Ane termasuk anak paling badung, paling sering bantah. Ortu pun didik ane dengan begitu kerasnya. Bahkan sempet timbul rasa marah bahkan mungkin sampai pada taraf dendam, sama keadaan dan kepada mereka. Perlahan ane tau, bahwa bapak mendidik ane dengan begitu keras, untuk mempersiapkan diri menghadapi realita. Tahan banting, Hidup susah. Sampai kita pada taraf seperti ini pun, sampai kita bisa berdiri seperti ini, adalah proses panjang hasil didikan dan doa mereka.
Apapun selisih paham yg pernah terjadi, pahamilah bahwa mereka hanya ingin yg terbaik bagi kita. Karena setua apapun diri kita, dalam pandangan mereka kita hanya anak kecil yg masih butuh bimbingan. Semua kejadian yg pernah terjadi dgn mereka, selisih paham, maknailah sebagai sebuah gemblengan yg akhirnya menjadikan diri ini lebih baik.
Sampai pada suatu titik, saya memahami semua itu, ketika bapak sudah tiada.
Lalu Masih bisakah ane meminta maaf atas semua kelakuan saya masa lalu? Tidak.
Lalu Masih bisakah ane berterima kasih kepadanya? Tidak
Lalu Masih bisakah ane mengatakan sayang padanya? Tidak
Lalu bakti apalagi yg bisa ane lakukan untuk beliau? tidak ada kecuali doa.
Beruntunglah ketika kita masih punya orang tua lengkap. Masih banyak kesempatan untuk berbakti, berterima kasih, meminta maaf dan meminta doa kepada mereka. Krn ketika mereka sudah tiada, tak akan ada lagi kesempatan itu.
Hanya beberapa kata "i miss you", "i love you", "thanks", "sorry", mungkin hanya beberapa kata yg tak banyak berarti, yg tak terhitung kali, kita ucapkan k pasangan. Tp ketika kita ucapkan kepada orang tua, adalah kata2 ajaib, yg membuat mereka tersenyum, meski mereka sedang didera sakit sekali pun. Seakan lelah mereka membesarkan kita, terbayar dan hilang seketika.
Go pick up your phone, call them, see their smile, if you still have that opportunity, before it's lost forever.
(Ditulis di kereta, perjalanan menuju pelukan ibu lagi)
Maaf yak... sudah bikin suasana mengharu biru...