Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

LOUNGE OOT - Curhat yuk - HtH

Udah 500 pages mau lanjut, ganti TS, apa ditutup?

  • Lanjut

    Votes: 25 78,1%
  • Ganti TS

    Votes: 4 12,5%
  • Tutup Trit

    Votes: 3 9,4%

  • Total voters
    32
  • Poll closed .
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Ikutan nulis ya buat #GAHtH
Kali aja kisahnya menginspirasi. Kalaupun tidak, ya paling nggak bisa sharing dengan yang lain..
Mohon izin ya om @volnut sebagai TS
dan @rosie @superfly dan @XocoatlDag sebagai dewan juri.



kehilangan hak yang seharusnya punya

Ini cerita ku sekitar 4 sampe 5 tahun yg lalu,
Mungkin tahun 2018

Kuputuskan untuk menikah, impian ku ada mempunyai keluarga yg bahagian dan sederhana, mungkin itu adalah sebuah impian yg akan jadi kenyataan

Awal pernikahan ku merasa bahagia, selang beberapa bulan istri hamil,
Itu suatu kebahagiaan yg amat sangat,
Membuat semngat berkerja dan selalu ingin cepat pulang.

Namun di bulan ke 7 mulai beberapa konflik dimana bukan antara aku dan istriku namun aku dengan keluarga istriku.
istri mulai di larang kemana-mana oleh ortunya, dimana harusnya itu adalah hak ku memutuskan apakah boleh atau tidaknya.

Mungkin awalnya aku tak keberatan namun, di hari libur dimana seharusnya kita ke rumah orang tua ku,
Tiba tiba mertua ngomong
Mertuaku " Kamu pergi sendiri aja, kasian istri kamu lagi hamil 7 bulan jangan di bawa kemana mana"
Aku " Lah ini kan ke rumah orang tua, masa iya ga boleh,"

Perdebatan dimulai, namun aku harus kalah karena balik lagi di sana aku hanya sendiri mereka sekeluarga besar.

Aku diam saja menerima,
Keluarga istri pun mulai menuntut, pas lahiran harus di rumah sakit swasta yg lumayan bonafit.
Mertua "ma, nanti kalo istri lahiran, di rumah sakit...... Yah"
Aku " Ya udah gampang itu mah"

Aku iyakan saja karena memang sudah di siapkan duitnya, perihal nanti itu gampang, karena yg terpenting istri dan anak selamat,

Di hari kelahiran pun datang, kebetulan aku sedang kerja
Ade ipar "bang, istrinya mau melahirkan cepat pulang"
Aku " Oke, abang pulang, di rumah sakit mana jadinya"
Ade ipar " Di bidan bang jadinya"

Aku cukup terkejut mendengar nya sebenrnya, kenapa di bidan, katanya dulu ga mau, katanya mau di rumah sakit gede,

Namun yg kupikir kan saat ini adalah kelahiran istriku. Akhirnya setelah perjuangan panjang, lahirlah anak ku.

Disini aku mulai kehilangan hakku lagi, ya itu memberi sebuah nama

Abang ipar " Udah dapet namanya ma, "
Aku, " Udah bang, ini namanya........... "
Abang ipar " Bagus tuh namanya"

Sampe lah di rumah kita mau buat akte,
Terjadilah obrolab

Mertua "ma, udah dapet nama belum"
Aku " Udah mah, ini namanya......... "
Mertua "jelek amat namanya, ni mamah udah kasih nama, ...... "
Abang ipar " Iya lu ngasih nama jelek"
Ade ipar" Kok gitu namanya bang"

Aku hanya diam saja, kenapa, karena sebuah nama ortu keanakanya, ga semudah itu, kita nyarinya, kita ngertiin artinya, apa doa nya kita,

Akhirnya aku mengalah dan mengikhlaskan, karena aku hanya sendirian, melawan keluarga besarnya dia,

Dan dari situ akhirnya aku sadar, ternyata dari dulu hak kepala keluarga ku telah ilang,

Hati sakit, jelas sakit, hati sedih jelas sedih

Tapi hidup harus tetap berjalan, walaupun seterjang apapun badainya

Maka lalui saja, dan tetap menjadi waras.

The end
 
Ikutan nulis ya buat #GAHtH
Kali aja kisahnya menginspirasi. Kalaupun tidak, ya paling nggak bisa sharing dengan yang lain..
Mohon izin ya om @volnut sebagai TS
dan @rosie @superfly dan @XocoatlDag sebagai dewan juri.



kehilangan hak yang seharusnya punya

Ini cerita ku sekitar 4 sampe 5 tahun yg lalu,
Mungkin tahun 2018

Kuputuskan untuk menikah, impian ku ada mempunyai keluarga yg bahagian dan sederhana, mungkin itu adalah sebuah impian yg akan jadi kenyataan

Awal pernikahan ku merasa bahagia, selang beberapa bulan istri hamil,
Itu suatu kebahagiaan yg amat sangat,
Membuat semngat berkerja dan selalu ingin cepat pulang.

Namun di bulan ke 7 mulai beberapa konflik dimana bukan antara aku dan istriku namun aku dengan keluarga istriku.
istri mulai di larang kemana-mana oleh ortunya, dimana harusnya itu adalah hak ku memutuskan apakah boleh atau tidaknya.

Mungkin awalnya aku tak keberatan namun, di hari libur dimana seharusnya kita ke rumah orang tua ku,
Tiba tiba mertua ngomong
Mertuaku " Kamu pergi sendiri aja, kasian istri kamu lagi hamil 7 bulan jangan di bawa kemana mana"
Aku " Lah ini kan ke rumah orang tua, masa iya ga boleh,"

Perdebatan dimulai, namun aku harus kalah karena balik lagi di sana aku hanya sendiri mereka sekeluarga besar.

Aku diam saja menerima,
Keluarga istri pun mulai menuntut, pas lahiran harus di rumah sakit swasta yg lumayan bonafit.
Mertua "ma, nanti kalo istri lahiran, di rumah sakit...... Yah"
Aku " Ya udah gampang itu mah"

Aku iyakan saja karena memang sudah di siapkan duitnya, perihal nanti itu gampang, karena yg terpenting istri dan anak selamat,

Di hari kelahiran pun datang, kebetulan aku sedang kerja
Ade ipar "bang, istrinya mau melahirkan cepat pulang"
Aku " Oke, abang pulang, di rumah sakit mana jadinya"
Ade ipar " Di bidan bang jadinya"

Aku cukup terkejut mendengar nya sebenrnya, kenapa di bidan, katanya dulu ga mau, katanya mau di rumah sakit gede,

Namun yg kupikir kan saat ini adalah kelahiran istriku. Akhirnya setelah perjuangan panjang, lahirlah anak ku.

Disini aku mulai kehilangan hakku lagi, ya itu memberi sebuah nama

Abang ipar " Udah dapet namanya ma, "
Aku, " Udah bang, ini namanya........... "
Abang ipar " Bagus tuh namanya"

Sampe lah di rumah kita mau buat akte,
Terjadilah obrolab

Mertua "ma, udah dapet nama belum"
Aku " Udah mah, ini namanya......... "
Mertua "jelek amat namanya, ni mamah udah kasih nama, ...... "
Abang ipar " Iya lu ngasih nama jelek"
Ade ipar" Kok gitu namanya bang"

Aku hanya diam saja, kenapa, karena sebuah nama ortu keanakanya, ga semudah itu, kita nyarinya, kita ngertiin artinya, apa doa nya kita,

Akhirnya aku mengalah dan mengikhlaskan, karena aku hanya sendirian, melawan keluarga besarnya dia,

Dan dari situ akhirnya aku sadar, ternyata dari dulu hak kepala keluarga ku telah ilang,

Hati sakit, jelas sakit, hati sedih jelas sedih

Tapi hidup harus tetap berjalan, walaupun seterjang apapun badainya

Maka lalui saja, dan tetap menjadi waras.

The end
Itulah orangtua selalu merasa benar semoga kelak saat kita tua nanti bisa menghilangkan sifat ego kita sebagai orang tua, seharusnya sih sudah ga urusan ya, tp kalo ane diposisi ente mendingan tegas sekalian, toh pda saat ijab qabul "saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan maskawin bla bla bla"
Itu berarti bahwa si fulanah telah menjadi tanggungjawab suami dunia dan akhiratnya, menafkahi lahir bathinnya, tp mungkin @Muh-rama banyak pertimbangan untuk akhirnya mengalah.

Sabar aja masbrot, seperti dalam agama yg ane yakini, Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, sabar itu berat makanya hadiahnya surga.
Kalo sabar itu mudah paling hadiahnya cuman payung cantik atau gantungan konci
 
Itulah orangtua selalu merasa benar semoga kelak saat kita tua nanti bisa menghilangkan sifat ego kita sebagai orang tua, seharusnya sih sudah ga urusan ya, tp kalo ane diposisi ente mendingan tegas sekalian, toh pda saat ijab qabul "saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan maskawin bla bla bla"
Itu berarti bahwa si fulanah telah menjadi tanggungjawab suami dunia dan akhiratnya, menafkahi lahir bathinnya, tp mungkin @Muh-rama banyak pertimbangan untuk akhirnya mengalah.

Sabar aja masbrot, seperti dalam agama yg ane yakini, Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, sabar itu berat makanya hadiahnya surga.
Kalo sabar itu mudah paling hadiahnya cuman payung cantik atau gantungan konci
Itu case udah lama kok om,
Ahahaha jadi aman lah
 
Ikutan nulis ya buat #GAHtH
Kali aja kisahnya menginspirasi. Kalaupun tidak, ya paling nggak bisa sharing dengan yang lain..
Mohon izin ya om @volnut sebagai TS
dan @rosie @superfly dan @XocoatlDag sebagai dewan juri.



kehilangan hak yang seharusnya punya

Ini cerita ku sekitar 4 sampe 5 tahun yg lalu,
Mungkin tahun 2018

Kuputuskan untuk menikah, impian ku ada mempunyai keluarga yg bahagian dan sederhana, mungkin itu adalah sebuah impian yg akan jadi kenyataan

Awal pernikahan ku merasa bahagia, selang beberapa bulan istri hamil,
Itu suatu kebahagiaan yg amat sangat,
Membuat semngat berkerja dan selalu ingin cepat pulang.

Namun di bulan ke 7 mulai beberapa konflik dimana bukan antara aku dan istriku namun aku dengan keluarga istriku.
istri mulai di larang kemana-mana oleh ortunya, dimana harusnya itu adalah hak ku memutuskan apakah boleh atau tidaknya.

Mungkin awalnya aku tak keberatan namun, di hari libur dimana seharusnya kita ke rumah orang tua ku,
Tiba tiba mertua ngomong
Mertuaku " Kamu pergi sendiri aja, kasian istri kamu lagi hamil 7 bulan jangan di bawa kemana mana"
Aku " Lah ini kan ke rumah orang tua, masa iya ga boleh,"

Perdebatan dimulai, namun aku harus kalah karena balik lagi di sana aku hanya sendiri mereka sekeluarga besar.

Aku diam saja menerima,
Keluarga istri pun mulai menuntut, pas lahiran harus di rumah sakit swasta yg lumayan bonafit.
Mertua "ma, nanti kalo istri lahiran, di rumah sakit...... Yah"
Aku " Ya udah gampang itu mah"

Aku iyakan saja karena memang sudah di siapkan duitnya, perihal nanti itu gampang, karena yg terpenting istri dan anak selamat,

Di hari kelahiran pun datang, kebetulan aku sedang kerja
Ade ipar "bang, istrinya mau melahirkan cepat pulang"
Aku " Oke, abang pulang, di rumah sakit mana jadinya"
Ade ipar " Di bidan bang jadinya"

Aku cukup terkejut mendengar nya sebenrnya, kenapa di bidan, katanya dulu ga mau, katanya mau di rumah sakit gede,

Namun yg kupikir kan saat ini adalah kelahiran istriku. Akhirnya setelah perjuangan panjang, lahirlah anak ku.

Disini aku mulai kehilangan hakku lagi, ya itu memberi sebuah nama

Abang ipar " Udah dapet namanya ma, "
Aku, " Udah bang, ini namanya........... "
Abang ipar " Bagus tuh namanya"

Sampe lah di rumah kita mau buat akte,
Terjadilah obrolab

Mertua "ma, udah dapet nama belum"
Aku " Udah mah, ini namanya......... "
Mertua "jelek amat namanya, ni mamah udah kasih nama, ...... "
Abang ipar " Iya lu ngasih nama jelek"
Ade ipar" Kok gitu namanya bang"

Aku hanya diam saja, kenapa, karena sebuah nama ortu keanakanya, ga semudah itu, kita nyarinya, kita ngertiin artinya, apa doa nya kita,

Akhirnya aku mengalah dan mengikhlaskan, karena aku hanya sendirian, melawan keluarga besarnya dia,

Dan dari situ akhirnya aku sadar, ternyata dari dulu hak kepala keluarga ku telah ilang,

Hati sakit, jelas sakit, hati sedih jelas sedih

Tapi hidup harus tetap berjalan, walaupun seterjang apapun badainya

Maka lalui saja, dan tetap menjadi waras.

The end
Masram... strong bgt kamu 💪🥲

Aku jg pernah begitu sm mertua ngk boleh manggil anak "kakak" kata beliau "mbak! Masa kakak, kan orang Jawa" 😭 batinku "kan kakak orang Indonesia buk" yowis asline manut ae. Hahahaha

Selama ngk ikut campur perihal 3 prinsip aku sm bojo; sekolah, kerja, dan jodoh ngk masalah masih diterima aja.

Makasiih udh ikuta GA ❤
 
Mereka Yang Tak Sempat

Jakarta, Mei 2021
Sendu menyelimuti dinginnya malam ini. Di bawah jendela nampak lampu-lampu kendaraan merayap dan menelusuri jalan. Mataku menerawang jauh, memandang kosong hiruk pikuk Jakarta. Di "penjara" ini, aku akan menghabiskan beberapa hari lagi. Obat, vitamin, dan beberapa cairan pembersih saluran hidung dan tenggorokan harus rutin kuminum dan kugunakan.
Suara takbir berkumandang dari luar jendela, menambah derasnya air mata ini mengalir. Idul Fitri, aku di sini sendiri, dalam kerangkeng yang mengatasnamakan karantina Covid-19.

Bandung, Juni 2021
Entah sudah berapa kali handphoneku berbunyi, notifikasi-notifikasi yang berisi pesan yang berawal dengan kalimat-kalimat. "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun", "Turut berduka", "Telah meninggal ..." Setiap kali notifikasi itu berbunyi, hati ku teriris. Satu lagi jiwa telah berpulang, satu lagi kawan telah meninggal. Aku terus terhanyut dengan lamunan tentang sosok-sosok itu satu per satu.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Ayah! Pak J meninggal!" suara istriku membangunkan ku dari lamunan.
"siapa?"
"Pak J!"
tegas istriku
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, gimana dan dimana?"
"Di parkiran RS X, yah. udah ga ketolong, ke mana-mana ditolak, anaknya bilang Bapak udah sesak nafas di mobil, semua RS penuh, tabung oksigennya udah habis. Sampe di parkiran RS X, perawat dipaksa sama anaknya untuk melihat kondisinya, ternyata perawat bilang Bapak sudah ga ada"
ucap istriku dengan suara yang mulai memberat​

Kami terdiam dan termenung

Pak J.
Salah satu orang yang menolong kami menata hidup kami kembali. Seseorang Bapak sekaligus atasan yang sangat bijaksana. Seseorang yang menerima kehadiran istri di ruangannya dengan tangan terbuka. Seseorang yang mendorong dan menguatkan istri dengan memberikan kepercayaan-kepercayaan besar. Dia yakin istri mampu mengemban amanah-amanah itu. Seorang Bapak yang sering mengajak cerita tentang hidup dan mengajarkan nasihat-nasihat baik bagi kami. menceritakan kegagalannya satu per satu demi generasi selanjutnya yang lebih baik. Terkadang dia hanya memanggil anak buahnya hanya untuk bertanya, "Bagaimana keluarga kalian?". Tidak pernah sekalipun menolak ijin bawahannya, jika keluarga menjadi alasannya.


Beberapa lama kami terhanyut dalam lamunan tentang sosok beliau, kebaikan beliau.​
"yah, aku masih punya hutang sama beliau..." ucap istriku ditengah tangisnya yang belum juga berhenti
"apa itu, say?"
"jurnal ilmiah tentang ...."
"yuk, selesaikan, biarkan itu menjadi warisannya, dan namanya terpampang di situ. apa yang bisa kubantu?"

======================================

Pandemi Covid ini mengajarkan kita tentang banyak hal. Tentang arti sebuah kehilangan, tentang arti sebuah kehidupan. Aku berpikir bahwa aku adalah orang yang paling malang saat itu. Terpaksa karantina dan menghabiskan waktu lebaran di tengah kesendirian. Suasana karantina yang begitu sepi saat itu, hanya aku dan kamar sebelah yang menghuni hampir satu lantai penuh. Namun, Juni 2021, ketika meledak kasus positif, membuatku tersadar bahwa banyak orang-orang yang tidak sempat menikmati kesembuhan. Dan tidak sedikit diantaranya yang sosoknya jauh lebih baik dariku. Atasan istriku Pak J, Sahabat ku R, dan seniorku Pak J, mereka adalah orang yang penuh dengan aura positif.

So, jika kalian masih bisa membaca tulisan ini. stay safe and stay healthy.

===================================
Ini bukan cerita GA, hanya sebagai penyemangat para peserta yang ingin bercerita tentang banyak hal.
 
Mereka Yang Tak Sempat

Jakarta, Mei 2021
Sendu menyelimuti dinginnya malam ini. Di bawah jendela nampak lampu-lampu kendaraan merayap dan menelusuri jalan. Mataku menerawang jauh, memandang kosong hiruk pikuk Jakarta. Di "penjara" ini, aku akan menghabiskan beberapa hari lagi. Obat, vitamin, dan beberapa cairan pembersih saluran hidung dan tenggorokan harus rutin kuminum dan kugunakan.
Suara takbir berkumandang dari luar jendela, menambah derasnya air mata ini mengalir. Idul Fitri, aku di sini sendiri, dalam kerangkeng yang mengatasnamakan karantina Covid-19.

Bandung, Juni 2021
Entah sudah berapa kali handphoneku berbunyi, notifikasi-notifikasi yang berisi pesan yang berawal dengan kalimat-kalimat. "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun", "Turut berduka", "Telah meninggal ..." Setiap kali notifikasi itu berbunyi, hati ku teriris. Satu lagi jiwa telah berpulang, satu lagi kawan telah meninggal. Aku terus terhanyut dengan lamunan tentang sosok-sosok itu satu per satu.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Ayah! Pak J meninggal!" suara istriku membangunkan ku dari lamunan.
"siapa?"
"Pak J!"
tegas istriku
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, gimana dan dimana?"
"Di parkiran RS X, yah. udah ga ketolong, ke mana-mana ditolak, anaknya bilang Bapak udah sesak nafas di mobil, semua RS penuh, tabung oksigennya udah habis. Sampe di parkiran RS X, perawat dipaksa sama anaknya untuk melihat kondisinya, ternyata perawat bilang Bapak sudah ga ada"
ucap istriku dengan suara yang mulai memberat​

Kami terdiam dan termenung

Pak J.
Salah satu orang yang menolong kami menata hidup kami kembali. Seseorang Bapak sekaligus atasan yang sangat bijaksana. Seseorang yang menerima kehadiran istri di ruangannya dengan tangan terbuka. Seseorang yang mendorong dan menguatkan istri dengan memberikan kepercayaan-kepercayaan besar. Dia yakin istri mampu mengemban amanah-amanah itu. Seorang Bapak yang sering mengajak cerita tentang hidup dan mengajarkan nasihat-nasihat baik bagi kami. menceritakan kegagalannya satu per satu demi generasi selanjutnya yang lebih baik. Terkadang dia hanya memanggil anak buahnya hanya untuk bertanya, "Bagaimana keluarga kalian?". Tidak pernah sekalipun menolak ijin bawahannya, jika keluarga menjadi alasannya.


Beberapa lama kami terhanyut dalam lamunan tentang sosok beliau, kebaikan beliau.​
"yah, aku masih punya hutang sama beliau..." ucap istriku ditengah tangisnya yang belum juga berhenti
"apa itu, say?"
"jurnal ilmiah tentang ...."
"yuk, selesaikan, biarkan itu menjadi warisannya, dan namanya terpampang di situ. apa yang bisa kubantu?"

======================================

Pandemi Covid ini mengajarkan kita tentang banyak hal. Tentang arti sebuah kehilangan, tentang arti sebuah kehidupan. Aku berpikir bahwa aku adalah orang yang paling malang saat itu. Terpaksa karantina dan menghabiskan waktu lebaran di tengah kesendirian. Suasana karantina yang begitu sepi saat itu, hanya aku dan kamar sebelah yang menghuni hampir satu lantai penuh. Namun, Juni 2021, ketika meledak kasus positif, membuatku tersadar bahwa banyak diantara orang-orang yang tidak sempat menikmati kesembuhan. Dan tidak sedikit diantaranya yang sosoknya jauh lebih baik dariku. Atasan istriku Pak J, Sahabat ku R, dan seniorku Pak J, mereka adalah orang yang penuh dengan aura positif.

So, jika kalian masih bisa membaca tulisan ini. stay safe and stay healthy.
Tetap jaga prokes om. Di kantor ane jg mulai naik nih kasus positif.

Semoga selalu diberi kesehatan.

Amiiiin
 
Terakhir diubah:
Tetap jaga prokes om. Di kantor ane jg mulai naik nih kasus positif.

Semoga seaku diberi kesehatan.

Amiiiin
Stay safe, om. Di kantorku juga mulai naik lagi. Itu kenapa ak bikin cerita itu. Semoga bisa memotivasi untuk tetap bertahan di tengah covid ini, demi apa pun.
 
Iseng numpang ikut GA ya suhu suhu,
Biar bisa numpang promosi berbagi cerita. Maafkan kalau ceritanya agak ga jelas.

Edit: wah iya, hashtagnya ketinggalan #GAHtH

Ijin mention yang punya rumah @volnut dan juga para dewan juri @XocoatlDag @rosie dan @superfly


~★Memaksa Diri Sendiri★~

Mari awali dengan sebuah lagu dari Sundial berjudul "24"
Pernah nggak sih ngerasa kalau hal-hal di sekitarmu terasa berubah begitu cepat?

Pernah nggak sih ngerasa orang-orang di sekitarmu tiba-tiba uda seperti maju begitu jauh dengan kehidupannya masing-masing sedangkan kamu merasa diri sendiri seperti sama sekali nggak ada kemajuan?

Ya, aku pernah merasakan hal itu.

Teman yang dulu waktu kecil sering main bersama, sekarang udah sukses jadi pengusaha, sudah nikah bahkan sudah punya anak. Sedangkan aku? Masih sibuk dalam duniaku sendiri. Boro-boro nikah, masih sibuk main sama kucing aja ini.

Teman yang dulu waktu SMP minta dibantu untuk tugas pidatonya, sekarang uda masuk ke dunia politik dan terakhir kudengar sudah lumayan sukses.

Teman yang dulu waktu SMA minta diajarin cara main dota, sekarang uda jadi pemain profesional.

Sedangkan aku, yang dulu sering dibilang anak paling pinter di kelas, yang masa depannya paling cerah kalau kata guru-guru, seolah masih terjebak di masa lalu dan nggak maju satu langkah pun dari saat terakhir bersama teman-temanku itu.

Rasa hampa? Rasa takut? Ekspektasi berlebih dari orang-orang di sekitar? Entahlah, rasanya seperti hidup enggan mati tak mau.

Ini paling terasa ketika mulai masuk kuliah, orang-orang yang ada di sekitar itu tiba-tiba berubah jadi sangat kompetitif, ditambah beberapa masalah lainnya, akibatnya pun aku menyerah dan ga kuat, akhirnya mengundurkan diri. Padahal itu salah PTN favorit di Indonesia. Aku mengecewakan orang-orang di sekitarku, terutama orang tua ku. Aku sih yakin mereka sedih, tapi mereka nggak marahin sama sekali. Pasti juga pada mikir "Loh, sayang banget itu, padahal masuknya kan susah, dst dst", ya sejujurnya sih kalau dipikir-pikir sekarang bener juga begitu.

Habis out, setengah tahun nggak melakukan apa-apa, cuma jadi beban keluarga, benar-benar sebuah titik paling rendah. Rasanya kaya aku ada ataupun nggak ada sama aja, malahan kalau aku ada cuma jadi beban orang tua. Semacam kalau aku berdoa "Ya tuhan, ringankanlah beban kedua orang tuaku" dan doa itu dikabulkan, aku lah yang akan diambil oleh Yang Maha Kuasa untuk meringankan beban mereka.

Sampai suatu hari dengar video motivasi yang intinya "Jalani aja hidup, let it flow semua orang ada waktunya untuk sukses. Si X sukses usia 40 sekian, Si X sukses usia sekian" gitu lah, tapi dengar motivasi itu bukannya malah pengen "let it flow". Dari sana malah mikir "nggak mau! Nggak mau nunggu selama itu! Ada juga yang nunggu lama tetep nggak sukses kan??", akhirnya mulai dari situ dikit-dikit mulai mencoba berubah. Mulai dari bikin jadwal harian (sumpah ini membantu banget), tujuan bulanan, olahraga (walaupun cuma senam dikit-dikit ngikutin gerakan di yutub), akhirnya semangat hidup mulai muncul dikit demi sedikit. Mulai cari kerja sambilan yang bisa dikerjain di rumah. Mulai cari hobi yang ringan. Walaupun nggak instan tiba-tiba berubah dan kadang masih kumat rasa nggak mau ngapa-ngapainnya, Akhirnya hidup sedikit demi sedikit mulai lebih tertata.

Sampai terjadi salah satu keputusan yang menurutku paling random dan beresiko dalam hidupku, pindah ke Jepang. Karena waktu itu ada kesempatan, iseng-iseng daftar dan ternyata malah keterima. Akhirnya dengan semua tabungan plus minjem duit sodara, akhirnya lanjut sekolah di Jepang. Menurutku ini juga salah satu privilege, walaupun sebenernya nggak kaya-kaya amat, tapi kebetulan aja duitnya bisa lah ngepas. Jujur aja nggak mikir gimana untuk tahun keduanya, soalnya kalau diitung-itung, duitnya pun cuma cukup satu tahun.

Di sini lah power of terpaksa menunjukkan kemampuannya. Banyak terpaksa di sini.
Karena orang-orang di sekitar cuma bisa bahasa Jepang (dan beberapa Inggris), akhirnya terpaksa belajar bahasa itu. Hasilnya? Lumayan lah bahasa Jepang.
Karena duit benar-benar ngepas, akhirnya terpaksa cari kerjaan sana-sini sambil ambil proyek freelance plus cari beasiswa. Hasilnya? Bisa bertahan hidup, bahkan bisa jajan dikit-dikit.
Karena ada di tempat yang benar-benar baru, jadi terpaksa harus cari kenalan biar bisa saling bantu kalau ada emergency. Hasilnya? Lumayan menambah circle pertemanan.
Bener-bener beda banget dibanding ketika sebelumnya ketika di rumah orang tua yang rasanya ngapain aja aman.

Malahan nggak pernah kebayang kalau dari sini bisa dapat pekerjaan yang sekarang.

Jadi, intinya apa? Saya juga nggak tau.
Pokoknya perubahan itu dari diri sendiri. Orang lain bisa membantu memupuk dan menyiram, tapi bibit untuk berubah lebih baik itu dari diri sendiri. Percuma kan dipupuk dan disiram kalau bibitnya aja nggak ada, ntar malah salah-salah tumbuh hama. Karena kadang dengar orang nyemangatin dan lain-lain itu bukannya membantu, malah bikin tambah drop.
Yang kedua, kalau bikin keputusan dipikir resikonya juga ya, jangan kaya cerita di atas. Untung aja waktu itu pinjemnya ke saudara yang baik, jadi bayarnya pun bebas nggak ada tenggat waktunya (Sekarang uda kubalikin full kok hehe)
Yang paling penting, ketika ingin mengubah sesuatu, mulailah dari mengubah diri sendiri dulu. Perjalanan panjang pun selalu dimulai dari langkah pertama, seperti tajuk dari GA kali ini yaitu “it’s our first step”, jadi jangan lupa melangkah dulu sebelum berlari mengejar impian yang jauh.

Mungkin sekarang belum bisa sesukses teman-teman yang lain, tapi paling nggak sudah merasa "lebih hidup" dan nggak jadi beban orang tua banget gitu lah.

Hidup itu bagai perjalanan tanpa garis finish, kita sendiri yang menentukan check point dalam kehidupan dan terus berlanjut sampai saat nanti kita nggak bisa meneruskan perjalanan lagi. Kalau lelah boleh istirahat, tapi tetap jangan lupa melanjutkan perjalanan.


Sekian ceritanya, mari kita tutup dengan sebuah lagu dari GReeeeN berjudul Ayumi (Langkah)​
*kalau ga bisa diplay di sini, langsung ke yutubnya aja, harusnya bisa

Terima kasih sudah membaca.
Sekalian promosi boleh kan? Saya lagi menulis cerita di SF cerpan tentang kehidupan di Jepang, siapa tau ada yang tertarik baca.
Kalau yang di sana (anggap saja) bukan kisah nyata ya. Ceritanya bisa dibaca di sana.
 
Terakhir diubah:
Iseng numpang ikut GA ya suhu suhu,
Biar bisa numpang promosi berbagi cerita. Maafkan kalau ceritanya agak ga jelas.

Ijin mention yang punya rumah @volnut dan juga para dewan juri @XocoatlDag @rosie dan @superfly


~★Memaksa Diri Sendiri★~

Mari awali dengan sebuah lagu dari Sundial berjudul "24"
Pernah nggak sih ngerasa kalau hal-hal di sekitarmu terasa berubah begitu cepat?

Pernah nggak sih ngerasa orang-orang di sekitarmu tiba-tiba uda seperti maju begitu jauh dengan kehidupannya masing-masing sedangkan kamu merasa diri sendiri seperti sama sekali nggak ada kemajuan?

Ya, aku pernah merasakan hal itu.

Teman yang dulu waktu kecil sering main bersama, sekarang udah sukses jadi pengusaha, sudah nikah bahkan sudah punya anak. Sedangkan aku? Masih sibuk dalam duniaku sendiri. Boro-boro nikah, masih sibuk main sama kucing aja ini.

Teman yang dulu waktu SMP minta dibantu untuk tugas pidatonya, sekarang uda masuk ke dunia politik dan terakhir kudengar sudah lumayan sukses.

Teman yang dulu waktu SMA minta diajarin cara main dota, sekarang uda jadi pemain profesional.

Sedangkan aku, yang dulu sering dibilang anak paling pinter di kelas, yang masa depannya paling cerah kalau kata guru-guru, seolah masih terjebak di masa lalu dan nggak maju satu langkah pun dari saat terakhir bersama teman-temanku itu.

Rasa hampa? Rasa takut? Ekspektasi berlebih dari orang-orang di sekitar? Entahlah, rasanya seperti hidup enggan mati tak mau.

Ini paling terasa ketika mulai masuk kuliah, orang-orang yang ada di sekitar itu tiba-tiba berubah jadi sangat kompetitif, ditambah beberapa masalah lainnya, akibatnya pun aku menyerah dan ga kuat, akhirnya mengundurkan diri. Padahal itu salah PTN favorit di Indonesia. Aku mengecewakan orang-orang di sekitarku, terutama orang tua ku. Aku sih yakin mereka sedih, tapi mereka nggak marahin sama sekali. Pasti juga pada mikir "Loh, sayang banget itu, padahal masuknya kan susah, dst dst", ya sejujurnya sih kalau dipikir-pikir sekarang bener juga begitu.

Habis out, setengah tahun nggak melakukan apa-apa, cuma jadi beban keluarga, benar-benar sebuah titik paling rendah. Rasanya kaya aku ada ataupun nggak ada sama aja, malahan kalau aku ada cuma jadi beban orang tua. Semacam kalau aku berdoa "Ya tuhan, ringankanlah beban kedua orang tuaku" dan doa itu dikabulkan, aku lah yang akan diambil oleh Yang Maha Kuasa untuk meringankan beban mereka.

Sampai suatu hari dengar video motivasi yang intinya "Jalani aja hidup, let it flow semua orang ada waktunya untuk sukses. Si X sukses usia 40 sekian, Si X sukses usia sekian" gitu lah, tapi dengar motivasi itu bukannya malah pengen "let it flow". Dari sana malah mikir "nggak mau! Nggak mau nunggu selama itu! Ada juga yang nunggu lama tetep nggak sukses kan??", akhirnya mulai dari situ dikit-dikit mulai mencoba berubah. Mulai dari bikin jadwal harian (sumpah ini membantu banget), tujuan bulanan, olahraga (walaupun cuma senam dikit-dikit ngikutin gerakan di yutub), akhirnya semangat hidup mulai muncul dikit demi sedikit. Mulai cari kerja sambilan yang bisa dikerjain di rumah. Mulai cari hobi yang ringan. Walaupun nggak instan tiba-tiba berubah dan kadang masih kumat rasa nggak mau ngapa-ngapainnya, Akhirnya hidup sedikit demi sedikit mulai lebih tertata.

Sampai terjadi salah satu keputusan yang menurutku paling random dan beresiko dalam hidupku, pindah ke Jepang. Karena waktu itu ada kesempatan, iseng-iseng daftar dan ternyata malah keterima. Akhirnya dengan semua tabungan plus minjem duit sodara, akhirnya lanjut sekolah di Jepang. Menurutku ini juga salah satu privilege, walaupun sebenernya nggak kaya-kaya amat, tapi kebetulan aja duitnya bisa lah ngepas. Jujur aja nggak mikir gimana untuk tahun keduanya, soalnya kalau diitung-itung, duitnya pun cuma cukup satu tahun.

Di sini lah power of terpaksa menunjukkan kemampuannya. Banyak terpaksa di sini.
Karena orang-orang di sekitar cuma bisa bahasa Jepang (dan beberapa Inggris), akhirnya terpaksa belajar bahasa itu. Hasilnya? Lumayan lah bahasa Jepang.
Karena duit benar-benar ngepas, akhirnya terpaksa cari kerjaan sana-sini sambil ambil proyek freelance plus cari beasiswa. Hasilnya? Bisa bertahan hidup, bahkan bisa jajan dikit-dikit.
Karena ada di tempat yang benar-benar baru, jadi terpaksa harus cari kenalan biar bisa saling bantu kalau ada emergency. Hasilnya? Lumayan menambah circle pertemanan.
Bener-bener beda banget dibanding ketika sebelumnya ketika di rumah orang tua yang rasanya ngapain aja aman.

Malahan nggak pernah kebayang kalau dari sini bisa dapat pekerjaan yang sekarang.

Jadi, intinya apa? Saya juga nggak tau.
Pokoknya perubahan itu dari diri sendiri. Orang lain bisa membantu memupuk dan menyiram, tapi bibit untuk berubah lebih baik itu dari diri sendiri. Percuma kan dipupuk dan disiram kalau bibitnya aja nggak ada, ntar malah salah-salah tumbuh hama. Karena kadang dengar orang nyemangatin dan lain-lain itu bukannya membantu, malah bikin tambah drop.
Yang kedua, kalau bikin keputusan dipikir resikonya juga ya, jangan kaya cerita di atas. Untung aja waktu itu pinjemnya ke saudara yang baik, jadi bayarnya pun bebas nggak ada tenggat waktunya (Sekarang uda kubalikin full kok hehe)
Yang paling penting, ketika ingin mengubah sesuatu, mulailah dari mengubah diri sendiri dulu. Perjalanan panjang pun selalu dimulai dari langkah pertama, seperti tajuk dari GA kali ini yaitu “it’s our first step”, jadi jangan lupa melangkah dulu sebelum berlari mengejar impian yang jauh.

Mungkin sekarang belum bisa sesukses teman-teman yang lain, tapi paling nggak sudah merasa "lebih hidup" dan nggak jadi beban orang tua banget gitu lah.

Hidup itu bagai perjalanan tanpa garis finish, kita sendiri yang menentukan check point dalam kehidupan dan terus berlanjut sampai saat nanti kita nggak bisa meneruskan perjalanan lagi. Kalau lelah boleh istirahat, tapi tetap jangan lupa melanjutkan perjalanan.


Sekian ceritanya, mari kita tutup dengan sebuah lagu dari GReeeeN berjudul Ayumi (Langkah)​
*kalau ga bisa diplay di sini, langsung ke yutubnya aja, harusnya bisa

Terima kasih sudah membaca.
Sekalian promosi boleh kan? Saya lagi menulis cerita di SF cerpan tentang kehidupan di Jepang, siapa tau ada yang tertarik baca.
Kalau yang di sana (anggap saja) bukan kisah nyata ya. Ceritanya bisa dibaca di sana.
Bener banget brot, semua harus ada kemauan dari diri sendiri, seperti layaknya sebutir telur, bila ada tekanan dari luar maka akan pecah, tapi bila tekanan itu dari dalam telur walau pecah, tapi akan muncul kehidupan baru.
Thanks for sharing brot
 
Bimabet
Orang lain bisa membantu memupuk dan menyiram, tapi bibit untuk berubah lebih baik itu dari diri sendiri. Percuma kan dipupuk dan disiram kalau bibitnya aja nggak ada, ntar malah salah-salah tumbuh hama.
Setujaa 💯💫
Arigato gozaimasu!
duh gusti kangen sama mbak @brokenqueen :sendirian:
Udh kusampaikan ya om hehehehhe
bila ada tekanan dari luar maka akan pecah,
Jadi telor ceplok, mantul 🤭


Mau sambil curcol boleh ngk om @volnut ?
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd