Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PENGUASA ABSOLUTE

BAB 15 – BERTEMU KEMBALI



Tibalah Marco, Naomi dan dewa keabadian yang ternyata bernama Yongheng ditempat sang dewa penguasa seluruh dimensi. Pandangan yang tidak lazim terlihat saat pertama kali Marco dan Naomi tiba. Jauh dari yang biasa dibayangkan. Dalam bayangan Marco saat itu, kondisi langit tingkat 7 pasti akan penuh dengan segala bentuk pernak pernik sang penguasa dimensi, namun berbanding terbalik dengan kenyataan yang didapat, Maro dan Naomi bertemu dengan kondisi background warna putih disepanjang penglihatan mereka beredar, langitnya putih, backgorundnya putih, pasirnya putih, semua serba putih, hanya satu warna saja yang terlihat yaitu putih. Yongheng yang tahu pikiran Marco dan Naomi hanya diam saja tanpa berkomentar kala itu. Didepan mereka bertiga terlihat ada seorang anak kecil yang terlihat jongkok serius dengan lidi ditangannya, terlihat sedang mengorek ngorek tanah pasir putih didepannya.

“...lagi cari undur undur kah anak itu..” batin Marco.

“...apa lagi cari pasir buat goreng kerupuk pasir nanti sore,..”

“...pasirnya dipilihin dulu sekarang takutnya, ada kotoran kucing dipasirnya, kan ga lucu mau goreng kerupuk pasir, eeeh pasirnya ada kotoran kucingnya...” batin Marco kembali.

“...apa yang kamu pikirkan anak muda??.. undur undur, kerupuk pasir..?? apa itu??”.. anak kecil itu berbicara masih dengan posisi jongkok dengan aktivitasnya.

“.. namaku Fangmian”.. ucapnya masih dengan posisi tidak berbalik dan masih jongkok.

“...hehehe...tambah nyentrik saja kamu Yongheng..?..” ucapnya kembali, meskipun dia tidak melihat kearah sang dewa keabadian.

“...hehehe..biasalaah, ini lagi trending...siapa tahu bisa tambah follower”.. ucap yongheng menanggapi celetukan fangmian.

Naomi yang kala itu tidak paham apa yang sedang dibicarakan hanya celingukan dengan keherannya, tidak ada warna selain warna putih disetiap garis edarnya.

“..kok bisa ya betah hidup begini”... batin Naomi kala itu.

“.. sini anak muda...kesinilah”.. ucap anak kecil masih dengan jongkok dan masih lanjut korek korek pasir dibawahnya.

“.. kesanalah...” ucap dewa keabadian berbicara sambil melihat kearah Marco.

Marco melangkah dengan mantap kearah bocah kecil yang jongkok beberapa meter didepannya itu, tanpa ada keraguan.

“.. coba pegang punggungku anak muda”.. ucapnya

Dengan ragu ragu Marco melakukan instruksinya

“...tap...”

“... apaaaa....”... Marco dibuat sangat terkejut sekali kala itu.

Dalam penglihatannya Marco dapat melihat seluruh kejadian dialam semesta, kejadian yang sangat memilukan, banyaknya kejahatan dan peperangan diberbagai dimensi dan tingkatan langit. Monitor layaknya slide presentasi itu bergeser silih berganti menunjukkan kondisinya saat itu. Tampak emosi menghinggapi pikirannya saat ini. Mungkin inilah yang dia lihat dalam siluet didinding bangunan komplek milik mendiang gurunya okas.

“...takdirmu adalah untuk menghentikan serpihan tubuh iblis yang sudah dihancurkan oleh kawan lamaku dulu anak muda..” ucapnya kembali tanpa menoleh.

Marco masih dengan posisi tangannya memegang punggung sang bocah ini, dengan penglihatan yang masih saja melihat berbagai macam slide presentasi yang menunjukkan lokasi dan waktu kejadian yang terjadi serta wajah wajah setiap pelakunya kala itu, tanpa Marco sadari liontin ASPI yang ada dalam ruang penyimpanannya terlihat memancarkan cahayanya biru laut pekat.

“... keluarkanlah ASPI ...” ucapnya ketika melihat wajah Marco terlihat emosi.

Segera Marco melepaskan sentuhannya di pungguh bocah kecil itu dan mengeluarkan ASPI dari ruang penyimpanannya.

“...dialah tujuanmu kemari anak muda, tanpa kamu sadari, batu terakhir yang kamu cari sudah ada didalam dirimu sejak kamu menjajaki dimensi dunia ARKA ini...” ucap bocah kecil itu.

“.. buka penutupnya dan biarkan ASPI melakukan pekerjaannya...”lanjutnya

“..pekerjaan?”. batin Marco

Tak ingin berlama lama penasaran, Marco segera membuka bagian atas ASPI yang terlihat layaknya penutup semua ruang penyimpanan dalam ukuran micro.

“...bluuusshhhh”... tampak asap biru laut pekat keluar dari tempatnya ASPI, dan langsung masuk kedalam hidung Marco dengan cepat.

“.. terima saja anak muda, jangan melawannya...” ucap bocah kecil yang saat itu sudah berdiri dan menghadap Marco. Bocah botak dengan tatapan layaknya tatapan kerinduan yang sangat mendalam kepada sahabat kecilnya yang lama pergi jauh.

“...aaaakhhhh”.... bersamaan dengan teriakan Marco, tampak kelima buah batu yang lainnya keluar dari gelang lengannya dan kalung lehernya, kesemua batu permata warna warni itu berputar diatas kepalanya layaknya baling baling helicopter, hingga kelimanya berubah menjadi asap kabut yang mewakili setiap warnanya masing masing, dan semua berlomba bergantian masuk kedalam tubuh Marco lewat hidungnya.

“...aaaakhhh”.. terlihat sang pemilik tubuh kesakitan luar biasa namun berusaha menerima dan mengatur pernafasannya dengan melakukan meditasi penyerapan energi tenaga dalam inti alam.

Selang beberapa lama kemudian setelah aktivitas masuknya asap warna warni kedalam tubuh Marco.

“...hiuuuuff...haaa”... suara hembusan nafas pelepasan meditasi Marco terdengar.

Tampak saat ini Marco terlihat beda, badannya yang atletis, aura yang menakutkan bagi para musuh musuhnya, namun terlihat aura charming yang sangat kuat buat lawan jenisnya, ditambah dengan munculnya aura wibawa seorang dewa perang sangat jelas terlihat kala itu.

“.. selamat datang kembali saudaraku Zhanzheng.. lama kita tidak bertemu..” ucap bocah kecil yang tidak lain

“... hemmm..hehehe”... terlihat rona wajah Marco merespond dengan senyuman layaknya bertemu sahabatnya masa lalu.

“...kelihatannya tugas sudah menantimu saudaraku..”.. ucap bocah kecil didepan Marco

“.. sepertinya seperti itu saudraku fangmian, kesalahanku terdahulu bukannya melenyapkannya, tapi aku menghancurkannya berkeping keping dan menyebarkannya keseluruh dimensi, atas langkahku itu ternyata menuai masalah diseluruh dimensi saat ini...” ucap Marco namun dengan nada yang sangat berbeda dari suara aslinya. Suara asli sang dewa perang a.ka Zhanzheng

“...semua itu adalah garisan takdirNYA saudaraku.. kita hanya pelaku yang membantuNYA, meskipun bagiNYA sangat mudah menghilangkan apa yang telah diciptakanNYA, tiada lain tiada bukan hanya untuk kita percaya akan adanya kekuasanNYA yang melebihi segalanya..” ucap bocah kecil didepan Marco melanjutkan diskusinya.

“... segeralah selesaikan semuanya dengan tuntas, dan bawalah kembali kedamaian itu karena dampaknya bukan hanya didunia ini...” ucap Fangmian a.k.a bocah kecil.

“...terima kasih saudaraku, kali ini aku harus selesaikan tugasku dengan benar..” ucapnya sambil menganggukkan kepala.

“...hummm” respons yang keluar dengan diikuti anggukan kepala dari bocah kecil didepan Marco.

“... sampai ketemu lagi saudaraku...” ucapnya kala itu menutup pembicaraannya. Bersamaan dengan kondisi Marco yang berangsur angsur kembali dari alam bawah sadarnya. Tampak Naomi dan dewa keabadian tersenyum ketika melihat Marco yang tampak bejalan beriringan dengan bocah kecil disampingnya. Layaknya bawa termos isinya es lilin. Tubuh Marco yang tinggi tegap atletis, sedangkan dewa penguasa dimensi terlihat layaknya bocah kecil umur 6 tahun dengan tubuh yang bongsor disampingnya.

Marco kini memiliki kemampuan untuk mendeteksi aura dan energi inti alam milik sang iblis yang terlahir kembali dari setiap kepingan tubuhnya yang dihancurkan dan dikirimnya keberbagai dimensi, kepingan tubuh itu kita mengisi mahkluk mahkluk yang serakah dan telah menebar ketakutan dan peperangan demi sebuah penguasaan. Kemampuannya berpindah dari satu dimensi kedimensi lain pun sudah sangat a-b-s-o-l-u-t-e, kemampuan yang sama seperti yang dimiliki oleh penguasa dimensi a.k.a Fangmian. Marco pun kini bisa langsung kembali ke permukaan bumi dengan mudah, namun sebelum itu dikerjakannya, tentunya dia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar lagi, yaitu menyelesaikan tugasnya yang terdahulu.

“.. terima kasih tuan dewa fangmian dan tuan dewa Yongheng... saya pamit undur diri”.. ucap Marco dengan sopan.

“...humm..” kedua orang yang disapa hanya menganggukkan kepalanya masing masing.

“....bluupppp”... seketika Marco dan Naomi menghilang.

“...dia sudah terlahir kembali?...” tanya Yongheng

“.. benar.. dia akan menyelesaikan apa yang telah dia anggap selesai dulu,..” Fangmian menjawab

“...semoga saja dia dapat menyelesaikannya tepat waktu..”

“...sebelum terlahirnya kembali keturunan iblis yang mana kita harus kembali membantunya berperang..” ucap Yongheng

“.. kamu benar kawanku..semoga saja...” ucap Fangmian.

Disebuah bangunan, terlihat asri, kebun tampak dihiasi oleh tanaman yang hijau, dipojokan juga nampak buah buah langka tumbuh, suara air terjun dibelakang halaman rumahnya yang terlihat indah sekali. Disinilah tujuan Marco membawa naomi saat ini.

“...dimana ini sayaang??’ ucapnya ketika sudah membuka matanya berada dalam lingkungan yang asing baginya.

“... inilah rumahku di permukaan ARKA sayangku”.. ucap Marco

“.. mulai sekarang kamu akan tinggal disini untuk menjaganya, seperti yang kamu tahu jika aku tidak bisa menunda nunda kembali urusan tugasku yang terdahulu...” ucap Marco

“.. heemm, baiklah, berhati hatilah sayang...aku tahu dengan kekuatanmu saat ini, mereka bukanlah hal yang terlihat susah..” ucap naomi membesarkan hatinya.

“.. jika ada waktu ada baiknya kita semua berkumpul, kamu aku dan semua wanitamu.. aku sangat ingin mengenal mereka semua”...ucapnya.

“.. terima kasih atas pengertianmu naomi..” ucap Marco.

“...segeralah kembali jika semua sudah kamu selesaikan..” ucap naomi dengan lembut

“... cup..” ciuman lembut dihadiahkannya kebibir kekasihnya

“... aku pamit yaa...” ucap Marco

“...blupppp”.. seketika Marco menghilang.

Disebuah kawasan hutan alam yang terdapat danau luas ditengahnya dulu kala, danau yang saat ini sudah terlihat kering dan hilang airnya, dan nampak lubang besar ditengah danau tersebut. Nampak beberapa mahkluk aneh layaknya monster namun tubuhnya adalah manusia, hanya kepalanya yang telah berubah menjadi bermacam macam hewan. Mereka berkumpul sedang mendengarkan pimpinannya berbicara kala itu. Pembicaraan yang terlihat serius sekali, namun.. tiba tiba..

“...bluppp..” dibelakang mereka muncullah Marco kala itu.

Semua orang menoleh kearah bunyi itu.

“...aku datang dengan damai, dan aku harap kalian bisa seegra berhenti melakukan teror yang mengganggu ketenangan dan ketentraman hutan ini beserta isinya..” ucapnya.

“...zraaagggg...”.. Marco menggerakkan telapak tangannya kedepan kearah danau, memutarnya kanan dan kiri layaknya sedang memainkan stir kemudi, telapak tangannya terlihat pancaran sinar dan didepannya nampaklah danau yang tadinya kosong kini telah kembali kebentuk sedia kala, penuh dengan isi air dan mahkluk hidup didalamnya.

“...apaaaa....siapa kamu anak muda?? Sombong sekali kamu..”

“..datang datang langsung mengembalikan air danau yang kering..”

“...kamu kira dirimu orang sakti...”

Berbagai ocehan muncul ketika Marco tiba tiba datang didepan mereka dan langsung melakukan koreksi pembetulan atas kejadian yang salah. Danau adalah satu satunya sumber penghidupan bagi mahkluk hidup dihutan, untuk minum untuk hidupnya berbagai organisme lainnya, dan sebagai penyeimbang berat jenis dari suatu planet.

“...zeeegghhh...” seketika maro mengeluarkan aura dewa perangnya dihadapan mereka.

“...s-s-iiiapaaa kamu sebenarnya anak muda...”

“...b-b-baggaimana bisa...”

Kembali terdengar ocehan merancau dari kelompok didepannya tadi.

“...ggrrrr,....rrroooooaaar...” tampak kemarahan terlihat dalam diri monster beruang merah. Dan terlihat tubuhnya berusaha mengeluarkan sisi dirinya yang sebenarnya. Namun,...

“...zlaabbb...bluuurrr...dessshh”... belum juga berubah menjadi monster beruang besar dengan tinggi 30m, seperti yang pernah ditunjukkan kala dia menghancurkan danau beserta isinya, tubuh monster itu sudah terpenggal dan meledak jadi debu cahaya.

“....aaappppaaaa...” teriakan kawannya disampingnya dengan terkejut sekaligus ketakutan.

“... bbb-ag-aiamana bisaaa..!!”..Kembali teriakan keterkejutan terjadi kala itu.

“... siapa lagi, yang masih ingin membuat keonaran dan membuat kerusakan serta menjalankan nafsu keserakahan dihutan ini..??”...Marco berkata dengan sura lantangnya yang tegas dan penuh wibawa, membuat lawan lawan didepannya seperti dihinggapi ketakutan yang sangat sangat tinggi. Lutut mereka bergetar, badan mereka bergidik ngeri, bahkan ada yang langsung jatuh tidak tersadarkan dirinya.

Bagaimana mereka sama sama melihat orang asing yang tiba tiba datang mengembalikan kondisi danau, ditambah lagi orang asing itu melenyapkan monster beruang setinggi 30m dalam sekejap, bahkan sebelum dirinya berubah bentuk menjadi raksasa beruang merah.

“... kamu yang mengaku sebagai dewa hewan dihutan ini...” ucap Marco sambil menunjuk musuhnya yang masih terlihat tidak percaya dengan kekuatannya Marco.

“.. segera selesaikan apa yang telah kamu perbuat, jika sampai aku kembali lagi kemari dan kalian masih belum menyelesaikan perbuatan kalian, jangan salahkan aku jika kalian juga lenyap seperti yang barusan aku lakukan. Ingat itu !!”...ucap Marco

“...b-b-baaaik...”... ucapnya gemeteran terlihat cairan menempel dicelananya. Dewa kok ngompol karena ketakutan.

Tampak keheningan didepan Marco, namun Marco dapat melihat aura kebahagiaan yang ditampakkan oleh seluruh penghuni hutan kala itu. Ucapan terima kasih, banyak sekali menggema dari dalam hutan terdengar dari pendengaran saktinya.

“...blubbb...” Marco kemudian menghilang dari pandangan mereka

Terlihat kembali hening didepan kelompok itu.

“...hufft...” suara hembusan nafas sang dewa hewan.

“.. ap-paa yang harus kita lakukan dewa?”.. ucap anak buahnya didepan bertanya

“...kalian dengar sendiri bukan, jika kita harus segera membereskan apa yang sudah kita perbuat, dan segera mengubur nafsu kita untuk menguasai dunia permukaan arka ini..jika tidak ingin menghilang seperti debu cahaya,” ucap orang yang dipanggil dewa barusan.

“..bb-benar dewa, dia bukan manusia biasa..” ucap anak buahnya

“.. ada aura yang sangat menakutkan dirinya, namun ada juga aura penguasa yang bijaksana”.. ucapnya kembali

“.. sudahlah, ada baiknya kita ikut perkataan orang tadi, dan dialah penguasa yang sebenarnya..kekuatanku tidak sebanding dengannya, dan aku harus membuang jauh jauh keinginanku menguasai dunia permukaan arka, karena aku yakin, dengan kekuatannya sangat mudah baginya untuk datang dan pergi melihat kita disini..” ucapnya menjelaskan.

“.. segera bangunkan yang pingsan dan kita harus segera memperbaiki apa yang sudah kita rusak secepatnya”...ucapnya kembali

“... apa yang akan dewa lakukan setelah ini?..” tanya anak buahnya.

“..menyendiri di gua dan meditasi sebelum diriku dilenyapkan olehnya..” ucapnya.

“... kalian jagalah kondisi hutan ini dengan kebaikan, selama aku bermeditasi..” ucapnya menentramkan anak buahnya

“..baiklah dewa..” ucap mereka serempak.



Kita menuju ke suatu pesisir pantai dengan langit kemerahannya, disebuah bangunan putih yang layaknya seperti santorini yunani sana, terlihat seorang wanita cantik dengan perutnya membesar. Nampak dia berdiri melihat sekitarnya dan memikirkan lelaki yang sudah membuat dirinya berbadan dua.

“...hiuuuft...” helaan nafasnya terdengar sangat menyedihkan, ada rasa kangen ada rasa penasaran ada rasa khawatir tentang keadaan lelaki itu. Tiba tiba..

“...blubbbb...”

“..nimas..” tiba tiba tiba terdengar panggilan dibelakangnya

“...kangmas...”...pekiknya histeris bahagia kala itu. Jika tidak ingat dirinya mengandung tentunya sudah lompat naik kepelukan lelaki yang ditunggu berbulan bulan lamanya.

“..maafkan aku nimas, baru datang sekarang...”..ucap Marco memulai pembicaraan disaat yang diajak bicara masih terlihat sesenggukan bahagia melihat lelaki yang dipikirkan selama ini akhirnya ada dihadapannya.

“Jalan hidup kita sudah digariskan. Aku, kamu, dan semua orang di dunia ini tentunya. Tak perduli seberapa pun pahit dan getirnya jalan hidup yang kita lalui, kita harus tetap tegar menjalaninya. Dan aku mohon, jangan pernah lupakan aku, Kangmas.” Dengan mata berkaca-kaca, Cita berusaha menguatkan hati Marco. Dipandanginya wajah pemuda dihadapannya dalam-dalam.

“Aku rindu padamu Nimas.. rindu sekali..” Marco berucap dengan jemarinya kembali mendekat kewajah Cita, dia nampak mengelusi lembut tepian pipi Cita.

“Aku tahu kangmas.. aku tahu..” Jawab Cita sambil terlihat menangkap telapak tangan Marco yang berada di sekitar wajahnya, menggenggam telapak tangan pemuda itu dengan lembut.

“Apakah Nimas juga merindukanku, seperti aku merindukan Nimas?” Tanya Marco dengan lirihnya, nampaknya Marco membiarkan telapak tangannya merasakan remasan-remasan lembut dari orang yang dikasihinya.

“Jangan menanyakan sesuatu yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya, kangmas..” cita menyahuti dengan manja.

Marco dengan tatapannya yang sangat dalam, dia memandangi pasangannya, membuat pemuda itu terlihat kembali tersenyum karena merasakan haru mulai menyelimuti hatinya. Mata mereka mulai terikat semakin kuat, dan perlahan, Marco mendekatkan wajahnya pada wajah kekasihnya itu. Kemudian memberikan kecupan lembut di pipi perempuan yang selalu memberikannya cinta kasih. Ciuman yang mampu membuat tubuh Cita menggeliat lembut.

“...Cupp..” Kecupan lembut itu sungguh mampu membuat aliran darah di tubuh Cita sedikit berdesir, kepalanya sedikit ia miringkan untuk memperluas ruang bagi Marco dalam menciumi

lehernya. Dirasakannya tangan Marco yang satu lagi mulai mengelusi lengannya, membuat Cita tersenyum penuh arti.

Dan seolah tak memberikan waktu, Marco langsung membenamkan wajahnya di leher jenjang nan putih milik penguasa unsur tanah itu, mencium, melumat, dan memberikan jilatan lembut di sana, marco membuat wanita yang dicintainya itu kini benar-benar merasakan geli yang bercampur dengan kenikmatan yang hakiki. Oleh Marco, remasannya kian dimantapkan, seolah tengah menguleni adonan kue donat, ia tak henti-hentinya tangannya meremas, memijat, dan menekan payudara kenyal yang berada di telapak tangannya, ukuran payudara tersebut cukup besar hingga tak seluruh telapak tangan Marco mampu menampungnya.

“Sssshhh.. Hmmmpphh..” Cita terus mendesis perlahan, tangannya yang tadi hanya terkalung di leher Marco, kini tangannya mulai mengacak-acak rambut bagian belakang pemuda itu, meremas dan menjambak, Cita sangat menikmati kenikmatan yang hampir puluhan bulan ini tak pernah lagi ia rasakan. Marco tak berniat berlama-lama menikmati kulit putih nan harum di leher kekasihnya, ia segera mengangkat kembali kepalanya untuk mengejar bibir cita yang sexy, bibir merah muda yang terbuka merekah, tampak Marco memasukan lidahnya ke rongga mulut Cita dengan beringasnya. Adegan menghisap, menyapu dan membelit lidah yang bagi Marco terasa amat manis untuk diselami. Cita pun terlihat tak berdiam diri, ia membalas lumatan bibir dan sapuan lidah Marco dengan tak kalah memburu. Cita terlihat seperti tengah berusaha mereguk sebanyak mungkin liur milik Marco yang tercampur dengan liurnya, mencoba mengentaskan dahaga syahwat yang berbulan-bulan belakangan ia tahan dengan begitu keras.

Kini napas Cita pun sudah tak kalah memburunya dengan Marco, dan ketika Marco membuka

matanya, ia bisa melihat Cita masih terpejam menahan kenikmatan. Kemudian tanpa

meminta izin terlebih dahulu, Marco pun menanggalkan bajunya Cita, nampak ketika itu Cita

membantu dengan meloloskan tangan. Terlihat kehati hatiannya Marco mengingat kondisi Cita yang sudah berbadan dua.

Dan tepat ketika baju itu sudah terlepas dan dilempar Marco dengan sembarang, mata Cita

pun terbuka dengan sayunya, dipandangi Marco yang terlihat mematung takjub dengan mata

bergerak menyapu tubuh bagian atasnya. Mendapati dirinya dipandangi sebegitu dalamnya,

membuat perasaan malu namun bercampur kebanggan menguak dari dalam hati perempuan yang sudah menginjak usia ribuan tahun tersebut. Wajah dan usia yang sangat bertolak belakang tentunya.

Ia pandangi baik-baik tiap detail wajah Marco, terlebih.. di mata Cita, Marco terlihat beda saat ini, aura charmingnya sangatlah kuat, ditambah postur tubuhnya yang semakin tegap bak benteng pertahanan, benar-benar membangkitkan gairah yang begitu hebat dari relung terdalam perempuan itu.

“Apa kamu berniat membuatku menunggu lebih lama lagi, kangmas?” Tanya Cita seraya

menggerakkan tangannya ke belakang, hendak melepaskan kaitan branya. Namun belum

sampai tangannya di tujuan, Marco lekas menahan kedua tangannya, menarik tangan Cita untuk kembali ke depan, menggenggamnya jemarinya dengan lembut.

“Biar saya saja nimas..” Ujar Marco dengan lembut, kemudian ia angkat kedua telapak tangan

Cita yang berada dalam genggamannya, dikecupinya jemari perempuan itu dengan begitu mesra.

Marco.. meski napas dan gairah tengah memburu hebat saat ini, ia benar-benar berusaha agar Cita mendapatkan perlakuan lembut terlebih dahulu. Dilanjutkannya aktivitas ciuman mereka, lumatan pagutan yang membangkitkan gairah mereka berdua kala itu. Entah sudah berapa lama mereka melakukannya, tanpa jeda. Hingga..

Marco menyudahi pagutan bibir mereka, memundurkan kembali kepalanya, memandangi indah dan memukaunya sepasang gunung kembar yang besar nan bulat, padat dan begitu kencang, putih, ini bener bener melon umur 3 mingguan. Itulah bentuk payudara cita saat ini, dihiasi sepasang putting berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Putting tersebut memang kecil, namun posisinya tegak menjulang karena dilanda birahi sang pemilik. Keindahan itu diperlengkap dengan perut membesar putih membius.

Melihat Marco yang kembali terpana, membuat cita tersenyum dengan napas memburu. Gairahnya kian naik, rongga kewanitaannya pastilah sudah semakin basah kini. Lembap.. Cita

merasakan bagian bawah tubuhnya begitu lembap.

“Jangan melihatku seperti itu, kangmas.. aku malu..” Ujar Cita kembali salah tingkah sendiri, namun tak berusaha menutupi sepasang payudaranya yang terbuka sebegitu bebasnya.

“Jangan berkata seperti itu nimas.. aku seperti ini karena sungguh terpukau akan keindahan tubuh nimas..” Ucap Marco dengan kedua telapak tangan mengusap lembut bahu Cita.

“Jangan menggombal.. perempuan-perempuanmu di sana pasti memiliki tubuh yang jauh lebih

indah dariku, kangmas..” Nimas menyahuti ucapan Marco dengan mata yang tertuju pada pemandangan indah tubuh atletis milik Marco, tubuh yang mampu membangkitkan gairahnya berlipat ganda.

Dan, sesaat setelah mendengar kata-kata Cita, Marco lekas menggelengkan kencang kepalanya.

“Tidak Nimas.. bagiku Nimas adalah perempuan terindah dan paling sempurna.. tidak ada

perempuan mana pun yang bisa menandingi keindahan dan kesempurnaan Nimas di mataku..”

Marco berkata dengan kesungguhan yang bulat, napasnya kian memburu, karena bagaimana pun, keindahan tubuh yang terlah terbuka di hadapannya dengan aroma melati semerbak benar-benar menyesakkan rudal patriot yang berdiam di dalam celana.

“Jangan menggombal, kangmas..” Tepis cita lagi seraya menundukkan wajahnya. Karena meski ia menepiskan pujian tersebut di bibirnya, namun tentu hatinya tidaklah bisa berbohong, ia melambung sebab pujian tersebut.

“Apa nimas cemburu?” Tanya Marco dengan raut begitu tulus memikirkan perasaan cita.

sesaat. pertanyaan Marco itu jelas saja langsung membuat wajah Cita terangkat menatap kembali wajah Marco, pipinya memerah, kemudian wajahnya pun dipalingkan dari wajah Marco.

“Mana mungkin aku cemburu? Toh aku yang memintamu mencari pelampiasan untuk meredam nafsu liarmu itu. Jadi, tidak mungkin aku cemburu atas keputusanku sendiri.” Kilah Cita setelah itu.

“..Sluuurrpppp...mmmmhhhh...sssshhh”
Marco tiba tiba menambah kuat hisapannya pada putting payudara Cita, berpindah dari payudara yang satu ke payudara yang satunya. Membuat Cita benar-benar harus menahan geli dan ngilu bercampur

kenikmatan yang seolah berkumpul di satu titik di bagian bawah bawah tubuhnya. Bahkan kini

kedua tangan Marco ikut meremasi payudara tersebut, seolah menemukan kebahagiaan terbesar dari

payudara indah yang sudah sejak lama menjadi kepunyaannya ini.

“Ssshhhh.. kangmasss.. pelan-pelan Sayang.. geli…hhhmmpphh…” Desis Cita dengan wajah yang kian memerah penuh dengan birahi, sedang Marco tak bergeming, tangannya terus menguleni sepasang payudara di hadapannya.

Kedua putting payudara Cita seperti tak memiliki kesempatan untuk sekedar bernapas, jika satunya dihisap, maka putting yang satunya pasti dipilin dan diputar-putar nakal oleh Marco, membuat Cita benar-benar tak berhenti mendesah dan menggigit bibir bawahnya.

Remasan dan pijatan di payudara, ditambah pilinan dan hisapan yang disertai gigitan kecil benar benar membuat Cita mabuk kepayang, apalagi.. sesekali Marco memberikan jilatan dan kecupan di perutnya yang buncir, kadang juga menjilati lubang pusar perempuan itu dengan telaten. Namun tentu saja, Marco tetap menjadikan payudara Cita sebagai sajian utama yang tak boleh terlalu lama diabaikan. Remas lagi, pilin lagi, hisap lagis.. hal itu benar-benar melambungkan Cita ke antah berantah, kepala perempuan itu sesekali bahkan harus terdongak mengahadap langit-langit ruangan ini, sebab rasa geli, ngilu dan nikmat benar-benar telah menjalari sekujur tubuhnya, tangan Cita bahkan sudah tidak lagi mengelusi rambut Marco, melainkan kini sudah meremas-remas rambut pemuda yang kepalanya kian tenggelam dalam sepasang payudara indah milik Cita.

“ kangmasss.. oooowww.. sshhhh.. aku.. mmmpphhh..” Cita merasakan bahwa birahinya kian membuncah, hal tersebut membuatnya tiba-tiba membungkukkan tubuh dan memegang kepala Marco erat-erat, menekan kearah payudaranya agar tidak lepas dari garapan mulut kekasihnya itu. Sadar jika cita kala itu semakin mendekati puncak birahi, Marco pun semakin menguatkan hisapan, remasan, dan pilinannnya. Terus berusaha memompa inti gairah yang sudah berada di ambang gerbang kenikmatannya Cita kala itu. Meski sedikit sulit mengambil napas, namun itu bukanlah masalah yang berarti bagi Marco. dan bahasa tubuh Cita yang kian menggeliat dan tak bisa diam, benar-benar membuat Marco bersemangat untuk menjamah payudra indah dalam tangkupannya itu. Hingga beberapa saat kemudian..

“...Kangmas.. aaaahhhhhhh...enaaaaak…”

“...Srreettt.. sreett..” tampak dibawah sana terlihat Cita dibuat squirt oleh perlakuan Marco kala itu.

“..hosh..hosh..hosh..hosh”...

“...kang mas jahat, belum juga dimasukin...”...ucapnya manja

“Iseng ya..” Protes Cita seraya tangannya langsung ditempatkan di selangkangan Marco, meremas yang terlihat batang tegang yang berada di dalamnya.

Apa yang dilakukan oleh cita langsung membuat Marco mendesis tertahan, karena akhirnya pusakanya itu mendapatkan sentuhan pertamanya.

Dan seolah mengerti yang dirasakan Marco, Cita pun dengan cepat menurunkan tubuhnya,

membuat wajahnya kini berada tepat di depan selangkangan pemuda itu. Kemudian dengan

cekatan, Cita pun membuka celana Marco, berlanjut kancing celana dan resleting pemuda itu, dan langsung menurunkan celana pemuda itu sekaligus melepas celana dalamnya.

Kontan saja, sebuah benda panjang besar yang sedikit melengkung ke atas teracung tepat di

hadapan Cita, membuat mata Cita harus terbelalak setiap kali melihat penis perkasa

kepunyaan Marco. ditambah kepala penis pemuda itu bak puncuk jamur, ukurannya sedikit lebih lebar dari ukuran batangnya sendiri yang jelas-jelas sudah besar.

“Perasaanku saja, atau memang pentunganmu ini makin besar dan makin bengkok, kangmas?” Tanya Cita dengan wajah terangkat menatap wajah Marco, ia masih belum menyentuh pusaka gagah milik Marco yang memiliki panjang, dengan diameter batang serta diameter kepala penisnya ora umum.

“sayaaang... kok ngomong gitu?” Protes Marco lembut, karena bagaimana pun ia menghormati Cita Layaknya permaisuri kerjaan, jadi rasanya aneh saja jika mendengar Cita bertanya. Meski harus Marco akui, ia sangat terangsang jika perempuan yang ia puja itu berbicara

kotor, seolah menambah keseksian Cita yang memang sudah seksi dari sananya.

“Tapi kamu suka kan, kangmas?” Tanya Cita balik tanpa berniat menanggapi protes dari pemuda itu, kemudian Cita mendorong paha Marco agar duduk di tepian ranjang, yang oleh Marco dituruti saja. Setelah itu Cita pun memposisikan tubuhnya di kedua paha Marco, ia sendiri bertumpu dipinggiran tempat tidur mereka kala itu. Cita hanya membalasnya dengan senyuman kecil yang penuh arti, dan tangannya mulai mengocok-ngocok lembut batang penis Marco, bibirnya kini sudah berpindah mengecupi kepala pemuda tanggung itu, lidahnya pun ikut terjulur untuk menyapu kepala batang Marco yang kian membengkak.

“Sssshhh..” Desis Marco dengan kedua tangan sudah mencengkeram tepian ranjang dengan kuat, nikmat.. ini sangat nikmat baginya, terlebih ketika ia merasakan bahwa tangan cita yang lain meremas-remas lembut buah zakarnya, plus lidah cita yang sesekali mencucuk lubang

kencingnya. Sungguh.. nikmatnya seperti dibawa terbang ke langit tertinggi.

Tidak cukup sampai di situ saja, cita kini mulai memposisikan bibirnya tepat di depan kepala

penis Marco, menghela napasnya panjang kemudian mulai membuka bibirnya untuk membawa penisya itu masuk ke dalam rongga mulutnya. Dan menyadari bahwa ada kehangatan yang mulai menjalar di ujung kepala penisnya, Marco membuka mata lebar-lebar dan menatap ke arah bawah, di mana cita terlihat tengah berusaha memasukkan kepala penisnya dengan susah payah.

“Sssttt.. tak apa nimas.. uuuggghhh.. nimas tak perlu Ahhhh…” Kata-kata Marco tak selesai karena kepala penisnya yang bak jamur itu sudah masuk sepenuhnya ke dalam mulut cita, membuat rasa geli bercampur ngilu menjalar ke ujung-ujung syaraf yang berada di sekitar selangkangannya. Membuat ia harus menahan sekuat tenaga kenikmatan yang amat sangat,

dicengkeramnya pinggiran ranjang itu lebih kencang dari sebelumnya, dipejamkan matanya lebih kencang dari sebelumnya. Hangat.. geli.. ngilu.. nikmat.. semua sensasi itu melebur jadi satu bagi Marco kini. Sedang cita yang melihat itu amat bahagia, meski sejujurnya ia harus bersusah payah untuk melakukan servicenya dengan kondisi tubuh berbadan dua seperti saat itu.

“..nimas… Ouughhh.. Sssstt..” Marco sedang merasakan kenikmatan tiada tara dari kehangatan rongga mulut Cita saat ini, dan ketika merasakan Cita tengah mengambil jeda, ia pun membuka matanya lagi untuk menatap perempuan yang tengah melahap kejantanannya saat ini.

Dan ketika melihat perjuangan Cita yang bibir-bibirnya terlihat menempel di batang penisnya,

seketika langsung membuat birahi Marco melonjak ke tahap lebih tinggi. Digerakkan tangannya untuk mengelus punggung Cita, dan dengan lihainya, Marco pun melepas ikatan rambutnya yang akhirnya mempertontonkan rambut Cita yang panjang dan indah, kemudian dilepaskan lilitan rambut Cita lalu digeraikan rambut hitam panjang milik Cita , diusap-usap

dan dibelai dengan penuh perasaan oleh Marco.

Setelah berhasil menggerai rambut , sebelah lagi tangan Marco pun merayap ke pipi Cita yang terlihat menggelembung, terisi penuh oleh kepala penis miliknya. Kemudian Marco pun mengelusi lembut dengan jemari. Terlebih, ia merasakan hisapan-hisapan kuat di kepala penisnya, membuat birahi Marco seperti melonjak kencang dan melesat ke udara.

Nikmat.. ini begitu nikmat..

Tubuh Marco bergetar, tatapannya meredup terang seketika, ia merasakan suatu desakkan merasuk dan menghimpit dadanya, membuat tatapannya kian redup meski kelopak matanya terbuka lebar. Dan entah mengapa, Marco tiba-tiba menyudahi belaiannya di pipi , seraya kemudian kedua tangannya dengan tegas memegang kedua sisi kepala Cita . Tatapannya sudah meredup sepenuhnya, namun birahi dan nafsunya sudah membuncah di seluruh peredaran darahnya. Merasakan kepalanya dicengkram sedikit kuat oleh Marco, membuat Cita seketika mengangkat sudut pandang matanya, menatap wajah Marco dengan rongga mulut terasa penuh sesak. Lalu tatapannya beralih menatap mata kiri Marco, dan ia pun mendapati bahwa pupil bola mata Marco sedikit mengalami perubahan warna, di mana kini lebih dominan berwarna putih dengan pancaran cahaya yang lebih terang dari sebelumnya. Sadar akan perubahan warna pupil mata itu, serta sadar bahwa kepalanya sudah berada di dalam cengkeraman tangan Marco, Cita pun langsung menghela napasnya dalam-dalam seraya mempersiapkan diri, tidak ada jalan lain baginya kini.

Dan benar saja, Marco tiba-tiba berdiri dari posisi duduknya, menyeringai dengan wajah dingin yang sudah sangat Cita hafal gelagatnya.

“Oorrgghhh.. Mmpphhh..” Suara Cita terdengar tertahan ketika Marco mulai memajukan

pinggulnya untuk memasukkan lebih dalam batang penis raksasa tersebut. Dan meski kedua telapak tangan Cita sudah menahan paha Marco, namun tetap saja, batang besar nan panjang itu terus melesak semakin dalam hingga amblas sepenuhnya di dalam mulut Cita. Membuat Cita tersedak dan terasa sulit sekali untuk sekedar menghela napas.

“AARRRGGGGHHH… SSSHHHH..” Marco melenguh dengan kerasnya seraya terus menekan pinggulnya ke depan, membuat batang penisnya yang sudah amblas itu terus menyentak-nyentak ambang tenggorokkan bibinya, membuat Cita benar-benar tersedak terus menerus. Sesak dan terasa sakit tenggorokannya saat ini.

Cita sejatinya berusaha untuk memundurkan kepalanya, bukan untuk melepaskan oralannya,

namun hanya berusaha untuk mengambil napasnya yang mulai berkurang. Namun apa daya,

cengkeraman tangan Marco di kepalanya benar-benar bak rantai kekang, tak bisa digoyahkan. seluruh pipinya pun terasa semakin kebas, dengan napas yang kian mencapai batasnya.

“SSHHH.. HUHHH..” Dengus Marco dengan kerasnya seraya kembali menatap wajah perempuan yang tengah melahap penisnya itu, seringaian senyum terpampang di bibir Marco, dan sedetik kemudian ia mulai menarik keluar batang penisnya, hal tersebut dimanfaatkan Cita untuk menarik napas lewat hidung sebanyak-banyaknya, karena benar saja, ketika sebatas tersisa kepala penisnya, Marco kembali melesakkan penisnya secara keseluruhan ke dalam rongga mulut Cita, membuat air mata terus menerus menetes dari kelopak mata perempuan tersebut. Dan tanpa menunggu lama, Marco mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur untuk menyetubuhi bibir Cita yang begitu sensual kini, menggenjot bibir tersebut dengan penuh semangat membara. Marco mencengkeram kuat-kuat kepala Cita, dan terus menyetubuhi bibir Cita dengan tempo yang cukup cepat, melesakkan dalam-dalam batang kejantannya dengan begitu beringas.

“....clork....clork....clork....clork....clork..”

“....Oorrgghh.. oorrgghh.. orrgghh..”

Nikmat.. itu saja yang ada di kepala Marco saat ini, ia tak perduli pada semua hal kecuali rasa nikmat yang tengah menjalar di batang kejantananya kini. Ia genjot terus, ia lesakkan terus, ia pompa terus bibir Cita-nya dengan penuh birahi. Sadar jika Marco semakin lepas kendali, Cita pun akhirnya memutuskan untuk melakukan lagi hal yang selama ini ia lakukan tiap kali Marco kehilangan kendali ketika tengah mengejar birahi, dengan mengabaikan perasaan mual dan kebas di pipinya, Cita melanjutkan servicenya kepada kekasihnya itu dengan telaten.

Setelah melempar senyum pemuda itu yang terlihat mulai menurunkan wajahnya, mendekat ke arah vagina berbulu milik Cita yang selalu ia damba-dambakan, dibelai sebentar bulu-bulu kemaluan yang basah nan lembap itu, sebelum kemudian dikecupnya lembut dengan penuh perasaan bagian atas vagina milik Cita, pusat utama di mana bulu-bulu kemaluan perempuan itu berada. Aroma khas vagina yang bercampur dengan aroma bunga dan dedaunan sirih langsung membuat Marco dimabuk kepalang. Cita yang kembali merasakan perasaan berdesir ketika diperlakukan seperti itu oleh Marco, perasaannya penuh dan hatinya mekar berbunga ketika kecupan demi kecupan dilayangkan Marco di daerah sekitar kemaluannya. Hingga akhirnya, ia rasakan sapuan hangat dari lidah Marco mengusap dari bagian bawah liang vaginanya hingga ke bagian atas lembah surgawinya, menambah basah bulu-bulu kemaluan yang sebelumnya memang sudah basah itu.

“uuuughhhh...aaaaahhh…enaaaaak Sssshh…” rintih Cita tak tertahankan.

Mendengar rintihan kekasihnya kala itu membuat Marco semakin jatuh ke dalam lembah kewanitaan di hadapannya, kini tangannya ikut bermain dengan menyibak dan sesekali mengusap bulu kemaluan Cita. Dan ketika bulu kemaluan itu disibakkan, betapa terpananya Marco ketika melihat garis rapat berwarna merah muda bersembunyi di balik rimbun dan lembapnya bulu-bulu kemaluan, dikecupnya lembut garis tengah rapat itu dalam-dalam, menyalurkan perasaan cintanya melalui gerbang sempit yang selalu menjadi kecintaannya ini.

“Ooouuhhh.. kangmas.. Ssshhhh..” Rintihan Cita terus mengudara ke sepenjuru ruangan.

Marco menyudahi kecupannya, dan mulai kembali menjulurkan lidahnya, ia bawa lidah itu menuju bagian bawah liang senggama milik Cita , kemudian di sapukannya lidah tersebut di areal sekitar bibir bibir bawah vaginanya, ia pusatkan sejenak di sana, sebelum akhirnya lidah itu ia sapukan ke atas bersama tekanan yang ia berikan, menyapu dari bagian bawah garis rapat tersebut hingga ke bagian atasnya yang terdapat sehelai dua helai bulu kemaluan.

“Aahhhh.. hhhmmmpphh..” Desah Cita tertahan, kenikmatan benar-benar sudah merajai kembali tubuhnya, kedua tangannya terentang meremas kuat-kuat sprei putihnya. Marco tak bergeming, lidahnya kini justru ditekan-tekankan ke liang vagina Cita yang berwarna kemerah mudaan itu, menusuk-nusuk sembari tangannya memainkan bulu-bulu kemaluanya cita. Sedang tangannya yang lain terus mengusapi paha Cita dengan telaten,

memberikan gelitikan lembut di kulit paha perempuan yang begitu dalam menempati relung

hatinya ini. Sapuan dan tusukan lidah yang dikombinasikan dengan usapan di bulu kemaluan, dilengkapi dengan belaian di kulit paha benar-benar mampu membuat liang senggama Cita basah sebasah-basahnya. Dan seolah tak ingin menyiksa Cita-nya lebih lama, Marco pun menutup aktivitasnya di vagina Cita dengan kecupan dan hirupan dalam-dalam, membuat tubuh perempuan itu berdesir bukan main. Dan ini adalah kebiasaan Marco, ia selalu menyudahi aktivitas jilat menjilatnya ketika dirasa perempuannya sedang dalam posisi basah sebasah-basahnya, tak menunggu sampai orgasme dulu. Itu ia lakukan agar ketika penetrasi nanti, pusaka berkepala jamurnya itu tidak terlalu menyakiti partner sex-nya. Marco pun mulai membawa tubuhnya naik, sembari bibirnya terus mengecupi inchi demi inchi kulit Cita, dari mulai bagian atas vagina, naik ke pusar, lalu naik ke payudara, berhenti sejenak di putingnya, meremas-remas payudara tersebut dengan lembut, lalu lanjut menjuju leher dan berhenti di bibir sensual milik Cita. Dilumatnya dalam-dalam dan penuh kemesraan bibir tersebut, kemudian dilepasnya dan dipandanginya wajah Cita baik-baik, diperhatikan betul-betul senyum sayu dan tatapan pasrah dari lawan jenisnya itu, dibelainya pelipis Cita dengan penuh perasaan dan dipandanginya dalam-dalam mata perempuan pujaannya itu dengan seksama.

Berbagai rayuan diutarakan Marco kala itu, membuat bukan saja birahi perempuan itu yang terbakar, tetapi juga hatinya yang menghangat.

“Aku mencintaimu, nimas ..” Tukas Marco penuh kejujuran, membuat Cita

begitu dilingkupi keharuan.

“Aku tahu, kangmas.. aku tahu..” Balas Cita seraya memagut lembut bibir Marco untuk yang kesekian kali, dicumbunya sesaat sebelum akhirnya ia lepaskan dengan penuh perasaan, ditempatkan kedua telapak tangannya di dada Marco, diusapnya lembut di sana, kemudian diberikannya anggukkan perizinan pada Marco. Dan seolah mengerti, pemuda itu pun mulai menurunkan pingganya, dengan kedua siku menjadi tumpuan tubuhnya, ia pun mulai menempatkan kepala penisnya di gerbang masuk liang senggama kepunyaan Cita . Kemudian ditekannya perlahan-lahan, satu dua kali kepala kejantanannya selalu meleset, sebab lubang vagina Cita yang meski sudah amat basah, namun tetap tetap rapat dan sulit ditembus secara langsung. Beruntungnya Cita segera mengirimkan tangannya untuk membantu penyatuan dua tubuh itu, digenggamnya batang besar yang sedikit bengkok ke atas itu erat-erat, kemudian ditempatkannya kepala pusaka yang bak jamur itu tepat di depan liang surgawinya, setelah dirasa pas, ia tahan di sana. Kemudian ia tatap Marco dalam-dalam.

“Satukan tubuh kita, kangmas..” Ujar Cita dengan senyum penuh perasaan pada Marco, yang oleh pemuda itu dibalas dengan anggukan pelan. Setelah itu, Marco pun mulai menekan pinggulnya perlahan-lahan, menguak bibir vagina milik Cita dengan bantuan tangan dari sang empunya liang surgawi. Sulit.. terasa sulit sekali..Liang vagina Cita benar-benar rapat, ditambah ukuran kepala penis Marco yang cukup

“.....Huuuppphh..”... Cita menahan napasnya tatkala ia rasakan otot-otot vaginanya mulai

terbuka, bersamaan dengan itu, dirasakannya benda besar menyeruak masuk dengan pelan,

mengalirkan desir kenikmatan yang dibalut perasaan perih untuk menjalar ke setiap syaraf-syaraf kenikmatan tubuhnya. Cita bahkan harus mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, mencoba menahan rintihannya. Sebab tiap inchi kepala penis Marco menyeruak bibir vaginanya, rasa sedikit perih nan pedih menguar dan bercampur dengan desir gairah dan adrenalinnya.

“Hhhmmphh...uuuughhhh.” Cita terus berusaha menahan jeritannya. Ia selalu heran, meski ini bukanlah kali pertama ia dipenetrasi oleh laki pilihan hatinya itu, dan meski liang senggamanya sudah basah sebasah basahnya, namun tetap saja, selalu terasa sulit dan sedikit menyakitkan tiap kepala penis raksasa itu menyeruak masuk. Sedang Marco terlihat bergetar menahan kenikmatan yang melanda ujung-ujung syaraf di kepala penisnya, andai saja ini bukan Cita kecintaannya, mestilah ia sudah hujamkan dalam dalam batang penisnya, tak terlalu peduli rasa sakit dan nyeri yang mungkin hadir di awal-awal persetubuhan, namun ini Cita, perempuan pujaan hatinya, meski ia tahu sakitnya hanya akan ada di awal, namun tetap saja, ia takkan tega menempatkan Citanya di posisi tersebut. Hingga, butuh beberapa menit lamanya untuk sekedar memasukkan kepala penis pemuda itu, dan kontan saja, kenikmatan yang membengkap pemuda itu kian terasa, sebab dirasakannya remasan-remasan kuat di kepala penisnya yang berbentuk jamur besar itu.

“Ssshhh.. ...punya nimas.. rapat sekali.. uuggghhh..” Rancau Marco tanpa sungkan lagi mengucapkan kata kata mesumnya.

Bersama itu mulunya menghisap putting payudara Cita . Membuat perempuan itu menggeliatkan tubuhnya menahan geli kenikmatan yang bercampur pedih di liang senggamanya.

“punya kamu kangmas… hhhmmpphh.. terlalu besar sshhh.. Sayang..” Puji Cita dengan jujur di sela sela serangan kenikmatan yang tengah melandanya, kata-kata mesum yang keluar dari bibir pemuda itu terengar amat menggirahkan baginya, membuat perempuan tersebut semakin tenggelam dalam lembah kenikmatan fang fana. Kenikmatan itu kian menjadi-jadi ketika ia merasakan kini, selain di hisap, payudaranya juga diberikan remasan lembut oleh Marco, membuatnya benar-benar seperti tengah dirajam oleh seribu kenikmatan.

“Aaahhh.. teruskan kangmas.. masuki tubuhku lebih dalam lagi.. ssshhh..” Rancau Cita seraya

membelitkan kakinya di pinggul Marco, bersamaan itu tangannya menarik wajah Marco ke atas dan melumat bibir pemuda itu dengan ganasnya. Lidah mereka pun langsung bertarung sengit setelah itu, saling melilit, saling membelit, dan saling mencuri liur masing-masing.

Meski kini bibirnya tengah menjadi sasaran lumatan dari Cita, Marco tetap tak rela jika payudara indah nan membusung milik Cita terabaikan begitu saja, dari itu, ia pun terus meremasi bergantian payudara besar nan kencang itu dengan lembutnya, sesekali dipilinnya puting payudara indah itu hingga membuat Cita terlonjak. Dan setelah beberapa saat penisnya hanya dibenamkan dan diamkan sebatas kepala, Marco akhirnya mulai merasakan jika liang vagina Cita sudah muli bisa beradaptasi dengan kepala penisnya. Dari itu, dengan bibir yang tetap memburu lidah Citanya, dan telapak tangan yang terus menguleni payudara cita, Marco mulai menekan kembali pinggulnya pelan-pelan, mendorong pusakanya agar lebih dalam bersemayam di lembah kenikmatan milik Cita tercintanya.

“Sssstt.. Terus kangmaassss...ooooghhh.. hhhmmpphh.. Uhhh..” Desah Cita di sela-sela ciuman mereka, kedua kaki perempuan itu pun seolah ikut menarik pinggul Marco untuk lebih dalam memasuki dirinya. Dan seolah mengerti akan ucapan itu, Marco dengan stabil terus menekan pinggulnya untuk menguak dan memasuki lebih dalam liang vagina rapat yang memberikan remasan-remasan nikmat di batang kejantanannya itu. Ditahannya segala gejolak kenikmatan yang membakar tubuhnya saat ini, ia fokuskan pikirannya untuk mengatur tempo penetrasinya tersebut.

“Terus.. sshhhh.. terus.. Jangan berhenti.. Mmpphh..” Rancau Cita di sela-sela lumatan bibir mereka ketika batang penis pemuda itu sudah masuk setengahnya, dan seolah tidak sabar untuk merasakan kenikmatan yang lebih besar, ia menarik pinggul Marco dengan kedua kakinya yang sedari tadi sudah terkait, membuat pusaka Marco itu semakin melesak ke dalam liang sempit vagina Cita. Dan kini, seolah tak lagi bisa menahan diri, Marco pun mengalah pada kaitan kaki Cita yang sedari tadi memintanya untuk lebih cepat menuntaskan penetrasi ini. Maka dengan satu kali hentakkan, Marco pun mendorong pinggulnya dengan kuat, membuat penisnya amblas seamblas amblasnya ke dasar liang senggama sang pujaan hati.

“ooooookkhhh… Hhhhhmmm.. ooowwwh.. enaaak Mpphhh…” Cita seketika memeluk Marco sekencang-kencangnya dengan bibir yang sudah terlepas dari pagutan pemuda itu, sebab kini bibir dan wajahnya cita tenggelamkan di bahu kekasihnya itu, ia seketika menggigit kencang pundak Marco, cengkeram kuat-kuat punggung pemuda itu, mencoba meredam pedih birahi yang kini menguasainya, napas dan suaranya tertahan, sekujur tubuhnya menegang hebat.

Rasa perih dan sesak seketika terasa di liang senggamanya, penuh.. ia merasa bagian

selangkangannya terasa penuh sekali. Meski begitu, ia tak bisa menolak betapa gesekkan di dinding vaginanya benar-benar nikmat tak terkira. Terlebih, ujung batang penis yang bentuknya sedikit melengkung ke atas itu dirasakan Cita menyentuh tepat di bagian atas pangkal rahimnya, membuat ia benar-benar merasakan sensasi hebat dari perpaduan antara rasa nyeri, pedih, ngilu, geli dan nikmat di saat bersamaan. Sedang Marco pun merasakan hal yang sama, remasan-remasan kencang dinding vagina dari Cita benar-benar membuat seluruh persendiannya seperti merasakan ngilu yang amat hebat. Lutut yang ia jadikan tumpuan pun seolah melemah saking nikmatnya. Dari situlah, Marco tak melanjutkan remasannya pada payudara indah milik kekasihnya, dan tak mempermasalahkan ketika ciumannya tiba-tiba terlepas tadi, sebab ia pun sadar, prosesi penetrasi ini benar-benar sesuatu yang amat berat bagi perempuan kecintaannya itu. ditahannya rasa sakit dari Cita yang tengah menggigit pundaknya, diabaikannya juga pedih dari kuku-kuku Cita yang terasa menancap kuat di punggungnya. Bagi Marco rasa pedih dan sakit dari gigitan maupun tancapan kuku-kuku Cita justru memberikan sensasi tersendiri yang membuat birahinya semakin menggebu-gebu, seolah menjadi pelengkap dari segala rasa nikmat dan geli

“Hu.. hu.. huh.. Aku.. mmpphh.. rindu sekali pada tongkatmu ini kangmas.. Sssshh.. rasanya.. mmphh.. jiwaku utuh tiap kali batangmu menerobos milikku Sayang.. Aahhhh…” Bisik cita dengan kata-kata frontal mesum tepat di telinga Marco, membuat pemuda itu seketika mengangkat wajahnya untuk memandang wajah cita yang sudah lebih tenang dari sebelumnya. birahi Marco benar-benar sudah membuncah seperti biasanya ketika dirinya bersenggama dengan cita . Kata-kata frontal yang keluar dari bibir manis milik Cita barusan

bak bensin yang disiram ke nyala api, membuat nyala itu semakin berkobar tak terkendali.

“Aku juga rindu lubang senggama cita yang nikmat ini.. Sssshhh.. lubang senggama cita bahkan terasa jauh lebih nikmat dibanding yang lain.. Uhhh…” Sahut Marco sembarang merancu dengan suara berat menahan gejolak birahi yang kian detik kian membakar kesuluruhan dirinya.

Dan setelah selesai mengatakan itu, Marco melepaskan pelukannya pada punggung cita, ia

baringkan perempuan itu secara utuh di kasur kapuk tanpa penghalang lengannya lagi-.

Ia kecup lembut beberapa kali bibir citanya, sebelum kemudian ia angkat tubuhnya untuk

memberi jarak pandang guna menikmati busungan indah dari sepasang gunung putih yang

memerah ditimpa kilatan cahaya lilin. Ia gerakkan sebelah tangannya untuk mengusap lembut kulit payudara cita , ia remas lembut di sana, sembari matanya yang terus menyelami sepasang

kolam hitam yang bersembunyi di kelopak mata cita.

Pujian dari bibir Marco terang saja langsung membuat pipi sang kekasih menjadi bersemu merah, karena Marco bukanlah tipe lelaki yang romantis, bukanlah tipe lelaki yang gemar menebar kata-kata manis dengan sembarang, dari itu.. tiap pujian yang keluar dari bibir Marco layaknya api unggun di dinginnya malam pegununungan, rasanya menghangatkan hingga ke relung-relung sanubarinya.

“Jangan menggodaku terus, kangmas.. aku malu ih!” Protes cita manja pada pemudanya, kedua

tangannya yang sudah terbebas memukul lembut dada sang pemuda, membuat Marco semakin

memperjelas senyuman kecilnya.

“Sssshhh…” Desis cita ketika secara perlahan ia merasakan dinding-dinding vaginanya

bergesekan dengan batang kejantanan Marco. Ya, pemuda itu kini tengah menarik pinggulnya keatas, membuat perlahan batang penisnya yang mengkilat dibalur lendir cita terlihat muncul

dengan basahnya. centi demi centi, baik Marco maupun cita benar-benar merasakan tiap kenikmatan yang hakiki. Marco menerapkan ritme 2 : 1, di mana dua kali ia tenggelamkan penisnya sebatas bagian tengah, dan di tusukkan ketiganya barulah ia benamkan secara menyeluruh, amblas seamblas amblasnya, membuat cita merintih-rintih dan berteriak tak karuan. Marco melakukan itu selain karena ingin liang senggama citanya bisa lebih santai menerima penisnya, namun juga karena ia sangat bersemangat sekali ketika melihat vagina citanya semakin menggelembung dengan bibir vagina tertarik ke luar ketika ia menarik pusakanya. Lalu akan melesak ke dalam ketika ia mendorong penisnya semakin dalam.

Keindahan itu diperlengkap dengan helaian bulu kemaluan yang menempel basah, mengkilap dan terlihat begitu segar menggiurkan bagi Marco. Dan setelah beberapa saat, ritme itu pun ia cukupkan, karena ia menyadari bahwa wajah citanya semakin tak karuan diterpa badai kenikmatan. Marco yakin, hanya butuh beberapa saat lagi sampai perempuan itu benar-benar menggapai puncak orgasme keduanya hari ini.

“ooookkhhh…” cita senggamaik tertahan saat tiba-tiba Marco menghentak dalam-dalam batang penisnya, dibenamkan sedalam-dalamnya ke pangkal rahim perempuan itu, membuat cita semakin berusaha melebarkan pahanya, mencoba mencari celah udara dari perasaan sesak yang melingkupinya. Marco saat ini sedang sibuk menguntai untaian puja puji bisu di relung terdalam ruang-ruang hatinya, dipandanginya anugerah semesta yang terlentang pasrah dengan kaki mengangkang lebar dihadapannya itu. Paras cantik itu, peluh keringat di pelipis itu, bibir seksi itu, uhh.. sungguhlah membuat Marco selalu jatuh dan terus jatuh pada perasaan terdalamnya. Ditambah kulit putih bak susu kedelai murni, berhiaskan gundukkan dua bola melon yang membusung yang padat dan kencang, diperlengkap dengan putting kecil yang tegak menantang. Sungguh.. tidak ada satu pun keindahan yang bisa menandingi keindahan yang dimiliki citanya. Kini mata pemuda itu turun, di pandanginya perut busung milik sang pujaan, dilukiskannya baik-baik rerimbun hitam nan basah yang menghias di pangkal paha sang kecintaan, dipotret dalam-dalam vagina membusung dengan rekah kemerahan yang tengah menjepit pangkal batangnya saat ini. Indah.. terlalu indah..

“Sayaaag ...akan aku bawa nimas terbang setinggi-tingginya..” Ujar Marco dengan napas berat, tubuhnya yang tadi sudah setengah terangkat pun ia tegakkan, kedua tangannya ia tarik dari payudara cita , untuk kemudian dipindahkan ke sepasang paha mulus nan putih didepannya.

“Lakukanlah sesukamu, kangmaasss.. Mmmpphh..” Ujar Cita dengan kepala menggeleng ke kanan dan ke kiri, mencoba mengatasi geli kenikmatan yang menjalar di pangkal pahanya.

Mendengar itu Marco menarik napasnya dalam-dalam, ditekan sedikit lagi batang paha Cita

agar kian lebar terkangkang, ditariknya batang penisnya sebatas kepala, lalu didorongkan dengan kuat dalam satu kali sentakkan.

“Aaaaahhhhh…” Cita mendesah lagi dan lagi ketika merasakan kepala penis itu menghujam

dasar vaginanya. Namun berbeda, kali ini Marco tak membiarkan Citanya menikmati perasaan

sesak di dalam vaginanya, cita tidak diberikan jeda sama sekali untuk sekedar menikmati

helaan napas. Karena setelah dirasanya menyentuh dinding rahim sang pujaan, Marco langsung menarik lagi pinggulnya ke belekang, dihentikan sebatas ujung kepala penisnya, dan dihentakkan lagi kuat-kuat, membuat tubuh Cita sedikit terlonjak ke atas, membuat kepala perempuan itu bergerak kekanan dan ke kiri.

“Ahhh..uuuugghhhh Hhhhmm.. kangmas…” Cita terus mendesah menikmati hujaman demi hujaman batang kejantanan Marco, dirasakannya liang senggamanya diliputi banjir dari cairan pelumasnya sendiri, namun tentu tetap menyisakan sedikit rasa nyeri nikmat yang sesekali hadir sebagai pelengkap indahnya pertautan rindu ini.

“....plok. ....plok. ....plok. ....plok...”

“..clork..clork..clork..clork..clork..clork..clork..clork”

“..............aaaaagghhh...uuughhh...enaaaaaak”

Ketiga bunyi berbeda itu seolah bahu membahu mengisi ruangan ini, seolah hendak memberitahu orang-orang yang berada di luar sana, bahwa di dalam ruangan ini, ada dua orang anak manusia yang sedang memadu kasih, saling menautkan rindu, dan mendayung kenikmatan utuh dari persenggamaan yang terasa mengisi relung-relung di dalam hati.

Dan semakin detik berlalu, semakin pula Marco mempercepat kayuhan pinggulnya, pun Cita yang tak bisa lagi mengontrol gerakkannya, terlihat dirinya menaik turunkan pinggulnya, gerakannya memutarkan sembarang, hanya demi menyongsong gulungan ombak kenikmatan yang kian menerjang tiap syaraf yang ada di dalam tubuhnya. Bibirnya terus mendesah, terus merintih, terus meracau, sesekali bahkan berteriak untuk menyalurkan betapa nikmatnya persutubuhan ini.

“uuuughhhh Terusss!! Teruss!! Jangan berhentii..ooohhhh..” Rintih Cita setengah berteriak, Marco tersenyum, kedua tangannya kini sudah kembali memainkan payudaranya Cita, memilin-milin putting payudara yang tegak menantang keberaniannya, membuat Cita kian melonjak-lonjakkan kepalanya tanpa aturan, membuat Cita tak bisa terlalu lama untuk sekedar membuka matanya, sebab sudah terlalu dalam dirinya dengan aliran syahwat yang beredar di pembulu darahnya.

“s—saayyaaaaaang...aaakkkkkuuuuuuu ooooogghhhhh”...suara cita terdengar.

Melihat kekasihnya kian kehilangan kendali diri membuat Marco terus mempercepat gerakkan

pinggulnya, dihantamnya kuat-kuat dan tak kenal jeda vagina kekasihnya itu hingga menguarkan bunyi kecipak yang amat rapat dan nyaring. Senyum Marco kian mengembang, kenikmatan hakiki sungguh dirasakannya semakin merasuk sukma, ia takkan pernah lelah menggenjot vagina rapat milik kekasihnya, takkan pernah lelah mendayung birahi di samudera luas yang sangat.

“sss-saaayyyaaaang ...akuuuuuuu saaaammpaaaaaiii..uuuggghhhh…”

“.........crit.. ..crit..crit..crit..”

Cita berteriak, melolong begitu keras dan panjangnya, ketika dengan sentakkan keras Marco menancapkan dalam-dalam batang kejantannya, seraya menjatuhkan tubuh untuk memeluk tubuh cita seerat-eratnya, bibir Marco langsung dijatuhkan pada putting payudara Cita , menghisap kuat-kuat puncuk payudara sang pujaan hati, menggigit dengan gemas putting payudara yang ketika kecil selalu mendiamkannya dari tangis. Dirasakannya bahwa batang penisnya diremas-remas dan dipilin-pilin dengan begitu kencang dan nikmatnya, bersamaan itu juga ia rasakan siraman hangat menerpa kesuluruhan pusakanya, nikmat.. ini nikmat sekali baginya..

Dan bersamaan dengan itu pula, tubuh cita mengejang dan berkejut-kejut hebat, tangannya

seketika memeluk punggung Marco erat-erat, kuku-kuku jari perempuan itu kembali menekan kulit punggung Marco dengan kuat, kakinya membelit keras dengan pinggul melonjak-lonjak ke atas, wajahnya ia benamkan ke pundak pemudanya, giginya tanpa sadar kembali mengigit bahu Marco yang sedang berada didepannya, tanda cita gemas tidak bisa menahan lagi lonjakan birahinya.

Entah sudah berapa lama adegan itu berlangsung, rasanya malampun tidak bisa cepat cepat berganti pagi. Terlihat sang wanita sangat kepayahan meladeni nafsu sang pejantannya kala itu. Beratus ratus kali mungkin sang wanita mengejang, klimaks namun tidak juga kunjung sang pejantannya mendapatkan gilirannya.

Cita yang melihat kondisinya saat itu seperti dirinya seolah olah sedang kerja keras menguras lautan rasanya.

“... kamuuu, ooooggghh bagaimana bisa sekuat ini sayaang, aku sudah berkali kali mendapatkan kepuasanku, dan kamu masih juga belum kunjung mendapatkan kepuasanmu...” ucap Cita dengan nada sedikit keheranan.

“.. tenanglah nimas, aku tidak masalah..” ucap Marco dengan penuh nada sayang.

“.. apakita sudahi saja nimas ingat kandunganmu...?’ tanya Marco , karena Marco melihat kondisi kekasihnya berbadan dua, terlalu kasihan jika dipaksakan.

“...j-jjaaangaaan..bbeeerrrhentiii.... teruuus...aaaahhhh”...

“..pok..pok..pok..pok..pok”

“..clork..clork..clork..clork..clork..clork..clork”

“..teruuus kangmaaaas.... oooowghhhh..teruuussss.”

Teriakan demi teriakan terus melaung dari bibir cita, pinggulnya semakin belingsatan tak karuan, bibirnya sesekali melenguh sesekali kemudian melumat habis bibir Marco. Sedang Marco terus berfokus menikmati ambang puncak orgasmenya ini, ia terus menumbuk sepenuh hati vagina rimbun nan indah di bawahnya ini. Hingga..

“.....crittt.....crittt.....crittt.....crittt.....crittt.....crittt”

“ kangmaaaasss....akuuuuuu..ooooohhhhh…” Cita melolong keras dengan kepalanya terangkat, bibirnya terbuka dan vaginanya menyemburkan banyak sekali cairan orgasme entah yang keberapa yang ia dapatkan kala itu. Kasur tempat mereka berdua memadu kasih terlihat sudah layaknya banjir, basah dimana mana.

Sedang Marco sendiri merasakan penisnya telah disiram kembali dengan cairan hangat plus remasan-remasan kuat pun akhirnya tiba juga di puncak kenikmatannya, ia benamkan penisnya dalam-dalam seolah hendak menusuk vagina Cita, dan............

“oooogghhhh...aaaakkkuuu juugaaaa nimaaass..”

“...uuuugghhh”... lengkuh Marco disertai dirinya memeluk tubuh Cita erat-erat, tubuh mereka berdua sama-sama berkejang dengan hebat, mengeluarkan cairan cintanya masing-masing. Cita merasakan liangnya terisi oleh sebuah cairan hangat yang sedikit panas. Berbaur dengan perasaan kepuasan yang tengah menderanya saat ini. Sedang Marco pada saat itu terus mengeluarkan semua calon rajanya dalam vagina cita kala itu.

Cita terlihat langsung pingsan, karena dia sudah berada dalam kondisi maksimalnya bertahan menahan gempuran gelombang kenikmatannya.

Dipandanginya wajah kekasihnya yang sedang mengandung anaknya. Entah kapan lahirnya, kenapa bisa lama kalo mengandung di dunia arka. Entahlah, mungkin besok ditanyakan kepada kekasihnya. Untuk sekarang, diangkatnya kekasihnya, diletakkannya dalam kondisi yang nyaman baginya untuk beristirahat setelah kelelahan bertempur habis habisan.

Sejenak marco berpikir untuk menyatukan kelima wanitanya...

...........bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd