Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Paradiso!

Bimabet
Setahuq suhu lo di bali tuh anak cewek satu"nya lo mau nikah harus melewati beberapa prosesi adat yg cukup mahal suhu...namanya apa aq lupa tp...

oh gt ya gan..
CMIIW ... mahal? klo materi, banyak lah org kaya di Bali.. siapa yg nolak dapetin Indira? tapi kenapa harus Dewa?
nah itu yg bkin ane bingung? Ada apa dgn Dewa?

#buta akan adat istiadat Bali
:hua:
 
oh gt ya gan..
CMIIW ... mahal? klo materi, banyak lah org kaya di Bali.. siapa yg nolak dapetin Indira? tapi kenapa harus Dewa?
nah itu yg bkin ane bingung? Ada apa dgn Dewa?

#buta akan adat istiadat Bali
:hua:

Sama suhu...mndng nunggu penjelasan dr om jaypron aja...
Aq jg rada burem suhu...wkwkwk
 
Mantabh... Tidak ada katanya lain selain Mantabh. Welcome back our master.. Our lord , the maestro Jaya Suporno
 
yoi gan... ntar spoiler :pandajahat:
next apdet ada penjelasannya.... cuma anenya aja yang rada insecure sama apdetannya.... :fiuh:

@yaz: makasiiiih heheheheh...
 
baca cerita ini jd ingat lagunya titik sandora:
diantara hatimu hatiku
terbentang dinding yang
tinggi
tak satu jua jendela di sana
agar kumemandangmu
ada suatu antara kita
yang tak dapat kumengerti
hanya senyummu selalu
membayang
membuat ingin bertemu.

Hah,ketika cinta terhalang beda. . .
 
makasih kometarnnya gan... terjebak nostalgia itu ibaratnya agan agan naik roller coaster terus rollercoasternya lepas dari rel.... kalau paradiso ini agan diajak naik perahu ngelewatin sungai yang berarak kaya tempat mandinya ava.... terus ngelewatin arus beriak-riak... riam demi riam... jeram demi jeram.... nggak tahu diujung sana ada air terjun gede... ;)

tn ada di watty btw ;)

hhahaha ga kok om jay. rollercoaster nya ga terlepas dr rel kok. malahan menurutku melaju dengan indah kok. sampe sekarang ane masih memburu ending nya si jay sama senja kyak apa. hehehe

thanks untuk update nya om jay. lanjut berkarya.
 
hhahaha ga kok om jay. rollercoaster nya ga terlepas dr rel kok. malahan menurutku melaju dengan indah kok. sampe sekarang ane masih memburu ending nya si jay sama senja kyak apa. hehehe

thanks untuk update nya om jay. lanjut berkarya.

sama senja putus gan... :galau:

sebenernya ada lanjutannya Terjebak Nostalgia, judulnya "Pemeran Utama"
ntar diambil dari povnya liz

"pemeran utama.
pemicu detak jantung ini
baru ini kusadari
setelah berlayar pergi
itu kamu"

:galau:

ah,,, ngapain ngomongin cerita lain :galau:

baca cerita ini jd ingat lagunya titik sandora:
diantara hatimu hatiku
terbentang dinding yang
tinggi
tak satu jua jendela di sana
agar kumemandangmu
ada suatu antara kita
yang tak dapat kumengerti
hanya senyummu selalu
membayang
membuat ingin bertemu.

Hah,ketika cinta terhalang beda. . .

begitulah gan :galau:

kenapa ane ikutan galau...

ini rencana nya sampe fragmen brp om jay??

kalau di versi 2012 sih sampe 65... tambaah side story paling 70.....
 
yoi gan... ntar spoiler :pandajahat:
next apdet ada penjelasannya.... cuma anenya aja yang rada insecure sama apdetannya.... :fiuh:

@yaz: makasiiiih heheheheh...

oh iye..sop iler tar.. hahaha...

halah ngopo insecure brang lek..
mbok kyo lek panjoel.. PD.. podo legend e brng kok..
semangat..
:beer:
 
"Salah ya, Va? bermimpi terlalu tinggi?" Indira membuka suara, namun lawan bicaranya hanya mengangkat bahu.

Gelap pekat membungkus tubuh keduanya. Sang Surya yang telah menyembunyikan diri di balik selimut gelap, digantikan Sang Chandra yang bersinar temaram. Cahayanya tertutup beberapa awan yang berarak seperti iring-iringan peziarah menuju pekuburan. Cahaya lampu villa yang berleret-leret di kejauhan tak mampu menerangi areal persawahan di depan kediaman Pak De sehingga, tak menyisakan sedikitpun keindahan yang memukau saat pagi ataupun senja.

Sudah jam setengah 11 malam, Ava merokok di pinggir pematang sawah ditemani Indira yang menelpon kekasihnya sedari tadi.

Dan kali ini Ava terpaksa dibuat gemas. Betapa tidak, dari tadi ia hanya bisa menyaksikan Indira seperti orang bodoh berbicara di telepon. Kadang gadis itu mengigit-gigit jarinya, kadang ia menutup bibirnya dengan telapak tangan seperti menahan tangis. Seganteng apakah Dewa? Hingga bisa membuat bidadari seperti Indira demikian gulananya.

Telepon ditutup. Cahaya kunang-kunang berpendar di kejauhan menimbulkan kilauan biru keunguan yang menari redup, mata Indira mengawang memandangi itu semua.

"...atau aku aja kali yang terlalu naif, terlalu percaya sama Dewa," sambung Indira lagi.

Ava mendengus gemas, kupingnya agak panas ketika nama itu disebut-sebut.

"Kenapa sih masih ngomongin Dewa? Setelah apa yang dia lakuin, masih aja kamu ngarepin dia."

"Kamu nggak bakalan ngerti, Va. Ini lebih rumit dari yang kamu kira!"

"Makanya jelasin, dong!"

"Buat apa? Kamu nggak bakalan ngerti juga!"

"Ya nggak bakal ngerti lah, kalau nggak dijelasin."

"Cuma Dewa yang mau nerima aku, Va..." Indira akhirnya berucap. Pelan dan getir.

"Dira, dengerin aku. Kamu itu cantik, lucu. Masih banyak cowok yang lebih baik dari Dewa yang mau sama kamu!"

"Kamu emang nggak ngerti...," desah Indira putus asa. "Nggak ada cowok di Bali yang mau nikah sama aku..."

"Aku?"

"Iiiiiiiiiiiiih! Ava ngareeeep!" Indira mencubit Ava dengan wajah tersipu sehingga pemuda itu terkekeh-kekeh salah tingkah.

"Yah, namanya juga usaha," sahut Ava lalu menggaruk-garuk rambut gondrongnya.

"Klise tahu!" Indira menggembungkan pipi dan memasang tampang judesnya yang selalu, berusaha memungkiri bahwa jantungnya kini berdetak sedikit lebih kencang akibat perkataan sang pemuda.

Angin berhembus sendu. Hati-hati Indira melirik mata Ava, mencoba mencari sesuatu di dalamnya.

"Lagian, emangnya kamu mau masuk Hindu, Va?"

Di-skak seperti itu, seketika membuat Ava kehilangan kata-kata. Hingga akhirnya raut antusias di wajah Indira padam dan berganti kecewa. Indira memalingkan wajahnya.

"Kenapa, Va? Kamu takut masuk 'Neraka'?" sindir Indira agak sinis.

"Kalau sekarang pertanyaan itu aku balikin. Dira mau nyakitin Ajik?"

"Kamu nggak bakalan ngerti. Ini lebih rumit dari yang kamu kira. Nggak semudah itu. Keluarga, lapisan masyarakat, norma adat, kita hidup dalam itu semua. Bisa apa kita?" lirih Indira berkata, memepetkan tubuhnya ke hangat tubuh Ava. Embun jatuh di tajuk-tajuk padi yang merimbun di hadapan mereka, mengiringi sebuah cerita yang mulai bergulir....
Fragmen 17
Smaradhana



Ratih Dewi, citra khayalku,
prana dalam diriku,
yang haus asmara...
Nikmatnya bercinta...

Andika Dewa,
sirna duli Sang Smara,
Merasuk sukma,
menyita heningnya cipta...
Resah ku jadinya...

Prahara nestapa seakan tak kuasa
membendung asmara insan sedang bercinta
Gelora asmara di samudra cita
melenakan daku dibuai cinta...


Adalah Sang Smara, Sang Dewa Cinta, yang dibakar menjadi abu oleh mataketiga Hyang Shiwa karena mengusik meditasi Sang Mahadewa. "Meski Sang Smara sudah tak mempunyai raga, dia akan tetap hidup. Hidup dalam raga mahluk dunia," bersabda Sang Shiwa. Maka, disebarkalah abu Dewa Smara ke Marcapada, dunia fana.

Didorong oleh rasa cintanya, Dewi Ratih, Sang Dewi Asmara ikut menyusul suaminya ke dunia. Smara hidup tanpa wujud dalam hati laki-laki, sementara Ratih bersemayam dalam hati perempuan. Rasa hati di dalam setiap manusia hadir dari peran mereka. Mereka yang selalu terpisah dan selalu ingin untuk bersatu, walau kesempatan itu tidak mudah. Terjal dan berbatu.

Keterpisahan dan penemuan kembali. Ratih Dewi dan Sang Smara, Adam yang terusur dari Paradiso dan mencari Hawa yang tercipta dari tulang rusuknya. Dengan apapun ia digambarkan, manusia menghabiskan setengah hidupnya untuk menemukan belahan jiwanya yang terpisah jasad, yang dulu pernah berjanji di alam Ruh untuk saling menemukan ketika terlahir di dunia.

Indira mengira bisa menemukannya dalam diri Dewa, mahasiswa kedokteran tampan, panitia kejuaraan bola basket tempat sekolahnya bertanding 2 tahun yang lalu. Dewa memang tampan dengan darah setengah bule seperti dirinya. Apalagi pemuda itu tercatat sebagai mahasiswa kedokteran tahun kedua. Sebuah alasan mutlak yang bisa membuat gadis manapun tergila-gila padanya.

Namun bukan itu yang membuat Indira jatuh cinta pada Dewa. Ngurah si Ketua Osis atau Gung Putra si Center Klub basket jauh lebih tampan dan lebih macho dari Dewa - yang menurutnya cenderung metroseksual. Permasalahannya, ada yang unik dari diri pemuda itu. Dewa benar-benar sulit ditebak! Dewa seperti segelas minuman yang lezat, tapi dia tidak membiarkan Indira menenggak habis. Dibiarkannya bibir gadis itu mencicip sedikit, sebelum menjauhkan gelasnya. Hingga tinggal Indira yang penasaran setengah mati.

Hari ini ia memuji potongan rambut Indira yang baru; besoknya dia bisa mencela sifat manja Indira. Di dalam Mall dia menolak membawakan barang belanjaan Indira; namun di parkiran kepala Indira sudah dipayungi dari hujan dengan jaketnya. Pernah di hari jadian mereka, Dewa alpa membawa bunga hingga Indira menangis; namun ketika hendak pulang baru nampak seekor boneka beruang raksasa yang membuat tangis Indira makin menjadi.

Dewa tidak pernah terlalu memuji, tetapi menantang Indira untuk lebih baik. Dewa tidak mengejar-ngejarnya seperti cowok-cowok lain, tapi membiarkan Indira yang mengejar-ngejarnya. Dewa tidak melakukan apapun yang diminta Indira, Dewa dapat menolaknya dengan tegas terlebih bila permintaan itu tidak masuk akal meski harus melihat Indira berguling-guling di tanah sekalipun.

= = = = = = = = = = = = = = = = =

Namun Dewa juga selalu berhasil memberi kejutan yang tak disangka-sangka bagi sang gadis kecil. Masih jelas teringat dalam benak Indira, ketika Dewa mengajaknya makan malam di rumah sang kekasih di daerah Bukit Ungasan, Jimbaran.

Dan waktu itu Indira tidak bisa untuk tidak terperenyak. Ia hanya bisa menutup bibirnya dengan tangan, karena pelupuk matanya sudah penuh dengan perasan haru yang siap membuncah. Seumur hidup belum pernah ada yang melakukan hal seperti ini untuk dirinya:

Rimbun pepohonan di hadapannya sudah dihiasi ribuan lampu yang berkelap kelip seperti gugus-gugus bintang. Sementara di ujung membentang kain tetoron raksasa, disorot dengan proyektor LCD bertuliskan "Happy Birthday Indira" yang kemudian berganti dengan montase video dari Dewa dan teman-teman Indira diiringi lagu "If You're not The One"-nya Daniel Bedingfield yang mengalun dari sepasang amplifier.

"Dewa... ngapain kamu.... buat... kaya ginian?" terbata, Indira berkata, karena tangannya kini sibuk mengusapi matanya yang membasah.

Dewa bahkan tidak perlu menjawab. Kecupan di kening sang kekasih sudah menjawab semua tanpa perlu sepotongpun aksara.

= = = = = = = = = = = = = = = = =​

"Bohong, masa Dewa romantis kaya gitu?" sambar Ava, tidak terima mendengar penuturan Indira.

"Dia dulu beda, Va," sahut Indira getir. "Dia dulu nggak kaya gini..."

Kepada pemuda brewok di sampingnya Indira lalu bercerita, kehadiran Dewa dalam kehidupannya bagaikan sebuah oase segar bagi remaja belia yang haus akan kasih sayang orang tua. Indira masih ingat benar, waktu itu Dewa bukanlah lelaki yang kasar, dan dirinya bukanlah bidadari yang liar, atau begitulah setidaknya yang dikenangkannya. Semuanya terasa semakin jauh kini. Namun sedapatnya Indira mencoba kembali mengenang kembali saat-saat Dewa mendekap tangannya sambil berdansa berputar-putar setelah menyelesaikan makan malam romantis malam itu....


Mereka berdansa di halaman villa milik keluarga Dewa di Bukit Ungasan, Jimbaran, Villa yang terletak tepat di gigir tebing di mana Samudra Hindia bergolak ganas di bawahnya. Mereka terus berdansa di halaman yang dihias seperti Taman Langit dengan ratusan lampu. Sementara lagu dari The Carpenters mengiringi langkah keduanya.


Why do stars fall down from the sky
Every time you walk by?
Just like me, they long to be
Close to you...


Mereka saling bercekikikan. Dan Indira harus tersenyum-senyum melihat kekasihnya melangkahkan kaki dengan kikuk. Gadis remaja itu melingkarkan sepasang tangannya di leher dan bahu Dewa, sementara pemuda itu mendekap pinggang Indira lembut. Happiest momment of her life, begitulah setidaknya yang diingat Indira kini. Walau semakin tersamar, Indira masih bisa mengenang ketika bibir lembut kekasihnya menempel di bibirnya, atau ketika sepasang matanya memejam, membiarkan cinta mereka mengalir seiring desah nafas yang saling mengisi...


On the day that you were born the angels got together
And decided to create a dream come true
So they sprinkled moon dust in your hair
Of golden starlight in your eyes of blue
 
Terakhir diubah:
Fragmen 18
Night in White Satin

Villa itu berdiri angkuh di gigir tebing karang, seakan menantang gerak Sang Baruna yang menggelegak di bawahnya. Cahaya temaram memendar dari dalam bangunan bergaya Avant Garde itu, memantul di kolam renang yang mengelilinginya.

Ada sebuah kamar tidur yang menghadap laut, dengan kolam yang berkilauan tepat di depannya dan berakhir di gigir karang, seolah-olah kolam itu melayang di udara saja. Lampu utama dimatikan, menyisakan pendar jingga dari lampu tidur yang menyala malu-malu serta sinar yang beriak-riak dari bawah permukaan air.

Pintu kaca yang menuju ke luar sengaja dibuka lebar-lebar. Hingga angin laut menyerbu masuk dan menerbangkan kordyn warna putih. Aroma laut melambung memasuki paru-paru sepasang kekasih yang saling bermesraan di atas tempat tidur dengan sprei satin putih. Mereka tidak bercakap, hanya saling membelai. Karena saat ini yang diperlukan hanyalah hening ditimpali sahutan ombak yang seolah ikut mendesah.

Breath deep
The gathering gloom
Watch lights fade
From every room

Indira menyandarkan kepalanya di dada Dewa, membiarkan pemuda itu membelai halus pipi dan rambutnya.

"Yakin nggak pulang?" suara lembut membisik di telinga Indira.

"Buat apa pulang?"

"Nanti dicariin sama Ajik-nya Indira..."

"Kalau aku lebih penting dari lukisannya, mungkin kali, ya... mungkin... itu baru mungkin, loh..." suara Indira tedengar makin lirih.

Dewa membelai rambut kekasihnya. Meski ingin, tak pernah sedikitpun Dewa mampu mengucapkan perasaan yang berkecamuk dalam sanubarinya saat ini. Kehilangan kasih sayang orang tua, disia-siakan oleh orang yang seharusnya mengasihinya. Indira selalu bisa membuatnya merasa berkaca. Berada dalam pelukan Indira membuat Dewa selalu merasakan sensasi keterpisahan sekaligus pertemuan kembali pada belahan jiwa yang terpisah jasad.

Sampai kapanpun Dewa tak akan mampu mengutarakan semua itu. Hanya kecupan hangat yang mendarat di pipi Indira, dan kali ini lebih lama dari sebelumnya. Sebisanya Dewa membiarkan Indira meresapi setiap perasaan yang kiranya bisa tersampaikan melalui setiap gerak bibirnya di pipi gadis itu. Indira tersenyum, merasakan kehangatan membelai kulitnya. Dipeluknya kepala sang kekasih, mengarahkan ciuman itu ke bibirnya yang berbisik, "I love you, Dewa."


Impassioned lovers

Wrestle as one
.

Malam itu Indira merasa utuh. Tidak hanya tubuh, tetapi juga ruh. Dirasakannya kembali sensasi keterpisahan dan penyatuan kembali. Belahan jiwa yang dulunya terpisah separuh dan saling mencari dalam kembara jagad pramudhita.

.

Nights in white satin, never reaching the end,
letters I've written, never meaning to send.
Beauty I've always missed,
with these eyes before.
Just what the truth is,

I can't say anymore.

Just what the truth is
Ican't say any more

'Cause I love you

Yes I love you

Oh how I love you


= = = = = = = = = = = = =​

Dua tahun sudah Dewa dan Indira menjalin hubungan. Seharusnya tak ada yang salah dengan hubungan keduanya. Dewa dan Indira berasal dari kasta yang sama, dan sama-sama beriman pada Tuhan yang sama. Hanya saja, kepergian Raka, kakak laki-laki Indira 10 tahun yang lalu membuat sang gadis menjadi anak satu-satunya dalam keluarga. Permasalahnnya, apabila keluarga penganut Hindu Bali tidak memiliki anak laki-laki sebagai ahli waris yang akan melanjutkan keturunannya, maka akan ada konsekuensi adat yang menanti:

Perkawinan nyentana.

"Perkawinan nyentana?" Ava mengernyit ketika lagi-lagi mendengar kosakata yang asing di telinganya.

Indira menjelaskan, bahwa dalam perkawinan biasa lazimnya seorang lelaki yang melamar seorang gadis untuk dijadikan istrinya. Namun dalam perkawinan nyentana, si gadislah yang melamar si lelaki untuk dijadikan suaminya untuk selanjutnya diajak tinggal di rumah si gadis. Sementara itu keturunannya akan menjadi 'milik' dan melanjutkan keturunan keluarga istrinya tadi, begitu juga hak warisnya. Meski diperbolehkan secara adat, masih ada sebagian orang yang merasa adalah aib besar bagi keluarga si pemuda yang nyentana, terlebih pada tata sosial patriarkal yang berlaku.

"Terus Dewa...?"

Senyum getir membayang di wajah Indira bersama cerita yang kembali bergulir...

= = = = = = = = = = = = = = =​

"Aku sayaaaaaang banget sama kamuuu..." Indira menjerit-jerit dan mendekap Dewa gemas seperti ia sedang meremas boneka beruang raksasa pemberian Dewa. "Aku pengen banget deh kita terus sama-sama."

"Hmm...."

"Apa ntar aku kuliah kedokteran aja kali, ya? Susah nggak kuliahnya?"

"Hmm..."

"Kalau kita nikah, kamu punya anak berapa, Wa? Dua aja, ya?"

"Hmmm..."

"Ih, diajakin ngomong malah diem aja!" Indira mencubit pinggang kekasihnya. Dewa hanya tersenyum lembut, mengusap kepala Indira yang kini memberengut lucu, sebelum kembali memandangi langit-langit dengan mata mengawang.

Lambat Indira baru menyadari, bahwa pandangan kekasihnya berubah sendu.

"Dewa, kamu kenapa, sih?"

Dewa menghela nafas. "Nggak usah mikir kejauhan. Jalani yang ada dulu aja."

"Maksudmu?"

Lagi-lagi, kekasihnya hanya menjawab dengan helaan nafas berat. Mata Indira memicing, kesabarannya mulai dibuat menipis.

"Wa, kok kayanya kamu nyesel ya, udah ngambil virgin aku..."

"Ngapain bilang gitu?"

"Bilang aja kamu nggak bakal mau nyentana... kan? Keluargamu pasti nggak bakal mau anaknya DIAMBIL, kan?" pertanyaan Indira menukik tajam.

Dewa hendak membelai Indira, namun gadis itu keburu menepis tangannya kasar.

"Buat apa aku sampai bela-belain kaya gini, kalau suatu saat kamu pasti ninggalin aku?!!!" Indira mengambil jarak dari tubuh Dewa.

"Indira... denger..."

"Buat apa aku ngasih punya aku yang paling berharga... kalau suatu saat kamu pasti... kamu pasti..." Indira tak melanjutkan kata-katanya, karena suaranya mulai menghilang ditelan sedu sedan. Indira memandangi langit-langit kamar dengan putus asa, hingga akhirnya pandangannya ikut kabur karena air mata.

"Jadi... segitu saja... pendapatmu... tentang aku?" suara Dewa terdengar bergetar tepat di sebelahnya.

Pemuda itu memandangi langit-langit, di matanya pun mengalir air hingga membasahi bantal. Indira terperenyak. Seumur-umur belum pernah ia menyaksikan kekasihnya itu meneteskan air mata.

"Aku... baru... kali ini... cinta... seseorang.... sampai... sejauh ini..." Dewa berkata terbata. Dada pemuda itu naik turun dengan kencangnya. "Semua... yang... kulakukan... selama ini... hanya.. kamu... nilai... segitu...?"

Suara Dewa bergetar hebat. Badai perasaan itu demikian membuncah, hingga akhirnya...

"JANGANKAN NYENTANA? MATI PUN AKU RELA BUAT KAMU!" jerit Dewa sambil menepuk-nepuk dadanya dengan emosional.

Lalu tak ada yang mampu berkuasa untuk berkata-kata. Bahkan samudera pun rela mengheningkan cipta hanya untuk memberi ruang pada sepasang tangis yang kini pecah dan terdengar kian memilukan.

Cold hearted orb
That rules the night
Removes the colours
From our sight

Red is gray and
Yellow white
But we decide
Which is right
And
Which is an Illusion
 
Terakhir diubah:
Fragmen 19
Can't Help Falling in Love


"Dewa sayang kamu, tahu," Ava berkata meskipun pahit terasa.

"Kamu enggak tahu. People changes, Va... ." Indira tersenyum getir. "Nggak tahu, Va.... entah mulai kapan.... tahu-tahu aja... kita berdua jadi kaya gini... Dewa jadi tempramental... aku jadi..." Muncul ekspresi jijik di wajah Indira, memandangi nyala rokok di tangannya. "Va, kadang aku merasa jijik sama diri aku sendiri."

Seorang bidadari belia tersesat dari kahyangan. Ia tergoda akan ranum dunia. Tergoda mencoba lembar demi lembar lontar yang tak sepantasnya dibaca. Tahu-tahu ia sudah melangkah terlalu jauh dari Swargaloka...

"Manusia emang bisa berubah..." kata Ava.

"Yeah..." Indira mematikan rokoknya.

"Tapi bisa juga berubah kembali jadi lebih baik, kan?"

"Kok kamu jadi naif gitu, sih" kata Indira sinis.

"Optimis," sergah Ava.

"Penuh angan-angan!" sindir Indira lagi.

"Penuh harapan!" sanggah Ava segera.

"Pemimpi!"

"Itu karena manusia memang harus punya mimpi!"

"Meski akan terbangun?"

"Wujudkan, dong!"

"Huaaaaah, kok sekarang jadinya kamu malah ngomporin aku baikan sama Dewa, sih!" protes Indira sambil memberengut. "Aku kan jadi tambah bingung, tauuuk!"

"Bingung napa?"

"Bingung ama perasaanku ke...─" Indira terdiam, diliriknya Ava sekilas.

"Ngapain bingung, aku tahu kok kamu sayang banget sama Dewa," Ava berkata lalu memalingkan muka.

"Aaaaah, udah ah, dasar cowok nggak peka!" ucap Indira sebal lalu mengeloyor pergi.

Ava hanya bisa terpaku memandang punggung Indira yang beranjak menghilang. Sungguh perasaannya campur aduk kini. Dia benar-benar ingin Indira bahagia, terlebih dengan segala kehilangan yang pernah dialami anak itu, namun dengan segala perbedaan yang ada, dirinya pun tahu pasti: kebahagiaan itu tidak akan pernah berasal darinya.


If I should stay,
I'll only be in your way
So I'll go,
but I know
I'll Think of you
every step of the way...

Bittersweet memories
That is all I'm taking with me
So, goodbye
Please, don't cry
We both know I'm not what you, you need...

I hope life treats you kind
And I hope you have all you've dreamed of
And I wish to you, joy and happiness
But above all this, I wish you love...

And I will always love you
I will always love you
I will always love you...



To be Continued...









Catatan kaki

Oya, tentang pernikahan nyentana, mau komentar sedikit. Dalam pandangan gw sebagai orang Bali, nyentana sah2 aja buat dilakuin, ngga melanggar kepatutan apapun.

Tapi dalam benak beberapa keluarga, atau beberapa orang laki-laki, merasa bahwa ketika dia nyentana (diambil sebagai menantu ke rumah cewek) maka hilang harga dirinya sebagai laki-laki. Ketakutan-ketakutan yang dihadapi lebih kepada ketakutan yang dibangun oleh diri sendiri atas komentar masyarakat sekitar.

Padahal sejatinya masyarakat tidak akan menjadikan hal itu topik pembicaraannya lebih dari abulan pitung dina (42 hari).

Jadi ini pengalaman sahabat gw sendiri. Sobat gw ini, cewek, udah hamil di luar nikah. Dia juga merupakan anak satu2nya di keluarga itu. Yang cowok sebelumnya udah bilang siap buat nyentana. Si cowok ini punya sodara 3, kesemuanya laki-laki.

Pas udah deket mau nikah, tiba-tiba keluarga si cowok ngga mau anaknya nyentana. Ributlah akhirnya. Singkat cerita, si cewek akhirnya dinikahkan dengan keris, sebagai perlambang laki2, dan memilih untuk melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.

Entah sebuah keajaiban atau apa, 3 bulan kemudian, keluarga yang cowok dateng ke rmh yang cewek, dan meminta maaf, serta mengizinkan si cowok ini buat nyentana. Merekabilang bahwa mereka ngga mau kena karmaphala (hukum sebab-akibat), karena telah menyia-nyiakan keturunannya. Akhirnya, dibuat lagi prosesi pernikahan tepat 2 bulan sebelum kelahiran si jabang bayi.
 
Terakhir diubah:
:woi:
hap!
:)







masuk baca:baca: cerita seperti sedang merapalkan mantera.. hingga terlena dalam buaian kisah asmara belia Indira..

dan Ava kan baru tau sepotong bagian ceritanya.. hanya bisa ternganga jika di bilang cowok nggak peka..

begitulah wanita:fiuh: dengan misterinya...

tak banyak berkata:sendirian: kalau sudah terbentur masalah adat.


makasih, bang Jay:ampun: tiap baca sampai terlarut dalam cerita
:hore:
 
Terakhir diubah:
dari ketiga fragmen yg update ini keliatan banyak banget ya Gay.. ehh Jay yg digubah?

entah kenapa kok rasanya permainan emosinya kuat banget! apalagi yg Indira's Feel di fragmen 17! apa karna uwe yg baper soal-a kerjaan numpuk gak beres-beres!

oiyya, kalo ndk salah apdet sebelum ini ente dah munculkan sosok Awan ya Gay.. ehh Jay.. berarti uwe harus cuci otak dulu ni biar ngga' selip nunggu lanjutnya..

eeeemm.. yo wes lah Jay, ngono wae dhisik lah.. arep ngopi dhisik lah awake inyong :pandapeace:
 
Teka-teki terjawab sudah..
Layak Indira ngomong "ga ada org Bali yg mau sama dia" ...
bener omongane lek bambang alias Little Hulk.. asli Baper..
cobaan nya Indira..
:hua:

awesome story lek.. :beer:
 
@troyes: siiip dapat pertamax.... komennya jangan lupa brooo :beer:

@hulk: iye dong... ane ubah banyak... jalan cerita tetep sama tapi beda penyajiannya ;)
Awan dah disebut2 di episode kemaren.. ntar masih bingung gimana buat plot yang ini.... baca dari episode sebelumnya lagi hulk biar nggak selip...
nggih... monggo ngopi :ngeteh: hati2 sianida :bata:

@ocit: ane nggak jadi pakai yang di draft, ane pakai versi yang awal hehehe... monggo dibaca ulang, lik...
 
HoLeeChit : siiip suwn udah ikut galau..... jangan tergoda baca pdf-nya yah ;)
ikutin yang disini ajah...

yang lain jangan ada yg spoiler yah... kasihan pembaca2 ky lik ocit ini...
 
hah. . .begini lah cinta,deritanya tiada akhir. . .
 
Bimabet
uwes lek.. improvisasimu jos tenan no..
dadi alus, feel ny ngena..
flashback yg pahit buat Ava.. tmbah baper iki si Ava + Indira..

cm saran..
apa ga sebaiknya .. info di kasih Quote?

Perkawinan nyentana: Dalam perkawinan biasa, lazimnya seorang lelaki
yang melamar seorang gadis untuk dijadikan
istrinya. Namun dalam perkawinan nyentana, si
gadislah yang melamar si lelaki untuk dijadikan
suaminya untuk selanjutnya diajak tinggal di
rumah si gadis. Sementara itu keturunannya akan
menjadi milik dan melanjutkan keturunan keluarga
istrinya tadi, begitu juga hak warisnya. Meski
diperbolehkan secara adat, adalah aib besar bagi
keluarga si pemuda yang nyentana, terlebih pada
tata sosial patriarkal yang berlaku.


typo ne lik... :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd