namaku Tia aku adalah seorang anak dari desa yang berasal dari keluarga yang kurang berada. Saat ini aku berusia 20 tahun dengan tinggi badan 160cm dan berat 50kg.
Satu tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi merantau di kota X untuk membantu perekonomian keluargaku. Di kota X saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pelayan toko di pinggiran kota tersebut.
Pengalaman pahit ini aku alami beberapa waktu lalu saat pulang bekerja shift malam. Ketika sampai di kontrakan tempat aku tinggal Sudah larut malam saat hujan deras mengguyur kota kecil tempatku tinggal. Aku duduk sendiri di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat sambil merenungkan berbagai hal. Suasana sepi dan tenang, seolah dunia di luar sana tengah beristirahat.
Saat itu aku hanya mengenakan kaos dan celana pendek untuk menyegarkan tubuh setelah seharian penat bekerja seperti yang biasa aku lakukan karena memang aku hanya tinggal sendiri di kontrakan terebut.
Aku duduk melamun di ruang tamu sambil menikmati alunan music pop kesukaanku.
Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh suara keras di pintu depan. Aku mengernyitkan dahi, tidak menyangka ada orang yang mengunjungi rumah pada tengah malam seperti ini. Dengan langkah hati-hati, aku mendekati pintu dan memandang melalui jendela samping. Namun, apa yang kulihat membuat jantungku berdegup kencang.
Seorang pria berdiri di luar sana, wajahnya ditutupi oleh penutup kepala hitam. Pikiranku melayang ke mana-mana, mencari cara untuk mengatasi situasi yang semakin mencekam ini. Namun, sebelum aku sempat bertindak, pintu itu dengan kasar dihentakkan dan terbuka.
Pria itu masuk ke dalam rumah dengan langkah mantap, matanya memancarkan ancaman. Aku terdiam, takut, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia mengancamku dengan senjata tajam dan mengikatku dengan tali yang dia bawa kemudian mendudukanku di sofa, sementara dia dengan cepat menelusuri seluruh ruangan di rumahku dan merampas barang-barang berharga yang bisa ditemui di ruangan itu.
Aku melihat sekeliling, mencari peluang untuk melarikan diri, tetapi aku terlalu ketakutan dan ikatan di tanganku terlalu kuat untuk bergerak.
"Jangan mencoba apa-apa atau kamu akan menyesalinya," ujarnya dengan suara berat, senjatanya menunjuk padaku.
Aku merasa terperangkap, terkurung dalam situasi yang mencekam ini. Saat pria itu sibuk mengumpulkan barang-barang berhargaku, pikiranku melayang ke masa lalu. Aku teringat pada hari-hari ketika rumah ini dipenuhi tawa dan keceriaan, ketika aku merasa aman dan dilindungi. Namun, sekarang semuanya tampak berubah begitu cepat.
Perampok itu kemudian pergi ke kamar tidurku dan menyeretku ke kamar tidur untuk memberitahu perampok itu tempat aku menyimpan barang berharga. Perampok itu dengan segera mengacak-acak lemariku, namun tidak menemukan barang berharga dan hanya menemukan pakaianku saja. Perampok itu dengan brutal terus mengobrak abrik kamar tidurku.
Setelah beberapa waktu tidak menemukan barang berharga perampok itu duduk di tepi kasurku dan memandangiku yang tergeletak di lantai. Entah apa yang merasuki pikiran perampok itu tuba-tiba di memandangi sekujur tubuhku dari kaki sampai kepala yang kebetulan dadaku agak terbuka karena memang kaos yang aku pakai agak longgar dan karena tanganku yang terikat kebelakang membuat dadaku sedikit membusung. Perampok itu kemudian perlahan mendekatiku dan mendudukanku di Kasur kemudian memegangi daguku sambil mendongakan wajahku ke arahnya.
“ kalo dilihat-lihat muka kamu manis juga ya “ ujar perampok yang seketika membuyarkan pikiranku dan badanku bergetar seperti tersambar petir membayangkan yang hal buruk yang akan terjadi. Belum sempat
Satu tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi merantau di kota X untuk membantu perekonomian keluargaku. Di kota X saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pelayan toko di pinggiran kota tersebut.
Pengalaman pahit ini aku alami beberapa waktu lalu saat pulang bekerja shift malam. Ketika sampai di kontrakan tempat aku tinggal Sudah larut malam saat hujan deras mengguyur kota kecil tempatku tinggal. Aku duduk sendiri di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat sambil merenungkan berbagai hal. Suasana sepi dan tenang, seolah dunia di luar sana tengah beristirahat.
Saat itu aku hanya mengenakan kaos dan celana pendek untuk menyegarkan tubuh setelah seharian penat bekerja seperti yang biasa aku lakukan karena memang aku hanya tinggal sendiri di kontrakan terebut.
Aku duduk melamun di ruang tamu sambil menikmati alunan music pop kesukaanku.
Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh suara keras di pintu depan. Aku mengernyitkan dahi, tidak menyangka ada orang yang mengunjungi rumah pada tengah malam seperti ini. Dengan langkah hati-hati, aku mendekati pintu dan memandang melalui jendela samping. Namun, apa yang kulihat membuat jantungku berdegup kencang.
Seorang pria berdiri di luar sana, wajahnya ditutupi oleh penutup kepala hitam. Pikiranku melayang ke mana-mana, mencari cara untuk mengatasi situasi yang semakin mencekam ini. Namun, sebelum aku sempat bertindak, pintu itu dengan kasar dihentakkan dan terbuka.
Pria itu masuk ke dalam rumah dengan langkah mantap, matanya memancarkan ancaman. Aku terdiam, takut, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia mengancamku dengan senjata tajam dan mengikatku dengan tali yang dia bawa kemudian mendudukanku di sofa, sementara dia dengan cepat menelusuri seluruh ruangan di rumahku dan merampas barang-barang berharga yang bisa ditemui di ruangan itu.
Aku melihat sekeliling, mencari peluang untuk melarikan diri, tetapi aku terlalu ketakutan dan ikatan di tanganku terlalu kuat untuk bergerak.
"Jangan mencoba apa-apa atau kamu akan menyesalinya," ujarnya dengan suara berat, senjatanya menunjuk padaku.
Aku merasa terperangkap, terkurung dalam situasi yang mencekam ini. Saat pria itu sibuk mengumpulkan barang-barang berhargaku, pikiranku melayang ke masa lalu. Aku teringat pada hari-hari ketika rumah ini dipenuhi tawa dan keceriaan, ketika aku merasa aman dan dilindungi. Namun, sekarang semuanya tampak berubah begitu cepat.
Perampok itu kemudian pergi ke kamar tidurku dan menyeretku ke kamar tidur untuk memberitahu perampok itu tempat aku menyimpan barang berharga. Perampok itu dengan segera mengacak-acak lemariku, namun tidak menemukan barang berharga dan hanya menemukan pakaianku saja. Perampok itu dengan brutal terus mengobrak abrik kamar tidurku.
Setelah beberapa waktu tidak menemukan barang berharga perampok itu duduk di tepi kasurku dan memandangiku yang tergeletak di lantai. Entah apa yang merasuki pikiran perampok itu tuba-tiba di memandangi sekujur tubuhku dari kaki sampai kepala yang kebetulan dadaku agak terbuka karena memang kaos yang aku pakai agak longgar dan karena tanganku yang terikat kebelakang membuat dadaku sedikit membusung. Perampok itu kemudian perlahan mendekatiku dan mendudukanku di Kasur kemudian memegangi daguku sambil mendongakan wajahku ke arahnya.
“ kalo dilihat-lihat muka kamu manis juga ya “ ujar perampok yang seketika membuyarkan pikiranku dan badanku bergetar seperti tersambar petir membayangkan yang hal buruk yang akan terjadi. Belum sempat