Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

palembang in love

freakyboy

Suka Semprot
Daftar
24 Nov 2013
Post
1
Like diterima
3
Bimabet
Namaku Andi, aku mau menceritakan
pengalamanku waktu liburan tahun lalu. Aku kuliah
di universitas swasta di Jakarta semester lima.
Pacarku Nita, teman satu kampus. Aku sudah sering
"ngeseks" bareng dia soalnya aku dan nita punya
satu kesamaan, gampang horny.

Singkat cerita aku pulang ke kampung di
Palembang, kebetulan sedang libur panjang dan lagi
bosan dengan suasana Jakarta. Itung-itung
refreshing. Aku tinggal di rumah pamanku di
pinggiran kota Palembang, di pinggiran sungai
Musi. Di sana aku mendapat kebiasaan baru,
ngintipin cewek-cewek yang ke sungai tiap sore.
Walaupun nggak ada acara bugil-bugilan, tapi aku
memang lebih suka meliat cewek yang setengah
tertutup daripada yang bugil sama sekali. Rasanya
lebih seksi dan bikin penasaran.

Suatu sore, aku melihat ada seorang cewek yang
lumayan manis, kulitnya coklat, body bahenol, tapi
kalau dia sedang tersenyum, rasanya jantung ini
mau copot. Aku mencari info sama sepupuku dan
akhirnya ketahuan kalau namanya Aminah. Dua hari
kemudian, kebetulan siang itu Aminah sedang
belanja ke warung di sebelah rumah pamanku,
kesempatan nih buat kenalan. Akhirnya dengan
berpura-pura membeli rokok aku kenalan sama dia.
Ternyata dia sudah setahun lulus SMA, terus nggak
dilanjutin lagi karena masalah biaya. Maunya dia sih
langsung kerja tapi belum dapat akhirnya
sementara itu dia di rumah membantu ibunya. Aku
mulai mendekatinya, ngobrol dengannya, kadang
aku nekat "nyamperin" dia ke rumahnya kalau
malam. Untungnya orang tuanya kenal dengan
pamanku, jadinya lancar aja deh.

Dalam hitungan hari, rasa cintaku sama dia
bertambah dan aku tahu kalau dia juga suka
padaku.Suatu malam, kuajak dia jalan-jalan di kota,
lalu nonton ke bioskop. Tadinya sih dia nolak,
alasannya sih takut kemalaman. Cuma setelah
dibujuk-bujuk dia mau juga. Di dalam bioskop
kuambil kursi yang pojokan baris atas dengan
alasan supaya nontonnya lebih jelas padahal sih..
Untungnya bioskop agak sepi, soalnya hari biasa
bukan malam minggu. Waktu itu kami nonton film
drama, aku lupa judulnya, tapi yang jelas adegan
"kiss-kissan" dan romantisnya pasti ada lah. Pas
adegan itu, aku melirik ke sebelah melihat reaksi dia,
sepertinya sih dia agak risih. Mungkin karena
nontonnya bareng aku kali. Aku agak ngeri juga mau
'gerilya' soalnya kalau dia nggak suka urusannya
bisa berabe nanti.

Akhirnya dengan sedikit nekat kurangkulkan
tanganku ke bahunya. Awalnya dia terkejut, tapi dia
diam saja. Lampu hijau nih pikirku, tapi pelan-pelan
aja lah. Selang beberapa lama, bahunya kutarik
supaya merapat padaku, dan dia diam aja.
Kuberanikan untuk memegang tangannya, mencium
rambutnya, kubelai-belai dengan lembut, sambil
sesekali kucium dahinya. Dia ternyata juga memberi
reaksi dengan meremas lembut tanganku.

Kupanggil namanya, "Minah..," dia melihat ke
arahku.
"Abang sayang sama Minah."
Dia tersenyum malu, menundukkan muka tanpa
bilang apa-apa. Lalu kuangkat dagunya, dan dengan
lembut kukecup bibirnya. Dia pun membalas dengan
lembut. Cukup lama kami berpagutan, tanganku
mulai bekerja langsung meraba payudaranya. Dia
tersentak kaget, karena mungkin baru pertama kali
payudaranya disentuh laki-laki.
"Jangan, Bang.." katanya sedikit memohon.
Aku hanya tersenyum dan berkata, "Sorry deh,
Abang kelepasan."
Dia pun mengangguk mengerti. Dalam hati aku
berkata susah juga nih cewek, butuh perlakuan
khusus nih.

Lalu kurangkul dia kembali sambil kubelai lembut
lengan dan bahunya. Sesekali kucium rambutnya
yang agak panjang tergerai hingga mendekati
daerah leher dan telinganya. Ia sedikit bergerak
karena geli, namun aku tahu semakin lama ia akan
semakin terangsang. Dengan sedikit kesabaran dia
terus kuperlakukan dengan lembut, menunggu saat
yang tepat. Hingga akhirnya kukecup lagi bibirnya
dan seperti dugaanku ia membalas dengan sedikit
agresif dibanding kecupan yang pertama.

Tanganku mulai naik dari arah pinggang merambat
perlahan hingga ke payudaranya tanpa ada reaksi
penolakan. Kuusap lembut payudaranya yang masih
kencang sambil terus mengecupnya. Nafasnya
mulai memburu menikmati permainan tanganku.
Lalu bergantian kedua payudaranya kuremas
dengan lembut.Setelah puas merambah kedua
gunung yang masih perawan, tanganku mulai turun
ke arah paha dan mengelusnya dengan lembut.
Secara perlahan rabaanku mulai naik ke daerah
selangkangannya. Ia sedikit merapatkan pahanya,
namun aku tidak peduli karena kesempatan seperti
ini sulit didapat. Dengan sedikit memaksa, kusentuh
kelaminnya. Karena saat itu ia memakai celana
panjang dari bahan kain, lekuk vaginanya masih
terasa kuraba. Dengan mengira-ngira kuelus bagian
sekitar klitorisnya hingga ia sedikit mengerang
karena nikmat. Terkadang jari tengahku sedikit
kutekan pada lubang vaginanya dan saat itu pula
pantatnya ikut menekan maju.

Sebenarnya ingin kuhentikan rabaanku karena
keinginanku sudah tercapai, lagipula aku juga
merasa nggak enak kalau ada orang lain yang
melihat, maklumlah di kampung orang. Namun
karena dia sudah menikmati rangsanganku aku pun
merasa tidak tega. Sudahlah kepalang tanggung,
biar sekalian kuselesaikan. Kugesek lebih cepat
jariku pada bagian vaginanya terutama daerah
klitoris, ditambah dengan ciuman pada daerah leher
dan telinga. Dia pun semakin terangsang hingga tak
lama kemudian ia mengerang dan kurasakan
badannya mengejang dengan kedua kakinya sedikit
mengangkat. Lalu ia menundukkan kepalanya ke
dadaku. Kukecup dahinya dan kurangkul dia dengan
erat.

Sebelum film selesai, kuajak dia keluar mencari
udara segar, karena kami sama-sama kegerahan
karena kejadian tadi. Sikapnya sangat berbeda
sekarang. Tadinya kami hanya berjalan beriringan
sebelum menonton bioskop, tapi sekarang kami
saling berangkulan hingga payudaranya yang
kencang terasa di tubuhku. Kuantarkan dia pulang
ke rumahnya lalu aku sendiri pulang ke rumah
pamanku.

Aku langsung masuk ke kamar dan masturbasi
sambil menghayalkan kejadian tadi. Bahkan hingga
dua kali berturut-turut. Dua malam kemudian ada
suatu acara resepsi pernikahan di daerah itu,
kebetulan orang yang mengadakan resepsi cukup
terpandang di daerah itu. Setelah resepsi masih ada
hiburan layar tancap sampai pagi. Kalau tidak salah
malam itu malam Minggu. Ingin juga merasakan
enaknya nonton layar tancap, soalnya seumur-umur
nggak pernah sih.

Saat makan malam berbagai hidangan disajikan
dan sebagian besar masakan padang. Aku duduk
berdua dengan Aminah mulai awal pesta. Saat
makan, karena tersenggol orang, Aminah
menumpahkan sirop yang dipegangnya ke bajuku
hingga membasahi celanaku. Kemeja putihku
sebagian berwarna merah ketumpahan sirop.
"Nggak pa-pa kok, aku ganti baju aja dulu sebentar,"
kataku karena melihat rasa menyesal di wajahnya.
"Saya temenin ya, Bang. Tidak enak hati saya
jadinya," katanya.
"Ngga pa-pa, Minah. Kamu makan aja dulu, biar
Abang pulang sebentar. Nggak usah ditemani,"
jawabku.
Tapi karena terus memaksa, aku pun
membiarkannya.

Sesampai di rumah pamanku, saat itu tidak ada
ornag, aku langsung melepaskan kemejaku dan
melemparnya ke ember cucian, lalu naik ke kamarku
untuk berganti baju. Tidak lama kemudian aku pun
turun, dan kulihat Aminah sedang mencuci noda di
bajuku.
"Sudah biar saja, Minah. Besok saja dicuci," kataku.
"Tak pa-pa Bang, Cuma sebentar," jawabnya.
Akhirnya kubiarkan karena dilarangpun tetap saja
dikerjakannya. Sambil menunggu, aku mengambil
air es dan kuminum. Lalu aku kembali ke kamar
mandi. Sesampainya di sana kulihat Aminah dengan
menunduk membelakangiku, sedikit menungging,
sedang membilas bajuku. Walupun ia saat itu
memakai sarung berenda khas sumsel, namun
lekuk pinggul dan pantatnya sangat indah,
membuatku terangsang dan tanpa terasa penisku
mulai bangkit. Apalagi posisi ini posisi favoritku dan
Nita di Jakarta bila sedang making love.

Goddaan setan melintas di pikiranku, apalagi
sekarang rumah lagi kosong, namun tetap
kutahan.Setelah selesai membilas, dan merendam
pakaianku ia pun membalikkan badannya dan
sesaat terhenti karena melihat aku menatapnya tak
berkedip. Kulihat wajahnya yang manis dengan
senyumnya yang menawan, ada sedikit butiran
keringat di dahinya yang seakan menambah daya
tarik.
"Kenapa, Bang?" katanya.
Aku tak menjawab, lalu kudekati dia dan langsung
kukecup bibirnya. Awalnya ia membalas dengan
lembut. Kubelai seluruh tubuhnya, dan kupeluk dia
dengan erat sambil terus mengecup bibirnya. Entah
kenapa rasanya berbeda sekali dibanding bila
kulakukan ini dengan Nita. Kulepaskan kecupanku
sesaat, kupandang sekali lagi wajahnya dan ia balas
menatapku. Lalu kami saling berpagutan kembali,
kali ini lebih menggelora. Tanganku pun mulai
bergerilya ke seluruh tubuhnya, mengelus dan
meremas tanpa henti.

Kemudian kugendong dia dan kubaringkan di atas
kursi panjang, sambil aku berlutut, kami kembali
saling berpagutan. Karena nafsuku yang sudah
memuncak, akibat "puasa" hingga dua minggu lebih
langsung saja kuraba vaginanya. Ternyata di balik
sarungnya ia tidak memakai penutup lagi selain
celana dalam. "Kebetulan nih," pikirku. Langsung
saja kuulangi peristiwa di bioskop kemarin, dan ia
pun pasrah saja menikmati sentuhanku. Tidak
berapa lama, kuselipkan jariku ke dalam celana
dalamnya dan langsung bersentuhan dengan
vaginanya. Dengan mengandalkan pengalaman
bersama Nita kurangsang dia dengan mengusap
klitorisnya, memainkan jari pada lubang vagina
tanpa memasukkannya, membuat ia semakin
bergairah dan biasanya pada akhirnya setiap wanita
akan meminta kita untuk memasukkannya.
Walaupun dia tidak meminta secara langsung
namun secara perlahan ia mulai menggoyangkan
pinggulnya mengikuti gerakan jariku pada
vaginanya. Walaupun birahiku semakin memuncak
dan sulit untuk ditahan, namun aku tetap sabar. Ada
kepuasan tersendiri di saat menaklukkan seorang
wanita hingga memohon untuk dipuaskan.

Tidak berapa lama kemudian gerakan pinggulnya
kurasakan semakin cepat dan nafasnya semakin
memburu hingga jariku kewalahan untuk
merangsangnya sambil menahan celana dalamnya.
Perlahan kulepaskan jariku dari vaginanya dan
kucoba untuk melepaskan celana dalamnya. Seakan
mengerti, ia sedikit mengangkat pantatnya hingga
memudahkanku melepaskannya. Kulanjutkan
kembali kegiatanku seperti tadi hingga ia kembali
terangsang dengan hebat, sebab setelah celana
dalamnya terlepas, jariku semakin leluasa
memainkan vaginanya. Dia tidak pernah
mengucapkan sepatah katapun, hanya erangan
nikmat yang sesekali keluar dari bibirnya. Padahal
bila dengan Nita, kami sering mengucapkan kata-kata kotor untuk lebih merangsang permainan.

Tiba-tiba kutarik jariku dari vaginanya sebelum ia
mencapai puncak kenikmatannya. Ia sedikit terkejut
menatapku. Lalu aku mulai melepaskan ikat
pinggang dan resleting celanaku. "Ahh.." ucapnya
sambil memalingkan wajahnya ke arah berlawanan.
Namun aku tahu ia tak akan sanggup lagi untuk
menolak hal ini. Setelah kulepaskan semua
celanaku, kupegang tangannya dan kubimbing ke
arah penisku. Saat terpegang olehnya, ia seperti
sadar dan menarik tangannya tapi kutahan dan
kutuntun tangannya untuk mengocok penisku. Ia
pun menurut dan tanganku kembali bermain di
vaginanya. Ia kembali terangsang, dan mulai
memberanikan diri untuk melihat penisku sambil
terus mengocoknya.

Kami menikmati permainan itu hingga beberapa
saat kemudian badannya mengejang mencapai
puncak kenikmatan. Vaginanya sungguh lembut dan
hangat dan sangat basah. Ingin sekali kumasukkan
penisku saat itu, tapi mengingat ia masih perawan,
aku harus memperlakukannya dengan lembut.
Belum selesai ia menikmati orgasmenya, aku
langsung melebarkan kakinya dan sambil berdiri
dengan posisi 69 kubenamkan wajahku ke
vaginanya. Aroma yang sangat khas namun lebih
lembut dibanding aroma Nita tercium olehku.
Kumainkan lidahku di seluruh permukaan
vaginanya, terutama pada bagian klitorisnya. Ia
mulai terangsang kembali dengan cepat sambil
tangannya terus mengocok penisku.

Saat aku sedang asyik menjelajahi vaginanya
dengan lidahku, kurasakan ia sedikit menggerakkan
badannya dan sesaat kemudian penisku terasa
masuk ke dalam rongga yang hangat. Aku
tersenyum dalm hati, ternyata ia cepat belajar.
Namun karena pertama kali dan karena posisi kami
yang kurang pas, terkadang secara tak sengaja
tergigit olehnya hingga aku harus menarik pinggulku
karena terasa sakit. Untungnya ia mengerti dan
akhirnya hanya memainkan lidahnya di sekujur
penisku tanpa dimasukkan ke dalam mulutnya.
Cukup lama kami berada di posisi ini. Pinggul
Aminah mulai bergerak liar menekan ke arah
lidahku. Posisi yang kurang enak membuat badanku
lelah dan akhirnya kuhentikan jilatanku pada
vaginanya. Langsung saja aku mengambil posisi
standard sambil mengangkat salah satu kakinya
dengan tanganku dan bertumpu pada tanganku
yang lainnya.

"Kamu tuntun ya, Minah.." kubisikkan kepadanya
dan ia mengangguk pelan.
Ia pegang penisku dan menuntunya ke lubang
vaginanya. Setelah posisinya pas aku mulai
mendorong secara perlahan.
"Sakit Bang. Ahh.. pelan-pelan," bisiknya ditengah-tengah erangan nikmat.
"Ya, pelan-pelan saja. Minah saja yang tuntun, kalo
sakit jangan dipaksa," jawabku.
Aku pun menyesuaikan goyangan pinggulku dengan
tuntunan tangannya. Secara perlahan namun pasti
penisku mulai masuk sedikit demi sedikit. Walaupun
terasa sakit, rasa nikmat dari sanggama
membuatnya terus mencoba memasukkan penisku.
Setelah kurasakan bibir vaginanya mulai
mengembang, aku mengambil alih gerakan.
Pinggulku mulai kupercepat menghunjam
vaginanya. Nafsu yang sudah tertahan-tahan
akhirnya dapat kulepaskan hingga di suatu saat
kudorong penisku cukup keras ke dalam vaginanya.

"Ouch.." hampir berbarengan kami mengerang.
Setengah penisku masuk ke dalam vagina yang
sempit dan hangat. Lalu mulai kudorong lagi
perlahan-lahan dan secara bertahap temponya
kupercepat hingga otot vaginanya bisa
menyesuaikan penisku. Hingga akhirnya penisku
bisa masuk seluruhnya ke dalam liang vagina yang
jauh lebih nikmat dari milik Nita, karena memang
saat aku bersanggama dengan Nita ia sudah tidak
perawan lagi. Kulepaskan peganganku pada
kakinya, lalu kuangkat sedikit pantatnya dengan
tanganku yang bebas agar penetrasi menjadi lebih
mudah. "Ooh.. aah.." hanya desahan dan rintihan
yang bisa keluar dari bibir kami. Nikmat yang kurasa
sangat menakjubkan hingga aku yang biasa bisa
menahan orgasme, sangat sulit untuk
melakukannya.

Beberapa menit kemudian gairah kami mulai
memuncak dan aku pun tidak bisa lagi menahannya
lebih lama. Aminah pun mulai menggoyangkan
pinggulnya dengan liar, hingga akhirnya aku
bertumpu pada kedua tangan dan berkonsentrasi
pada goyangan pinggulku. Beberapa saat kemudian,
saat kupercepat goyanganku Aminah menaikkan
pantatnya dan mengejang nikmat. Ia mencapai
orgasmenya. Dalam hitungan detik pun kurasakan
denyutan yang familiar pada pinggangku. Seketika
itu juga kucabut penisku dari vaginanya dan mulai
mengocoknya dengan keras. Kutumpahkan semua
maniku ke lantai, sambil terus mengocok penisku
hingga badanku lemas dan serasa tak bertenaga.
Saat kulakukan itu Aminah bangun dari kursi dan
menghampiriku serta membantuku menyelesaikan
orgasme.

Kami lalu berpelukan dan berpagutan beberapa saat
hingga kusadari ia menitikkan air mata.
"Jangan takut Minah, ini rahasia kita berdua. Kalau
Abang selesai kuliah di Jakarta, Abang akan jemput
Minah ke sini," kataku untuk menghiburnya.
Ia menatapku sambil tersenyum lalu kami
berciuman lagi untuk beberapa saat. Lalu
merapikan diri untuk kembali ke resepsi, dengan tak
lupa membersihkan bekas-bekas pertempuran di
ruang tamu.Kami melakukannya sekali lagi di
sebuah motel di luar Palembang saat kami sedang
berjalan-jalan ke luar kota, hingga seminggu
kemudian aku kembali ke Jakarta untuk kuliah.
Kami masih saling berkirim surat hingga sekarang,
namun sayangnya liburan ini aku tidak bisa pulang
ke kampung karena masalah akademis. Walaupun
aku masih berhubungan dengan Nita, itu hanyalah
sebagai pelampiasan nafsu belaka, namun hatiku
masih tertambat di kampung halamanku.

TAMAT
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd