Episode 34
Aku mengalibrasi mesin Hyperdrive, bersiap untuk melompat langsung ke galaksi Bima sakti. Terpisah jutaan tahun cahaya , dengan hyperdrive perjalanan memakan waktu 40 hari. Aku menyiapkan mesin hyperdrive. Dan saat itu juga sesuatu terdeteksi di radar.
Empat terpedo berdaya ledak tinggi melesat menuju kapalku. Peluncur Chaff diaktifkan dan aku bermanuver menghindari terpedo-terpedo itu. Dua terpedo berhasil dikecoh , satu kutembak dengan meriam plasma sementara yang terakhir berhasil menabrak perisai
“ gelegar!!”
Ledakan dahsyat terjadi. Terpedo itu meledak seperti nuklir taktis. Kali ini perisaiku lebih beruntung karena hanya satu terpedo yang meledak. Perisai turun drasti ke angka 75 persen. Butuh berjam-jam agar perisai kembali normal.
Kapalku terguncang. Beruntung mesin kapal tidak mati dan menyebabkan kerusakan lebih parah. Satu squadron kapal serbu muncul tepat beberapa kilo di bawah kapalku dan mereka menghujani kapal dengan rudal-rudal hypersonik.
Aku mengecoh sebagian besar rudal , sedangkan beberapa berhasil menghantam perisai. Kapal serbu itu masing-masing mengangkut terpedo ringan 400mm , di mana setiap terpedo memiliki energi kinetik yang setara dengan dua rudal tomahawk. Kapalku kembali terguncang dan aku hampir jatuh dari kursi kemudi.
Perisai semakin melemah. Lampu darurat berbunyi dan bunga-bunga api bermunculan. Aku membidik mereka dengan dua meriam plasma di bagian belakang dan melancarkan tembakan balasan. Dua kapal hancur seketika. Mereka bermanuver menghindari tembakanku , dan membalas tembakan dengan empat meriam putar balistik.
Aku mendeteksi dua KCR beberapa ratus kilo dari posisiku. Sebelum mereka melepas terpedo , aku membidik keduanya dengan meriam railgun lalu menembak keduanya. Tembakanku tepat mengenai sasaran , membuat mereka hancur seketika. Selanjutnya aku membidik ke sepuluh kapal serbu yang mengerubungiku , menghujani mereka dengan ke empat meriam plasma.
Enam kapal serbu meledak. Aku berhasil memindai dan mendapatkan data tentang kapal serbu serta pihak yang menyerangku. Mereka perusahaan keamanan yang bertanggung jawab menjaga planet Indahpura. Sepertinya mereka merasa tertantang setelah aku menghancurkan dua KCR mereka , dan membunuh pilot mereka.
Aku menabrak dua kapal serbu , dan menembak kedua sisanya. Mereka menggunakan kapal serbu kelas Harimau Jawa, yang masih berusia sangat muda. Dibekali empat meriam putar balistik yang merupakan r penyempurnaan dari m61 Vulkan yang mereka curi dari bumi. Kapal serbu ini dapat melesat sekencang Mach 20 dan terinspirasi dari kapal serbu F-14 dari bumi. Satu-satu kapal serbu yang pernah menembak jatuh kapal asing. Lebih tepatnya milik Iran. Dibekali dua terpedo ringan 400mm yang mampu mengangkut WMD ( senjata pemusnah masal) ringan setara 1 megaton nuklir, bahkan satu kapal serbu sanggup menghancurkan sebuah negara di bumi. Mengingat teknologi perisai energi belum ditemukan.
Dua KCR dan satu squadron kapal serbu berhasil dihancurkan. Namun sebuah kapal masuk ke dalam radarku. Dari sinyal yang mereka hasilkan , aku mendeteksi kapal itu adalah sebuah kapal berukuran korvet , yang bahkan belum diklasifikasikan.
Aku menembakkan dua meriam railgun sekaligus. Tembakanku tempat mengenai sasaran. Kapal itu menembakkan dua meriam Railgun dan semuanya mengenai tepat ke kapalku. Generator perisai kembali meledak. Kali ini mesin kapal juga mati dan aku harus mereset ulang kapal.
Korvet itu muncul beberapa kilo dari kapalku. Aku dapat melihat jelas kapal asing itu. Bentuknya sangat kuno, seperti kapal perang prabahamut. Desain aerodinamis kembali digemari di masa depan. Kapal itu memiliki dua roket pendorong raksasa dan dua roket pendorong sedang.
Aku menembak dua meriam railgun dan menghujani kapal itu dengan dua meriam plasma. Kapal itu terguncang namun perisai mereka masih bertahan di angka 20%. Aku mendeteksi sepuluh terpedo 1000mm. Dengan daya ledak dua kali tsar bomba. Aku menerjunkan kapal menghindari tembakan meriam railgun mereka. Namun meriam plasma mereka masih menghujani kapalku.
Kondisi kapalku makin memburuk. Aku menembakkan dua meriam railgun , namun hanya satu yang mengenai kapal musuh. Mereka juga melakukan manuver menghindar. Generator perisai kapal itu meledak , dan perisai mereka runtuh . Menembaki kapal itu tanpa memberi ampun. Aku posisikan kapalku sehingga memungkinkan keempat meriam plasma menembak kapal itu .
Diatas kertas aku pasti kalah karena mereka mengunci kapalku dengan terpedo dan kapal mereka memiliki Armour yang lebih tebal. Mereka dapat menghancurkan kapalku dengan sekali railgun saja , namun sebuah terpedo 1000mm akan menghapus keberadaanku dan kapalku hingga menjadi debu di lautan antariksa.
Kapal itu membidikku. Dengan bibir kapal yang menyerupai tombak , kapal musuh dapat mendobrak kapalku dan membelahnya menjadi dua. Namun aku melakukan itu terlebih dahulu. Aku memacu kapalku dengan kecepatan tinggi dan mendobrak bagian tengah kapal musuh.
Guncangan hebat terjadi. Aku terhempas dari kursi kemudi. Kerusakan kapal bertambah krisis. Kapal musuh terguncang sehingga bagian belakang kini menghadap ke kapalku. Aku menembakkan dua railgun dan saat itu juga ledakan terjadi. Kapal musuh sangat kuat di bagian depan, namun sangat lemah di bagian belakang.
Aku menang meskipun aku hampir mati. Aku mematikan lampu darurat , mengembalikan kapal ke mode normal meski kondisi sudah kembali rusak parah. Aku melompat dengan hyperdrive menuju Bumi , dengan keadaan kapal yang sangat rusak parah.
Aku turun dari kursi kemudi , keluar dari anjungan menuju ruang mesin. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri generator perisai kembali hangus. Api masih membara dan aku harus memadamkan ruang mesin secara manual. Aku berusaha memperbaiki mesin kapal dengan perlengkapan seadanya. Ada mesin pencetakan 3D di gudang kapal sehingga aku mungkin akan mencetak ulang beberapa komponen vital.
Aku melakukannya. Aku mencetak beberapa komponen vital lalu memasangkannya di generator yang sudah gosong itu. Aku bahkan melepaskan kasing generator itu dan memasangkan yang baru. Beberapa komponen masih dapat digunakan walaupun sudah setengah rusak. Aku melakukan Reset ulang dan generator kapal hidup kembali.
Generator mulai menghidupkan perisai , meskipun butuh berminggu-minggu untuk kembali ke titik 100 persen. Itu sebabnya dari pada memperbaiki , terkadang lebih cepat mengganti baru seperti yang aku lakukan di stasiun sebelumnya. Generator lama tidak dibuang , tapi didaur ulang dan dijual lagi. Kurasa aku baru saja mendaur ulang meski tidak terlalu sempurna.
Aku istirahat di kamarku , mulai menghabiskan waktu bermain Nintendo 64. Aku bermain super smash bros selama berjam-jam , lalu bermain permainan Zelda , lalu bermain dindong selama berjam-jam lagi dan ketika aku mulai lelah , aku menonton Anime sambil menyantap ransum. Yang tak lain ramen indomie yang diselundupkan dari bumi.
Anime yang paling aku sukai kurasa Dragon ball z. Aku menonton dari episode 1 dan aku menyukainya. Aku jarang menonton acara kartun tapi kurasa aku mulai menyukainya sekarang. Aku menonton sambil belajar bahasa bumi , bahasa Inggris yang menurutku paling mudah , lalu bahasa Indonesia , karena tempat kelahiran Bintang dan pantai di mana kami bertemu adalah di Indonesia, dan bahasa Jepang, bahasa keluarga besar dan cucu-cucu Melati.
Berbeda dengan sebelumnya , dimana aku menjelajah bersama kedua gadis kesayanganku, kali ini aku berlayar sendiri. Tanpa awak , tanpa siapa-siapa , hanya diriku sendiri. Aku mengisi kekosongan dengan bermain permainan , menonton Anime , membaca komik , apa saja kegiatan yang dapat aku lakukan sendiri. Aku membantu diriku sendiri dengan selalu melakukan kegiatan , daripada terus meratapi nasib.
Perjalanan terasa lama karena kali ini aku sendirian. Aku melakukan perjalanan sejauh itu hanya demi nostalgia. Aku ingin mengingat kembali hari di mana kami bertemu , aku ingin melihat seperti apa bumi sekarang, dan jika mungkin aku ingin bertemu keluarga Melati. Jika mereka masih hidup. Selanjutnya aku masih bingung apakah aku akan menetap di bumi , atau melakukan perjalanan pulang. Atau apakah aku akan tinggal di planet yang masuk wilayah Aliansi di galaksi Bima Sakti.
Aku menghabiskan seminggu pertama bersantai bermain , menonton anime dan membaca komik. Di minggu kedua , aku mulai mengisi waktu berlatih kemampuan menembak. Aku tidak terlalu biasa menggunakan senjata balistik jadi aku rasa aku harus membiasakannya. Aku paling suka Trench gun , dan sepertinya senjata ini benar-benar akan menjadi andalanku di pertarungan jarak dekat.
Dan ketika aku tertidur , terkadang aku berharap bisa melihat mereka kembali di alam mimpi. Sayangnya aku tidak mendapat kehormatan itu. Aku tahu itu menyedihkan , namun hanya itu harapanku melihat mereka kembali. Yang menyedihkan adalah aku bahkan tidak menyimpan gambar mereka lagi . Aku takut , aku takut aku akan lupa wajah mereka.
Tapi karena Anime dan Manga , aku akhirnya tergerak untuk menggambar mereka , sesuai ingatanku. Aku menggambar mereka di komunikatorku , dan saat gambar-gambar itu selesai, rasa senang sekaligus sedih bercampur. Tapi setidaknya dengan cara ini , aku tidak akan lupa wajah mereka. Aku memajang gambar mereka di dekat tempat tidurku. Aku melihat wajah mereka sebelum aku tidur dan saat aku terbangun.
Setelah berminggu-minggu , akhirnya aku tiba di orbit bumi. Aku ingat sebelumnya , keberuntunganlah yang membawaku ke sini. Dan kejaran maut dari angkatan Laut. Bumi masih indah dan mempesona seperti dulu. Selama beberapa menit aku tertegun memandangi planet itu , dengan jantung yang berdegup-degup kencang.
Aku mendeteksi ada banyak satelit di orbit planet itu. Berbeda dengan 4000 tahun yang lalu peradaban di bumi benar-benar telah maju. Mereka memasuki zaman Antariksa awal , di mana mereka mulai mengeksplorasi Lautan Antariksa namun masih sangat terbatas.
Ada beberapa stasiun antariksa di planet itu. Namun semuanya sangat kecil dan terbatas. Aku mendeteksi hanya ada 9 orang salah satu stasiun itu. Ada satu lagi stasiun yang lebih kecil yang dioperasikan dua orang, dan ada satu lagi yang dioperasikan tiga orang. Peradaban di bumi telah memiliki perlengkapan yang dapat mendeteksi kapal-kapal asing sehingga aku sangat hati-hati. Ada banyak satelit mengorbit bumi , dan tanpa pikir panjang aku meluncurkan drone micro , untuk meretas satelit-satelit tersebut. Setiap drone dilengkapi kartu hitam , yang dapat memecahkan perlindungan satelit tersebut dalam waktu tertentu.
Sistem perlindungan jaringan di bumi ternyata masih sangat primitif. Hanya butuh waktu tidak sampai semenit untuk meretas setiap satelit. Aku mendapatkan semuanya , dan menyimpan data langsung ke komunikatorku. Semua data dienkripsi namun aku dapat memecahkannya dengan mudah. Dengan semua data itu , aku mempelajari semua tentang kehidupan bumi.
Aku tiba di bumi tahun 2017. Indonesia masih di pimpin oleh partai-partai demokratis , Amerika China dan Korea Utara masih berdamai , katakan saja itu zaman keemasan di masa perdamaian. Walaupun terjadi perang-perang kecil di timur tengah.
Bumi masih dalam keadaan masih sehat. Walaupun sebenarnya bumi sudah mulai tercemar tapi masih bisa dikatakan bumi masih jauh lebih layak dari hampir seluruh planet di Aliansi. Peradaban sudah mulai maju namun orang-orang bodoh masih bertebaran di mana-mana. Nyaris semua manusia bumi percaya mereka sendirian di Jagad raya , bahkan ada sebagian manusia yang percaya jika bumi mereka datar dan Jagad Raya hanyalah dongeng.
Kerusakan-kerusakan di bumi berawal dari satu peristiwa. Revolusi Industri. Revolusi Industri adalah awal dari kemajuan peradaban di Bumi. Sayangnya mereka mengulangi kesalahan yang kami lakukan. Menguras dan terus menguras tanpa dibarengi dengan pembangunan yang seimbang. Dalam taraf seperti ini , aku menilai hanya butuh puluhan tahun hingga bumi menjadi planet sekarat.
Menariknya hanya satu negara yang pernah terlibat pertempuran kecil dengan makhluk asing dari dunia kami. Iran. Iran satu-satunya negara yang berhasil menembak jatuh kapal asing dari dunia kami. Dengan teknologi yang terbatas Iran bisa dikatakan cukup punya nyali karena berhasil menembak jatuh kapal dengan teknologi yang jauh diatas mereka. Kapal serbu yang mereka gunakan F-14 tomcat menjadi primadona di seluruh Aliansi bahkan menjadi inspirasi bagi kapal serbu generasi lanjut. Meriam putar buatan bumi entah bagaimana dapat menembus perisai , mengenai mesin kapal sehingga seketika meledak di udara
Aku memang agak sedikit kecewa dengan keadaan bumi sekarang , bahkan aku geram dengan perusahaan-perusahaan tambang yang menguras bumi demi keuntungan mereka sendiri. Itu mengingatkanku pada dunia lama kami. Tapi aku pikir tidak ada hal berarti yang dapat aku lakukan. Semua tergantung diri mereka sendiri. Aku hanya berharap aku tidak melihat bagaimana bumi sekarat , dan menikmatinya selagi aku bisa.
Aku memasang program pintu belakang sehingga bukan hanya mengunduh , aku juga bisa mengubah data di satelit-satelit tersebut sesuai keinginanku. Dengan data itulah aku mencetak berpuluh-puluh identitas dari berbagai macam negara. Semuanya serba online di masa itu sehingga mudah bagiku mencetak identitas , bahkan mencetak rekening palsu.
Aku melompat ke planet Raksasa gas bernama Uranus , dan bermalam di sana. Jam sudah aku atur sesuai waktu bumi. Aku menggunakan waktu tempat di mana aku bertemu dengan Bintang dan Melati. Rencananya aku akan mendarat di sana pada malam hari. Mungkin esok atau beberapa hari lagi. Setelah aku selesai mempelajari seluruh tentang bumi.
Secara sosial , kehidupan di bumi bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Ada banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sama seperti di dunia kami , yang kaya semakin kaya , miskin terus miskin hingga berpuluh-puluh keturunan. Perbudakan terselubung masih ada , seperti di China , Indonesia , bahkan di Amerika serikat sekalipun. Di mana buruh setengah diperbudak seperti di dunia kami. Upah mini dan jam kerja yang tinggi.
Warga biasa bahkan tidak boleh mempunyai senjata untuk melindungi diri mereka sendiri. Seperti di Indonesia , China , Jepang dan ratusan negara di bumi. Bayangkan terjebak di tengah hutan , jauh dari polisi , dan tanpa senjata. Perampokan dan pemerkosaan pasti tidak terhindarkan. Lucunya banyak yang menyetujui peraturan konyol itu dengan alasan ‘takut disalahgunakan’. Mereka tidak akan mengerti karena mereka babu pemerintah mereka.
Hak Kesehatan bahkan lebih tidak jelas dari dunia kami. Mereka membayar mahal , namun tidak mendapat apa yang seharusnya mereka dapatkan. Aku mendeteksi ada jutaan manusia asing yang menyamar dan menetap di bumi namun bahkan manusia dari dunia lain tidak mampu menyelamatkan kehidupan di bumi. Atau jangan-jangan ikut menguras komoditas dan memperbudak manusia di sana.