Bapak, sosok yg mengajarkan saya prinsip kejujuran. Ingat waktu kecil dimana saya ketahuan berbohong, dengan keras Bapak menghajar saya cambukan gesper.
Bapak, sosok yg bekerja dari pagi hingga pagi. Menjual semua waktu dan hartanya demi pendidikan anak2nya. Hingga pada suatu saat Bapak berpesan pada anak2nya, "Bapak wes ra duwe opo2, warisan bondho ora ono, Bapak mung iso ngewariske pendidikan lan budi pekerti karo kowe kabeh"
Bapak, seorang pendongeng handal, kisah masa mudanya beliau torehkan dalam sebuah buku untuk anak cucu nya. Kisah perjuangan nya menyambung silaturrahim dgn bersepeda dari bagian utara Jawa Tengah ke bagian selatan Jawa Barat. Hingga kisah tentang sosok2 yg berpengaruh dalam hidupnya. Beliau torehkan dalam tulisan.
Bapak, seorang penggila buku. Koleksi bukunya satu kamar, mulai dari biografi, politik, filasafat hingga supranatural, beliau lahap. Seringkali beliau mengajak saya ke bagian buku bekas di pasar Johar semarang, hanya untuk berburu buku yg diminatinya. Bahkan di penghujung usianya, selain istrinya, disamping beliau tergeletak sebuah buku.
Ya, beliau sudah meninggal. Jika ditanya moment apa yg berkesan bagi saya, setiap moment bersama beliau adalah memori yg tidak akan saya lupa. Beliau adalah idola dan panutan saya. Beliau bukan siapa2, namanya mungkin tidak tersohor. Tapi bagi saya, beliau adalah sosok paling berharga. Dan pesan yang paling saya ingat
"Le, titip ibumu yo! Kowe karo Bapak ora bakal koyo mengkene, nek ora ono dongane ibumu"
"Nak, titip ibumu ya! Kamu dan Bapak tidak akan menjadi seperti sekarang tanpa ada doa dari ibumu"