gw jadi meladeni Helen. Minta foto Helen? Beberapa minggu yang lalupun, tidak akan pernah terpikir Gw minta foto Helen.
Kevin : Ogah. Lupain, Cuma asal ketik.
Helen : [photo boobs].
Helen : Mau remas boob aku? Jilat?
Kevin : loh dikirim beneran.
Dan tanpa Gw bisa cegah, penis Gw mulai menggeliat. Fuck!
Helen : [photo]
Helen : [photo]
Kevin : Stop...
Gw bilang stop, tapi jari gw mulai meraba penis Gw dari luar dan menggosoknya pelan. Hfft... menahan nafas dan berusaha membeli harga diri Gw kembali, Gw menghentikan tingkah gila Gw dan berdiri mengambil teh hangat. Edan, Gw nyaris masturbasi di Lounge Bandara gara-gara foto Helen. Payudaranya, hufftt.. kenapa seindah itu?
Berhasil menenangkan hasrat, Gw duduk sambil menyesap teh hangat manis ketika tanpa sengaja terdengar percakapan dua pemuda yang membuat Gw sangat tertarik. Mereka duduk di belakang Gw persis sehingga obrolan mereka cukup jelas di telinga Gw.
”menurut Gue yah, cara dapetin Meta bukan gitu caranya, bro.. Meta itu tipe romantis. Lu harus romantis juga buat dapetin dia.” kata salah satu pemuda bersuara tipis.
”Ah ga setuju! Gue bukan cowo romantis dan menurut Gue ga perlu jadi romantis. Tapi itu bukan berarti Gue ga bisa dapatin dia. Pasti ada cara lain.” sahut temannya yang bersuara lebih berat.
”Cara apa? Lu mana tahu cara dapetin cewe! Dulu lu gagal dapetin Nancy. Gue berhasil dapetin Yuli. Trus Lu gagal lagi dapetin Titin. Lu perjaka ya jangan-jangan?” ejek si suara tipis.
“eh, dapet si Yuli aja bangga. Dia mah ama siapa aja mau! Gue pernah kok boking cewe dan Gue lepas perjaka ama dia. Puaslah, cantik n seksi banget dia. Udah gitu putih mulus*** kayak si Yuli. hahaha.” balas si suara berat.
”Oh, cara pakai duit maksudmu? Hehe, gini aja. Berani taruhan? Lu atau Gue yang dapetin Meta duluan. Anggap aja, The duel of Hendri and Sandy. hehehee” kata si suara tipis.
”Oh, ternyata lu kepengen ngentotin si Meta juga ya San? Okee, apa taruhannya?” kata si suara berat, pastinya si Hendri.
”taruhannya terserah lu mau minta apa. Gw permintaan sendiri. Lu mau coba pake duit ke Meta juga boleh.” kata Sandy.
”Ok Gue minta duit lima ratus ribu yah! Lu minta apa? Kalau sama-sama duit ya sama lima ratus.” kata Hendri.
”Dasar duit mulu di otakmu. Kalau Gue yang menang, lu mesti bilang ke Rudi, Bogel, Ucok dan Gambit kalo lo mulai saat kekalahan lu, lu resmi jadi murid Gue untuk cara dapetin cewe! Lu harus lakuin apapun yang Gue bilang buat dapetin cewe!” jawab Sandy.
”setan, udah berasa dewa SSI aja lo, parah lu!” kata Hendri.
”deal?” tanya Sandy.
”deal!” jawab Hendri.
Gw nyaris ngakak mendengarkan deklarasi ”the duel of Sandy vs Hendry” di belakang telinga Gw. Gak tahan lagi, Gw pengen lihat tampang mereka seperti apa, dan itu membuat Gw berdiri, sok pergi ambil kue lalu mengamati mereka dari jarak yang cukup.
Keduanya sekitar 25 tahun dengan wajah yang cukup ganteng dan tubuh sama-sama proporsional. Bukan hal sulit secara fisik buat mereka dapetin cewek.
Seharusnya.
Gw kemudian membawa kue dan gelas minum, lalu kembali duduk di dekat mereka dan melihat seorang pria berusia sekitar 50 tahun mendekati kedua pemuda itu.
”Saya dengar kalian ngobrolin cara mendapatkan wanita ya?” tanya pria itu.
”Iya Om..” kata Sandy.
”Mau saya bantu strateginya?” tanya Pria itu. Wow, kelihatannya ada pria berpengalaman yang tiba-tiba ingin share ilmunya. Gw lirik arloji, masih cukup waktu untuk ke waiting room dan boarding.
”Emang Om sering dapetin cewe buat ehem.. Om?” tanya Hendri pelan, mungkin takut terdengar.
”yang tanpa boking lho Om. Kalau cewe dibayar sih gampang.” Sandy mengingatkan.
”Hahaha.. banyak sekali cewe yang udah saya tidurin.” kata Om itu penuh percaya diri.
”Caranya gimana Om? Ini si Meta orangnya romantis sih kata teman-temannya. Tapi sulit sekali diajak ngobrol” tanya Hendri.
”kamu sudah tahu hobinya Meta?” tanya Om itu.
”traveling. Dia hobi banget.” jawab Sandy.
”sudah pernah kasih dia hadiah yang berbau traveling?”
”belum sih. Itu ya caranya?” tanya Hendri. Gw menggelengkan kepala.
Lu pikir kasih hadiah bisa buat cewe langsung mau diajak ML?
”ya itu bisa dipakai. Sudah pernah ajak dia ketemuan?” tanya Om itu.
”boro-boro, ditelpon aja sulit. Di chat ga dibalas.” Kata Hendri.
”samperin aja. Bilang dengan jantan, kamu pengen ngobrol dengannya” kata si Om itu. Gw tersenyum mendengar saran Om itu.
Not bad. Sometimes it works. But thats not the principle.
”Kalau di tolak juga gimana Om?” tanya Sandy.
”pantang menyerah dong. Ditolak sekali, belum tentu ditolak dua kali.” jawab Om itu. ”Wanita pada akhirnya akan bertekuk lutut pada pria yang pantang menyerah.” kata Om itu lagi. Gw nyaris ngakak kali ini.
Ini mau ML atau mau ngelamar nikah sih?
”oh gitu. Iya sih.” kata Sandy.
”bisa dicoba nih, makasih ya Om.” kata Hendri.
”Om sudah pernah ehem.. ama berapa cewek Om?” tanya Sandy.
”lebih dari lima. Sekitar delapan cewe.” kata Om itu dengan nada bangga.
”Wah delapan cewe? Mantap Om.. sakti sekali Om!” kata Hendri.
Delapan cewe dan dia sudah berasa jadi guru SSI.
”praktek dong Om sekarang. Bisa?” tanya Sandi tiba-tiba.
”Maksudnya?” Om itu heran.
Mampus lu. Lets watch then.
”Itu ada cewe pakai baju hitam di ujung. Om coba dong dapetin no Hpnya. Bisa?” tanya Sandy. Gw jadi ikut melihat arah yang ditunjuk Sandy. Seorang gadis sekitar 28-30 tahun, membawa tas kecil, berkacamata.
”Wah, dia masih umur sebaya kalian. Gak laku om-om seperti saya. Hahaa.. kalian saja yang coba.” tolak si Om.
Nice excuse, Sir.
”Oh harus yang sebaya Om dong kalau begitu ya? Itu ada tante tante tuh disana, itu yang pakai baju kuning. Coba Om praktekkin..” kata Hendri. Boom! Gw nyaris ngakak lagi. Penasaran juga dengan kesaktian si Om.
”janganlah. Saya sudah beristri dan beranak. Sudah pensiun dari begituan.” tolak Om itu.
Jangan kencing dicelana Om..
”lho kan cuma nomor HP Om.. bukan aneh-aneh.” tanya Sandy.. Boom!
”Haha kalian ini memaksa. Baiklah.” kata Om itu. Dia berdiri lalu melangkah menghampiri seorang Tante berbaju kuning yang sedang mengambil salad. Entahlah apa yang dikatakan Om itu, mereka terlihat ngobrol dan tiba-tiba si gadis berbaju hitam yang pertama ditunjuk oleh sandy tadi menghampiri Si Tante berbaju kuning. Ternyata mereka saling mengenal. Tidak hanya itu, seorang wanita lain berbaju merah yang dari tadi tidak kulihat, menghampiri dan tak lama ketiga wanita itu pergi dan Om kembali dengan menggelengkan kepala.
”Si Tante hampir saja memberikan no Hpnya tapi kemudian dua gadis itu datang dan batal deh. Seandainya saja gadis-gadis itu tidak mengganggu.” kata Om itu.
Shame on you, man.. Gw pikir lu sakti, taunya sakit..
Sebuah pertunjukkan yang menarik sekaligus membosankan. Cuma Om-om sok jagoan yang malah mempermalukan dirinya sendiri. Gw melirik arloji dan memutuskan untuk ke waiting room. Sebentar lagi pasti boarding.
**
** Katrin dan Elin **
”Katrin, silakan duduk..” kataku sambil memandang penampilannya yang sedikit berubah dari terakhir kami bertemu. ”new hair?” tanyaku dijawab anggukkan kepalanya. ”someone has change her taste of hair colour” kataku melihat semburat kuning di rambutnya.
”i dont really like this colour doct” kata Katrin. “But I don’t know why”. Sambungnya. “you don’t know why you changed your hair colour?” tanyaku. Of course it does ring me a bell.
“yes” jawabnya.
“apa ini kejadian pertama atau pernah terjadi?”
”sepertinya pertama”
”kecuali kamu juga melupakannya” kataku.
”ehm..” gumamnya, berpikir sesuatu.
“Pesan apa Bapak dan Ibu?” tanya seorang gadis berkacamata sambil memegang Handphonenya, seperti siap menuliskan pesanan kami di layar Hpnya. Aku meliriknya sedikit dan tersenyum. Kulihat reaksi pertama Katrin adalah mengambil buku menu dan membacanya.
“Hot Chocolate please” kata Katrin. “okay, ada yang lain?” tanya gadis itu.
“Kamu masih ingat Elin?” tanyaku. Katrin menatapku. “Ingat, kenapa doct?” tanya Katrin.
”no, you dont. Duduklah Elin”. Kataku. Gadis berkacamata itu lalu duduk disebelah Katrin yang terperangah.
“aduh, kupikir kamu waitress!”Kata Katrin lalu tertawa dan memeluk Elin. Gw melambaikan tangan memanggil seorang waitress dan langsung memesan beberapa makanan dan minuman. Katrin dan Elin tidak menolak menu yang kutawarkan.
”Kak Kevin masih suka menguasai situasi. Memesan makanan dan minuman sesukanya.” kata Elin dengan senyum tersungging.
”Saya sudah tahu selera kalian. Lagi di Resto ini tidak banyak menu yang benar-benar bisa dinikmati.” kataku.
”Katrin. Dengarkan aku. You have a serious brain and memory problem” kataku dengan nada berat. Mata bulat Katrin berkedip beberapa kali.
“oh that’s good. Setidaknya sudah ada progress, diketahui dan bukan jamak.” kata Katrin.
”Yes, indeed. Problem is always better than problems.” Sahut Elin.
“from now on.. we should be record our conversation.” Kataku sambil mengeluarkan handphone dan menekan tombol Record.
**
Pagi ini Gw masih agak nge-fly karena kurang tidur. Gw melihat ke sekeliling. Pemandangan yang jarang ada, hampir semua orang yang kukenal di klinik ini berada dalam jangkauan mataku.
”hai dok.. mau susu hangat?” tanya Bu Winda dengan senyum genitnya. Pertanyaan itu lagi, susu. ”makasih bu, enggak deh.” kataku dengan cuek. Gw sedang tidak ingin meladeni Bu Winda yang tampaknya cukup tahu situasi kali ini. Dia segera beranjak pergi walaupun matanya masih mencari-cari mataku.
”dok, jadi ke Surabaya kan? Kalau iya saya beliin tiketnya.” kata Rosi dengan wajah cerah.
”iya Ros, thank ya. Garuda yang paling pagi ya Ros”.
”Siap. Symposiumnya Pagi ya dok?” kata Rosi.
“Simposium pagi tapi besok lusanya. Saya mau santai dulu lah di Surabaya, ketemu teman-teman lama. Oh ya, ekonomi saja ya Ros.” Kataku melanjutkan. Sudut mataku menangkap sosok Eoliani. Kudengar suara Rosi mengucapkan sesuatu, tapi aku tak menghiraukannya. Fokusku teralihkan pada Eoliani yang seperti berusaha menghindariku.
“dok..” kata Rosi.
“eh iya?” kataku sambil memandang Rosi.
“tumben naik ekonomi?” tanya Rosi.
“biar dapat gebetan Ros..” kataku iseng sambil tersenyum lagi berjalan cepat ke arah Eoliani.
“Eoliani!” kataku agak keras supaya Eoliani mendengarkanku. Dia berhenti menungguku. “iya?” tanyanya.
“Lunch yuk ntar?” ajakku.
“maaf dok, aku udah ada janji lunch.” Tolaknya.
“oh.. lunch dengan siapa? Hayo..” candaku sekalipus ingin tahu.
“ada deh.” Kata Eoliani. Sikapnya yang cenderung dingin mengejutkanku. Apa karena semalam Melody menceritakan sikapku ke Melody? Wanita memang seringkali sangat random.
”oh okay deh. Gimana kalau dinner?” kejarku. Eoliani menggelengkan kepalanya. ”aku ada janji juga. Sori ya dok.” katanya. Nada ”sori” yang ringan, tidak ada muatan niat. Gw cuma bisa menganggukkan kepala dan membiarkannya berlalu dari pandanganku. Moodku ga boleh rusak gara-gara sikapnya.
Ting! Bunyi WA ku. Fotoku baru keluar dari mobil pagi ini. “I miss you doct...” isi WA dari Helen. Gadis itu benar-benar mengejarku. Hmm, Helen lebih cantik dari Eoliani. Tapi Gw malah ga peduli padanya.
Gw nyaris membalas chat Helen ketika muncul pop up chat dari Angelica mengalihkan perhatianku.
Angelica : Dok.. gara-gara kamu Gue ga bisa tidur tau!
Kevin : Loh, sebabnya?
Angelica : nonton bokep, pengen BJ lu dehhh..
Kevin : serius? Hahaha..
Angelica : iya parah ya Gue.
Kevin : lu bikin P Gw bangun pagi-pagi
Angelica : [foto angelica’s boob]
Kevin : Waduuuw.. gede...
Angelica : hihihi.. ntar malam ya Om kalo ga sibuk.
Angelica lumayan bisa membuatku senyum-senyum sendiri sambil berjalan ke arah ruang kerjaku. Eoliani lebih baik kubiarkan dulu. Mungkin dia sudah merasa kalau Gw sedang memperlakukannya lebih, dan dia ingin bermain tarik ulur.
”dok..” sapa Bu Winda ketika Gw masuk ruang kerja.
”eh Bu Winda.. maaf masih bersih-bersih ya” kataku lalu meletakkan tas.
”itu dok..” katanya sambil menunjuk ke arah selangkanganku. Yap, penis ereksiku tertangkap basah mata Bu Winda.
”mau dibantu dok?” bisik Bu Winda. ”paling dua menit crot dok..” katanya makin berani karena Gw tidak menjawabnya.
”Dok..” suaranya terdengar makin mendekatiku. Gw sengaja membiarkannya. Mau tahu seberani apa dia tanpa respon Gw. Tangannya terulur menyentuh penis Gw dari luar lalu merabanya disertai sedikit remasan. Matanya menatapku menantangku untuk lebih. Seperti meminta ijin untuk membuka celanaku.
“saya dua menit tidak mungkin crot Ibu Winda.” Kataku tenang lalu menepis tangannya dan beranjak pergi dari ruangan itu. Bukan Gw ga terangsang dengan sentuhan tangannya. Tapi sudah cukup Gw berbuat gila di ruangan ini dengan Arneta. No more.
Bu Winda bukan wanita jelek. Wajahnya manis dan tubuhnya tipe MILF yang akan membuat banyak pemuda yang mengidamkan seorang tante-tante akan antre untuk memasukkan penisnya ke mulut Bu Winda. Tapi kau harus mengerti batas dan mampu memilih.
**
Bandara Soekarno Hatta.
Gw duduk di Lounge sambil membaca chat heboh dari Angelica mengenai kejadian semalam dengannya.
Angelica : sumpah geli.. tapi bisa juga kan Gue! Hihihi.
Kevin : kamu cepat menangkap ilmu mem BJ hahaha
Angelica : kamu gila ya, kita mesum di SPBU!
Kevin : seru kan, banyak sekali orang yang lalu lalang disekitar mobil
Angelica : Kalau kepergok gimana?
Kevin : rejeki mereka
Angelica : Kalau ditangkap trus dipermalukan?
Kevin : oh come on.. kita ga lagi ML di mobil.
Angelica : hihihi, gilak pokoknya gila!
Angelica : Eh, whats my score?
Kevin : 6
Angelica : Loh.. Cuma 6? Kurang gimana?
Kevin : Masih kena gigi dan kurang lembut
Angelica : oh gitu.. hihihi.. abisnya gede banget adek lu! Gue belajar lagi deh.
Kevin : Belajar ama cowokmu?
Angelica : ih engga! Bokep aja lah.
Kevin : loh kenapa ga ama cowokmu?
Angelica : Eh, Gw cewe baik-baik ya. Alim! Catet itu.
Kevin : Wahahaha..
Ting! Ting!
Helen : [photo]
Helen : Terbang kemana doct?
Kevin : Astaga, paparazimu ngikutin Gw sampai ke Soeta? Gila!
Helen : Kok ga jawab terbang kemana?
Kevin : Coba cari tahu deh Gw kemana.
Helen : Oh nantang ya?
Kevin : Pengen tahu aja secanggih apa mata-mata mu.
Bayangan Helen, tantangannya untuk Anal, kegigihannya mengejarku, paparazinya, wanita ini luar biasa. Tapi akhir-akhir ini, dari menolak mentah-mentah, Gw malah lebih penasaran mendapatkan virginnya daripada anal-nya. Wah wah.. sepertinya usaha Helen untuk mendapatkanku sedikit ada kemajuan.
Kevin : daripada foto lu mata-matain Gw, kenapa ga foto seksimu aja?
Helen : Oh.. mau?
Gila. Entah kenapa Gw jadi meladeni Helen. Minta foto Helen? Beberapa minggu yang lalupun, tidak akan pernah terpikir Gw minta foto Helen.
Kevin : Ogah. Lupain, Cuma asal ketik.
Helen : [photo boobs].
Helen : Mau remas boob aku? Jilat?
Kevin : loh dikirim beneran.
Dan tanpa Gw bisa cegah, penis Gw mulai menggeliat. Fuck!
Helen : [photo]
Helen : [photo]
Kevin : Stop...
Gw bilang stop, tapi jari gw mulai meraba penis Gw dari luar dan menggosoknya pelan. Hfft... menahan nafas dan berusaha membeli harga diri Gw kembali, Gw menghentikan tingkah gila Gw dan berdiri mengambil teh hangat. Edan, Gw nyaris masturbasi di Lounge Bandara gara-gara foto Helen. Payudaranya, hufftt.. kenapa seindah itu?
Berhasil menenangkan hasrat, Gw duduk sambil menyesap teh hangat manis ketika tanpa sengaja terdengar percakapan dua pemuda yang membuat Gw sangat tertarik. Mereka duduk di belakang Gw persis sehingga obrolan mereka cukup jelas di telinga Gw.
”menurut Gue yah, cara dapetin Meta bukan gitu caranya, bro.. Meta itu tipe romantis. Lu harus romantis juga buat dapetin dia.” kata salah satu pemuda bersuara tipis.
”Ah ga setuju! Gue bukan cowo romantis dan menurut Gue ga perlu jadi romantis. Tapi itu bukan berarti Gue ga bisa dapatin dia. Pasti ada cara lain.” sahut temannya yang bersuara lebih berat.
”Cara apa? Lu mana tahu cara dapetin cewe! Dulu lu gagal dapetin Nancy. Gue berhasil dapetin Yuli. Trus Lu gagal lagi dapetin Titin. Lu perjaka ya jangan-jangan?” ejek si suara tipis.
“eh, dapet si Yuli aja bangga. Dia mah ama siapa aja mau! Gue pernah kok boking cewe dan Gue lepas perjaka ama dia. Puaslah, cantik n seksi banget dia. Udah gitu putih mulus*** kayak si Yuli. hahaha.” balas si suara berat.
”Oh, cara pakai duit maksudmu? Hehe, gini aja. Berani taruhan? Lu atau Gue yang dapetin Meta duluan. Anggap aja, The duel of Hendri and Sandy. hehehee” kata si suara tipis.
”Oh, ternyata lu kepengen ngentotin si Meta juga ya San? Okee, apa taruhannya?” kata si suara berat, pastinya si Hendri.
”taruhannya terserah lu mau minta apa. Gw permintaan sendiri. Lu mau coba pake duit ke Meta juga boleh.” kata Sandy.
”Ok Gue minta duit lima ratus ribu yah! Lu minta apa? Kalau sama-sama duit ya sama lima ratus.” kata Hendri.
”Dasar duit mulu di otakmu. Kalau Gue yang menang, lu mesti bilang ke Rudi, Bogel, Ucok dan Gambit kalo lo mulai saat kekalahan lu, lu resmi jadi murid Gue untuk cara dapetin cewe! Lu harus lakuin apapun yang Gue bilang buat dapetin cewe!” jawab Sandy.
”setan, udah berasa dewa SSI aja lo, parah lu!” kata Hendri.
”deal?” tanya Sandy.
”deal!” jawab Hendri.
Gw nyaris ngakak mendengarkan deklarasi ”the duel of Sandy vs Hendry” di belakang telinga Gw. Gak tahan lagi, Gw pengen lihat tampang mereka seperti apa, dan itu membuat Gw berdiri, sok pergi ambil kue lalu mengamati mereka dari jarak yang cukup.
Keduanya sekitar 25 tahun dengan wajah yang cukup ganteng dan tubuh sama-sama proporsional. Bukan hal sulit secara fisik buat mereka dapetin cewek.
Seharusnya.
Gw kemudian membawa kue dan gelas minum, lalu kembali duduk di dekat mereka dan melihat seorang pria berusia sekitar 50 tahun mendekati kedua pemuda itu.
”Saya dengar kalian ngobrolin cara mendapatkan wanita ya?” tanya pria itu.
”Iya Om..” kata Sandy.
”Mau saya bantu strateginya?” tanya Pria itu. Wow, kelihatannya ada pria berpengalaman yang tiba-tiba ingin share ilmunya. Gw lirik arloji, masih cukup waktu untuk ke waiting room dan boarding.
”Emang Om sering dapetin cewe buat ehem.. Om?” tanya Hendri pelan, mungkin takut terdengar.
”yang tanpa boking lho Om. Kalau cewe dibayar sih gampang.” Sandy mengingatkan.
”Hahaha.. banyak sekali cewe yang udah saya tidurin.” kata Om itu penuh percaya diri.
”Caranya gimana Om? Ini si Meta orangnya romantis sih kata teman-temannya. Tapi sulit sekali diajak ngobrol” tanya Hendri.
”kamu sudah tahu hobinya Meta?” tanya Om itu.
”traveling. Dia hobi banget.” jawab Sandy.
”sudah pernah kasih dia hadiah yang berbau traveling?”
”belum sih. Itu ya caranya?” tanya Hendri. Gw menggelengkan kepala.
Lu pikir kasih hadiah bisa buat cewe langsung mau diajak ML?
”ya itu bisa dipakai. Sudah pernah ajak dia ketemuan?” tanya Om itu.
”boro-boro, ditelpon aja sulit. Di chat ga dibalas.” Kata Hendri.
”samperin aja. Bilang dengan jantan, kamu pengen ngobrol dengannya” kata si Om itu. Gw tersenyum mendengar saran Om itu.
Not bad. Sometimes it works. But thats not the principle.
”Kalau di tolak juga gimana Om?” tanya Sandy.
”pantang menyerah dong. Ditolak sekali, belum tentu ditolak dua kali.” jawab Om itu. ”Wanita pada akhirnya akan bertekuk lutut pada pria yang pantang menyerah.” kata Om itu lagi. Gw nyaris ngakak kali ini.
Ini mau ML atau mau ngelamar nikah sih?
”oh gitu. Iya sih.” kata Sandy.
”bisa dicoba nih, makasih ya Om.” kata Hendri.
”Om sudah pernah ehem.. ama berapa cewek Om?” tanya Sandy.
”lebih dari lima. Sekitar delapan cewe.” kata Om itu dengan nada bangga.
”Wah delapan cewe? Mantap Om.. sakti sekali Om!” kata Hendri.
Delapan cewe dan dia sudah berasa jadi guru SSI.
”praktek dong Om sekarang. Bisa?” tanya Sandi tiba-tiba.
”Maksudnya?” Om itu heran.
Mampus lu. Lets watch then.
”Itu ada cewe pakai baju hitam di ujung. Om coba dong dapetin no Hpnya. Bisa?” tanya Sandy. Gw jadi ikut melihat arah yang ditunjuk Sandy. Seorang gadis sekitar 28-30 tahun, membawa tas kecil, berkacamata.
”Wah, dia masih umur sebaya kalian. Gak laku om-om seperti saya. Hahaa.. kalian saja yang coba.” tolak si Om.
Nice excuse, Sir.
”Oh harus yang sebaya Om dong kalau begitu ya? Itu ada tante tante tuh disana, itu yang pakai baju kuning. Coba Om praktekkin..” kata Hendri. Boom! Gw nyaris ngakak lagi. Penasaran juga dengan kesaktian si Om.
”janganlah. Saya sudah beristri dan beranak. Sudah pensiun dari begituan.” tolak Om itu.
Jangan kencing dicelana Om..
”lho kan cuma nomor HP Om.. bukan aneh-aneh.” tanya Sandy.. Boom!
”Haha kalian ini memaksa. Baiklah.” kata Om itu. Dia berdiri lalu melangkah menghampiri seorang Tante berbaju kuning yang sedang mengambil salad. Entahlah apa yang dikatakan Om itu, mereka terlihat ngobrol dan tiba-tiba si gadis berbaju hitam yang pertama ditunjuk oleh sandy tadi menghampiri Si Tante berbaju kuning. Ternyata mereka saling mengenal. Tidak hanya itu, seorang wanita lain berbaju merah yang dari tadi tidak kulihat, menghampiri dan tak lama ketiga wanita itu pergi dan Om kembali dengan menggelengkan kepala.
”Si Tante hampir saja memberikan no Hpnya tapi kemudian dua gadis itu datang dan batal deh. Seandainya saja gadis-gadis itu tidak mengganggu.” kata Om itu.
Shame on you, man.. Gw pikir lu sakti, taunya sakit..
Sebuah pertunjukkan yang menarik sekaligus membosankan. Cuma Om-om sok jagoan yang malah mempermalukan dirinya sendiri. Gw melirik arloji dan memutuskan untuk ke waiting room. Sebentar lagi pasti boarding.
**