Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
[Part 22]

** Katrin dan Elin **

”Katrin, silakan duduk..” kataku sambil memandang penampilannya yang sedikit berubah dari terakhir kami bertemu. ”new hair?” tanyaku dijawab anggukkan kepalanya. ”someone has change her taste of hair colour” kataku melihat semburat kuning di rambutnya.

”i dont really like this colour doct” kata Katrin. “But I don’t know why”. Sambungnya. “you don’t know why you changed your hair colour?” tanyaku. Of course it does ring me a bell.

“yes” jawabnya.

“apa ini kejadian pertama atau pernah terjadi?”

”sepertinya pertama”

”kecuali kamu juga melupakannya” kataku.

”ehm..” gumamnya, berpikir sesuatu.

“Pesan apa Bapak dan Ibu?” tanya seorang gadis berkacamata sambil memegang Handphonenya, seperti siap menuliskan pesanan kami di layar Hpnya. Aku meliriknya sedikit dan tersenyum. Kulihat reaksi pertama Katrin adalah mengambil buku menu dan membacanya.

“Hot Chocolate please” kata Katrin. “okay, ada yang lain?” tanya gadis itu.

“Kamu masih ingat Elin?” tanyaku. Katrin menatapku. “Ingat, kenapa doct?” tanya Katrin.

”no, you dont. Duduklah Elin”. Kataku. Gadis berkacamata itu lalu duduk disebelah Katrin yang terperangah.

“aduh, kupikir kamu waitress!”Kata Katrin lalu tertawa dan memeluk Elin. Gw melambaikan tangan memanggil seorang waitress dan langsung memesan beberapa makanan dan minuman. Katrin dan Elin tidak menolak menu yang kutawarkan.

”Kak Kevin masih suka menguasai situasi. Memesan makanan dan minuman sesukanya.” kata Elin dengan senyum tersungging.

”Saya sudah tahu selera kalian. Lagi di Resto ini tidak banyak menu yang benar-benar bisa dinikmati.” kataku.

”Katrin. Dengarkan aku. You have a serious brain and memory problem” kataku dengan nada berat. Mata bulat Katrin berkedip beberapa kali.

“oh that’s good. Setidaknya sudah ada progress, diketahui dan bukan jamak.” kata Katrin.

”Yes, indeed. Problem is always better than problems.” Sahut Elin.

“from now on.. we should be record our conversation.” Kataku sambil mengeluarkan handphone dan menekan tombol Record.


**

Pagi ini Gw masih agak nge-fly karena kurang tidur. Gw melihat ke sekeliling. Pemandangan yang jarang ada, hampir semua orang yang kukenal di klinik ini berada dalam jangkauan mataku.

”hai dok.. mau susu hangat?” tanya Bu Winda dengan senyum genitnya. Pertanyaan itu lagi, susu. ”makasih bu, enggak deh.” kataku dengan cuek. Gw sedang tidak ingin meladeni Bu Winda yang tampaknya cukup tahu situasi kali ini. Dia segera beranjak pergi walaupun matanya masih mencari-cari mataku.

”dok, jadi ke Surabaya kan? Kalau iya saya beliin tiketnya.” kata Rosi dengan wajah cerah.

”iya Ros, thank ya. Garuda yang paling pagi ya Ros”.

”Siap. Symposiumnya Pagi ya dok?” kata Rosi.

“Simposium pagi tapi besok lusanya. Saya mau santai dulu lah di Surabaya, ketemu teman-teman lama. Oh ya, ekonomi saja ya Ros.” Kataku melanjutkan. Sudut mataku menangkap sosok Eoliani. Kudengar suara Rosi mengucapkan sesuatu, tapi aku tak menghiraukannya. Fokusku teralihkan pada Eoliani yang seperti berusaha menghindariku.

“dok..” kata Rosi.

“eh iya?” kataku sambil memandang Rosi.

“tumben naik ekonomi?” tanya Rosi.

“biar dapat gebetan Ros..” kataku iseng sambil tersenyum lagi berjalan cepat ke arah Eoliani.

“Eoliani!” kataku agak keras supaya Eoliani mendengarkanku. Dia berhenti menungguku. “iya?” tanyanya.

“Lunch yuk ntar?” ajakku.

“maaf dok, aku udah ada janji lunch.” Tolaknya.

“oh.. lunch dengan siapa? Hayo..” candaku sekalipus ingin tahu.

“ada deh.” Kata Eoliani. Sikapnya yang cenderung dingin mengejutkanku. Apa karena semalam Melody menceritakan sikapku ke Melody? Wanita memang seringkali sangat random.

”oh okay deh. Gimana kalau dinner?” kejarku. Eoliani menggelengkan kepalanya. ”aku ada janji juga. Sori ya dok.” katanya. Nada ”sori” yang ringan, tidak ada muatan niat. Gw cuma bisa menganggukkan kepala dan membiarkannya berlalu dari pandanganku. Moodku ga boleh rusak gara-gara sikapnya.


Ting! Bunyi WA ku. Fotoku baru keluar dari mobil pagi ini. “I miss you doct...” isi WA dari Helen. Gadis itu benar-benar mengejarku. Hmm, Helen lebih cantik dari Eoliani. Tapi Gw malah ga peduli padanya.

Gw nyaris membalas chat Helen ketika muncul pop up chat dari Angelica mengalihkan perhatianku.



Angelica : Dok.. gara-gara kamu Gue ga bisa tidur tau!
Kevin : Loh, sebabnya?
Angelica : nonton bokep, pengen BJ lu dehhh..
Kevin : serius? Hahaha..
Angelica : iya parah ya Gue.
Kevin : lu bikin P Gw bangun pagi-pagi
Angelica : [foto angelica’s boob]
Kevin : Waduuuw.. gede...
Angelica : hihihi.. ntar malam ya Om kalo ga sibuk.


Angelica lumayan bisa membuatku senyum-senyum sendiri sambil berjalan ke arah ruang kerjaku. Eoliani lebih baik kubiarkan dulu. Mungkin dia sudah merasa kalau Gw sedang memperlakukannya lebih, dan dia ingin bermain tarik ulur.

”dok..” sapa Bu Winda ketika Gw masuk ruang kerja.

”eh Bu Winda.. maaf masih bersih-bersih ya” kataku lalu meletakkan tas.

”itu dok..” katanya sambil menunjuk ke arah selangkanganku. Yap, penis ereksiku tertangkap basah mata Bu Winda.

”mau dibantu dok?” bisik Bu Winda. ”paling dua menit crot dok..” katanya makin berani karena Gw tidak menjawabnya.

”Dok..” suaranya terdengar makin mendekatiku. Gw sengaja membiarkannya. Mau tahu seberani apa dia tanpa respon Gw. Tangannya terulur menyentuh penis Gw dari luar lalu merabanya disertai sedikit remasan. Matanya menatapku menantangku untuk lebih. Seperti meminta ijin untuk membuka celanaku.

“saya dua menit tidak mungkin crot Ibu Winda.” Kataku tenang lalu menepis tangannya dan beranjak pergi dari ruangan itu. Bukan Gw ga terangsang dengan sentuhan tangannya. Tapi sudah cukup Gw berbuat gila di ruangan ini dengan Arneta. No more.

Bu Winda bukan wanita jelek. Wajahnya manis dan tubuhnya tipe MILF yang akan membuat banyak pemuda yang mengidamkan seorang tante-tante akan antre untuk memasukkan penisnya ke mulut Bu Winda. Tapi kau harus mengerti batas dan mampu memilih.


**

Bandara Soekarno Hatta.

Gw duduk di Lounge sambil membaca chat heboh dari Angelica mengenai kejadian semalam dengannya.


Angelica : sumpah geli.. tapi bisa juga kan Gue! Hihihi.
Kevin : kamu cepat menangkap ilmu mem BJ hahaha
Angelica : kamu gila ya, kita mesum di SPBU!
Kevin : seru kan, banyak sekali orang yang lalu lalang disekitar mobil
Angelica : Kalau kepergok gimana?
Kevin : rejeki mereka
Angelica : Kalau ditangkap trus dipermalukan?
Kevin : oh come on.. kita ga lagi ML di mobil.
Angelica : hihihi, gilak pokoknya gila!
Angelica : Eh, whats my score?
Kevin : 6
Angelica : Loh.. Cuma 6? Kurang gimana?
Kevin : Masih kena gigi dan kurang lembut
Angelica : oh gitu.. hihihi.. abisnya gede banget adek lu! Gue belajar lagi deh.
Kevin : Belajar ama cowokmu?
Angelica : ih engga! Bokep aja lah.
Kevin : loh kenapa ga ama cowokmu?
Angelica : Eh, Gw cewe baik-baik ya. Alim! Catet itu.
Kevin : Wahahaha..


Ting! Ting!


Helen : [photo]
Helen : Terbang kemana doct?
Kevin : Astaga, paparazimu ngikutin Gw sampai ke Soeta? Gila!
Helen : Kok ga jawab terbang kemana?
Kevin : Coba cari tahu deh Gw kemana.
Helen : Oh nantang ya?
Kevin : Pengen tahu aja secanggih apa mata-mata mu.


Bayangan Helen, tantangannya untuk Anal, kegigihannya mengejarku, paparazinya, wanita ini luar biasa. Tapi akhir-akhir ini, dari menolak mentah-mentah, Gw malah lebih penasaran mendapatkan virginnya daripada anal-nya. Wah wah.. sepertinya usaha Helen untuk mendapatkanku sedikit ada kemajuan.


Kevin : daripada foto lu mata-matain Gw, kenapa ga foto seksimu aja?
Helen : Oh.. mau?


Gila. Entah kenapa Gw jadi meladeni Helen. Minta foto Helen? Beberapa minggu yang lalupun, tidak akan pernah terpikir Gw minta foto Helen.


Kevin : Ogah. Lupain, Cuma asal ketik.
Helen : [photo boobs].
Helen : Mau remas boob aku? Jilat?
Kevin : loh dikirim beneran.


Dan tanpa Gw bisa cegah, penis Gw mulai menggeliat. Fuck!


Helen : [photo]
Helen : [photo]
Kevin : Stop...


Gw bilang stop, tapi jari gw mulai meraba penis Gw dari luar dan menggosoknya pelan. Hfft... menahan nafas dan berusaha membeli harga diri Gw kembali, Gw menghentikan tingkah gila Gw dan berdiri mengambil teh hangat. Edan, Gw nyaris masturbasi di Lounge Bandara gara-gara foto Helen. Payudaranya, hufftt.. kenapa seindah itu?

Berhasil menenangkan hasrat, Gw duduk sambil menyesap teh hangat manis ketika tanpa sengaja terdengar percakapan dua pemuda yang membuat Gw sangat tertarik. Mereka duduk di belakang Gw persis sehingga obrolan mereka cukup jelas di telinga Gw.

”menurut Gue yah, cara dapetin Meta bukan gitu caranya, bro.. Meta itu tipe romantis. Lu harus romantis juga buat dapetin dia.” kata salah satu pemuda bersuara tipis.

”Ah ga setuju! Gue bukan cowo romantis dan menurut Gue ga perlu jadi romantis. Tapi itu bukan berarti Gue ga bisa dapatin dia. Pasti ada cara lain.” sahut temannya yang bersuara lebih berat.

”Cara apa? Lu mana tahu cara dapetin cewe! Dulu lu gagal dapetin Nancy. Gue berhasil dapetin Yuli. Trus Lu gagal lagi dapetin Titin. Lu perjaka ya jangan-jangan?” ejek si suara tipis.

“eh, dapet si Yuli aja bangga. Dia mah ama siapa aja mau! Gue pernah kok boking cewe dan Gue lepas perjaka ama dia. Puaslah, cantik n seksi banget dia. Udah gitu putih mulus*** kayak si Yuli. hahaha.” balas si suara berat.

”Oh, cara pakai duit maksudmu? Hehe, gini aja. Berani taruhan? Lu atau Gue yang dapetin Meta duluan. Anggap aja, The duel of Hendri and Sandy. hehehee” kata si suara tipis.

”Oh, ternyata lu kepengen ngentotin si Meta juga ya San? Okee, apa taruhannya?” kata si suara berat, pastinya si Hendri.

”taruhannya terserah lu mau minta apa. Gw permintaan sendiri. Lu mau coba pake duit ke Meta juga boleh.” kata Sandy.

”Ok Gue minta duit lima ratus ribu yah! Lu minta apa? Kalau sama-sama duit ya sama lima ratus.” kata Hendri.

”Dasar duit mulu di otakmu. Kalau Gue yang menang, lu mesti bilang ke Rudi, Bogel, Ucok dan Gambit kalo lo mulai saat kekalahan lu, lu resmi jadi murid Gue untuk cara dapetin cewe! Lu harus lakuin apapun yang Gue bilang buat dapetin cewe!” jawab Sandy.

”setan, udah berasa dewa SSI aja lo, parah lu!” kata Hendri.

”deal?” tanya Sandy.

”deal!” jawab Hendri.


Gw nyaris ngakak mendengarkan deklarasi ”the duel of Sandy vs Hendry” di belakang telinga Gw. Gak tahan lagi, Gw pengen lihat tampang mereka seperti apa, dan itu membuat Gw berdiri, sok pergi ambil kue lalu mengamati mereka dari jarak yang cukup.

Keduanya sekitar 25 tahun dengan wajah yang cukup ganteng dan tubuh sama-sama proporsional. Bukan hal sulit secara fisik buat mereka dapetin cewek.

Seharusnya.

Gw kemudian membawa kue dan gelas minum, lalu kembali duduk di dekat mereka dan melihat seorang pria berusia sekitar 50 tahun mendekati kedua pemuda itu.

”Saya dengar kalian ngobrolin cara mendapatkan wanita ya?” tanya pria itu.

”Iya Om..” kata Sandy.

”Mau saya bantu strateginya?” tanya Pria itu. Wow, kelihatannya ada pria berpengalaman yang tiba-tiba ingin share ilmunya. Gw lirik arloji, masih cukup waktu untuk ke waiting room dan boarding.

”Emang Om sering dapetin cewe buat ehem.. Om?” tanya Hendri pelan, mungkin takut terdengar.

”yang tanpa boking lho Om. Kalau cewe dibayar sih gampang.” Sandy mengingatkan.

”Hahaha.. banyak sekali cewe yang udah saya tidurin.” kata Om itu penuh percaya diri.

”Caranya gimana Om? Ini si Meta orangnya romantis sih kata teman-temannya. Tapi sulit sekali diajak ngobrol” tanya Hendri.

”kamu sudah tahu hobinya Meta?” tanya Om itu.

traveling. Dia hobi banget.” jawab Sandy.

”sudah pernah kasih dia hadiah yang berbau traveling?”

”belum sih. Itu ya caranya?” tanya Hendri. Gw menggelengkan kepala.


Lu pikir kasih hadiah bisa buat cewe langsung mau diajak ML?


”ya itu bisa dipakai. Sudah pernah ajak dia ketemuan?” tanya Om itu.

”boro-boro, ditelpon aja sulit. Di chat ga dibalas.” Kata Hendri.

”samperin aja. Bilang dengan jantan, kamu pengen ngobrol dengannya” kata si Om itu. Gw tersenyum mendengar saran Om itu.

Not bad. Sometimes it works. But thats not the principle.

”Kalau di tolak juga gimana Om?” tanya Sandy.

”pantang menyerah dong. Ditolak sekali, belum tentu ditolak dua kali.” jawab Om itu. ”Wanita pada akhirnya akan bertekuk lutut pada pria yang pantang menyerah.” kata Om itu lagi. Gw nyaris ngakak kali ini.


Ini mau ML atau mau ngelamar nikah sih?


”oh gitu. Iya sih.” kata Sandy.

”bisa dicoba nih, makasih ya Om.” kata Hendri.

”Om sudah pernah ehem.. ama berapa cewek Om?” tanya Sandy.

”lebih dari lima. Sekitar delapan cewe.” kata Om itu dengan nada bangga.

”Wah delapan cewe? Mantap Om.. sakti sekali Om!” kata Hendri.

Delapan cewe dan dia sudah berasa jadi guru SSI.

”praktek dong Om sekarang. Bisa?” tanya Sandi tiba-tiba.

”Maksudnya?” Om itu heran.


Mampus lu. Lets watch then.


”Itu ada cewe pakai baju hitam di ujung. Om coba dong dapetin no Hpnya. Bisa?” tanya Sandy. Gw jadi ikut melihat arah yang ditunjuk Sandy. Seorang gadis sekitar 28-30 tahun, membawa tas kecil, berkacamata.

”Wah, dia masih umur sebaya kalian. Gak laku om-om seperti saya. Hahaa.. kalian saja yang coba.” tolak si Om.

Nice excuse, Sir.

”Oh harus yang sebaya Om dong kalau begitu ya? Itu ada tante tante tuh disana, itu yang pakai baju kuning. Coba Om praktekkin..” kata Hendri. Boom! Gw nyaris ngakak lagi. Penasaran juga dengan kesaktian si Om.

”janganlah. Saya sudah beristri dan beranak. Sudah pensiun dari begituan.” tolak Om itu.

Jangan kencing dicelana Om..

”lho kan cuma nomor HP Om.. bukan aneh-aneh.” tanya Sandy.. Boom!

”Haha kalian ini memaksa. Baiklah.” kata Om itu. Dia berdiri lalu melangkah menghampiri seorang Tante berbaju kuning yang sedang mengambil salad. Entahlah apa yang dikatakan Om itu, mereka terlihat ngobrol dan tiba-tiba si gadis berbaju hitam yang pertama ditunjuk oleh sandy tadi menghampiri Si Tante berbaju kuning. Ternyata mereka saling mengenal. Tidak hanya itu, seorang wanita lain berbaju merah yang dari tadi tidak kulihat, menghampiri dan tak lama ketiga wanita itu pergi dan Om kembali dengan menggelengkan kepala.

”Si Tante hampir saja memberikan no Hpnya tapi kemudian dua gadis itu datang dan batal deh. Seandainya saja gadis-gadis itu tidak mengganggu.” kata Om itu.

Shame on you, man.. Gw pikir lu sakti, taunya sakit..

Sebuah pertunjukkan yang menarik sekaligus membosankan. Cuma Om-om sok jagoan yang malah mempermalukan dirinya sendiri. Gw melirik arloji dan memutuskan untuk ke waiting room. Sebentar lagi pasti boarding.


**
 
[ Part 23 ]

Kebetulan terjadi di dalam pesawat. Gadis berbaju merah duduk dengan Tante berbaju kuning persis di belakang kursi Gue. Sedangkan gadis berbaju hitam ternyata duduk disebelah Gue. Dan lucunya posisi kami sebaris dengan dua pemuda si Hendri dan Sandy. Sedangkan si Om sakit terlempar agak jauh posisinya dari kami. Terlihat beberapa kali kedua pemuda itu melirik ke arah kami, mungkin ingin tukar posisi denganku.

”tugas kantor?” tanyaku pada gadis berbaju hitam disebelahku. Sebagian rambutnya dicat kemerahan.

”eh iya nih.” jawabnya, sedikit terkejut aku menyapanya.

”dua pemuda sebaris kita itu dari tadi memperhatikanmu. Mungkin tertarik padamu.” bisikku padanya. ”oh ya aku Kevin”. Kataku. ”ga perlu jabat tangan yah..”lanjutku.

”Oh ya kah? Darimana kamu tahu?” tanyanya. ”aku Putri.” balasnya pelan.

”Tadi ada Bapak yang nyamperin temanmu kan? Bapak itu teman dari dua pemuda itu.” Kataku menerangkan.

“oh iya yang nyamperin Ibu Eva? Ooh gitu. Tadi Om itu nanya apa kami dari Bank karena mau tanya-tanya. Lalu Bu Eva memanggilku karena Suami aku kerja di Bank.”

”Oh gitu.. kirain nanyain nomor HP” kataku ingin tahu usaha Om itu.

”Ga tuh. Cuma nanya sistem perhitungan kartu kredit, udah gitu doang.” jawab Putri. ”oh gitu..” kataku.

Sudah kuduga dia sok sok an doang sih..


”sekaranggg!!!” Jerit seorang gadis dari kursi depan. Rupanya terjadi keributan dan reflek Gw berdiri mencari tahu. ”keluarrrr!!!” teriaknya lagi.

Seorang wanita remaja, mungkin masih kuliah, berteriak ingin turun dari pesawat dan coba ditenangkan oleh keluarga dan kru pesawat.

”phobia naik pesawat” kata seorang bapak.

”minum obat tidur aja..” saran seorang ibu.

”Permisi.. boleh saya bantu?” kataku sambil berusaha mendekat. Mereka memandangku dengan ragu. ”saya seorang dokter” kataku. Mereka langsung memberi jalan.

”Adik namanya siapa?”

”Keny.” jawabnya.

”Takut di ruangan yang kecil dan tidak ada jendela?” tanyaku. Keny mengganggukkan kepala. Claustrophobia.

”takut naik pohon atau tembok yang tinggi? Pernah jatuh mungkin?” tanyaku lagi. Keny kembali menganggukkan kepala. Acrophobia.

”pernah merasa kena serangan jantung waktu ketakutan? Mungkin dikunci papa mama di kamar mandi atau tidak sengaja terkunci di lemari?” tanyaku.

”pernah, dulu saya menghukumnya dengan kami kunci di kamar mandi” kata seorang Ibu yang mungkin ibunya Keny. Gw memandang ibu itu lalu mengangguk padanya.

”Seperti kena serangan jantung, Ken?” tanyaku memastikan. Keny menganggukkan kepala. Agoraphobia.

”saya permisi duduk disebelah Kenny ya..” kataku meminta ijin. Ibunda Keny lalu berdiri dan memberiku tempat duduknya. ”minta waktunya sekitar 30 menit ya.. kalau memungkinkan penerbangan ditunda?” kataku meminta ijin.

”silakan dok.” kata seorang kru.

”Ken, saya bantu ya. Tolong tutup mata... semuanya akan baik-baik saja” kataku.

Sekitar tiga puluh menit kemudian Kenny duduk dengan tenang di kursinya sementara pesawat take off dengan baik. Gw merasakan banyak mata yang memandang Gw dengan heran dan sebagian tersenyum kearah Gw.

”Wow!” kata Putri. ”kamu dokter yang bisa sulapan?” tanyanya setengah becanda. Senyumnya merekah. Sementara Gw cuma berharap tidak ada wartawan di dalam pesawat ini. Gw menikmati menjadi anonymous. Seorang ONS Specialist hampir mustahil menjadi public figure.

**

”ke hotel dulu Pak?” tanya Pak Herman, driver sekaligus pemilik mobil yang langganan kusewa setiap kali ke Surabaya.

”Iya Pak. Kok repot-repot disetirin sendiri pak Herman? Kemana si mas Gapruk?” tanyaku. “Gapruk lagi bawa mobil satunya. Kebetulan saya lagi nganggur ya sudah saya bawa sendiri aja Pak. Berapa hari jadinya di Surabaya?”

“Dua hari aja Pak seperti biasa. Tapi kalau misal lebih, mobilnya bisa?” tanyaku.

”wah gampanglah bisa diatur. Mobil banyak kok.” jawabnya.

”mantap. Ntar malam saya bawa sendiri aja pak mobilnya.”

”beres.” kata Pak Herman. Kepercayaan harus dijaga, it keeps you grow.


Proses check-in di hotel bintang empat ini berjalan lebih cepat dari dugaanku, tidak sampai lima menit. Biasanya di jam 1 siang dimana antrian cukup banyak, Gw masih harus menunggu 15 menitan. Mereka sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Menyusuri lorong Hotel menuju kamar, Gw berpapasan dengan sekitar lima orang yang menggunakan seragam. Tipikal staff dari perusahaan besar. Hmm, mungkin ada seminar di Hotel ini atau mereka sedang dalam perjalanan dinas.

Kamar yang kutempati di area no smoking punya view yang lumayan, menghadap ke Swimming Pool. Sudah cukup lama sejak terakhir kalinya Gw ke kota yang panas ini. Sekelebatan bayangan beberapa teman wanita muncul. Apakah Gw tidur sendiri malam ini atau sekali lagi One Night Stand? Tentu saja bukan salah satu dari mereka. It must be a new girl or lady. Gw menyalakan HP Gw yang langsung sibuk menampilkan belasan chat baru. Pasang status: ”Surabaya”, sambil berharap mereka yang pernah tidur denganku tidak membacanya, dan mereka yang pernah berharap tidur denganku, membacanya. Hehehe.. Agak merepotkan menolak ajakan gadis yang pernah tidur denganmu. Bukan karena kecantikan dan kenikmatan yang sudah terbayang, tapi karena prinsip. Well, it is shower time then. Setiap kali masuk ke kamar Hotel, mandi adalah tugas pertamaku.

Gw selesai mandi ketika memeriksa HP dan membaca beberapa chat dari gadis-gadis Surabaya dan sekitarnya yang intinya “ketemuan yuk!”, “ga main ke Malang?”, “jalan yuk?” dan mirip-mirip begitu. Beberapa chat Gw balas sambil mempertimbangkan waktu dan situasi jika seandainya ketemu mereka malam ini.

Sudah lama juga Gw tidak memanfaatkan aplikasi yang bisa looking for nearby friends. Siapa tahu ada yang lagi horny dan bukan cewe bokingan. Gw nyalain aplikasi itu setelah sekian lama tidak menyentuhnya.

Dalam beberapa detik puluhan gadis dengan berbagai pose selfie yang menarik muncul di layar HP. Sebagian bokingan dengan kode ”BO”, sebagian lagi religius dengan berbagai ayat kitab suci mereka. Sebagian lagi lagi galau dengan status menyedihkan. Oh My.. semua wanita di kota manapun, polanya sama.

Gw segera mengirim beberapa pesan mengajak kenalan ke beberapa profil yang menarik perhatian, lalu melupakannya. Gw keluar dari kamar dan berharap mendapatkan sore hari yang menyenangkan.


**

Begitu keluar dari kamar, berjalan menuju lift, Gw melihat seorang gadis bertubuh chubby keluar dari kamar di dekat lift bersama seorang pria. Aku mengenali gadis itu adalah salah satu gadis dari rombongan yang tadi berpapasan denganku di lorong. Sementara pemuda itu bukan salah satu dari mereka. Gadis itu masuk bersamaku ke Lift, sementara pria itu rupanya hanya mengantar sampai Lift. Mereka tampak tersenyum satu sama lain dan melambaikan tangan, tanpa satu katapun terucap. Jantung Gw sedikit berdebar melihat gesture mereka.


”dari kota mana mbak?” tanyaku memecah keheningan. Hanya kami berdua di dalam lift. “Semarang” jawabnya. “tugas kantor?” tanyaku. “Iya..” jawabnya. “Kevin..” kataku sambil mengulurkan tangan. “Kiki..” dia membalas uluran tanganku.

Pintu lift terbuka ketika Gw mendekat ke arah Kiki dan berbisik, “berani juga yah kamu barusan.. kencan kilat?” lalu Gw nyengir kearahnya dan meninggalkannya.

Gw berjalan cukup cepat, menghindari Kiki yang Gw yakin sedang gemetar karena terbaca apa yang baru dilakukannya. Gw keluar dari Hotel dan menyeberangi jalan raya yang padat. Sekitar sepuluh menit kemudian Gw sampai di sebuah Plaza yang sangat besar. Coffee kayaknya menarik sore-sore begini.

“Iya sebentar masih antre kopi..” kata seorang Ibu dibelakang Gw. Entah dia menelpon siapa. Gw melihat bahasa tubuhnya yang tidak sabaran.

”Ibu, kelihatannya keburu-buru ya? Silakan ambil antrian saya..” kataku menawarinya. Keterkejutannya langsung berubah menjadi senyum ceria. Wajahnya dihiasi hidung mancung, bibir merah, mata bulat dan kulitnya kuning mulus, khas ibu-ibu kelas atas dengan segala perawatan dan produk kecantikan modern.

”terima kasih ya” katanya. ”sama-sama Ibu”, kataku.


Jarang-jarang punya waktu longgar, Gw memilih take away Coffee lalu berjalan santai melewati berbagai gerai di plaza yang sangat terkenal ini. Surabaya nyaris tak ada bedanya dengan Jakarta. Mayoritas hobi ke mall, mungkin karena suhu yang panas di luar.

Capai jalan, Gw pilih duduk di food court, mengamati lalu lalang manusia yang cukup ramai. Kopi Gw sudah ludes dan Gw memilih membaca chat yang masuk.

Helen : Where are you, Doct?
Kevin : Bandung
Helen : Seriously?
Kevin : Yes, why?
Helen : Kupikir kamu ke Surabaya.


Gw ga tau darimana Helen tahu Gw ke Surabaya. Bulu kudukku berdiri. Gadis berpayudara indah yang menyeramkan. Entah apa yang terjadi kalau Gw beneran ML dengannya. Bisa-bisa dia mengerahkan seluruh mata-mata di dunia.

Mata Gw tidak sengaja menatap sosok yang tidak asing. Ibu yang tadi kuberikan antrianku kopi, tampak berjalan sendirian melintasi food court. Mungkin benar jika tatapan mata memiliki sinyal telepati. Ibu itu tiba-tiba memandang kearahku dan melambaikan tangannya. Gw balas melambaikan tangan dan dia terus berjalan, berlalu dari pandanganku. Well, i just made a stranger as new friend.

”Dokter.. Kevin?” tiba-tiba Gw dikejutkan sapaan seorang wanita. Gw melihat sosoknya dan tidak mengenalinya sama sekali.

”Siapa ya?” tanyaku ragu.

”Vanie” jawabnya.

”Vanie siapa? Kita pernah bertemu sebelumnya?”

”Beneran dokter Kevin kan?” tanyanya. Gadis sekitar 150cm ini memakai rok mini dengan baju yang menunjukkan belahan dadanya. Hmm..

”Iya. Kok bisa tahu saya?” tanyaku.

”Tadi pagi nyalain aplikasi? Aku lihat kamu ada di nearby. Ga sengaja sih kok perasaan wajahmu mirip dengan yang di foto aplikasi. Ya aku iseng aja nyapa.”

”Oh.. haha.. ok, sendirian Van? Duduk lah..” kataku menawarkan. Tiba-tiba saja Gw dapat teman ngobrol dan Vanie cukup seru. Dia banyak tertawa dan beberapa kali tampak sengaja menyentuh tanganku.

”kamu stay dimana Kevin?” tanya Vanie.

”Tuh hotel diseberang Plaza..” jawabku.

”enak kamarnya?”

”iya, lumayan. Bersih dan dingin.” entah kenapa Gw menyebutkan kata ’dingin’.

”sendirian?”

”iya..”

”ga mau ajak Vanie kesana gitu?” tanya Vanie mengejutkanku.

”mo ngapain?” tanyaku menyelidikinya.

”ngapain aja boleh. Katanya dingin disana.” matanya menantangku. Its too good to be true. Vanie manis dan penampilannya sangat menarik. Masalahnya satu, Penis Gw tidak bereaksi. Entah dia tidak selera dengan Vanie atau Gw masih kepikiran payudara Helen.

Gw tersenyum. ”nakal yah kamu Van..” kataku. Vanie mencubitku sambil memainkan lidahnya dibibirnya. Kode keras.

”aku suka kamu Kevin.” katanya.


Surabaya, belum setengah hari di kota ini, kau sudah menawarkan padaku kenikmatan.

”Suka Gw? Baru juga ketemu..” kataku menurunkan tensi.

”kamu tinggi banget.. pasti enak..” katanya pelan.

”enak? Apa hubungannya?”

”cowo tinggi, itunya panjang..hihi” pembicaraannya makin kotor.

”oh haha.. sok tau kamu. Atau udah pengalaman?” tanyaku.

”udah lah, mantan aku yang tinggi-tinggi, enak bingit..” nada suaranya nyaris mendesah. Gadis ini perayu ulung. Tapi entahlah, Gw lagi ga mood.

”Kapan-kapan deh ya Van..” tolakku.

”ntar malam?” tanyanya.

”ntar kukabarin yah. Kita kontak-kontak aja lewat aplikasi. Eh, Vanie Gw ke toilet yah..” kataku sambil berdiri.

”Ih, gitu ya Vanie ditolak trus mau kabur..” kata Vanie cemberut.

”bukan, gara-gara kamu, adikku langsung bereaksi dan pengen pipis deh”. Jawabku berbohong.

”hihihi, kamu nakal juga ya ternyata. Ok, kutungguin disini ya.” kata Vanie.

Gw berjalan menuju toilet sambil membuka aplikasi di HP. Gw telusuri profil demi profil dan menemukan profil Vanie dan statusnya:

“BO Serius Only.”

Gw percepat langkah lalu menyelinap turun ke elevator dan berharap Vanie tidak memperhatikanku yang memilih pergi darinya.


**

Gw seratus persen yakin Vanie tidak akan pernah bertemu Gw lagi di Plaza ini. Dengan santai Gw kembali berjalan-jalan dan sesekali masuk ke toko untuk melihat T-Shirt atau Hem. Begitu keluar dari toko, Gw terkejut karena Vanie sedang berjalan ke arah Gw. Untungnya dia sedang memperhatikan Hpnya dan satu-satunya cara Gw tidak ke gep dia secara frontal adalah masuk ke toko terdekat dan tetap masih berharap keberuntungan dia tidak ikut masuk ke toko ini, karena toko yang terpaksa Gw masukin adalah toko pakaian dalam wanita.

“Lho, kok kamu disini?” tanya Ibu cantik yang tadi antre kopi bersamaku. Gw mematung beberapa saat. Kebetulan tidak terjadi 3x. Bisa salah paham nih.

“oh ini, tadi Tante saya nitip beliin bra, katanya di toko ini dia cocok. Eh, kebetulan ketemu Ibu disini..” kataku sopan.

“Oh gitu.. mau saya bantu carikan yang cocok buat tante nya?” tanya ibu itu.

“oh boleh.. “ kataku.

“mau model bra yang gimana? Pakai busa ga?” tanya ibu itu.

”sebentar ya Bu...” Gw lalu pura-pura baca aplikasi chat.

“ga pakai busa Bu. Model yang terbaru saja katanya.” Gw agak panik karena ga paham model bra.

”Tantenya bentuk payudaranya gimana ya kira-kira?” tanya Ibu itu.

”orangnya kurus, sedang atau gemuk?” tanyanya lagi.

”Sedang seperti Ibu lah kurang lebih. Tinggi badannya juga mirip Ibu. Kalau bentuk payudaranya saya ga pernah lihat Bu..” kataku sambil tersenyum. Aslinya Gw menahan ketawa karena Gw ga punya Tante, apalagi beliin bra. Tante mana di dunia ini yang beli bra nitip keponakannnya cowok?

Gw berbicara sambil sesekali melirik ke arah luar dan cukup lega karena Vanie tidak ikut masuk ke toko ini.

“ibu suka model yang mana, pilihin aja gimana kalau ibu tidak keberatan?” tanyaku pelan.

“gitu ya? Kalau saya sih suka yang seperti ini.” Kata Ibu itu.

”tinggal ukurannya berapa?” tanyanya lagi.

”oh ya deh saya fotoin dulu, lalu tanya tante apa suka dengan model ini.” kataku lalu memfoto bra itu. Gw pura-pura send foto itu dan beberapa saat kemudian dengan wajah cerah penuh dusta Gw menganggukkan kepala ke arah Ibu itu.

”Tante saya suka sih modelnya. Ukurannya 36C.” kataku.

”loh, kok sama dengan ukuran bra saya?” ibu itu terkejut.


Mata Gue udah terlatih Ibu.. Emang sengaja Gw samain ukurannya denganmu..


”Kamu bukan orang Surabaya ya?” tanya Ibu itu.

”Jakarta Bu. Kalau Ibu?” balasku.

”Bandung. Semoga cocok ya Tantenya.” kata Ibu itu.

”Terima kasih bantuannya ya.” kataku lalu pergi.


Sore yang aneh, kabur dari Vanie lalu tiba-tiba Gw beli bra entah untuk siapa dan Gw dapat kenalan seorang ibu-ibu cantik.


**

Masih sekitar jam 16.30 ketika Gw sudah kembali ke kamar. Efek kopi ternyata kalah dengan kantuk dan tahu-tahu Gw sudah terlelap sampai sekitar pukul 17.30. Gw langsung periksa HP ada beberapa misscall dari dokter Dian dan dokter Albert. Mereka suami istri dokter spesialis jantung dan Gw berencana dinner dengan mereka dan beberapa dokter lain.

”Maaf ketiduran..” kataku di telpon. ”Jam 18 ready di lobby deh” sambungku lalu melompat berdiri, melakukan push up sekitar 50x lalu dengan terengah-engah memeriksa chat aplikasi.

Ada chat dari Vanie, ”jahat ya aku ditinggal kabur. Apa karena aku bisa di BO? Aku ga butuh uangmu kok Kevin..” tanyanya. Gw memilih tidak menjawabnya.


Keringat membuat Gw harus mandi lagi dan pukul 18 persis Gw baru keluar dari kamar menuju Lift.

”Loh, ketemu lagi!” kata seseorang di belakang ketika Gw baru saja menekan tombol Lift. Nada suara itu!

”Loh, Ibu stay di hotel ini?” tanyaku. Kami berdua masuk ke dalam Lift.

“Iya, 505.” Jawabnya.

“Oh ternyata kita sebelahan. Saya di 507.” Kataku.

“Hari yang lucu yah..” katanya sambil tersenyum.

”Iya Ibu. Sendirian atau dengan keluarga Bu?”

”Menemani Suami sih. Kalau kamu?”

”sendirian Bu. Ada acara.” jawabku. Gw mulai menduga-duga apa dia istri salah satu dokter yang kukenal.

”Oh gitu. Sering ke Surabaya ya?
”Jarang sih Bu. Suami ada tugas atau acara apa Bu di Surabaya?”

”Oh Rapat aja sih. Koordinasi antar wilayah.” Jawabnya. Berarti suaminya bukan dokter. Entah kenapa Gw senang dia bukan istri dokter. Gw memperhatikan lekuk tubuhnya sesaat. Usianya pasti sudah diatas 45 tetapi terlihat sangat terawat dan berkelas.

Ting! Pintu lift terbuka dilantai 4 dan serombongan orang masuk, gadis chubby itu bersama teman-teman kantornya. Mataku menangkap matanya dan kulihat senyum tipisnya muncul dibibirnya. Dia berdiri tepat disebelah kiriku. Dari jarak sedekat ini Gw jadi tahu diatas bibirnya ada bulu halus kumis tipis.

Ting! Pintu lift terbuka lagi di lantai 3 dan beberapa orang masuk. Lift tentu saja menjadi penuh sesak. Disebelah kiriku gadis chubby itu dan disebelah kananku Ibu cantik itu. Desakan dari gerakan beberapa orang membuat tubuhku pun merapat ke Ibu itu.

Lengan telanjangnya bersentuhan dengan lenganku. Hangat. Aroma lembut wangi parfum yang dipakainya dengan liar menerobos hidungku.. menambah daya tariknya. Hmm.. sayangnya dia datang dengan suami. Sekuat jiwa, Gw berusaha mengusir pikiran nakal Gw ketika Gw merasakan dari luar, Penis Gw disentuh dan diremas. Tangan siapa ini?
 
[PART 24]

Surabaya Town Square. Konsepnya menarik. Tempat yang tampaknya menjadi favorit banyak orang di Surabaya. Gerombolan dokter-dokter hampir semua sudah datang lebih dulu ketika Gw datang bersama dokter Dian dan dokter Albert.

Kami mulai memesan makanan minuman ketika dokter Bram dan dokter Janny datang.

”Maaf ya telat.. macet” kata dokter Janny.

”ga ada alasan lain?” canda dokter Albert.

”tadi anter dokter Nira ketemu keluarganya sih..” jawab dokter Bram.

”dokter Nira yang itu?” tanyaku terkejut.

”oh kenal ya dengan Nira?” tanya dr Janny.

”ya lumayan.” jawabku berusaha bersikap biasa saja.


Well, Nira ada di Surabaya juga.


”Kevin!” panggil dokter Puji. ”karena kami mayoritas sudah married dan punya pasangan, Saya kenalkan nih satu-satunya wanita single yang luar biasa cantik. Namanya dokter Stella.”

”Oh baiklah. Jadi sepertinya Gw dipaksa ikut malam ini karena ada agenda baik hati untuk memperkenalkan Gw dengan Stella ya?” kataku lalu menjabat tangan dokter Stella.

”Hahaha.. kalian cocok kok. Ganteng dan cantik.” kata dokter Dian yang memaksaku sejak kemarin untuk berjanji ikut dinner malam ini.

”Jangan dengerin mereka Dok.” kata Stella. Tubuhnya tinggi kurus menjulang sekitar 170cm dengan payudara sekitar 34C. Gw jadi teringat Arnetta. Perawakan mereka mirip.

”Hari ini lumayan yah, kita bisa kumpul sepuluh orang. Peristiwa langka!” kata dokter Albert. ”Iya, setelah dua tahun berlalu. Time flies” kata dokter Janny.

”apakah pekerjaan sudah membuat kalian menjadi anti social?” tanya dokter Bram. ”Hmm.. maksudmu?” tanya dokter Janny. ”Old games. Truth or Dare” jawab dokter Bram.

”Iam In..” kata dokter Yasin. ”kita semua harus ikut.” kata dokter Merry. ”No Problem.” jawab dokter Sri.

Dokter Bram menuangkan Wine ke gelasnya dan gelas dokter Puji. ”Bro, kita paling senior, lets do it!” katanya.

”satu.. dua... tiga!” kata dokter Merry. Dokter Bram dan Dokter Puji langsung mengambil gelasnya dan berlomba menghabiskan wine.

”noone ever beat me.” Kata dokter Bram dengan bangga. Dia berhasil menghabiskan terlebih dulu Wine di gelasnya. Puji, truth or dare?” tanya dokter Bram pada dokter Puji. ”truth” jawab dokter Puji.

”prepare your questions guys!” kata dokter Bram.

“dok, sayangku, cintaku. Selain aku yang jadi istrimu ini. Siapa wanita yang kamu ingin cium dari 4 orang ini?” tanya dokter Merry. ”tidak boleh jawab tidak ada. Tapi kamu boleh jawab nama pria kalau kamu ternyata bisex” Lanjutnya.

“dokter Sri.” Jawab dokter Puji disambut tepuk tangan dan seruan canda kami.

”Alasannya?” tanya dokter Merry. ”maaf.. cuma satu pertanyaan” tolak dokter Puji sambil tertawa.

”kalau gitu aku yang nanya, alasannya apa?” tanya dokter Yasin. ”Huahaha.. pacarnya langsung bereaksi!” kata dokter Albert.

”pacarmu pendiam, trus.. bibirnya seksi.” jawab dokter Puji.

”oh, yaa.. aku kan cerewet!” kata dokter Merry disambut tawa kami semua.

”Puji. Kamu dulu married ama Merry udah ML sebelum nikah ya?” tanya dokter Albert. ”wah.. jadi ajang bongkar rahasia keluarga nih.” kata dokter Stella. ”Welcome Stella. 2 Tahun lalu kan kamu ga ikut. Mereka memang begini.” kataku.

”Iya” jawab dokter Puji.

”Kapan kalian ML pertama kali?” lanjut dokter Albert. ”Maaf, Cuma sekali pertanyaan” kata dokter Puji.

”Oh iya yah. Wah, harus lebih pintar bikin pertanyaan yah!” sahut dokter Albert.

”Aku deh yang nanya, kapan dan dimana pertama kali kalian ML?” tanya dokter Dian. ”malam hari setelah tunangan. Maaf cuma satu pertanyaan” kata dokter Puji. ”dimana ML nya?” sahut dokter Bram. ”di kamar mertuaku.” jawab dokter Puji disambut tawa kami semua.

”kenapa pertanyaan yang muncul selalu seputar seks ya?” tanya dokter Stella. ”Itu yang paling seru.” jawab dokter Merry. ”tunggu sampai kalian kena giliran!” kata dokter Bram sambil tersenyum kearah Gw dan Stella.

”Kevin, aku bakal bohong deh kalau pertanyaannya begitu.” bisik Stella.

”Terserah kamu aja sih. Kalau ketahuan bohong, giliran Dare bakal serem banget nyuruhnya.” kataku. ”Oh ya?” tanya Stella. Senyumnya tersungging.

”Iya dua tahun lalu si Merry tuh ketahuan boong. Wah disuruh cium bapak-bapak di meja sebrang.” kataku. ”hah? Gilak.. ini kalian ga beres semua ya!” Stella terlihat terkejut. Tapi lagi-lagi senyumnya muncul. Senyum yang aneh.

”Giliranku ya.” kata dokter Janny. Kami semua memperhatikannya.

”tempat tergila dimana yang kalian pernah ML?”

”buatku sih di pantai ya. Entah buat Merry.” Kata dokter Puji.

“Sri, kamu nanya atau skip?” tanya dr.Bram menggoda dokter Sri yang paling pendiam.

“oh bisa skip ya?” tanya dokter Sri. Dia baru pertama kali gabung karena dua tahun lalu dokter Yasin masih single.

”Bisa.” jawab dokter Puji. ”Next, Kevin atau Stella?”

”Loh, bukan itu pertanyaanku.” protes dokter Sri yang tentu saja membuat kami tertawa, terutama dokter Bram dan dokter Albert yang memang suka tertawa sampai terbahak-bahak.

”Ya sudahlah. Skip aja.” tanya dokter Sri.

”sabar sekali dirimu, dok.” kata dokter Stella memuji dokter Sri.

”Dokter Puji, kalau angka 1 adalah sangat menyesal dan angka sepuluh adalah sangat puas. Berapa skor kepuasan menikah dengan dokter Merry?” tanya dokter Stella.

”pertanyaan yang bagus. Jawabannya tidak hanya ya atau tidak”. Pujiku.

”sembilan” kata dokter Puji disambut tepuk tangan kami semua.

”terangkan alasannya dalam sepuluh menit bicara” kataku.

Oh no, itu perintah dalam frame Dare, bukan Truth.” Tolak dr Puji.

”oh well, alasannya apa memberi nilai sembilan” kataku menyetujui keberatan dr Puji.

”Saya bisa jadi diri saya sendiri, diterima apa adanya. Kami benar-benar saling pengertian di banyak hal dan berusaha selalu kompromi ketika ada perbedaan.” kata dr Puji mengakhiri sembilan pertanyaan yang wajib dijawabnya.

Jantung Gw mendadak berdebar lebih kencang. Gw bersiap untuk menang untuk apapun tantangannya demi menghindari Truth or Dare. Ya, seperti 2 tahun yang lalu, Gw menang, Gw sama sekali ga kena Truth atau Dare. malam inipun Gw pasti lolos.

”Eh, dok. Kalau kamu kalah, siap-siap Gw nanya sudah berapa cewe yang kamu tidurin. Dan kalau kamu boong.. liat aja..” bisik dr Stella tiba-tiba.

”haha.. kalau kamu yang kalah, Gw juga bisa nanya berapa cowok yang udah ML ama kamu. Dan kalau bohong, liat aja..” balas Gw copy paste.

”Ih ga usah nanya gituan. Gw kasih tau sekarang aja, Gw player Kevin.. lebih dari sepuluh cowo uda nangis gara-gara Gw..” bisik Stella. Deg! Jantung Gw serasa mendengar tembakan pistol tanda dimulainya Sprint competition.

Gw sedang berusaha dijodohin dengan seorang player.

**

Hampir jam 24.00 ketika Gw baru sampai ke Hotel yang sudah cukup sepi. Malam yang menyenangkan bersama sahabat-sahabat lama Gw. Ditengah guyuran shower air hangat, Gw mendengar telpon kamar Gw berbunyi. Selesai mandi, masih dengan handuk basah di kepala dan tubuh telanjang, Gw telpon bagian informasi dan ternyata mereka tidak menghubungi Gw.

”tok-tok..” suara pintu kamar Gw diketok. Gw lalu melilitkan handuk ke pinggang Gw dan membuka pintu kamar. Ibu yang beberapa kali bertemu denganku hari ini, berdiri di depan kamarku. Dia langsung menerobos masuk dan duduk di kasurku.

”aku menelponmu beberapa kali..” katanya. Ibu ini masih menggunakan pakaian jalan, artinya dia belum bersiap tidur.

”ada yang bisa saya bantu Bu? Maaf saya baru mandi..” kataku jengah dengan kondisiku. Berbagai opsi muncul dipikiranku sambil menebak-nebak apa maunya masuk ke kamarku. Bukankah dia datang dengan suaminya dan kamar mereka tepat di sebelah kamarku?

”Suamiku belum pulang.” katanya. Matanya menatapku berani.

”meeting?” tanyaku.

”dia pasti dugem dan bawa cewe entah kemana” katanya dengan nada meninggi.

”bukan sekali dua kali.” lanjutnya. Ibu itu bergerak menuju kulkas mini dan mengambil sebotol tea soda. Gw diam dan membaca situasi. Pengaruh Wine membuat darahku bergejolak.

”kamu mengikutiku tadi? Ga mungkin kamu beli bra buat tantemu kan?”

”Saya tidak mengikuti Ibu, tadi benar-benar tidak sengaja bertemu Ibu. Tapi benar saya tidak membeli bra untuk tante saya.”

”kamu membayangkanku?” tanyanya sambil berbaring di kasur lalu meminum tea sodanya. Ibu ini mengangkat lengan bajunya dan menyentuhnya sendiri, mengingatkanku pada sentuhan lengan kami di lift tadi pagi.

Gw langsung tahu, dia bukan tipe wanita yang maju menyerang, tapi memancing dan menunggu diserang.

”Iya, saya membayangkan seperti apa bra 36C itu jika ibu yang memakainya..” kataku. Gw berjalan mengambil bungkusan bra di dekat wardrobe. Gw keluarkan bra baru itu lalu berjalan mendekati ibu itu.

Game On.

”boleh saya mencobanya, saya ingin tahu jika ibu memakainya?” tanyaku.

”Silakan, sebelum suami saya pulang.” katanya. Gw mengulurkan tangan, mengajaknya berdiri. Sentuhan jemari kami terasa hangat. Jarinya halus dihiasi kuku yang cantik.

Gw meraih bajunya, melepas kancing demi kancing lalu dengan bantuannya, lepaslah bajunya. Payudara 36C terbungkus bra hitam kontras dengan warna kulitnya yang kuning membuat Gw menelan ludah.

Srt... tangannya meraih handukku dan terlapaslah. Penisku mulai bergerak ereksi. Tangannya meraba dadaku yang sedikit berbulu, merabanya lalu turun menuju penisku.

Gw merasakan genggamannya sekaligus jemarinya mempermainkan testis Gw.


Ugh... nafasku makin berat.


Penis Gw mengembang, membesar selagi Gw melepas branya. Penisku dikocok-kocoknya ketika Gw memandang takjub bentuk payudaranya yang menggantung indah. Sekelebat bayangan payudara Helen makin mengobarkan hasratku.


”saya suka bentuk payudara ibu..” bisikku.

”penismu juga keras dan panjang” katanya. ”akan sesak di memek aku..” bisiknya. ”berurat.. tebal” suaranya parau.


Gw remas rambutnya, sedikit menariknya untuk mengarahkan kepalanya mendekat padaku. Dengan pelan gw berusaha menyentuh bibirnya dengan bibirku, tetapi dia mengelak. ”bibirku hanya untuk suamiku..” bisiknya.


Bibirnya hanya untuk suaminya. Sumpah suci?


”Kalau ini untuk siapa?” tanyaku sambil menelusuri lehernya dan menjilat-jilat sampai ke bukit payudaranya.

”untukmu..” erangnya. ”gigit sedikit dong di puting” pintanya. Gw hisap dan gigit putingnya. Erangannya makin kuat. Putingnya menegang dan kuhisap sekuatnya.

”ugh.. kamu suka menyakiti?” desahnya.

”Maaf.. terlalu bersemangat..” kataku.

”gapapa.. enak..ughh” erangnya bersamaan dengan kembali kuhisap putingnya.


Telapak tanganku menggenggam payudara satunya dan meremasnya kuat. Masih cukup kenyal untuk payudara seusianya.

”Kamu membuatku basah..” Kepalanya terangkat, lehernya terpampang mulus didepanku.

”Boleh kubuat tanda di lehermu?” bisikku.

“boleh, lakukanlah..” pintanya. Gw hisap lehernya sampai memerah. Bekas cupangan yang tak akan lenyap sampai besok. Payudaranya kembali kuremas-remas dan kuhisap hisap sampai desahannya makin keras.

“Argh..... saya basah sekali... arghh”


Puas bermain dengan payudaranya, dengan menahan nafas gw memakaikan bra yang baru kubeli dan berbisik. ”Cocok sekali Ibu yang memakainya..”

”Tadi katanya beli bra buat Tante kan? Jadi sekarang aku yang menjadi tantemu ya” sahutnya.

”tante mau diapain?” tanyaku. Tanganku menelusuri punggungnya dan meremas bongkahan pantatnya. Jemariku menyelinap masuk ke roknya dari belakang, menemukan belahan pantatnya dan menyusuri vaginanya.

”Ugh.. tanganmu nakal” desahnya sambil menggelinjang.

Nafasnya makin memburu ketika dia menatapku. Tangannya tak melepas genggamannya di penisku yang makin mengeras. Kami berdiri berhadap-hadapan tanpa suara kecuali kocokannya di penisku yang membuatku makin bergairah.

Tanganku kemudian meraih roknya dari depan dan meraba Vaginanya yang cukup rimbun dengan rambut kemaluannya. Basah kuyup. Dengan beberapa kali usaha, celana dalamnya lepas jatuh ke lantai.

Gw ambil kondom, memasangnya ketika Ibu ini menggeliat lalu naik ke kasur.

Ibu yang tidak kuketahui namanya ini kemudian menungging dan mengarahkan penisku ke vaginanya. Dia menginginkan doggy style secepat ini. Belum ada 30 menit dia di kamarku dan sekarang penisku sudah menerobos liang vaginanya.

”Ugh’’ desahnya.

”sodok yang keras” pintanya.

Penisku mulai masuk keluar menghajar vagina yang ternyata masih cukup rapat itu. Gw mendesah-desah merakan kenikmatan yang membuat sekujur tubuhku menegang dan berkeringat.

”lebih keras” katanya sambil berusaha membantuku dengan menggoyangkan pinggulnya. Gw mengikuti kemauannya, tak peduli jika dia kesakitan. Gw sodok sekeras yang Gw bisa.

”Ya ya... gitu... iyah... enakkk..” racaunya.

Beberapa menit berlalu dan Ibu ini mulai mengejang dan mendapatkan orgasmenya.

”kamu belum yah? Kalau lepas kondomnya mungkin kamu akan keluar cepat” katanya. Gw menggelengkan kepala.


Her husband is a bastard, safe sex always!


”kamu cepat keluar kan kalo diatas? Tante cape..” katanya lalu rebah dikasur. Gw angkat kedua kakinya menekuk ke atas, lalu penis Gw kembali menerobos vaginanya yang sudah banjir karena orgasmenya.

”Aggh.. agh..” Gw berjuang mendapatkan orgasme ku. Tetapi gagal. Entah vaginanya yang terlalu basah atau Gw yang entah kenapa terlalu kuat malam ini. Yang ada justru ibu ini kembali orgasme.

”luar biasa ya anak muda.. saya bisa KO nih kalau lawan kamu. hehehe”

”Istirahat dulu ya Ibu. Saya juga capek” kataku. Bayangan Helen kembali muncul. ”Apakah sama rasanya jika Gw ngentot dengan Helen?” pikirku, rasa kantuk pun mulai muncul.

”Sudah hampir jam 1 pagi. Saya kembali ke kamar dulu ya. Siapa tau suami pulang.” kata Ibu itu.

”Iya Bu. Pasti Ibu capek dan mengantuk” kataku.

”Sangat.. terima kasih ya, puas sekali.” katanya sambil tertawa.


**

Jam 6 pagi Gw terbangun karena telpon dari dokter Albert. ”Kevin, Dian ga bisa ikut breakfast dengan kita karena dia panitia. Aku yang nemeni kamu yah, trus kita langsung ke Simposium.” kata dokter Albert. ”Beres, jam 7 yah.” kataku. ”Lho jangan, jam 6.30 aja karena jam 7 kita sudah harus meluncur ke Simposium”.

”noted.” kataku lalu terbang ke kamar mandi. Dua puluh menit kemudian Gw sudah berjalan menuju Hotel’s restaurant dan berpapasan dengan gadis chubby bersama seorang teman prianya. Tampaknya mereka baru pulang dari olahraga. Dia tampak merespon senyum Gw yang sekarang jadi yakin kalau dialah yang menyentuh penisku kemaren di lift. Gadis chubby itu tampaknya ingin berbicara sesuatu tetapi dibatalkannya, mungkin karena ada temannya.

”hai..” sapaku. Temannya tampak terkejut, ”Hai juga” balas gadis chubby itu. ”Baru olahraga ya?” tanyaku. ”eh iya.” katanya. ”Eh Aku munggah sek yo?” kata temannya. ”ya wes..” jawab gadis chubby itu.

”pacarmu?” tanyaku. Dia menggelengkan kepala.

“oh kirain semalam ada dia. Atau semalam ama yang kemaren Gw pergoki?” godaku.

“pergoki apa? Kamu cuma lihat aku keluar dari kamarnya.” bantahnya.

“kalian baru kenal dan kamu sudah masuk ke kamarnya?” tanyaku. Dia terdiam.

”yang jelas aku ga ngapa-ngapain ama dia!” katanya tegas.

”yakin?” godaku.

”yakin. Aku ga ML ama dia!”

“oh, ga ML tapi isap-isap?” tanyaku. Raut wajahnya memerah. Tembakanku kali ini sepertinya tepat sasaran.

“kamu mau tahu aja urusan orang..” nadanya melemah.

“km sentuh penisku di lift kemaren?” tanyaku.

“Eh? Engga ya! Enak aja nuduh..” tolaknya sewot.


Bukan gadis chubby ini. Lalu siapa? Ibu itu tidak mungkin, tangannya bersentuhan dengan tanganku.


Gw jadi bergidik, jangan jangan ada cowok iseng yang melakukannya dan Gw menikmatinya sesaat! Fiuhhh!


”oh ya udah kalau bukan kamu.” kataku kecewa sekaligus bingung.

”kamu di kamar berapa?” tanyanya.

”507, ada apa?” tanyaku.

”nanti aku kesana” katanya lalu pergi meninggalkanku yang dari bingung jadi bengong.


Baru duduk belum ada semenit, dr Albert datang dengan suara kerasnya, ”gimana tidur nyenyak?”.

”Nyenyak. Pulas.” jawabku sambil membayangkan Ibu yang tetap belum kuketahui namanya. Good sex always lead to good sleep.

”yuk buruan breakfast, kuatir macet di jalan.” ajaknya.

”jauh tempatnya? Kenapa Gw kamu suruh tidur disini? Kenapa ga tidur disana sekalian?” tanyaku.

”Dekat sih, 15 menit. Full booked keduluan yang lain. Ada dua atau tiga acara di hotel itu barengan.” Kata dr Albert. Kami mulai memilih-milih menu sambil ngobrolin kejadian semalam di Sutos.

“Gara-gara semalam, Dian heboh banget ngajakin ML.. haha..” bisik dr Albert. ”Kamu gimana dengan Stella?”.

”Eh masa Lu pikir Gw ama Stella bisa secepat itu? Gila aja.. kalian mau jodohin Gw ama dia atau mau cariin Gw temen tidur sih?” kataku.

”We never know my bro..” dr Albert menaikkan ujung mulutnya. ”Hai Stella.. wah, ngapain kesini? Mau cari Kevin?” kata dr Albert mengejutkanku.

Gw balik badan dan sekujur badan Gw seperti kena setrum listrik tegangan tinggi. Stella berdiri tersenyum kearah kami dan disebelahnya berdiri seorang ibu-ibu.

”ya sekalian cari dokter Kevin deh. Haha, Engga sih, sebenarnya mau nemenin tanteku breakfast aja sih. Tante jauh-jauh dari Bandung nemenin Om yang lagi ada rapat. Om aku itu General Manager di Perusahaan itu tuh yang deket sini kantor besarnya. Kenalin dong, ini Tante Rahma. Tan, ini temanku dokter Kevin dan dokter Albert.” kata dokter Stella panjang lebar. Dia tak menyadari kalau Gw dan Ibu Rahma berpandangan dari tadi dengan perasaan tak karuan.

”Silakan duduk..” kata dokter Albert. Kami duduk dan dengan kikuk Gw memilih mengeluarkan HP untuk menghindari tatapan mata Ibu Rahma.

Ting! Ada chat masuk.

”Aku di Surabaya.. mau ketemu?”


***

Well, for this end of 2017, happy new year 2018. Semoga malam tahun baru 31 Des 2017 bisa pada crot semua. :)
 
Nanti kalau ada waktu Gw reply komen2 nya ya.. pasti yang uda nulis panjang lebar Gw balas kok komennya. Thank All..
#Bandara Changi

30 Des 2017

"Kevin.. buruan udah waktunya boarding" panggil gadis cantik berkacamata itu.
"Iya iya.. sipp.." kataku sambil menutup laptop lalu wuzzz... mengejarnya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Apa kevin bakal maen sama stella??
Bgs ni
Player vs player
Jd sparing partner yg mntap

N bisa ketahuan kevin apa stella yg kalah

Sebelom duel kevin vs helen
 
Hasil truth or darenya gimana?

When two players met, who get played?
 
dua part, ceritanya dgn beberapa wanita dan kentang smua ihh. haha bu winda knp lama lama nyebelinn ya.
baca kalimat dr. Kevin yg ini "Tanpa sengaja aku membuka pintu hatiku dan.. Cahaya mata itu melompat masuk ke hatiku yang gelap" ehmmm sepertinya dr. Kevin uda mulai baper sama dr. Eoliani. hhihi :malu:
Makin penasaraannnnnn, Oh God :kk:
Baper banget ama Eoliani..
 
I missed the latest updates for hours. :( *lebay hehe

Iya yah dr.Eoliani lebih bikin penasaran, mungkin kalo aku pria seusia dokter gak pernah kepikiran juga buat pacarin si Melody.

Ibunya Mika, sebenarnya sakit apa dok?


Elena yg terlalu baper atau gimana si Angelica kek mirip aku dulu, eh :hammer:

Dok, kangen eh. ahhaha I left message, please give me reply *maksa kek helen bahahahaha
Angelica mirip dirimu? Cerita dong..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd