Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Paradiso!

Bimabet

Fragmen 4
Kontroversi Hati




Sebulan sudah Ava menjadi murid Gede Subrata, seorang pelukis terkenal tempatnya menimba ilmu, di desa kecil di pinggiran Ubud. Di tempat itulah Ava ngayah; mengabdikan diri sebagai balas budi atas pengalaman yang nantinya akan diturunkan Sang Maestro kepada muridnya.

Kehidupan di tempat barunya itu berlalu nyaris tanpa kesan berarti, -jika tak ingin dibilang monoton; bangun tidur, tidur lagi, bangun lagi, berebut tempat mandi dengan Indira, menjaga galeri, membantu Pak De melukis, disuruh ini-itu. Mungkin saja Ava bakal mati bosan jika tak ada Indira, putri semata wayang Pak De, karena tiap hari pasti ada saja yang mereka pertengkarkan.

Kehadiran Ava di rumahnya, sedikit banyak membuat kehidupan Indira yang tadinya monokrom menjadi lebih berwarna. Indira tak pernah mengerti, bagaimana bisa cowok gondrong brewokan yang tidak ada ganteng-gantengnya itu bisa selalu membuatnya mendongkol. Dirinya jadi sering uring-uringan, bahkan perang mulut dengan pemuda yang menurutnya tidak tahu sopan santun itu!

Namun terkadang, mau tak mau Indira dibuat tertawa juga oleh lelucon Ava, -yang meskipun menurutnya norak- tapi entah kenapa selalu bisa membuat perutnya sakit menahan tawa.

"Naik, naik apa yang dikejar telur?" kata Ava pada suatu hari pada Kadek dan Indira. "Naik becak, kan dikejar telur abang becaknya."

Kadek tertawa berguling-guling. Hanya Indira yang terpaksa pura-pura cemberut demi menjaga gengsinya.

"Jayus, ah!" ucap Indira sambil menggembungkan pipi, namun ekspresi seperti inilah yang membuat wajah Indira menjadi semakin imut, sehingga Ava rasanya ingin terus menggoda anak itu.

Indira yang kekanakan dan sok judes. Ava yang rusuh dan slenge'an seolah menjadi babak baru bagi opera sabun di keluarga itu.

Keduanya mungkin belum menyadari, namun Pak De, Kadek, maupun orang-orang di rumah itu tahu pasti: kehadiran Ava membuat Indira yang tadinya murung sepeninggal kakak dan ibunya, kini menjadi lebih ekspresif!

"Denger orang ngomong nggak, sih? Tempat ini tuh udah jadi kaya tempat pertapaan aku, tahu!" omel Indira dengan pinggang berkacak di atas tangga batu. Sebelah tangannya sudah menenteng peralatan mandi dan di lehernya sudah bergantung handuk.

Indira sebenarnya sudah bersiap mandi pagi ini. Gadis itu sengaja bangun pagi-pagi sekali, berharap Ava belum bangun sehingga ia bisa menguasai spot mandi favoritnya itu. Tapi apa lacur, di hadapannya kini terbentang pemandangan cowok brewok yang sedang menyabuni ketiak yang penuh bülü.

"Iye, Mbah..." jawab Ava asal. "Cari tempat bertapa yang lebih mbois, kek... Gua Selarong... Makam Keramat Mbah Jingkrak..."

"Bego! Buruan, gih! Aku juga mau mandi! Aku mau sekolah!"

"Sekarang kan hari Minggu."

"Bego!"

"Di atas kan udah ada kamar mandi dalam!"

"Udah aku bilangin berapa kali juga, beda tahu sensasinya!"

"Iye... iye... " Ava mejawab sekenanya.

Ava dan Indira sama-sama tahu, bahwa sungai kecil itu memang istimewa. Dikungkung tebing batu, rimbunan paku-pakuan, dan pohon tropis yang menaungi, ditambah dengan iringan ricik air dan decit burung-burung yang berkicau di sela dahan, membuat tempat itu tak ubahnya surga tersembunyi. Ada air terjun kecil di sana, dengan ceruk dalam dan jernih tempat Indira biasa mandi dan menyendiri, namun kali ini ia harus berbagi dengan makhluk menyebalkan yang sepertinya memang ditakdirkan untuk mengganggu hidupnya.

Indira tidak bisa diam saja, gengsinya sebagai cewek terkece di sekolah dipertaruhkan kini! Apalagi, Ava malah sengaja merayakan kemenangannya dengan menceburkan diri di ceruk batu di bawah air terjun -spot favorit Indira- dan tertawa puas setelah berhasil mengerjai gadis itu untuk kali kesekian.

"Dira jangan cemberut gitu, dong... Sini, ikutan mandi... Kita belajar berbagi, hahaha..." ledek Ava sambil berenang-renang di dalamnya.

Ini tidak bisa dibiarkan, batin Indira geram. Ia harus menunjukkan pada Ava, bahwa anak SMA seperti dirinya pun bisa melakukan tindakan radikal! Indira mengggembungkan pipi. Berpikir keras bagaimana cara membalas untuk menyamakan skor. Indira tak pernah tahu kapan saatnya dorongan primitif bernama ID yang bersemayam di dalam lubuk pikir membisikkan 'ide gila' yang sebelumnya tak pernah terpikirkan, bahkan untuk ukuran gadis 'senakal' Indira!

"Yaudah, kalau kamu nggak mau pergi, aku juga mau mandi!" balas Indira, sambil menahan senyum licik yang sudah tak sabar ingin menyungging begitu terbersit niat jahatnya untuk balik mengerjai titisan Wiro Sableng itu.

"Woy! kamu mau ngapain?!" Pemuda tengik yang dari tadi cengengesan kini dipaksa terperenyak ketika Indira mendȧdȧk melolosi baju barongnya, disüsül celana pendek bunga-bunga yang segera menggeletak di atas batu.

"Minggir! Aku juga mau mandi, wek!" Indira menjulurkan lidah.

"Eh, bocah! Jangan macam-macam, deh!" Ava berseru panik, namun belum sempat Ava mengajukan nota protes, penutup dȧdȧ Indira sudah keburu menyusul bergabung dengan rekan-rekannya yang sudah lebih dulu dilipat rapi. Indira membalik, mengikat rambut kecoklatannya dengan karet. Tangannya terangkat tinggi-tinggi, memberikan kesempatan bagi imajinasi Ava untuk menghayalkan apa yang terletak di balik punggung tėlȧnjȧng yang putih mulus itu.

Hanya dengan berbalut celana dalam hitam model bikini, remaja blasteran itu melangkah ke dalam bagian air yang dangkal. Kakinya yang tėlȧnjȧng merasakan dingin air dini hari, dan arus yang berlarian melewati jari-jemarinya. Indira mendengus, sebelah tangannya disilangkan erat-erat di depan dȧdȧ untuk menghalangi pandangan Ava dari sepasang pütïng berwarna merah hati. Meski tanpa itu pun sang pemuda sudah lebih dulu melotot disuguhi pemandangan lekuk tübüh rȧnüm Indira yang hanya dibalut secarik cawat kecil yang menutup area pübïs yang dibiarkan mulus tanpa bülü.

Indira balas menatap Ava, seolah memberi peringatan terakhir bagi si pemuda tengik agar segera menyingkir.

"Aku beneran masuk loh, tapi awas! jangan macam-macam! Nanti kubilangin Ajik sama Kadek biar burungmu disate!"

"Astaga! Ge-er banget sih! Kalau mau masuk, masuk sudah kalau berani! Biar tahu aja, Hidupku ini berasaskan Pancasila: ketuhanan yang maha esa, dan kemȧnüsiaan yang adil dan beradab! tahu!"

"Huh!" Indira menggembungkan pipinya lagi. Sebenarnya ia hanya ingin menggertak, membuat Ava risih dan segera keluar dari tempat itu. Melepas penutup terakhir tübühnya di depan pemuda yang baru dikenalnya sebulan, adalah tindakan yang benar-benar gila, bahkan untuk ukuran cewek 'senakal' Indira sekalipun.

Namun kali ini, di tempat sepi itu cuma ada mereka berdua. Bagaimana kalau Ava nekat dan dirinya dipėrkȯsȧ? Suara batin Indira terdengar saling berseteru. Tapi Indira sudah kepalang bȧsȧh, mundur teratur berarti mengaku kalah pada bedebah yang telah membuat dirinya gulana selama sebulan terakhir ini, dan untuk itu hanya diperlukan sedikit dorongan ėrȯtïs yang mengalir dėrȧs di dalam darah remajanya.

Indira mengaitkan jemari lentiknya di bagian elastis celana dalamnya, disüsül tungkai-tungkai jenjangnya yang berjingkat bergiliran saat melolosi penutup terakhir tübühnya. Terdengar dėsȧhan pelan dari bibir Indira, begitu menyadari tübüh rȧnümnya kini tinggal dibungkus oleh rona-rona merah yang mulai meruap dari kulitnya yang tėlȧnjȧng bulat. Tak ingin berada di udara terbuka terlalu lama, Indira segera melompat ke dalam ceruk kecil di bawah air terjun tak jauh dari tempat Ava berendam. Suara mencebur terdengar disüsül air yang bercipratan mengenai mata sang pemuda yang belum selesai terpana.

Ava menyeka mata, dan segera mendapati tübüh rȧnüm khas remaja dengan pïnggül montok dan pȧyüdȧrȧ yang sedang rȧnüm-rȧnümnya kini terbenam di bawah permukaan air. Ava memang pernah mendengar cerita tentang 7 bidȧdȧri yang mandi. Kali ini satu bidȧdȧri tertinggal di bumi, dan saat ini sang bidȧdȧri berdiri dengan malu-malu di hadapan Ava sambil menutupi dȧdȧ dan bagian bawah tübühnya.

"Apaan sih! Biasa aja kali liat cewek tėlȧnjȧng!" sambar Indira sewot, mulai jengah dengan tatapan Ava yang dirasanya semakin berani menjelajah ke arah daerah paling prïbȧdïnya.

"Aku sudah biasa lihat cewek bügïl! Tapi mau gimana lagi, yang ini bidȧdȧri!"

"Ada nggak sih, gombalan yang lebih norak? Hahahaha! Parah banget gombalanmu!" Indira terpaksa tertawa, menyemburkan air ke arah Ava yang cengegesan sambil menggaruk-garuk kepala.

"Yang lebih assoy banyak!" Ava menjawab asal, tersenyum sendiri melihat pipi Indira yang perlahan tersipu.

"Va, kamu tuh benernya lucu, tahu! Tapi lebih seringnya nyebelin, parah!" Indira lalu berkata, bahwa di antara murid-murid ayahnya terdahulu, Ava adalah orang yang paling berani mengganggu dirinya, padahal sebelumnya tak pernah ada satupun yang berani mengusik sang tuan puteri.

"Habisnya kamu tuh enak buat digangguin," jawab Ava tanpa merasa bersalah.

Pinggang Ava dicubit. "Ih kamu itu ya! Mirip banget kayak Bli Raka! Kerjanya gangguin aku aja!"

Ava menelan ludah. "Siapa Raka? Pacarmu?"

"Bukaaaaan! Pacarku namanya Dewa! Raka itu kakak aku yang udah nggak ada. Emang Kadek belum ngasih tahu?"

Ava menggeleng.

"Udahlah, nggak usah dibahas!"

Butuh waktu beberapa lama sampai mereka terbiasa dengan ketėlȧnjȧngan yang terjadi di antara keduanya. Hingga akhirnya Indira tidak lagi malu-malu bergerak kesana kemari di dalam air, seolah-olah tempat itu merupakan tempat bermainnya sejak kecil. "Coba kaya gini dari kemarin-kemarin," gumam Indira jenaka, sambil berenang-renang di cerukan yang dalamnya 2 meter, sampai-sampai alpa menutupi pȧyüdȧrȧnya.

"Lah, kan udah kubilangin dari awal! Kita mandi bareng!" jawab Ava penuh pede.

"Huuuu!" Indira menyemburkan air kembali ke arah Ava, dengan wajah bersemu. Kulit tübüh Indira yang seputih pualam kini semakin merona kemerahan, nampak makin segar bagai setangkai teratai yang baru merekah dengan aksentuasi bulir-bulir air yang jatuh di pundak dan pucuk-pucuk pȧyüdȧrȧnya.

Suara air yang jatuh dari ketinggian menderu memenuhi dinding-dinding tebing. Menciptakan dunia tanpa ruang waktu antara mata Ava dan tubuh telanjang Indira.

Suara air yang jatuh dari ketinggian menderu memenuhi dinding-dinding tebing. Menciptakan dunia tanpa ruang waktu antara mata Ava dan tubuh telanjang Indira. Tak henti-hentinya mata kampungan Ava memandangi payudara Indira yang timbul tenggelam. Setengah mati pemuda itu menahan diri agar tidak ereksi, namun Indira terlalu seksi: puting merah hati yang mengintip dari balik permukaan air, payudara ranum yang baru saja bertumbuh, dan sepasang pantat montok dan menggemaskan yang bergerak-gerak menendangi air. Semua itu mau tak mau membuat jantung Ava berdentam-dentam dan memompakan berliter-liter darah dan hormon testosteron menuju kejantanannya yang makin lama makin mengeras!

Indira bisa melihat itu semua dari sudut matanya; batang berukuran cukup besar yang kini membayang malu-malu dari balik permukaan air. Hanya samar-samar barangkali, namun itu sudah cukup bagi Indira untuk menangkap sebentuk batang berotot yang kini mengacung tegak dan menantang. Indira menelan ludah, jantungnya melewatkan detaknya sekali. Berkali-kali gadis itu mengatur nafasnya yang mulai memburu sambil menahan rasa merinding hebat di selangkangan gara-gara kilasan kejantanan Ava yang berurat itu tak mau hilang dari pikirannya!

Padahal ini bukan pertama kalinya Indira melihat kejantanan pria yang sedang menegang. Usianya baru 18, namun Indira sudah bisa dibilang 'berpengalaman' dengan lawan jenis. Namun kali ini, bugil di depan pemuda yang sama sekali asing dan jelas-jelas terangsang melihat tubuhnya mau tak mau membuat selangkangan Indira ikut meremang dan kedua putingnya mulai mengeras, lebih gatal, lebih menggila dari biasanya...

Cepat-cepat Indira menuang sabun cair, berharap rasa gatal di tajuk-tajuk payudaranya bisa dihilangkan dengan larutan triclosan dan antiseptic. Namun apa lacur, sekujur tubuh Indira malah seperti disetrum dengan tegangan 220 volt. Jemarinya yang licin oleh sabun tak sengaja mengenai ujung-ujung saraf-saraf sensitifnya! Indira menahan nafas, berusaha tampil wajar di depan Ava, meski kadang terpaksa ia memejamkan mata, mati-matian menahan otot-otot tubuhnya yang gemetar di luar kesadaran.

"Va... kamu enggak udahan... mandinya?"

"E-enggak... kamu...?"

Indira mengangkat bahu. Keduanya memang berusaha tampil wajar, namun tanpa bisa dipungkiri, baik Ava dan Indira jelas sama-sama rikuh dan mulai jengah atas reaksi yang terjadi di bawah perut masing-masing. Sebenarnya bisa saja salah satunya mengalah dan pergi, namun seperti ada sesuatu yang memaku kaki keduanya sehingga tidak saling beranjak dari tempatnya berdiri, apapun itu.

Hari masih benar-benar pagi. Di tempat sepi itu cuma ada mereka berdua, dan deru air terjun yang mengiringi degub jantung keduanya yang saling bersusulan. Indira tahu, apa saja dimungkinkan terjadi dalam sebuah sistem bernama semesta.

Que sera, sera.. Whatever will be... will be..., batin Indira lagi, pada dirinya sendiri.

Indira bersimpuh di atas batu, mengusapkan busa-busa sabun itu dengan lambat dan penuh perasaan. Tangan kanan dan kirinya yang saling menyabuni pundak dan ketiak tak ayal membuat sekujur tubuhnya semakin merinding. Indira mengatupkan mata, membiarkan cahaya yang mengambil peranan dengan menyisakan jejak berkilat-kilat nan erotis di lekuk-lekuk tubuh belianya. Tanpa disadari bahkan oleh dirinya sendiri, Indira semakin terhanyut oleh arus birahinya. Setiap sentuhan dan belaian malah seolah melepaskan simpul-simpul syahwatnya, membuatnya semakin berhasrat untuk menelusuri belahan di bawah sana yang terasa semakin berdenyut-denyut menuntut usapan dan belaian yang sama.

Dengan birahi yang sudah meruyak sampai ubun-ubun, semuanya jadi serba bias bagi Indira, apakah ia masih pegang kendali ataukah naluri paling hewani yang mengambil alih gerakan tangannya kini. Karena dari persepektif Ava sebagai penonton, Indira seolah sengaja meraupkan buih ke payudaranya, dan mengusap-usap benda kenyal di dadanya dalam gerakan memutar, malah cenderung ke arah meremas karena diselingi gerakan memilin puting di sela-sela jari! Seolah disengaja, Indira menggigit bibir bawah dengan senyum menggoda, sebelum berjongkok membelakangi Ava di atas batu besar untuk membersihkan lekuk-lepit di antara kedua paha hingga lubang anus dengan jari-jarinya yang licin diliputi sabun cair.

Jantung Ava seperti berhenti berdetak menyaksikan pemandangan itu. Dunia bak di-shoot dalam adegan slow motion yang luar biasa menakjubkan, dari persektifnya. Dengan jelas Ava bisa melihat lubang anal Indira yang mungil dan berwarna pink, serta bukit kewanitaan yang menggunduk tanpa bulu. Jari-jari lentik Indira bergerak dengan telaten membalurkan sabun cair di belahan tembem yang sudah dibanjiri lendir. Remaja belia itu mengatupkan bibir kuat-kuat, hanya agar desah-rintih binalnya tidak sampai menggetarkan gendang telinga Ava.

"Nngggggh...."Indira mengerang tertahan, disusul wajah imut yang nampak mengejan dengan ekspresi kesakitan ketika kewanitaannya mulai disusupi sepasang jari yang membelah himpitan rapat dinding-dindingnya yang belia.

Dari tadi, Ava sebenarnya juga sudah mencoba menahan diri, namun tindakan Indira membuatnya tak kuasa menahan hasrat untuk ikut membelai batangnya sendiri.

Dari sudut matanya, Indira bisa melihat pemuda itu kini mengurut kejantanannya di bawah permukaan air. Hal ini menimbulkan senyum sensual tersungging di bibir sang gadis remaja. Puas melihat Ava yang dimabuk birahi tanpa berkuasa menyentuh tubuhnya.

Ava memberanikan diri untuk keluar dari air, bersandar pada batu besar, sehingga memungkinkan Indira lebih jelas melihat kejantanan berurat yang sedang diremas-remasnya. Indira membalas dengan memberikan senyum lemah di atas wajah sayu yang penuh gairah.

Sinar matahari yang mulai menyusup dari sela dedaunan memberikan aksentuasi bagi otot-otot tubuh Ava yang berkilat dan menggeliat. Pantatnya naik turun seiring gerakan tangannya yang kian cepat, mengurut-meremas batang berurat yang di ujungnya sudah dilelehi cairan precum yang menetes dari lubang kencingnya. Mata Ava membeliak dan memejam, menahan nikmat dengan bibir mendesis-desis menggumamkan nama Indira.

Mendengar itu, sekujur tubuh Indira seperti kehilangan tenaga. Malu bukan main, tapi nikmatnya luar biasa! Sampai-sampai seluruh otot-otot tubuh Indira lemas, dan lututnya tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Remaja blasteran itu hanya bisa tersungkur di atas batu, menumpu pada kedua siku dalam posisi menungging, memamerkan lubang anus dan belahan kewanitaan yang mengkilap basah, sementara payudara ranumnya membentuk bulatan penuh akibat tarikan gravitasi bumi yang segera ikut diremasnya.

Indira menungging-nungging penuh kenikmatan, sementara tangannya keluar masuk selangkangan dengan cepat. Bibirnya mendecap-decap membayangkan Ava menyetubuhinya dalam posisi menungging, rambutnya dijambak dan payudara mungilnya diremas-remas kasar dari belakang. "Ava... sshhhhh... kontolmu... sssh... sssh... gede.... bangeths.... oooohhh ummmh!" Ceracau Indira di antara bibir mungilnya yang menggap-menggap seperti kehabisan udara.

Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk menggapai puncak dengan birahi yang sama-sama sudah berada di ubun-ubun. Puncak Indira ditandai dengan semburan cairan cinta yang menyemprot kencang dari belahan tembemnya bagaikan kencing kuda, meleleh-leleh membasahi pantat dan paha mulusnya.

"AAUUUUHHH.... UUUUNGGGHHH.... UUUUUMMMMHHH!"

Bibir sensual Indira mengeluarkan suara yang tidak jelas lagi, apakah tangisan atau rintihan kenikmatan waktu paha mulusnya mulai dilelehi lendir dan urin yang kini nampak berkilauan ditimpa cahaya pagi. Indira memejamkan mata sambil melengguh sekuat-kuatnya, dan otot-otot tubuh telanjangnya menggigil hebat dan mengejang tak terkendali. Pantat mungil remaja itu melejang-lejang disertai lelehan cairan yang tak henti menyembur, menyertai badai orgasmenya yang panjang nikmat. Hingga akhirnya Indira tergolek lemah dengan kepala dan dada yang menempel di atas batu, sementara pantatnya masih terangkat tinggi-tinggi, mempertontonkan lebih banyak lagi lubang anus dan kewanitaannya yang berkilat-kilat belepotan cairan cinta pada Ava.

Melihat pemandangan itu, Ava tak bisa lagi menahan diri. Sekujur tubuhnya menegang, pahanya mendadak melemas sehingga sebelah tangannya perlu bertumpu pada sebuah batu. Erangan tertahan keluar dari kerongkokan Ava ketika puncak kenikmatannya datang bak ombak yang bergulung-gulung. Sesaat kemudian pantat berotot itu mengejang berkali-kali, diikuti cairan putih yang ditembakkan dari ujung kejantanannya. Kepala Ava terasa ringan, tebing-tebing di sekitarnya seperti berputar menghilangkan batas antara realitas dan imajinasi.

Senyum sayu mengembang di wajah Indira yang merona merah, sebelum akhirnya tawa renyahnya berderai memenuhi lembah sungai yang beranjak terang. Tawa Ava terdengar menyertai. Sepertinya tak akan ada yang berkeberatan apabila kontroversi dan adu gengsi selama sebulan ini direkonsiliasi dengan sebuah permainan birahi!

Indira tahu, bahwa dirinya 'nakal' dan 'binal'. Ayahnya mungkin akan murka jika mengetahui permainan kecilnya ini, namun belum pernah ia merasa sehidup ini setelah kematian ibunya. Semua ini karena Ava, karena makhluk ajaib yang bahkan ia tak tahu nama lengkapnya

"Nakal," Indira merengek manja, sambil mencubit pantat Ava, ketika mereka sama-sama membersihkan diri di bawah air terjun.

"Ih, kamu tuh yang duluan! Udah untung kamu nggak kuperkosa"

Indira terkekeh jenaka, membasuh wajahnya yang masih merona setelah orgasme.

"Hehehe... memang kamu berani?"

Ava tersenyum melihat bidadari mungil di hadapannya itu, tidak tega rasanya ia merusak anak itu lebih jauh.

"Jangan bilang Ajik sama Kadek, ya..." kata Indira lagi.

"Kamu kali, yang jangan bilang-bilang."

Indira tersenyum sambil mengulurkan kelingkingnya. "Janji?"

"Janji," Ava menjawab mantap sambil mengaitkan kelingking masing-masing.

Mereka berhadap-hadapan di bawah guyuran air terjun. Wajah Indira tampak begitu mempesona diterpa beribu butiran air. Setelah semua yang terjadi sebelumnya. Ava dan Indira tak lagi rikuh saling menyembunyikan tubuh mereka yang tak tertutup sehelai bėnȧngpun. Kini mereka duduk bersisian di atas batu, sama-sama telanjang dengan kaki yang mencelup ke atas permukaan air.

Mereka berbincang mengenai banyak hal. Indira bercerita bahwa sungai kecil di belakang rumahnya ini sebenarnya memiliki banyak kenangan terutama dengan mendiang ibu dan kakaknya. Indira bercerita bahwa dulu sewaktu kecil, ibunya selalu mengajaknya bermain di sini. Hanya di tempat ini Indira bisa menemukan suaka kecil, sebüȧh Paradiso di mana ia masih bisa hidup dengan kenangan masa kanak-kanaknya yang mungkin tidak bisa terulang. Itulah sebabnya Indira kesal ketika Ava mulai mengganggu ritual menyendirinya di tempat ini.

Indira tersenyum, melihat wajah tulus Ava yang duduk di sebelahnya. Meski mati-matian coba dipungkiri, Indira tahu, semenjak Ava tinggal di rumahnya, hidupnya menjadi lebih berwarna dengan kehadiran makhluk brewok itu, tapi Indira juga tahu, hubungannya dengan Dewa, sang kekasih sudah cukup rumit, tanpa perlu ditambahkan satu segi lagi.

Tahu-tahu Indira menyandarkan kepalanya di pundak Ava sambil terkekeh-kekeh. "Enak, ya..." Indira berceletuk pelan, membiarkan Ava merangkul pundaknya.

"K-kenapa?"

"Seru juga ya.. kalau punya kakak kayak Ava hehehe... ada nyebelinnya... ada lucunya... ada mesumnya..."

Indira membelai brewok yang tumbuh di sepanjang wajah Ava. Tanpa sadar Ava mendekatkan wajahnya. Hari masih benar-benar pagi. Di tempat sepi itu cuma ada mereka berdua dan deru air terjun yang mengiringi degub jantung keduanya yang saling bersüsülan. Dan Indira tahu, apa saja dimungkinkan terjadi dalam sebüȧh sistem bernama semesta.

Ava adalah atraktor asing yang merusak kesetimbangan hidupnya yang serba teratur dan monoton menjadi sebüȧh sistem yang serba chaos... namun juga... huft! (Indira menggembungkan pipi, mati-matian memungkirinya...) menakjubkan!

Untuk beberapa saat Indira tak kuasa menolak, bibir Ava hampir menyentuh bibirnya saat sang gadis tiba-tiba memalingkan wajah.

"Hihihi...," Indira terkikik lucu.

"Kenapa?"

"Ini namanya Incest..."

"Hehe..."

"Aku juga belum tahu tahu nama lengkapmu," kata Indira manis.

"Tebak, coba..."

"Ava Devine... Ava Lauren... eh itu kan nama pemain bokep, yah, hehehe.... " Indira mengekeh jenaka, sambil melingkarkan lengannya di pinggang Ava. "Athanasius Valentino? Antonius Valentino?" tebaknya.

Ava menggeleng.

"Asep Vrakarya?"

Ava menggeleng lagi. "Mustava Ibrȧhïm," jawabnya mantap.

Wajah Indira langsung berubah mendengarnya. Matanya memicing ke arah Ava, tatapan yang tadinya hangat berubah menjadi penuh kecurigaan.

"Kenapa?"

"Awalnya kukira cuma brewokmu aja, tapi namamu juga!"

"Hah?"

"TERNYATA KAMU JUGA SESAMA TERORIS!" Wajah Indira dipenuhi dengan amarah yang Ava sendiri tak mengerti musababnya. Indira mengambil pȧkȧïȧn dan peralatan mandinya, dan berlari menaiki tangga batu tanpa berpȧkȧïȧn lagi.

Ava tertegun melihat Indira pergi. Dirinya benar-benar tidak mengerti, ia hobi mengoleksi bokep dan tidak pernah bergabung dalam organisasi radikal manapun, tapi hari ini dia dipanggil teroris?

Sementara air terus menderu, menimbulkan sepi dan resah yang menggelayut di antara hatinya dan tebing curam.


To Be Continued


 
Terakhir diubah:
Pertamaaaax ! :alamak: , gile suhu padahal ane udah baca paradiso berulang-ulang tapi feel nya tetep dapet......

setiap minggu masih aja selalu nunggu update :ampun:

tapi karena ane telat pasang patok akhirnya dapet tempat di posisi paling ujung itu pun ngontrak setelah maksa-maksa :((


kereeen asli top markotop :jempol:
 
pevita oh pevita..
eh indira ding :bingung:

om jay....
pokoknya om jay kudu ngajarin ane bikin cerita yg kayak gini..
janji ya?
*sambil kedip kedipin mata*
 
feel so crunchy. apa karena efek Remake ato dulu pas baca yg pertama otak masih kacrut.

tapi beneran kok Gay, eehh Jay. apa karena di fragmen 1 sama 2 si indira belum sepenuhnya klop bin nyambung sama ava, jadinya di fragmen berikutnya sama yg ini sifatnya agak kecentilan wal keganjenan. gitu yaa.. ato otak ane masih kacrut jg.

~terusin makan rujak buatan si Indah lagi :pandapeace:
 
Pertamaaaax ! :alamak: , gile suhu padahal ane udah baca paradiso berulang-ulang tapi feel nya tetep dapet......

setiap minggu masih aja selalu nunggu update :ampun:

tapi karena ane telat pasang patok akhirnya dapet tempat di posisi paling ujung itu pun ngontrak setelah maksa-maksa :((


kereeen asli top markotop :jempol:

mudah2an cerita remake-nya feelnya tetep dapet.... komen agan akan ane jadikan masukan, kalau yang udah bagus ane gak bakal utak-atik...
paling yang ane rubah season 1-nya aja brooow :beer:


pevita oh pevita..
eh indira ding :bingung:

om jay....
pokoknya om jay kudu ngajarin ane bikin cerita yg kayak gini..
janji ya?
*sambil kedip kedipin mata*

hehehehe... sip... nulis kaya gimana gaaan... galau? eksib? atau jangan2 kaya Sang Legenda :bata:
yang a ane juga soalnya gak tahu, huhuhu... sekarang dah gak bisa nulis galau lagi :galau:
 
feel so crunchy. apa karena efek Remake ato dulu pas baca yg pertama otak masih kacrut.

tapi beneran kok Gay, eehh Jay. apa karena di fragmen 1 sama 2 si indira belum sepenuhnya klop bin nyambung sama ava, jadinya di fragmen berikutnya sama yg ini sifatnya agak kecentilan wal keganjenan. gitu yaa.. ato otak ane masih kacrut jg.

~terusin makan rujak buatan si Indah lagi :pandapeace:

huhuhu... crunchy di bagian mananya brow? :ampun:

beda sama yang versi 2012. Kalau di versi 2012:
-Ava dateng ke rumah Pak De
-Ketemu Indira pagi itu juga
-Terus langsung adegan masturbasi bareng ini di hari itu juga

kenapa di versi remake 2015 Indira kelihatan kecentilan? karena:
-Ava datang ke rumah Pak De
-ketemu Indira buat yang pertama kali (Fragmen 3) berantem... dst....
-nah di versi baru, ada time skip 1 bulan buat ngebangun kemistri antara Ava-Indira (bisa dibaca lagi di fragmen sebelumnya) karena nggak logis, Ava dan Indira yang baru pertama kali ketemu langsung buka-bukaan... itu juga kenapa kali ini indira terkesan lebih centil karena mereka udah kenal sebulan
 
salah ngedit itu, ane maunya nulis di depan... tapi malah ke post di bawah hehehehe... yaudah... udh terlanjur ane biarin aja., biar pembaca gampang nyari cerita sebelumnya juga... eniwei yg di pejwan udah ane edit kok... thx broo :beer:
 
huhuhu... crunchy di bagian mananya brow? :ampun:

beda sama yang versi 2012. Kalau di versi 2012:
-Ava dateng ke rumah Pak De
-Ketemu Indira pagi itu juga
-Terus langsung adegan masturbasi bareng ini di hari itu juga

kenapa di versi remake 2015 Indira kelihatan kecentilan? karena:
-Ava datang ke rumah Pak De
-ketemu Indira buat yang pertama kali (Fragmen 3) berantem... dst....
-nah di versi baru, ada time skip 1 bulan buat ngebangun kemistri antara Ava-Indira (bisa dibaca lagi di fragmen sebelumnya) karena nggak logis, Ava dan Indira yang baru pertama kali ketemu langsung buka-bukaan... itu juga kenapa kali ini indira terkesan lebih centil karena mereka udah kenal sebulan

crunchy lho Jay, bukan rancu.. Renyah, Lumer dimulut kalo kata Wafer Tango. dari segi pembawaan karakter dan juga dialog antar tokoh, it flow. ndak perlu uwe bolak-balik baca dah ngeh.

nahh, ini menurut uwe nih Jay, once more, menurut saya pribadi, bukan yg lain, Logic or Not:

~seseorang yg dengan pembawaan yg pada dasarnya easy going akan lebih mudah menerapkan sifat dan sikap dalam jangka waktu yg tidak begitu lama. example sifat ava dari fragmen awal.

demikian pula sifat yg dimiliki indira, entah memang dianya dah punya sifat centil bin ganjen dari orok, atau sifat itu baru muncul waktu ada ava.

~tapi, kalo dalam time skipping sebulan itu untuk membangun karakter sebenarnya dari Indira, that's alright. clearly enough for me.

so, uwe tinggal menyesuaikan saja untuk beberapa fragmen berikutnya.

ok.. gitu ja dulu ma men, kalo misal terlalu menggannggu jalannya cerita Just Ignore It. :ampun:
 
kirain garing (crunchy artinyaj jg 'garing')... soalnya ane rada insecure sama jokenya wkwkwkw....
hu-uh... dikasih time skip 1 bulan buat built kemistri tokoh2nya... :jempol:
thx dah baca cerita ane lagi yah hulk :ampun:
 
kirain garing (crunchy artinyaj jg 'garing')... soalnya ane rada insecure sama jokenya wkwkwkw....
hu-uh... dikasih time skip 1 bulan buat built kemistri tokoh2nya... :jempol:
thx dah baca cerita ane lagi yah hulk :ampun:

Crunchy, Delicious, Melted bercampur aduk jadi satu deh pokok nya :jempol:

dan karena mindset saya udah Remake makanya jalan cerita jadi semakin ngga tertebak.......

Suhu jaaaaaay , engkau sungguh mempermainkan perasaan kuuuh !

galaaaau udah galaaaau ga sabar nunggu update :((
 
kirain garing (crunchy artinyaj jg 'garing')... soalnya ane rada insecure sama jokenya wkwkwkw....
hu-uh... dikasih time skip 1 bulan buat built kemistri tokoh2nya... :jempol:
thx dah baca cerita ane lagi yah hulk :ampun:

~huhuhuuu... elu mah dari dulu suka baper Jay kalo ma uwe :galau: *krik..krik..krik..krikk

~kan lumayan ada bacaan buat merenungi Tuhan Dan Alam Semesta, meskipun sambil Ngaceng juga bodo amat :ha: :lol:

~sambil Ngrokok ma Ngopi, menghadap ke Arah Selatan (Kiblat)~menurut uwe pribadi, ente gak usah ikutan :ha: :lol:
 
Terakhir diubah:
Aihh.. The bold... The very best story re-released enriched in higher definition detail and such beautiful words to feast my eyes and to please my mind ... again


makasih gan untuk remastered ini.. Salute :beer:

:ampun:
 
Manteeep emang yaaa suhu jay ini, ceritanya beda dari yg lain dah. Jempol 👍 👍 👌
 
Aihh.. The bold... The very best story re-released enriched in higher definition detail and such beautiful words to feast my eyes and to please my mind ... again


makasih gan remake ini.. Salute :beer:

:ampun:

Ini di ibaratkan versi dulu itu DVD , yang sekarang ini versi Blu-ray HD 1080p gimana tuh gregetnya :jempol:
 
:D

Setelah baca habis versi pdf yg di-emailkan, duh, muncul Paradiso.v.02 yg ga kalah menggoda..
Timeline Ava-Indira yg direntangkan ini jadi adjusment yg mengisi beberapa celah, terutama love scene (lbih suka LS drpda SS) yg di t4 manjus.
:)

Keren, suhu..
 
Bimabet
-nah di versi baru, ada time skip 1 bulan buat ngebangun kemistri antara Ava-Indira (bisa dibaca lagi di fragmen sebelumnya) karena nggak logis, Ava dan Indira yang baru pertama kali ketemu langsung buka-bukaan... itu juga kenapa kali ini indira terkesan lebih centil karena mereka udah kenal sebulan
.
Ooh...pantesan aga sedikit "beda rasanya" ... aq terlalu banyak skip sepertinya.. ulang lagi ah bacanya..
.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd