Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
Suhu nya brlom nongol.. Ame tetao sabar hu... Menantimu sampai update
 
<<PART 11>>

”Kenapa kamu tiba-tiba tertarik dengan apakah Gw player atau bukan?” balasku dengan dingin. ”Gw music player. Itu maksudnya Tika. Gw ga ada niat untuk tidur dengan Helen, tetapi pertanyaannya barusan memang mencengangkan. Dari sekian ribu wanita, mungkin pertanyaan seperti itu, di pertemuan pertama, hanya bisa dilontarkan Helen.
”berapa wanita yang sudah kamu tiduri?” Helen mengulang pertanyaannya. Dari sudut gerakan, hampir pasti yang menyentuh kaki Gue adalah kaki Helen.
”Tika cuma bercanda, Helen. Apa kamu gagal menangkap konteks pembicaraannya?” responku singkat. Gw melirik sekilas ke arah kanan, dan tatapan mata Gw bertemu dengan Jannice yang langsung memberikan senyumnya. Gw kembali melihat Helen.

”Tapi kamu jelas bukan music player. Kamu menghindar tantangan kami tadi.” kata Helen. Nadanya tidak setegas tadi.
”Tika yang mencegahku bermain musik tadi.”
”Omong kosong.” kata Helen kali ini dengan senyum tersungging.
”Mau bertaruh?” tantangku. Alis mata Helen naik.
”hm.. apa taruhannya?”
”Takut ternyata Gw beneran bisa main musik?” Helen menggelengkan kepalanya.
”Mungkin memang kamu bisa main musik, Dok. Tapi cuma sekedar bisa. Itu bukan seorang musician.
”Gw ga bilang musician. Just a music player.”
“Oh.. okay*** perlu bertaruh kalau gitu. Kamu pasti bisalah kalau Cuma bikin tuh gitar bunyi. No, Im not interrest. Kamu ngajakin Gw taruhan yang pasti Gw kalah.” Kata Helen.
“Ok, jadi kita bisa tinggalkan topik ini.” ajak Gw pergi dari bahasan player. Gara-gara si Tikus, gw jadi ribet sendiri.
“kamu kerja apa Helen?” mencoba untuk membuat bahan obrolan baru.
”Gw belum puas dengan penjelasanmu. Gw masih yakin, lu beneran player.” Kata Helen. Astaga..

“ya itu urusanmu Helen. Seorang gadis yang tersesat oleh asumsinya sendiri.”
”berapa wanita, dok? Yang sudah kamu tidurin?” tanya Helen lagi. Gw menghela nafas, menatapnya dalam. Tapi Gw pilih diam.
”kamu Gay? Atau masih perjaka?” Gw pikir Helen becanda, tapi tidak. Matanya serius. Makin aneh ini orang.
”bukan gay, bukan biseks. Gw straight. Gw perjaka. Dua hari ini.” Kataku sambil menatapnya dingin.
“oh, kamu straight dan perjaka baru dua hari ini.” kata Helen sambil tersenyum penuh kemenangan. Gw tergelak. Ok, Gw akui yang barusan itu Gw ga kepikiran.
“Gw straight sejak lahir. Perjakanya yang baru dua hari ini.” Entah kenapa Gw jadi jelasin literally.
”Berarti bener kamu player.” Helen tersenyum lagi. Gw menggelengkan kepala.
”Gw heran kenapa kamu tertarik sekali tentang ini. Penting ya buatmu?” tanyaku pelan dengan tersenyum.
Setajam apapun pertanyaanmu, sampaikan dengan senyum.

”penting. Gw terobsesi menaklukkan seorang player. Tapi belum ada satupun pria yang mengaku dengan jantan kalau dia seorang player.” kata Helen.
”Mungkin...” lanjut Helen. Gw yang mau bicara langsung menahan bibir.
”Mungkin memang semua player itu pengecut.” Kata Helen. Senyumnya kali ini terasa manis tapi beracun. Mendadak Helen menarik perhatianku. Gadis ini punya brain!

”So, Kevin. Apakah kamu seorang player? Berapa wanita yang sudah kamu tiduri?
Nice try Helen. Kamu membuatku merasakan fenomena aritmia dalam beberapa detik yang menyenangkan.. Helen, gadis ini tidak saja punya otak. Dia punya pisau dimulutnya. Dan yang lebih menyenangkan, dia memakai pisaunya dengan baik.

**
“Definisikan player menurutmu Helen..” kataku tenang, setenang 60bpm.

”untuk apa? Supaya kamu bisa mencari celah dari definisi yang kubuat?” tanya Helen. Gw diam saja, tanpa ekspresi. Pisaunya berkelebatan kesana kemari dan Gw hanya cukup menjaga jarak untuk membuat semua serangannya sia-sia.

Fine. Player itu tidak pernah cukup dengan 1 wanita. Tidak pernah berkomitmen dengan 1 wanita dan.. pengecut.”

”Obsesimu, menaklukkan player berarti membuatnya merasa cukup denganmu saja, berkomitmen denganmu dan menjadikannya seorang pemberani?”
”kurang lebih begitu. Walaupun aku belum nyaman dengan kalimatmu barusan.”
”kamu cukup percaya diri.” Kataku sambil tersenyum.

“itu tadi sebuah pujian?” tanyanya. Matanya nakal. Hmm, bukan nakal mungkin. Lebih tepatnya, matanya menantang. Dan lagi-lagi kakinya menyentuhku. Entah apa maunya.

“Helen, sepertinya percuma ya saya bilang saya bukan player?”

”oh tentu tidak. Katakan saja, toh seorang player sudah terbiasa berbohong kan?”

”hahaha good one, Helen. Semua responmu menunjukkan kamu sudah terbiasa bertemu player. Tapi sungguh menyedihkan, kamu belum menaklukkan satupun kan?” Gue harus mulai membalas serangannya. Helen terlihat terkejut. Hmm oke, dia tidak setangguh dr.Nira.

”Karena semuanya pengecut.” kata Helen tegas. ”Mereka mundur begitu tahu, apa yang mereka inginkan dariku tidak akan bisa mereka dapatkan.”
”Sex?” tanyaku.
”Apalagi?” sahutnya.
”Dan...” Gw mempertimbangkan sedetik kalimat ini.
”kalau memang Gw seorang player, apa urusannya denganmu? Apa kamu berencana menaklukkanku?”

”jawab dulu. Apa kamu seorang player dan berapa wanita yang sudah kamu tiduri?” kakinya kembali menyentuhku pelan. Gw menggeser kaki gw mundur, mataku menatap jauh kearah Laura dan kami bertatapan mata. Dia masih mendengarkan Michael yang nampak begitu aktif berbicara. Tatapan Gw langsung kembali ke Helen.

“kapan terakhir kamu having sex, Helen? Berapa banyak pria yang sudah menghisap bibirmu, meremas payudaramu, menjilat vaginamu dan menembakkan spermanya ke rahimmu?”
”Puluhan pria sudah mencium dan menikmati payudaraku. Lima orang sudah menjilat vaginaku, dan belum satupun yang menerobos Vaginaku.” Kata Helen tajam, cepat dan pisaunya menancap telak di jantungku.
”Enam bulan yang lalu, satu pria membawaku ke rumahnya. Dia pria terakhir yang menjilat vaginaku, dan muncrat di payudaraku.” lanjut Helen. Pisau itu terasa dingin di jantungku.

Gw ga bisa berbicara apapun untuk beberapa detik. Gw ga nyangka dia jawab begitu spontan. Helen benar-benar pemberani dan tajam. Dia berbeda dengan dr.Nira dengan cara yang unik. Tidak setenang Nira, tetapi lebih cepat, lebih kuat, lebih... nekat.

”kamu masih Virgin?” tanyaku akhirnya. Bagian itu yang paling sulit dipercaya.
”tergantung definisimu tentang virgin, Doct. Untuk terminologi medis, iya aku masih perawan. Tapi untuk pikiran, jelas tidak.” Nada suaranya masih menekan. Dengan tempo yang cepat dan tegas, seolah menggiringku untuk mengikuti maunya.


My brother Kevin, Please sing for me..!” tiba-tiba Gw mendengar suara Kartika. Spontan Gw menoleh ke arah panggung. Saved by the bell when I know nothing what to say.

”Sana maju.. buktikan omong kosongmu.” kata Helen dan kali ini kakinya menendangku pelan. Tangan kirinya menutupi mukanya sambil tertawa.

Gw mengambil gitar dan berdiri berhadapan dengan microphone. Gw lihat Kartika yang tersenyum memandangku sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.


Kartika, you're one of the strongest women I know. You've fallen into the hands of the wrong men, but always come out intact.
For all the words "do not give up" that we once sow,
I'm happy for you.


”Kartika, kamu salah satu wanita terkuat yang aku kenal.
Kamu pernah jatuh ke tangan berbagai pria yang salah,
tetapi selalu keluar dengan utuh.
untuk semua kata "jangan menyerah" yang pernah kita tabur,
aku ikut berbahagia untukmu.”


Dan Gw mulai bernyanyi. Ballad tempo. Sebuah aksi yang seimbang. Mereka menikmati penampilanku, dan Gw? Gw menikmati reaksi mereka satu persatu.


My life is brilliant
My love is pure
I saw an angel
Her name is Kartika..


She smiled at me on the subway
She was with another man
But I won't lose no sleep on that
'Cause I've got a plan


You're beautiful
You're beautiful
You're beautiful, it's true



Laura, Marina, Jannice, Helen. Tapi cuma Laura diantara 4 gadis ini yang mengikuti irama gitarku dengan tepat. Ada musik ditubuh Laura. Mata kami bertatapan beberapa kali..

I saw your face in a crowded place
And I don't know what to do
'Cause I'll never be with you


Yes, she caught my eye
As we walked on by
She could see from my face that I was,
Fuckin' high
And I don't think that I'll see her again
But we shared a moment that will last till the end


You're beautiful
You're beautiful
You're beautiful, it's true



Sialnya Michael menghalangi berkali-kali pandanganku ke Laura. Dia tampak terus berbicara dengan antusias sementara Laura hanya mendengarkannya dan malah lebih sering menatap kearahku.

Si Ratu malam ini, Kartika, tertawa bahagia dan sesekali mencium Jeff. Gw tahu apa yang dialaminya selama ini. Malam-malam dimana dia telpon Gw sambil menangis, malam-malam dimana dia minta Gw jemput lalu meluapkan amarahnya ke Gw. Oh memories. Gw benar-benar terharu dan bahagia Kartika akhirnya melalui semuanya.

Tepuk tangan bergemuruh seusai Gw bernyanyi sambil bermain gitar. Helen menatapku tak percaya. Matanya seperti keheranan.

“That was great, Kevin!” kata Jannice.
“wow, impossible!” kata Marina.

”Ga nyangka kamu beneran bisa main gitar. Lalu, suaramu..” Helen tersenyum sambil geleng-geleng kepala ketika Gw kembali duduk di depannya.

Gw melihat Laura mengangkat gelasnya sambil menatapku berbinar-binar. “nice one dok!” teriak Laura. Tunggu.. Tak ada Michael di depan Laura! Jantungku berdesir, ini kesempatan! Laura seperti baru saja memanggilku.

”kenapa, mau bilang suara seorang player?” tanyaku asal. Pikiranku ingin secepatnya ke kursi di depan Laura.
”suaramu ga cuma bisa nyanyi. Itu tadi enak sekali.” Puji Helen.
”masih berpikir saya player? Saya sudah buktikan..”
”makin yakin malah. Berapa banyak wanita yang suka padamu karena kemampuanmu bermain gitar dan menyanyi?” Helen menyerobot kalimatku.
”hahaha.. ya sudah. Kamu sudah membuat keputusan dalam pikiranmu. Saya bisa apa? Untuk apa mengakui sesuatu yang bukan saya?” Gw makin malas meladeni pembicaraan Helen. Kursi di depan Laura, masih kosong. Entah kemana si Michael.

”Hmm.. kamu juga pengecut ternyata.” kata Helen. Wajahnya seperti kecewa.
”Kamu lucu Helen. Misalkan saya player pun, saya tidak tertarik padamu.”
”Tidak masalah. Menurutku itu cuma masalah waktu dan pilihan. Kalau aku selalu ada untukmu, pada waktunya, kamu akan memilihku”. Kalimatnya barusan menahan pantatku yang sudah hampir terangkat dari kursi.
”Hanya karena sebuah pengakuan player atau tidak? Hanya karena sebuah obsesi menaklukkan player? Oh thats creepy” kataku. Helen tertawa. ”bukan begitu, Dok” Helen mengambil gelasnya lalu minum beberapa teguk.

”gini loh..” katanya.
”buatku kamu menarik. Jangan tanya alasannya.” Helen kembali meneguk gelasnya. Jelas dia sedang mengatur kata-katanya. Gw tidak terlalu sabar kali ini, ingin segera pindah kursi.

”Aku tidak peduli kamu tertarik padaku atau tidak. Tapi aku ingin tau, apakah kamu bisa jadi buruanku yang berharga, tidak membuang-buang waktuku kalau kamu ternyata pria yang... lemah.” katanya sambil menatap mataku.
”Itu bahkan makin menyeramkan. Saya tidak suka menjadi buruan.” kataku. Its true.. creepy but interresting in the same time. She’s tried to feed my ego.

oh im flattered. Tetapi tidak, terima kasih. Iya saya pengecut dan lemah.” Kataku sambil tersenyum lalu berdiri. ”Mau kuambilkan sesuatu?” tawarku. Basa basi yang keterlaluan.

”Oh ga usah. Aku mau jalan ngobrol dengan yang lain.” kata Helen. Oh good. Very good!
”mencari player jantan?” ejekku. Helen tersenyum membalas ejekanku.
”iya. Yang barusan pengecut dan lemah.” katanya.

”semoga sukses. Queen Bee..” jawabku, segera melangkahkan kaki ke kursi di depan Laura.
 
Terakhir diubah:
<< PART 12>>

”Hi Laura.. belum ambil makanan?” tanyaku melihat Laura hanya ditemani segelas red wine.
”Hi Dok. Iya nanti saja.” kata Laura.
”udah sering ke Singapore?” tanyaku.
”sering banget, sudah seperti kota kedua bagiku,” kata Laura.
”kamu dari Jakarta?”
”bukan, Batam.” jawab Laura.
”Oh pantas. Tinggal naik becak ya..” kataku. Laura tertawa tergelak.
”Si Helen ditinggalin?” tanya Laura. ”cantik ya dia.. eksotis, melankolis gitu..” kata Laura.
”ga sih, dia katanya mau ngobrol dengan yg lain.” jawabku.
”ya lumayan cantik. Tapi...” Gw nyaris bilang, masih lebih cantik kamu Laura.
”tapi apa?” tanya Laura.
”Jutek.” Gw mulai memandang wajah Laura. Benar-benar cantik. Laura tertawa.
”Dok, suaramu bagus sekali tadi. Ga nyangka deh.” kata Laura.

”Ya supaya kamu benar-benar membayarku.” kataku. Laura menatapku heran. ”oh.. ya! Tadi aku bilang mau bayar kamu kalau benar maju main gitar ya!”
”Kamu suka nyanyi?” tanyaku sambil berharap pertanyaan ini bisa memicu serangkaian cerita hidupnya. Laura menganggukkan kepala. Got it!

”Aku dulu penyanyi Cafe..” Laura meneguk sedikit wine nya. Kubiarkan dia melanjutkan pembicaraan. Wine pasti membuatnya lebih banyak bicara, jadi silakan memimpin pembicaraan kita Laura.
”Tapi sepertinya bukan keberuntunganku. Sekarang aku Make Up Artist.” Kata Laura. Gw mengambil botol Wine dan menuangkannya ke gelas Laura yang tinggal separo. Kutatap matanya dengan tatapan menunggu. Im listening, Laura.

Entah berapa menit Laura menceritakan kisah hidupnya. Gw mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali menanggapinya. Kami mulai tertawa bersama dan sesekali pembicaraannya menjadi serius.

”Kamu sungguh pendengar yang baik..” kata Laura. Tatapan matanya berbeda dengan yang tadi. Kami terasa jauh lebih dekat.
”ada acara apa setelah dari sini? Mungkin kamu mau kita jalan berdua?” tanyaku. Berharap Gw bisa bertamu ke hotelnya dan mencari tahu sisi lain yang tertutupi kain-kain indah itu.

”Hai Laura, i bring you food.!” tiba-tiba Michael muncul sambil membawa dua piring makanan. “Kevin, you’re sitting on my chair. Can I have it back?” Tanya Michael tiba-tiba memintaku pergi dari kursi ini. Bule ga sopan! Ngajak ribut ni orang.

“Oh Sure. Mike. You can sit here, next to me.” Kataku sambil tersenyum. Gw menarik sebuah kursi kosong dan mempersilakan Michael duduk disitu. Kalau mau bertanding mendapatkan Laura, Gw ladenin Mike. Michael tampak tak senang. Terlihat sekali dia jengkel dan mulai makan sambil terus ngobrol, mencari perhatian Laura.
Beberapa menit kemudian Gw mulai merasa Michael terlalu mendominasi pembicaraan dan memaksa Laura terus menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
“Laura, mau nyanyi?” tanyaku dengan bahasa indonesia, mencoba menyelamatkannya dari semburan keju yang terlalu asin.

Laura tersenyum lalu menganggukkan kepala. “i will sing with Kevin.” kata Laura pada Michael lalu berdiri dari kursinya. “Ok, Laura. Don’t forget our promise, we have date after this party..” kata Michael. Oh jadi begitu. Michael sudah mengajak Laura kencan setelah acara ini.
Gw melihat Michael dan tersenyum; Senyum seorang guru pada muridnya yang belum tahu apa-apa. Kamu benar-benar belum mengerti wanita, Mike.


I got these fresh eyes, never seen you before like this
My God, you're beautiful
It's like the first time when we open the door
Before we got used to usual

It might seem superficial, stereotypical, man
You dress up just a little and I'm like, "Ohhh, damn"


So suddenly I'm in love with a stranger
I can't believe she's mine
Now all I see is you with fresh eyes, fresh eyes
So suddenly I'm in love with a stranger
I can't believe she's mine, yeah
And now all I see is you with fresh eyes, fresh eyes



Gw cuma melakukan dua hal dalam lima menit dipanggung bersama Laura: main gitar dan menikmati suara Laura. Dia seperti menemukan kembali habitatnya. Sorot matanya, desah nafasnya, tarikan nadanya, semuanya terdengar seimbang dan enak pada tempatnya. She’s a talented artist. Hidup ini memang unik.

Tidak semua bintang mendapatkan tempatnya di langit yang sama.

**

Upacara pernikahan dan pesta sederhana yang indah. Tempat meleburnya keluarga dan sahabat dalam keabadian yang fana. Sesaat, tapi melekat. Gw melihat Michael berjalan disamping Laura menuju pintu keluar. Jannice dan Marina sudah pergi entah kemana.
”kamu menginginkannya?” tanya Helen tiba-tiba sudah didekatku. Dia menangkap basah sorot mataku yang memandang Laura.
”Aku sedang menyaksikan pertunjukan menarik. Seorang player yang sedang kehilangan korbannya”. Lanjut Helen.
”halusinasi akut..” kataku.
”kalah saingan dengan Michael” lanjut Helen. Gw menoleh kearahnya. Seperti mengajaknya mengikutiku. Kaki ini melangkah menuju pintu keluar. Dari bunyi langkahnya, Gw tahu Helen mengikutiku.
Dari jarak sekitar 20meter, Gw lihat Michael berbicara sesuatu dengan Laura, lalu melangkah pergi sendiri. Laura membalikkan badan, ke arah Gw. Wajahnya tersenyum. Dengan sedikit bersiul Gw berjalan menuju kearah Laura.
”Sori menunggu lama.” kataku.

”kok tau aku menunggumu?tanya Laura. Gw raih tangannya, dia menyambut tanganku dengan antusias. Gw menggandengnya lalu berjalan keluar. Tangan Laura terasa hangat dan halus ketika Gw pakai ibu jari merabanya pelan. Gw bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arah Helen yang pasti sedang memandang kami berdua.
Kamu cantik sekali Laura, dan begitu mudah dibaca. Michael berhasil mencuri start, tetapi dia bodoh. Helen? Yes iam a player. So what?

**
“Terima kasih menemaniku menikmati malam ini. Perasaanku jauh lebih lega.” kata Laura ketika kami berjalan di lorong menuju kamar hotelnya. Kami sudah menghabiskan hampir dua jam menikmati Singapore di malam hari.
”kenapa tadi menolak Michael?” pertanyaan yang seharusnya tidak perlu kutanyakan. Tanganku melingkar di bahunya.
”Gw ga nyaman ngobrol dengannya. Bukan tipe ku.” jawab Laura. Kami berhenti di depan pintu kamarnya. Laura memandangku dengan senyum malu.
”Aku akan menemanimu.” kataku. Laura membuka kamarnya dan masuk bersamaku. Kuletakkan tas kecilku di atas meja.
”dari tadi aku merasa kamu bisa membaca pikiranku” Laura meraih tanganku dan menariknya memeluk pinggangnya. Tangannya melingkar ke leherku. Nafas kami mulai bersentuhan.

Dengan lembut Laura menempelkan bibirnya ke bibirku. Gw berdiam beberapa saat menikmati momen pertama itu. Berlahan bibirnya bergerak dan mulai melumat bibirku. Gw membalasnya selembut mungkin. Mencoba menahan gejolak yang mungkin terasa kasar di bibirnya. Laura menghisap bibirku dan matanya terpejam. Darah Gw berdesir melihat gadis secantik dia memejamkan mata menikmati cumbuan kami. Lidahnya keluar dan menyapu bibirku. Ketika lidah kami bertemu, itu seperti dua kehidupan yang saling berlomba memberikan kenikmatan.

Tanganku terangkat menuju punggungnya, mengelusnya pelan naik turun. Laura mendesah pelan lalu kembali menghisap bibirku. Ciuman kami makin penuh. Lidahku menyapu giginya, langit-langit mulutnya dan kembali bibir kami saling menghisap.

Nafas kami mulai menderu. Gw merasakan tangan Laura turun dan mengangkat baju yang Gw pakai. Dalam sekian detik Gw sudah bertelanjang dada. Gw mengikuti alurnya, mencoba menurunkan resleting dress nya. Ketika dress itu terlepas, tubuhnya terlihat begitu indah.

Laura menatapku dengan teduh. Tangannya terulur ke belakang, dia melepas sendiri kait bra-nya. Dua gunung payudaranya seperti melompat keluar. Gw menelan ludah. Laura menatapku antara malu dan menginginkan permainan yang bergelora. Nafasnya menderu. Laura mulai mendekapku dan dada kami bersentuhan. Ujung kedua putingnya begitu lembut menyentuh kulitku.

Penisku langsung bergerak membesar maksimal. Laura pasti merasakannya ketika kulihat senyumnya tersungging tepat bersamaan dengan membesarnya Penisku. Kami berpelukan dan titik berat tubuhnya mengarah padaku. Sengaja kuikuti ayunan berat badannya dan kami seperti terdorong ke ranjang.

Laura mulai mencumbu leherku, turun ke dadaku, mengigit putingku lalu turun ke perutku. Nafasnya memburu, matanya mulai makin liar dan akhirnya dia melepas celana panjangku, lalu celana dalamku.

”Arghh..” desahku ketika Penisku masuk ke mulutnya. Laura menghisapnya dan badanku menegang menahan geli campur nikmat. Laura tersenyum genit ketika melepaskan penisku dan mulai menjilat dan mengulum testisku.

”Aargh...” itu enak sekali. Penisku menegang maksimal dan berdenyut-denyut.

Ketika Laura melepaskan mulutnya dari testisku, Gw bergerak meraihnya, lalu membaringkannya dengan lembut. Laura tidak menahan gerakanku, sehingga mudah bagiku untuk merayap turun dan melepas semua yang masih melekat ditubuhnya.

”Acchhhh..” desah Laura ketika lidahku mulai menjilat klitorisnya. Tubuhnya menggeliat-geliat keenakan. Kedua tangannya mencengkeran sprei kasur dan desahannya bahkan makin keras ketika Gw mulai menghisap klitorisnya.

”Achhh.....!!”

Terasa asin di lidahku, tetapi aromanya sungguh merangsang. Gw terus menjilat dan menghisap sampai badan Laura tergetar-getar. Beberapa kali dia mencoba menarikku agar terlepas dari vaginanya, tetapi kakinya kutahan dengan tanganku dan itu membuatnya tidak bisa lepas.

Laura mengejang beberapa kali lalu kakinya menyentak memaksaku melepasnya.
”udah.. geli..” katanya.
”udah dapat?” tanyaku, ga menyangka secepat ini dia orgasme.
”Iya.. lemas badanku..” Laura menarik tanganku, membawa tubuhku naik keatas.

Tanganku mulai menjamah payudaranya dan mulai meremasnya lembut.
“Ah... nanti aku makin lemas lho..” katanya berusaha melepaskan tanganku. Gw merayap naik keatas tubuhnya dan memandang keindahan lekuk tubuhnya dari atas. Laura reflek menutup buah dadanya dan tersipu malu.

Kepalaku turun dan bibir kami kembali menyatu. Kami berciuman cukup lama sampai kulepaskan dan mulai kucumbu lehernya. Laura menggelinjang,

”jangan leher..” tolaknya.

”Ga suka dicium leher?” tanyaku.

”iya, gelinya ga enak.” katanya. Gw merayap turun dan mulai menjilat buah dadanya. ”ini suka?” tanyaku. Laura menganggukkan kepala. Gw mulai menghisap putingnya yang menegang.

”Aaachh..” desahnya. Dadanya membusung seakan minta kupuaskan. Tangan kananku meremas payudara kirinya sementara bibirku menghisap puting kanannya. Desahan Laura makin kuat. Seperti meronta, tetapi tidak ingin lepas.

Gw merasakan tangan Laura mencari-cari batang Penisku. Digenggamnya lalu diarahkan ke Vaginanya.

”Pelan-pelan, sakit.” bisiknya ketika Penisku seperti salah masuk. Gw pegang sendiri batang penis gw lalu menggesekkan pelan ke vaginanya. Laura membantuku mengarahkannya perlahan kepala penisku masuk ke liang nikmat itu.

”sakit?” kataku. Laura menahan gerakanku. ”iya, pelan-pelan”. Pintanya. Jantungku bergemuruh ketika perlahan-lahan penisku menemukan jalan masuknya. Berasa sangat rapat, lengket dan penuh ketika perlahan penisku memenuhi rongga sorga itu.

”Argh..” desah kami berbarengan. Penisku berdenyut-denyut. Gw menahan nikmat yang menjalar. Ini sungguh keterlaluan enaknya. Wajah sange Laura dipenuhi keringat yang bercucuran.

Gw mulai mendorong pelan penis Gw dan Laura reflek bereaksi menggoyangkan pinggulnya. Beberapa detik kemudian, tubuh kami seirama memadu hasrat. Ketika penisku memasukinya, Laura mengangkat pinggulnya. Ketika Penisku keluar dari tubuhnya, Laura menurunkan tubuhnya. Gesekan demi gesekan memicu kenikmatan tiada tara.

”HHmmmphhh.. hahhh... ughh....” desah kami berdua. Gw berusaha keras tidak jebol duluan. Tempo kami cukup lambat dan itu sungguh menguras tenaga. Keringatku mengalir deras, sebanding dengan kenikmatan gila yang kami rasakan.

”Arggg... arghhh..” desah Laura. Tiba-tiba gerakannya jadi lebih cepat. Gw ikuti maunya dan kupompa lebih cepat.

Slep.. slep.. slep.. suara Penisku keluar masuk bergesekan dengan bibir vaginanya. Basah dimana-mana. Nikmat setiap detiknya.
”Arghh...Arghh..” desahku berjuang sekuat tenaga. Kenikmatan ini bisa menjebol pertahananku dengan cepat kalau Gw gagal mengatur nafas.
”Aku mau doggy..” kata Laura.
”oh kirain mau diatas” kataku. Laura tertawa.
”engga kuat diatas, cape udah..” katanya.

Dan sekarang lihatlah, tubuh sempurna itu menungging didepanku. Lobang vaginanya berkilat-kilat basah. Ini melebihi bayanganku ketika membayangkan Laura pertama kali. Ini nyata didepanku, dan bisa kunikmati semauku.
Penisku perlahan kembali masuk dan kali ini diluar dugaan, jauh lebih enak dari yang tadi! Oh goodness. Kenapa jadi seenak ini doggy? Mungkin sudut ketinggian posisi vaginanya cocok dengan panjang kakiku.
”Arghhh.. enakkkk!!!” tiba-tiba Laura berteriak. The real war has begun.

Gue pompa makin cepat dan makin kasar. Kami mulai beradu teriak. Suara Penis dan Vagina kami ketika beradu seperti musik yang harmonis. Gw seperti memeluk gitar terindah di dunia ketika melodi merdu keluar dari bibir Laura. Bibir yang tadi menghisap penisku dengan penuh hasrat!

Entah berapa menit kami habiskan untuk saling menikmati. Laura mencengkeram sprei kasur dan tubuhnya mulai mengejang lagi.
”dok... aku... mau.. sampaiiii..” erangnya. Gw percepat gerakan Gw. Penisku makin berdenyut-denyut. Sebentar lagi.. sebentar lagi..

”Dok... ayoo... ahhh ahhh...” teriak Laura.
”Keluarin dimana?” tanyaku.
”didalam saja sayanggg..” teriaknya. ”Aiiiiihhh” Laura menjerit lalu tubuhnya lunglai. A big O. Kutahan pinggulnya dan Gw makin fokus, mempercepat tusukan penis Gw. Enak sekali, ini sungguh enak!!

Slep slep slep slep.....slepslepslepslepppppp... Srttt… Srttttt Srttttt Srtttt…
Gw meledak di vagina Laura. Terasa banyak sekali yang keluar dan penis Gw masih dengan gagahnya didalam sana.
Tubuhku melengkung memeluknya, membelai kedua gunungnya yang tergantung.

Kami kemudian rebah ke kasur bersamaan dengan lepasnya penisku dari Vaginanya. Lepas sudah semua ketegangan yang tadi melanda pikiranku. Laura terkapar dengan senyum manis tersungging. Matanya berbinar menatap mataku. Kami terdiam, hanya saling memandang penuh kepuasan.

“Aku ngantuk dok.. maaf ya kalau ketiduran..” kata Laura. Gw tersenyum. Rasa kantuk juga menyerangku. Benar-benar kenikmatan yang pantas untuk dikenang. Pikiranku melayang-layang, satu lagi wanita berbagi nikmat denganku.

Kupandangi wajah Laura yang sudah tertidur. Matanya terpejam dengan cantiknya. Kubelai alis matanya. Hidungnya.. bibirnya. Laura mulai mendengkur halus.

Menit demi menit kunikmati wajah cantik itu. Rasa kantukku berlahan mulai pergi.

Gw bergerak pelan, memakai semua pakaianku. Memeriksa jangan sampai ada barangku yang tertinggal. Gw tutup pintu kamar Laura setelah melihatnya terakhir kali. Sungguh cantik. Goodbye, Laura. Semoga kita tak kan pernah bertemu lagi.

Kakiku melangkah keluar, meninggalkan semuanya, selalu seperti ini. Seperti biasanya.

**

Dini hari yang cukup dingin di Singapore. Kakiku melangkah entah kemana. Mencari wanita-wanita indah lainnya. Kurasakan Hpku bergetar. Kubuka.

”Halo?” sapaku.
”kamu kok ga hubungi saya Dok? Sampai saya cari-cari nomormu, untung ketemu.” Nada suaranya mengingatkanku pada paras cantiknya.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bentar bentar. Gw excited lo update dok, tp gw blm bs baca. Msh nguli...:Peace:
 
Cant say words doct! Insane story! If I were you, I could love Laura for the rest of my life... Keep updating ya doct.

Oh ya. I spotted a typo. 'Sesuai', which i think should be 'seusai'. Third paragraph after James' song.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd