Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Paijo dan Cak Toyib

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Update...
Semoga berkenan


Untungnya saat itu Anton datang bersama cak Toyib. Dengan cepat lelaki paruh baya itu menetralisir keadaan, menenangkan Anton, sementara tiga orang terciduk termasuk saya segera merapikan diri. Saya dan bapak tukang sayur hanya bisa menunduk ketika Anton merapalkan segala sumpah serapahnya, bahkan Susi juga terkena dampratannya. Namun tidak lama, karena cak Toyib terus berusaha menenangkan dia, sampai akhirnya cak Toyib menyuruh saya untuk pulang.

Perasaan menyesal dan bersalah terus menghantui saya semenjak kejadian itu, apalagi sejak saat itu saya tidak menemukan sosok cak Toyib di tempat biasanya, begitu juga dengan Anton. Tapi saya tetap menjalani hari seperti biasa, cangkruk di warung, narik ojek, pulang, begitu seterusnya.

Beberapa hari belakangan, saya selalu bertemu anak laki-laki itu. Usianya mungkin kisaran 17 tahun, dia selalu duduk sendirian di pojokan sembari bermain game, setelah es tehnya habis maka dia pulang.

Seminggu berselang, saya merasa penasaran dan menghampiri anak itu. Meski saya telah duduk di sebelahnya, dia tetap cuek dan asyik menatap layar hapenya. Setelah saya teliti lagi, rupanya dia sedang bermain game mobile yang sedang naik daun, sebut saja namanya mobel lejen atau biasa disingkat ML.

"Main ML ya?" sapa saya berbasa-basi, cangkir kopi saya pindah ke meja itu, bersebelahan dengan gelas tehnya yang tinggal separuh.

"Iya nih, mas" balasnya singkat, setelah sesaat menoleh untuk melihat wajah saya. Pandangannya kembali tertuju ke layar hapenya.

Tidak ada cara lain untuk mengajaknya bicara selain ikut main game bersamanya, maka saya mengeluarkan hape saya dan memainkan game itu juga. Sekedar informasi, saya sudah lama mainan itu juga, bukannya sombong tetapi saya cukup jago bermain game itu, peringkat saya sudah cukup tinggi.

"Ayo mabar" ujarku setelah menunggu dia mengakhiri permainannya. Kali ini dia menoleh cukup lama untuk melihat layar hape saya.

"Wuih, udah Legend nih" komentarnya begitu melihat profil saya di game itu, sebagaimana telah saya katakan, ranking saya memang cukup tinggi dalam game itu.

"Ya kebetulan aja, ID mu apa?" balasku agak merendah.

"Ray69 mas" balasnya cepat, dari situ saya bisa menebak bahwa anak ini bernama Ray, mungkin nama panjangnya Raymond. Setelah menambahkan dia sebagai teman, kita pun bermain bersama. Meski peringkatnya cukup jauh di bawahku, tetapi permainannya lumayan juga.

Sejak itu saya selalu menemaninya bermain ML sebelum narik, karena sampai sekarang cak Toyib belum keliatan juga batang hidungnya. Bahkan saya mulai melupakan masalah yang terjadi beberapa hari yang lalu.

Semenjak bermain denganku, peringkat Ray meningkat cukup drastis, tentunya hal yang sama juga terjadi padaku. Hal ini menyebabkan dia menjadi akrab denganku dan mulai terbuka dalam hal obrolan. Bahkan dia tidak malu menceritakan asal muasal mengapa ID-nya memakai angka 69.

"Emang pernah ngelakuin gituan Ray?" sindirku ketika dia menceritakan alasannya.

"Pernah dong mas" balasnya sombong.

"Sama siapa?" tanyaku lagi.

"Sama mama" balasannya kali ini membuatku terperanjat beberapa saat.

"Ohya? Yang bener Ray?" lanjutku kurang percaya, mungkin dia hanya bercanda.

"Beneran, mas. Tapi jarang sih, biasanya pas papa keluar kota lama gitu" balasnya santai, saya tidak mendengar ada nada bercanda atau berbohong di dalamnya.

"Masa sih? Aku masih nggak percaya" tambahku lagi.

"Kalo ga percaya ya ke rumah aja mas kapan-kapan" balasnya dengan santai lagi. Kali ini saya hanya bisa mengiyakan tawarannya. Tapi rasa penasaran segera memenuhi pikiran saya.

Esoknya, sesuai ajakan Ray, saya datang ke rumahnya di malam hari. Anak muda itu segera menyambut kedatangan saya dan mengajak saya masuk ke rumahnya. Rumahnya cukup luas, tidak jauh beda lah dengan rumah milik Anton. Setelah sampai di ruang tengah, Ray mengenalkan seorang wanita kepada saya. Wanita itu sepertinya sudah mencapai kepala empat, namun tubuhnya masih terlihat bagus dan terawat.

"Mas, ini mamaku, kenalin" ujar Ray kepada saya.

"Ah, nama saya Paijo, tante" sahut saya sembari mengulurkan tangan.

"Oh kamu toh yang namanya Paijo, kalo aku Sarah" balasnya menyambut uluran tanganku.

"Ma, aku mau nunjukin yang biasanya ke mas Paijo" ujar Ray tiba-tiba. Membuatku sedikit terkejut dengan keterusterangannya, dan tampaknya Sarah pun terkejut.

"Beneran mau sekarang, sayang?" Sarah terlihat agak keberatan.

"Iya, sekarang aja ma" lanjut Ray. Dengan terpaksa Sarah pun menuruti permintaan anak satu-satunya itu. Sarah memberikan kode kepadaku agar mengikuti dia dan Ray masuk ke dalam kamar.

Perasaan tegang menghampiriku, tetapi dua manusia beda usia cukup jauh itu terlihat santai saja begitu sudah ada di dalam kamar. Dengan cuek Ray melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat, sementara Sarah hanya memakai bra dan celana dalam saja. Ukuran dada Sarah cukup besar, meski tidak sebesar Susi, mungkin sekitar 34C. Namun untuk keseksian bentuk tubuh, Sarah tidak kalah dengan Susi, bedanya Sarah memiliki kulit antara kuning langsat dan sawo matang sehingga membuatnya terlihat eksotis.

Saya hanya berdiri di sudut ruangan, sementara Ray sudah berbaring di atas ranjang, Sarah duduk di dekatnya sambil membelai batang Ray yang masih loyo. Dengan lihai Ray meremas gundukan di dada mamanya, bahkan sepertinya dia sengaja membuat dada Sarah melonjak keluar dari bra-nya, sehingga terbukalah susunya yang montok itu, dilengkapi dengan putingnya yang berwarna coklat kehitaman. Putingnya terlihat jauh lebih besar dari milik Susi, entah kenapa saya sudah bernafsu hanya dari melihat putingnya itu.

Batang Ray mulai menegang, ukurannya biasa saja, mungkin sekitar 11-12 senti. Sarah mulai intens mengocok batang anaknya itu secara perlahan. Sementara Ray sudah keasyikan mengulum susu mamanya. Sarah mulai mendesah perlahan saat Ray mengenyot putingnya.
Sesuai dengan yang disombongkan kepadaku, Ray dan Sarah mengambil posisi 69, dimana Sarah mulai melakukan blowjob kepada anaknya, sementara Ray ternyata tidak melakukan apa-apa. Ray hanya mendesah keenakan menikmati perlakuan Sarah kepadanya. Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Ray pun menumpahkan cairan kepuasannya.

Sarah bangkit dari ranjang dan merapikan pakaiannya kembali, sementara Ray telah tertidur pulas, wajahnya terlihat bahagia. Sarah memberikan kode lagi kepada saya agar keluar dari kamar itu.

"Ya beginilah Ray kalau di rumah, jangan bilang siapa-siapa ya" ujar Sarah saat kita sudah berada di ruang tengah.

"Iya tante, lagian saya tidak kenal dengan teman-temannya Ray" balasku cepat.

"Baguslah, tolong tetap berteman dengan Ray ya, jangan mengucilkan dia seperti teman-temannya yang lain" tambah Sarah. Saya hanya manggut-manggut mengiyakan permintaannya. "Tolong kamu segera pulang ya, sebentar lagi suamiku datang soalnya" lanjutnya.

"Iya tante, saya permisi dulu kalau gitu" saya pun bergegas memacu motorku meninggalkan rumah itu. Di jalan, perasaan berdebar masih menyelimuti saya akibat kejadian yang baru saja saya saksikan secara langsung ini tadi.

###

Sejak malam itu, saya jadi sering mampir ke rumah Ray, tentunya atas ajakan dari Ray sendiri. Dan saya menjadi semakin sering melihat aksi mama dan anak itu. Awalnya saya mengira akan ada perubahan aksi atau peningkatan kegiatan, namun ternyata dari hari ke hari ya gitu-gitu aja yang dilakukan oleh keduanya. Sampai saya mulai merasa bosan dibuatnya.

"Kamu ga bosen liat ginian terus?" tanya Sarah di suatu malam, tentunya setelah Ray tertidur pulas.

"Ya mulai bosen sih tan" jawabku jujur.

"Mau nyobain juga?" tanya Sarah langsung, membuat hatiku mencelos seketika.

"Ya mau lah tan" balasku cepat, membuatnya terkekeh.

"Yauda sini, mumpung hari ini suamiku nggak pulang" Sarah melambaikan tangannya memintaku mendekat. Tanpa ragu saya duduk di sebelahnya, setelah melepaskan celana panjang beserta celana dalamku. Tangan Sarah mulai membelai adik kecilku, membuatnya semakin menegang.

"Wah, lumayan juga ukurannya" ujar Sarah seperti berkata kepada dirinya sendiri. Tak lama berselang, dia mulai menjilati ujung senjataku dengan tatapan mata yang nakal, feelingku mengatakan bahwa wanita ini lebih jago daripada Susi. Dan ternyata benar, permainan lidah dan tangannya lebih mahir dari Susi, membuatku mulai tidak kuasa menahan birahi yang menggelora.

"Gantian dong, tante" sahutku memotong aksinya. Dia pun paham dan menghentikan aksinya. Setelah itu dia melepaskan semua pakaiannya, bahkan bra dan celana dalamnya juga, sehingga kini dia telah telanjang bulat di depanku.

Tanpa membuang waktu saya segera mencomot kedua susunya, bergantian antara tangan dan mulut. Putingnya yang besar itu dari dulu membuat saya penasaran, kali ini dengan puas saya menjilati dan mengenyot putingnya itu, membuatnya mulai meracau sambil menggesekkan tangannya sendiri di belahan bawahnya.

Makin lama desahan Sarah makin keras saja, sebanding dengan bagian bawahnya yang semakin basah. Maka saya pun berpindah ke bawah, gantian memainkan liangnya dengan jari-jari saya. Suara kecipak tercipta akibat kocokan jari saya di liangnya yang telah becek. Sarah semakin kelojotan, kali ini dia meremas sendiri kedua gundukan di dadanya.
Tanpa mengurangi kocokan jari, saya kombinasi dengan jilatan dan hisapan ke kedua putingnya secara bergantian. Sarah semakin meracau tak karuan, entah apa yang dikatakannya. Sampai di suatu momen, Sarah mulai menjambak rambut saya karena semakin tidak tahan dengan rangsangan yang diterimanya.

"Buruan masukin, aku sudah nggak tahan" jerit Sarah di telingaku. Namun saya masih belum ingin menuruti permintaannya itu. Saya malah menambah intensitas kocokan jari saya, sementara lidah saya menjelajah kesana kemari, tidak hanya berhenti di gunung kembarnya. Lidah saya menyusuri mulai dari leher sampai ke pusar, kemudian kembali ke atas lagi, begitu terus pokoknya sampai Sarah tiba-tiba mengangkat pinggulnya seperti tersentak, cairan merembes keluar dari liangnya dan membasahi jari saya.

"Ayo pindah aja tante" ujarku dengan senjata yang masih tegak mengacung.

"Pindah kemana? Di kamar kan ada Ray tidur, nanti dia bangun bisa repot" tolak Sarah sebelum mengetahui jawabanku.

"Siapa bilang di kamar?" balasku sok misterius.

"Terus di mana? Kamar mandi? Ruang tamu?" balas Sarah memberikan beberapa opsi lain.

"Ayo ikut aja lah" sahutku sembari membopong tubuhnya. Sarah hanya pasrah dan menuruti ajakanku. Setelah melewati ruang tamu barulah dia paham apa yang kumaksud.

"Eh, jangan di halaman lah, kalau dilihat orang gimana?" kali ini Sarah agak berontak, namun sayangnya tenaganya sudah agak terkuras sehingga tidak bisa melawanku.

"Malam-malam gini ga mungkin ada yang lewat" balasku mencoba meyakinkan dia.

"Kata siapa ga ada yang lewat" lagi-lagi dia membantah.

"Ssttt, makanya jangan berisik biar ga kedengeran orang" potongku sambil mengatupkan jari di depan mulut. Dia pun terdiam dan menurut saja saat kuposisikan doggystyle menghadap ke jalanan.

Saya mulai menghujamkan adik kecilku ke dalam liangnya yang becek, meski bentuknya hampir sama, ternyata rasanya berbeda dengan punya Susi. Kalau punya Susi lebih rapat dan mencengkram, kalau punya Sarah terasa lebih hangat dan licin, mungkin karena bercampur dengan cairan klimaksnya tadi.

"Ahhh,,enak mas,,ahhh" desah Sarah ketika senjataku mulai intens keluar masuk ke dalam liangnya.

"Sssttt" potongku lagi, kali ini tanganku kupakai untuk membungkam mulutnya agar tidak meracau lagi. Membuatnya hanya bisa mengeluarkan suara seperti orang sedang diculik.

Makin lama pergerakan adik kecilku semakin cepat menusuk ke dalam liang Sarah. Sesekali saya menampar bokong Sarah yang sekal itu, membuatnya malah keenakan alih-alih kesakitan. Lagi-lagi Sarah meremasi kedua susunya sendiri. Bahkan kali ini dia memilin putingnya sendiri, membuat putingnya yang besar itu menjadi tegang.

"Lama amat sih ga keluar-keluar" Sarah mulai merajuk karena sepertinya dia mulai kelelahan, apalagi tadi dia sempat bermain dengan anaknya sebentar.

"Ganti posisi deh tan" balasku kemudian, saya sendiri juga mulai merasa agak lelah, namun adik kecil saya masih berdiri tegak, tampaknya dia mempunyai stok energi tersendiri, berbeda dengan energi yang saya miliki.

Saya merebahkan badan di halaman depan, sementara Sarah berjongkok di atas saya dan mengambil posisi woman on top alias wot. Dengan lihai dia mengarahkan senjata saya masuk kembali ke dalam liangnya. Satu hal lagi yang membedakan Sarah dan Susi adalah rambut kemaluannya. Jika Susi tidak memiliki rambut sedikitpun, lain halnya dengan Sarah yang justru rambut bawahnya cukup lebat sehingga agak menyulitkan pencarian letak liangnya. Namun sebagai pemilik tentunya Sarah telah paham, terbukti dia dengan mudah kembali memasukkan senjata saya ke dalam liangnya.

Sarah mulai bergoyang naik turun mengocok adik kecil saya. Pinggulnya bergoyang seolah sedang berjoget. Dalam posisi ini saya bisa melihat kedua gundukan di dadanya yang berguncang kesana kemari mengikuti goyangan pinggulnya. Sesekali dia membenarkan rambutnya yang tersibak, sehingga memamerkan ketiaknya yang tidak kalah mulus dengan milik Susi. Sesekali lainnya dia meremasi sendiri gunung kembarnya, sembari lidahnya menjulur kemana-mana, entah apa maksudnya.

Posisi wot ini rupanya membuat saya lebih santai dan seolah tidak berbuat apa-apa. Namun tidak enaknya adalah saya tidak bisa mengatur ritme pergerakan adik kecil saya. Sehingga saya tidak mampu menahan agar adik kecil saya tidak kalah dengan desakan yang ingin keluar. Tetapi saya tidak mau menyerah begitu saja dan tetap mencoba bertahan.

"Aku mau keluar lagi nih" desis Sarah sembari mempercepat goyangan pinggulnya. Suara tumbukan antara dua kulit terdengar cukup jelas di malam yang hening itu. Apalagi Sarah kini tidak lagi terbungkam dengan tanganku. Mulutnya bebas mendesah dan meracau sesuka hati. Sementara saya sedang berada dalam kesulitan untuk menahan agar adik kecilku tidak buru-buru melepaskan cairannya.

Teng teng teng. Dari kejauhan terdengar suara tiang listrik yang dipukul. Pertanda bahwa penjaga keamanan hendak berkeliling perumahan. Sayangnya bunyi itu justru membuat saya dan Sarah panik karena mengira ada yang lewat sana. Dengan terburu-buru kita berdua berlari masuk ke dalam rumah untuk memakai pakaian kembali.

Bersambung ke halaman 9...
 
Terakhir diubah:
wah itu yang maen INCEST kok namanya hampir mirip ane yah.
:jempol:









" :elu: Paijo kampret, mama ane diembat juga. ane hanya dikasih oral aja, ente malah embat semuanya." kata Ray dalam hati. sambil terus mengintip mamanya dan Paijo yang sedang bersetubuh di halaman rumah.
:marah:

Jangan marah2 gitu om, om sendiri yang polos cuma diem aja di blowjob mama # bercanda om @RAYxy.
 
Jo...jo...beruntung amat ente Joo



Semangat mas bro....lanjutkan imajinasimu
 
paijo lak senengane golek pekoro.. wes dikandani cak toyib sek ngeyel ae. saiki wes enak2enak2, malah jaluk na jobo sisan. terusno jo, aq tak mantau keadaan
:Peace:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd