Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PERJALANAN MENGGAPAI CITA DAN CINTA 1

BAGIAN 49

JANJI..


271386221a73dd95c89ab015ca430f86ded95b19.jpg

Emery Naila Unna


27138621430c8cd05e19450ab05f4fed2b81b0df.jpg


Gaby Adrien Ananta



27138623562dd60b8a33c74c4bfa5cf08c2294d8.jpg

Kirana Ayu Pramesti



Aku menyandarkan kepalaku di kursi mobil.. dan aku memejamkan mataku.. sengaja aku dari tadi diam dan tidak mengajak ayah ngobrol.. pikiranku masih kacau dan porak poranda setelah dihantam badai yang bernama memey.. dan sengaja juga aku memejamkan mata supaya ayah tetap focus menyetirnya.. terus terang ada juga perasaan jengkel dihatiku ke ayah.. beliau sebenarnya tau kalau memey itu mery, tapi kenapa ga pernah menyampaikan kepadaku..? assuuu..

Aku memaki bukan untuk ayahku.. tapi aku memaki diriku sendiri.. aku selama ini ga sadar kalau tatapan merry ke aku itu untuk menyadarkan aku tentang siapa dia yang sebenarnya.. dan bodohnya aku, aku ga punya kepekaan terhadap kode kode darinya dan kode dari alam yang ada disekitarku.. dan sepertinya semesta juga senang mempermainkan aku..

Dan akhirnya aku lelah dengan semua ini dan aku ingin beristirahat sebentar.. perlahan mataku mulai terpejam dan aku mulai terlelap..



Disuatu kota yang dulunya masih tergabung dalam wilayah kabupaten yang namanya sama dengan kota tempat aku kuliah.. kota yang sekarang terkenal dengan segala pariwisata yang semakin berkembang.. dan kota yang juga terkenal dengan buah apelnya serta hawa yang dingin yang terasa sampai menusuk ketulang..

Dulunya kota ini hanya memiliki beberapa tempat pariwisata yang terkenal.. salah satunya adalah kolam renang yang mempunyai taman bunga yang melegenda.. selecta..

Disuatu hari pada saat musim liburan, sebuah keluarga kecil berjumlah lima orang sedang berlibur dikolam renang itu, setelah sebelumnya bersilaturahmi didesa asalnya dikabupaten sebelah..

Didalam rombongan itu ada seorang anak laki – laki kecil kira – kira berusia tujuh tahun.. dia bersama ayah, ibu, adek perempuannya berusia kira – kira dua tahun dan satu lagi adek perempuan yang masih berusia belum genap satu tahun..

anak laki – laki itu senangnya bukan main bermain dipinggir kolam.. karena selama di pulau seberang dia ga pernah bermain dikolam renang.. dia disana biasa bermain dipinggir pantai dan berenang di pinggir laut.. dan dikota ini dia melampiaskan kegembiraannya.. dia berlari lari mengitari kolam renang lalu loncat menceburkan dirinya dikolam yang airnya dingin seperti baru keluar dari kulkas.. dia berenang dari ujung kolam renang keujung yang lain.. dan setelah itu dia naik lagi dan berlari – lari lagi lalu loncat kedalam kolam.. begitu seterusnya.. sampai..

Buhhggg..

Dia menabrak seorang anak perempuan kecil yang cantik dan imut.. dan seketika itu juga minuman yang dibawa anak perempuan itu pun jatuh dan tumpah..

“iihhh.. kamu itu ga hati – hati larinya.. jadi tumpahkan teh hangatku.. hikss..hikss..” ucap perempuan itu sambil menangis..

“maaf aku ga sengaja mba.. maaf..” kata anak laki – laki itu ketakutan.. dia memanggilnya mba karena anak perempuan itu lebih tinggi postur tubuhnya dan usianya mungkin lebih tua dari anak laki – laki itu..

“maaf – maaf.. terus gimana ini tehku.. gantiin pokoknya.. kalau ngga, aku kasih tau papahku.. hikss.. hikss..” ucap anak perempuan itu dan terus menangis..

“iya.. iya mba.. aku gantiin.. tunggu disini ya.. “ kata anak itu ketakutan.. dan ketika anak itu mau pergi.. si anak perempuan langsung menghalangi dengan merentangkan dua tangannya..

“mau kemana..? kamu mau lari ya..?” kata perempuan itu berhenti menangis dan matanya mulai melotot..

“ngga mba, aku mau ke ibuku.. biar mba dibuatin teh sama ibuku..” kata anak laki – laki itu mulai pucat..

“bohong.. pasti kamu mau lari kan..” kata perempuam itu..

“ngga mba.. aku ga lari kok..” kata anak itu dengan polosnya dan matanya mulai berkaca – kaca..

“mey.. kenapa nak..?” tiba – tiba ada seorang laki – laki dewasa mendekati anak perempuan itu.. dan ternyata dia itu ayah sianak perempuan..

“ini nih pah.. dia bandel banget.. masa mey ditabrak sampai tehnya mey tumpah.. terus dia ga mau ganti malah mau lari lagi.. hikss..hiks.. marahin dia pah.. marahin.. hiks..hikss..” anak perempuan itu mengadu dan mulai menangis lagi.. dan anak laki – laki itu akhirnya meneteskan air mata karena ketakutan dengan papah siperempuan yang bernama mey itu..

“maaf om.. sandi ga sengaja.. hikss.. hikss.. sandi juga ga lari kok.. sandi mau ke ibu.. biar ibu yang buatin teh buat mba ini.. hikss..hikss..” ucap anak laki – laki bernama sandi itu menangis sambil menundukan kepala..

“dibuatin teh sama ibunya sandi..? emang sandi tinggal disini..?’ tanya laki – laki itu dengan lembut..

“ngga om.. sandi tinggal dipulau seberang..hikss.. hikss..” ucap sandi sambil menangis dengan tetap menunduk..

“oh gitu.. ya udah ga usah nangis lagi ya nak.. sandi kan ga sengaja tadi..” kata papah siperempuan itu lalu jongkok dan membelai kepala sandi..

“papah kok gitu sih..? kenapa ga dimarahin.. papah jahat..?” kata anak perempuan itu lalu pergi.. dan papahnya hanya menggelengkan kepala..

“maaf om ya..” ucap sandi lagi..

“iya ga pa – pa lanjut lagi mainnya sana..” kata papah perempuan itu lalu berdiri dan membelai kepala sandi sekali lagi lalu pergi..

Dan sandi pun berlari kearah pinngir kolam mendatangi ayahnya yang sedang bermain dengan adeknya yang paling kecil.. sandi lalu menangis lagi dan menceritakan kepada ayahnya kejadian yang baru dialaminya itu..

“udah ga usah nangis lagi mas.. anak laki – laki kok cengeng..” kata ayahnya lalu mengusap air mata sandi dan membelai kepala putra tersayangnya itu..

“iya yah..” ucap sandi dan dia sudah tidak menangis lagi..

“mas tadi sudah minta maaf kan..?” tanya ayahnya.. sandi menganggukan kepalanya..

“bagus.. begitu baru anak ayah.. kalau mas sudah berbuat suatu kesalahan dengan siapapun, harus berani mengaku dan meminta maaf..” ucap ayahnya sambil membelai rambut anaknya..

“dah lanjut main sana lagi..” kata ayahnya..

“iya yah..” dan sandi berjalan lagi kearah kolam.. kali ini dia tidak berlari tapi berjalan santai, lalu duduk dipinggir kolam yang dalam dengan kakinya menjutai kedalam kolam dan memainkan kakinya didalamnya.. dia tidak berenang lagi karena sudah ga mood lagi setelah kejadian tadi.. sementara itu didalam kolam hanya beberapa orang aja yang berenang itu pun jauh dari dia..

Dan ketika dia asyik bermain air dengan kakinya yang didalam kolam.. tiba – tiba seorang anak perempuan berdiri tepat disebelahnya lalu terjun kedalam kolam.. lalu ga berapa lama perempuan itu muncul dan tangan nya melambai – lambai lalu tenggelam lagi.. tanpa banyak menunggu lama sandi lalu meloncat dan menggapai tangan anak perempuan itu lalu menariknya.. dan setelah itu memeluk dari belakang dan membawanya tepi kolam.. (bagaimana anak sekecil itu bisa berenang dan menyelamatkan anak perempuan tadi..? itu karena dia biasa berenang dipinggir laut yang agak dalam bersama teman – temannya anak pesisir dipulau seberang.. dia biasa menyelam dan tarik menarik dengan teman – temannya ketika didalam laut..)

Setelah sampai dipinggir kolam.. anak perempuan tadi lalu memegang ujung kolam renang dengan erat.. sandi lalu memegang pinggul perempuan itu dan mendorongnya keatas.. dengan susah payah akhirnya perempuan itu sudah ada dipinggir kolam lalu duduk dengan kaki menjuntai keair dan wajahnya pucat serta nafasnya terburu – buru..

“mba kenapa loncat sih.. disini kan dalam banget?” tanya sandi ke anak itu..

“mey ga tau kalau kolamnya dalam..” jawab anak itu dengan mata yang memerah dan agak ketakutan..

“iya udah ga usah turun lagi kekolam.. kalau mau turun, sebelah sana aja ga dalam..” kata sandi sambil menunjuk ujung kolam satunya..

“iya.. makasih ya..” kata anak perempuan itu..

“kamu tadi yang nabrak mey tadi ya.?” Kata perempuan itu lagi..

“iya mba.. maaf ya.. mba masih marah..?” kata sandi dengan menunduk..

“engga..”ucap perempuan itu singkat.. dan dia tiba – tiba menepuk jidatnya..

“ya ampuuunn..” ucap perempuan itu yang langsung membuat sandi kaget..

“kenapa mba..” tanya sandi dengan heran..

“kamu tadi pegang tangan mey ya..?” kata perempuan itu sambil menatap tajam sandi..

“iya.. emang kenapa mba..?” kata sandi dengan heran..

“berarti kita berdua pacaran dong..?” kata perempuan itu sambil menatap kearah sandi..

“kok bisa gitu..?”tanya sandi dengan wajah yang sedikit takut..

“kata tante mey.. kalau cowok sama cewek pegangan tangan itu pacaran..” ucapnya dengan memelas..

“ya udah.. kita pacaran aja..” kata sandi dengan polosnya..

“emang kamu tau pacaran itu apa..?” tanya perempuan itu..

“pegangan tangan kan..?” ucap sandi lagi – lagi dengan polosnya..

“kok bisa..?” ucap perempuan itu dengan polosnya..

“kan mba yang bilang tadi..”

“iya.. ya..” dan perempuan itu menunduk malu..

“oh ya.. namamu siapa..?” tanya anak perempuan itu..

“sandi purnama irawan..” ucap sandi

“siapa..?” tanya perempuan tadi sambil mengerutkan kedua alisnya..

“sandi purnama irawan..” ucap sandi sekali lagi..

“ohh.. wawang..” kata perempuan tadi sambil menganggukan kepala

“kok wawang sih..?” tanya sandi dengan heran..

“belakangnya kan irawang.. jadi panggilannya kan wawang..” kata anak perempuan itu

“sandi purnama irawan.. ga pake g..” ucap sandi dengan tegasnya..

“oh.. tapi ga pa – pa kan kalau mey panggil wawang..bagus loh itu..” ucap perempuan itu..

“ngga.. sandi aja..” ucap sandi berkeras..

“wawang aja..” perempuan itu ga kalah keras..

“sandi..”

“wawang..”

“iiiihhh.. sandi..”

“pokoknya wawang..”

“ya udah sandi ga mau noleh kalau dipanggil wawang..”

“wawang jahat sama pacarnya..” kata perempuan itu sambil menunduk..

“iya.. iya udah.. terserah..” ucap sandi mengalah..

“nama kamu siapa mba..?” tanya sandi

“emery naila unna..” jawabnya..

“mery lula nuna..?” ucap sandi

“iihhh.. emery naila unna..” ucap perempuan itu jengkel..

“susah banget sih.. terus manggilnya siapa..?” tanya sandi..

“mery atau mey..”

“oohh.. mey aja ya mba..”

“kok pake mba sih..”

“hehehe.. iya iya mey.. eh kita main disana yo..?” ucap sandi sambil menunjuk kekolam yang dangkal.. ntah kenapa perasaannya senang sekali setelah berkenalan dengan mey.. apa lagi setelah meng ikrarkan diri sebagai ‘pacarnya’.. apa dia jatuh cinta..? cinta moyet gitu..

“ngga ah.. mey takut.. ntar tenggelam lagi..”

“kan ada sandi mey.. ntar sandi jagain.. sandi janji..” ucap sandi sambil menegakkan dadanya..

“serius ya..”

“iya kan sandi pacarnya mey…” ucap sandi yang ga malu – malu menyebut mey itu pacarnya.. sementara mey hanya tersipu malu.. gila.. anak sekecil itu sudah berani mengikrarkan diri sebagai sepasang kekasih... padahal jembutnya aja belum tumbuh.. assuu..

Mereka berduapun beranjak dari tepi kolam yang dalam menuju tepi kolam yang dangkal..

“ayo masuk mey..” ajak sandi..

“mey takut wang..”

“udah ga pa – pa.. ada sandi kok.. lagian ini ga dalam..”

“takutt..” ucap mey dengan manjanya..

“iya udah sandi masuk dulu ya..” ucap sandi lalu menceburkan diri kekolam agak ketengah sedikit.. dan bener saja.. ketika sandi berdiri didalam kolam.. air kolam hanya sebatas pinggangnya aja..

“nah kan ga dalam… ayo masuk..” ucap sandi berjalan ketepi kolam sambil menjulurkan tangan ke mey..

Mey pun menurunkan kakinya perlahan dan menyambut pegangan tangan sandi.. lalu menceburkan dirinya pelan – pelan kekolam sambil tetap berpegangan tangan ke sandi..

“tuh kan ga dalam.. wuuuu…” ucap sandi lalu melepaskan pegangan tangannya dan memercikan air kewajah mey dengan kedua tangannya..

“wawang jahat..” kata mey.. lalu membalas memercikan air ke sandi.. dan mereka berdua lalu tertawa bersama

”wang kita ketengah yo’..” pinta mey ke sandi..

“mey berani..?” tanya sandi..

“iya tapi pegangin.. hehehe..” kata mey dengan senyum manisnya..

Sandi pun menjulurkan tangannya ke mey dan mey pun menyambutnya.. lalu berjalan pelan ketengah kolam.. cuukkk.. bahagia, seneng dan grogi langsung terpancar diwajah sandi..

“udah disini aja wang..” ucap mey ketika ketinggian air sudah sampai didada..

Dan mereka pun berhenti ditengah kolam dengan tetap berpegangan tangan…

“wang.. ajarin mey berenang ya..” pinta mey lagi..

“iya.. siniin tangan kirinya..” kata sandi dan mey menjulurkan tangan kanannya.. dan mereka berdua saling berhadapan…

“sekarang angkat pelan kakinya mey..” kata sandi sambil memegang kedua tangan mey dengan erat.. dan mereka saling bertatapan..

Mey lalu mengangkat kedua kakinya dengan perlahan.. karena saking takutnya dan tubuhnya yang tidak seimbang.. akhirnya mey tenggelam lagi.. sandi lalu cepat menarik tangan mey dan memeluk pinggang mey dengan cepat..

“ih wawang.. katanya pegangin.. kok mey bisa tenggelam sih.. jahat..” kata mey sambil membasuh air yang ada diwajahnya..

“maaf mey.. habis berat betul badannya mey..” ucap sandi berkilah..

“emang mey gemuk..? jahat..” ucap mey sambil meraju lalu memercikan air ke wajah sandi dengan manjanya..

“maaf mey.. maaf.. udah gini aja..” kata sandi lalu berbalik dan memunggungi mey..

“wawang ngapain..? ga sopan.. masa mey di punggungi..” kata mey sambil memukul pelan pundak sandi..

“iihhh.. dengerin dulu.. mey pegangan pundak sandi aja.. ntar mey angkat kakinya.. terus sandi jalan.. gimana..?” kata sandi..

“boleh.. boleh.. hehehe..” kata mey.. lalu ia memegang pundak sandi.. lalu mengangkat kakinya lagi.. karena tidak kuat dengan pegangan tangannya dipundak sandi, akhirnya lama – lama kelamaan pegangan tangan itu berubah menjadi rangkulan dileher sandi.. dan sandi pun mulai melangkahkan kakinya.. mereka berdua tertawa dan bercanda selama berjalan di kolam..

“jangan kuat kuat mey.. ntar sandi ga bisa bernafas..” ucap sandi dan berjalan pelan…

“hihihi.. maaff..” kata mey tertawa.. wajah mey berada disebelah wajah sandi dan sangat dekat.. dan mey mengangkat kedua kakinya tapi tetap tidak bisa…

“hahahaha.. beneran kan badannya mey berat.. buktinya mey ga bisa angkat kaki..” ucap sandi sambil tertawa..

“wawang jahat.. ngatain mey berat terus dari tadi..” kata mey dengan tetap merangkul leher sandi dari belakang..

“iya.. iya gitu aja marah.. maaff ya..?” ucap sandi

“udahan ah belajarnya mey capek.. kita kepinggir yo wang..” ajak mey lalu melepas rangkulannya dileher sandi dan dia meraih tangan sandi.. dan mereka pun berjalan ke pinggir

Dan setelah mereka berdiri dipinggir kolam.. mereka saling melepaskan pegangan tangan.. setelah itu, lagi – lagi mey menepuk jidatnya..

“ya ampun..” ucap mey dengan wajah sedikit kawatir..

“kenapa lagi mey..” tanya sandi dengan herannya..

“tadi kan wawang meluk pinggang mey waktu mey tenggelam.. terus mey juga meluk wawang dari belakang waktu belajar berenang..” kata mey terputus..

“iya emang kenapa..?” tanya sandi lagi..

“ntar kalau ada dede bayi diperutnya mey gimana wang..?” kata mey dengan takutnya..

“emang bisa gitu..?” tanya sandi lagi – lagi dengan herannya..

“tantenya mey waktu baru nikah dulu, sering peluk – pelukan sama om.. habis itu ga lama perut tante mey besar.. katanya ada dede bayinya.. ihhh.. gimana dong wang..?” ucap mey dengan takutnya..

“ga pa – pa.. ntar sandi jadi ayah.. seperti ayahnya sandi..” ucap sandi dengan entengnya..

“ihhh.. wawang.. mey jadi mamah dong..” ucap mey dengan sedikit tersenyum..

“jadi ibu..” kata wawang..

“mamah..” ucap mey gam au kalah..

“ibu..”

“mamah..”

“ihhhh.. terserah deh..”

“gitu dong..” kata mey dengan tersenyum manis..

“udahan yo wang.. mey kedinginan.. mau ganti baju dulu ya wang..” ucap mey..

“iya.. sandi juga kedinginan.. ayo..”

Dan mereka pun naik ke pinggir kolam dan sandi membantu mey dengan menarik kedua tangannya.. lalu saling berhadapan..

“rumah wawang dimana ya..?” tanya mey

“dipulau seberang..” jawab sandi

“yahhh.. jauh banget ya..?” kata mey dengan ekspresi yang kecewa..

“kalau mey dimana..?” tanya sandi

“dikota sebelah..” jawab mey dengan agak bersedih..

“iya jauh juga ya..” kata sandi dengan santainya..

“jadi kapan kita ketemu lagi wang..?” tanya mey

“ga tau..”

“kok gitu..?” tanya mey dan lagi – lagi dengan wajah yang bersedih..

“nanti sandi minta ayah liburan lagi kesini deh.. kita ketemu disini lagi gimana..?”

“kapan wang..?”

“ya ga tau mey.. kan belum ngomong sama ayah.. mungkin tahun depan..”

“yah.. lama banget ya..?”

“iya..” kata sandi singkat..

Mey lalu menarik nafasnya dalam – dalam dan mengeluarkannnya perlahan..

“ya udah deh..” kata mey dengan masih kecewa yang terlihat diwajahnya.. lalu dia menatap wajah sandi..

“terimakasih ya wang.. tadi udah nolongin mey..” ucap mey sambil menundukkan kepalanya..

“iya.. mey..” kata sandi dengan malu – malu.. lalu..

CUUUPPP..

Mey mengecup pipi sandi lalu berbalik dan berlari meninggalkan sandi yang bengong dan kaget.. dan ini merupakan ciuman pertama dari seorang perempuan kepadanya.. sandi mematung sambil mengelus pipi bekas ciuman ‘pacarnya’.. dan sesuatu perasaan langsung lagi – lagi hinggap dipikirannya.. perasaan cinta.. cinta monyet ala anak – anak..

Sandi lalu berbalik dan berjalan ke tempat ayahnya tadi sambil senyum senyum sendiri..

“loh.. kenapa anak ayah ini senyum – senyum sendiri..? tadi nangis sekarang senyum..?” tanya ayahnya dengan heran..

“apa sih yah..” ucap sandi malu malu..

“udah mandi dulu sana mas.. tar masuk angin loh.. mana disini hawanya makin dingin lagi..” ucap ibunya sambil menyerahkan perlengkapan mandi ke sandi..

“iya bu..” ucap sandi lalu pergi menuju kamar mandi..

Setelah sandi mandi dan berganti pakaian, mereka bersiap – siap untuk pergi kembali ke penginapan.. pada saat selesai mandi tadi dia sempat mengambil brosur tentang kolam renang yang melegenda ini.. dia mengambil dua dan melipatnya lalu dimasukkan kantong..

Dan pada saat mereka jalan keparkiran mobil..

“wang..” panggil seseorang perempuan ke sandi..

Dan disana berdiri seorang wanita dengan memakai rok terusan bermotif bunga – bunga dengan rambut dikepang dua dan menggendong boneka.. dan dia berdiri sambil tersenyum manis.. disebelahnya tampak kedua orang tua mey berdiri dan melihat kearah keluarga sandi.. dan keluarga mey berjalan mendekati keluarga sandi..

“wang..? siapa wang..?” tanya ibu sandi..

“ya anak kita yang paling ganteng lah bu.. lihat tuh.. masih kecil aja sudah kenal cewe cantik.. hehehehe..” ucap ayah sandi sambil tersenyum… dan sandi tertunduk malu..

“wihhh.. anak ibu sudah perjaka sekarang.. sudah kenal cewe lagi..” ucap ibu sandi tersenyum sambil menatap sandi yang memerah wajahnya..

“apasih ibu ini..” ucap sandi yang masih memerah wajahnya..

Dan ketika keluarga mey sudah dekat..

“pah.. ini wawang..” kata mey ke papahnya..

“loh.. wawang apa sandi mey..?” tanya papahnya ke mey..

“ih papah ah.. sama aja..” kata mey dengan malu malu

“oh iya mas.. maaf saya jefri ayahnya mey..” ucap ayahnya mey memperkenalkan diri ke ayahnya sandi..

“saya irawan ayahnya sandi..” kata ayahnya sandi sambil menjabat tangan ayahnya mey..

Lalu kedua ibu mereka pun saling berkenalan dan cipika cipiki..

“ih.. lucunya adek cantik ini..” kata ibunya mey ke adeknya sandi yang digendong ibunya..

“boleh saya gendong mba..?” ucap ibu mey ke ibu sandi..

“oh iya.. silahkan..” ucap ibu sandi menyerahkan putrinya untuk digendong ibunya mey..

“oh iya.. wang.. makasih ya udah nolongin mey tadi dikolam renang..” ucap papahnya mey..

“loh nolongin gimana mas..?” tanya ayahnya sandi..

“tadi mey tenggelam dikolam terus ditolong wawang..” ucap papahnya mey..

“oh.. gitu..” kata ayahnya sandi dengan ekspresi yang terkejut..

Sandi hanya mengangguk dan kelihatannya dia malu dengan situasi ini..

“pah.. mey ke taman sebentar sama wawang ya..” ucap mey ke papahnya..

“iya nak.. jangan lama – lama ya..” kata papahnya mey..

“om.. boleh ketaman sebentar sama wawang..?” pamit mey ke ayah sandi..

“om..? masa manggilnya om..?” ucap ayah sandi sambil tersenyum..

“jadi manggilnya apa dong..?”

“sama seperti sandi.. ayah..” kata ayahnya sandi dengan santainya..

“iya yah.. boleh kan..?” ucap mey tanpa malu – malu..

“iya.. hati – hati ya nak..” ucapnya sambil tersenyum..

Dan mey langsung menarik tangan sandi dengan cueknya..

“sepertinya anak kita akrab banget ya mas..” kata jefri ayah mey

“iya mas.. hehehe.. anak – anak memang begitu.. cepat banget akrabnya..” jawab ayah sandi..

“kapan balik kepulau seberang mas..?” tanya ayah mey..

“loh kok tau kami dari pulau seberang..?” tanya ayah sandi dengan heran..

“iya tadi waktu sandi numpahin tehnya mey.. dia cerita kalau tinggalnya di pulau seberang.. hehehe..”

“ohh.. jadi tadi yang ditumpahin tehnya itu punya mey.. maaf ya mas.. sandi ga sengaja tadi..”

“iya ga pa – pa mas.. tadi sandi juga dah minta maaf kok.. lagian sekarang mereka dah akrab gitu.. jadi kapan rencana balik mas..?”

“besok mas..” jawab ayah sandi..

“ohh.. kok buru – buru mas..”

“iya.. sudah seminggu disini.. waktunya balik.. oh iya ini kartu nama saya.. siapa tau kita berhubungan lagi besok – besok..” ucap ayah sandi sambil mengambil dompetnya lalu mengambil satu kartu nama dan menyerahkan ke ayah mey..

“oh iya mas.. ini kartu nama saya juga..” kata ayahnya mey dan mereka saling bertukar kartu nama..

Sementara itu ditaman bunga..

“mey.. kok gandeng tangan sandi terus.. malu tau..” kata sandi ketika tangannya ditarik terus oleh mey..

“ihh.. katanya pacarnya mey.. kok malu sih wang..?” ucap mey dengan cueknya..

“iya tapikan ga pake gandengan terus.. mey..” ucap sandi

“cerewet loh wawang ini….” Ucap mey..

“iya.. iya.. tapi mau kemana sih kita..?”

“itu loh.. kita lihat bunga – bunga...”

“kok lihat bunga – bunga sih.. enggah.. aku kan cowok mey..?”

“ga apa – apa wang.. kan sama mey lihat bunganya..” ucap mey

“wang... nanti kalau kita ketemu lagi, disini ya..” ucap mey lagi dan menghentikan langkahnya..

“iya..” ucap sandi singkat..

“janji..” ucap mey sambil mengarahkan jari kelingkingnya ke sandi..

“iya mey..” ucap sandi meraih kelingking mey dengan kelingkingnya..

“oh iya mey.. tadi sandi ambil ini dua.. kita satu – satu ya..” ucap sandi sambil mengeluarkan brosur tentang informasi tempat ini..

“emang buat apa ini wang..?” tanya mey..

“sandi mau pamer sama teman – teman kalau sandi sudah pernah ketempat ini.. hehehehe..” ucap sandi..

“ohh.. iya udah mey juga mau pamer sama teman - teman.. hihihi..” ucap mey dengan senyum manisnya..

“udah yo.. kita balik..”

“ayo..” ucap mey

Dan merekapun balik ke arah parkiran mobil tempat orang tua mereka menunggu.. sebelum berpisah mereka sempat berfoto untuk kenang – kenangan memakai tustel ayahnya mey.. setelah itu mereka berpisah di iringi dengan kesedihan diantara dua anak yang telah mengikrarkan ‘hubungan’ mereka dikolam yang legendaris itu… ntah mengapa sandi merasakan kesedihan yang begitu mendalam.. begitu juga mey.. mereka sama – sama meneteskan air mata pada saat berpisah tadi..



Dua minggu setelah pertemuan itu dipulau seberang..

“yah lagi ngapain..?” tanya sandi langsung duduk disebelah ayahnya..

“ini lagi kasih makan jalu.. kemarin dia menang kontes loh..” kata ayahnya menuangkan air didalam sangkar burung murai batu dihadapannya..

“oh iya.. hebat dong jalu..” ucap sandi dengan semangatnya..

“burung siapa dulu.. eh.. tapi ngomong – ngomong tumben mas perhatian sama jalu.. biasanya ga seneng sama burung ayah ini..” kata ayahnya yang melihat gelagat aneh dari putra kesayangannya itu..

“senang kok.. ayah aja yang ga tau..” kata sandi membela dirinya..

“hem.. seneng atau seneng..?” ucap ayahnya menggoda sandi..

“senang yah..”

“eleh.. pasti ada yang di mau ya kan…” kata ayah sandi..

“hehehehe.. ayah tau aja..” ucap sandi tersipu malu..

“apa..?” tanya ayahnya

“anu yah.. eeee..” ucap sandi dengan ragu – ragu..

“anunya kenapa mas..?”

“ihhh ayah ini..”

“hehehehe.. kenapa kok malu gitu sih mas..? cerita ke ayah..” tanya ayahnya sambil tersenyum melihat anaknya itu salah tingkah..

“anu yah.. kapan lagi kita jenguk mbah kung didesa..?” tanya sandi

“hemm… baru juga dua minggu yang lalu kita balik nak..” jawab ayahnya sambil memberikan makanan untuk burung murai batu kesayangannya..

“emang ayah ga kangen sama mbah kung..?” tanya sandi lagi..

“kangen lah.. siapa coba anak yang ga kangen sama orang tuanya sendiri mas..?” jawab ayahnya dan masih focus dengan burungnya..

“terus kenapa kita ga kesana lagi yah..?”

“sebenarnya sandi kangen sama mbah kung apa kangen sama mey..?” tanya ayahnya lalu menatap sandi yang duduk disebelahnya..

“kangen sama mbah kung lah..” ucap sandi dengan malu – malu..

“yang bener..?” kata ayahnya sambil berdiri dan mengangkat sangkar burungnya dan menggantungkannya diplapond teras rumahnya..

“apasih ayah ini..?” kata sandi dengan sedikit kesal..

“kok marah..? kan ayah cuma tanya.. lagian dalam dua minggu ini, mas sudah tanya tiga kali loh kapan kita kedesa.. tumben banget kan..” kata ayahnya dengan santainya..

“udah ah.. sandi mau kekamar aja.. malas ngobrol sama ayah..” kata sandi kecil meraju lalu berdiri dan meninggalkan ayahnya yang cuman bisa menggelengkan kepalanya saja..

Dan kalau ayahnya perhatikan dalam dua minggu ini.. sandi banyak berubah setelah pulang dari pulau sana.. dia banyak melamun dan mengurung diri dikamar.. dan sandi sering menanyakan kapan akan balik lagi kedesa..

KRING.. KRING.. KRING..

Bunyi telpon rumah itu.. ayah sandi pun masuk kedalam rumah lalu mengangkat telpon.. dan setelah beberapa saat ayah sandi mengobrol dengan si penelpon, sandi keluar kamar dan pamit untuk keluar bermain..

“yah sandi mau main dulu.. bosan dikamar aja..” pamit sandi keayahnya yang sedang menerima telpon..

“ntar dulu mas.. ada yang mau ngomong ini..” kata ayahnya..

“siapa yah..?” tanya sandi..

“dari temannya mas.. cepat ah..” ucap ayahnya..

“siapa ya..?” tanya sandi dalam hati.. lalu mengambil telpon dari genggaman ayahnya..

“halo..” ucap sandi..

“wawaaaanggg..” ucap seorang anak perempuan dari telpon itu..

“memey..” kata sandi seakan tidak percaya kalau yang telpon itu ‘pacarnya’ yang di kangenin selama ini..

“kok memey..? mey ini wang..”

“memey..”

“mey..”

“memey.”

“mey..”

“ihh pokoknya memey.. wee…” ucap sandi..

“ya udah terserah..” ucap mey akhirnya menyerah juga..

“hihihi.. gitu dong sekali – kali mengalah mey.. masa sandi terus yang ngalah..”

“memang harusnya gitu kan.. masa cowo ga mau kalah sih..?”

“untuk kali ini ngga ya.. hehehehe..” ucap sandi dengan senangnya..

“iya udah terserah..” ucap mey

“hehehe..” sandi tertawa mendengan jawaban pasrah mey..

“gimana kabar wang..?” tanya mey..

“baik mey.. mey sendiri gimana..?” tanya sandi

“baik wang..” ucap mey dan suaranya berubah terdengar sedih..

“kenapa mey..? kok jadi sedih..? sandi salah ya..?” ucap sandi

“ngga apa - apa.. hikss.. hikss..” ucap mey lalu menangis..

“loh kok malah nangis.. maaf mey.. maaf kalau sandi salah..” kata sandi yang merasa bersalah..

“ngga kok wang.. wawang ga salah..” ucap mey dan sekarang sudah ga nangis lagi..

“terus kenapa..?”

“mey kangen sama wawang.. hiks.. hikss..” dan mey nangis lagi..

“ooo….” Jawab sandi dengan entengnya..

“kok ooo.. sih..? wawang ga kangen juga sama mey..?” tiba – tiba suaranya sudah ga nangis lagi dan berubah jadi jutek..

“ya kangen juga lah mey..” ucap sandi dengan polosnya..

“kenapa jawabnya ooo tadi..?”

“kiraian tadi mey marah sama sandi.. ga taunya malah kangen..” jawab sandi lagi – lagi dengan polosnya..

“wawang jahat.. wawang sudah punya pacar lagi ya disana..?” ucap mey sambil meraju..

“ngga mey.. sandi ga punya pacar disini.. lagian sandi ga pernah pegangan tangan sama cewe lain..” ucap sandi

“maksudnya wang..?”

“ihhhh.. katanya mey kalau pegangan tangan laki – laki sama perempuan itu pacaran.. sandi loh pegangannya sama mey aja..”

“janji ya.. awas kalau bohong.. mey ga mau telpon wawang lagi..” ancam mey

“iya sandi janji.. eh ngomong – ngomong mey tau dari mana no telpon sandi..” tanya sandi

“papah yang kasih tau tadi..” jawab mey..

“oh ya.. papahnya mey tau dari mana..?” tanya sandi lagi..

“ihhh.. bawel loh wawang ini.. tanya terus..” ucap mey dengan manjanya..

“hehehehe.. maaff..”

“eh.. tau ga.. tadi papahnya mey ngomong sama mey.. kalau mey juara kelas, nanti kalau liburan mey diajak kekolam renang itu..” kata mey dengan seriusnya..

“beneran mey..? sandi nanti juga mau ngomong saya ayah.. sandi mau belajar yang rajin biar bisa liburan sama mey..” kata sandi dengan senangnya..

“beneran ya wang.. nanti ajarin mey berenang lagi ya..”

“iya mey..”

“iya deh wang.. kita sambung besok lagi ya.. mey belajar dulu..”

“iya mey.. sandi juga mau belajar juga..”

“dada wang..”

“dada juga mey…”

Dan setelah telpon terputus sandi pun mendatangi ayahnya..

“yah.. sandi mau belajar yang rajin.. supaya sandi juara kelas..” ucap sandi dengan semangatnya..

“bagus dong mas.. tapi ini pasti ada maunya ya..?” kata ayahnya..

“hehehehe.. ayah tau aja..”

“sandi mau apa memangnya..?”

“anu yah.. kalau sandi juara kelas.. sandi mau liburan ke pulau sana ya.. tempat kolam renang kemarin itu.. ayah mau kan..” pinta sandi dengan memelas..

“oke nak.. ayah setuju.. nanti kita liburan lagi kesana..” ucap ayahnya sambil mengelus kepala sandi.. memang belaian dikepala itu sering dilakukan ayah sandi ke putra tersayangnya itu..

Dan dimulai hari itu sandi makin semangat belajarnya dan sandi juga makin rajin membantu kedua orang tuanya dirumah.. dan untuk semenatra waktu.. sandi mencurahkan kangennya dengan mey dengan telpon – telponan.. begitu juga sebaliknya.. dan mereka berdua semakin akrab..

Sampai pada saat kenaikan kelas.. sandi membuka raportnya yang baru diambil oleh ibunya.. tiba – tiba raut wajahnya berubah menjadi sedih.. karena dia hanya mendapatkan peringkat ke tiga di kelasnya.. dan itu berarti dia ga jadi liburan kepulau sana.. sandi pun menangis dan mengurung diri dikamar..

Ibunya lalu menelpon ayahnya yang lagi dikanntor dan menceritakan semuanya.. ketika ayahnya datang dari kerja.. ayahnya langsung menemui sandi dikamarnya.. dan didapati anaknya sedang rebahan dikasur sambil memeluk guling dan menangis..

ayahnya lalu mendekati dan membelai rambutnya..

“kenapa nangis nak..?” tanya ayahnya..

“sandi cuman peringkat tiga yah..?” kata sandi sambil terisak..

“terus kenapa kalau peringkat tiga..?” tanya ayahnya..

“itu kan berarti kita ga jadi liburan yah.. dan itukan sudah janji sandi waktu itu ke ayah..”

“kata siapa ga jadi liburan..? ayah ga mempermasalahkan sandi peringkat berapa.. yang ayah tau sandi sudah bersungguh sungguh untuk belajar.. jadi ayah sudah senang itu..” kata ayahnya mencoba menghibur sandi..

“jadi kita berangkat liburan yah..” kata sandi langsung bangkit dari tidurnya..

“iya nak.. ini ayah sudah beli tiketnya…” kata ayah sandi sambil menunjukkan lima tiket yang baru dibelinya siang tadi..

“terimaksih yah..” kata sandi langsung memeluk ayahnya..

“iya.. ga usah nangis lagi ah.. masa anak laki – laki ayah cengeng..” ucap ayah sandi..

“iya yah..” kata sandi lalu menghapus sisa air matanya yang mengalir..

Sandi lalu menelpon mey dan mengabarkan kalau dia akan berangkat liburan ke pulau sana.. dan merekapun janjian untuk bertemu di taman kolam renang..

Hari janjian sandi dan mey..

Pagi – pagi sekali sandi telah bersiap ke taman tempat mereka janjian.. dan kebetulan, sandi dan keluarga menginap di penginapan dekat area kolam renang.. sandi memakai pakaiannya yang paling keren menurutnya, dan tidak lupa menyisir kesamping rambutnya yang telah diberi miyak rambut brisk kesukaannya..

Sandi duduk dikursi didalam taman.. wajahnya selalu tersenyum menanti ‘pacarnya’ yang lama dia rindukan.. perasaannya sangat senang dan bahagia banget.. satu jam, dua jam, tiga jam.. sandi masih bersemangat menanti mey.. sementara ibu, ayah dan adek – adeknya bermain dipinggir kolam..

Dan pada saat matahari sudah diatas kepala.. ayahnya menghampiri sandi..

“nak.. ga berenang..” kata ayahnya duduk disebelah sandi..

“nanti aja yah.. nunggu mey datang..” jawab sandi masih dengan semangatnya sambil tersenyum ..

“ya udah.. tapi mas makan dulu gih.. dari pagi belum makan loh..” ucap ayahnya..

“sandi ga lapar yah.. nanti aja..” ucap sandi

“jangan gitu nak.. makan dululah..” rayu ayahnya..

“nanti aja yah.. ayah ah..” kata sandi mulai kesal..

“ya udah ayah kesana dulu ya..” kata ayah sandi menunjuk tempat ibunya duduk bersama adek – adeknya..

“iya yah..” kata sandi..

Dan siang pun berganti menjadi sore.. tetapi orang yang dirindu dan dinanti tidak datang juga.. sampai matahari akan tenggelam dan kolam renang mulai tutup, tetap ‘pacarnya’ belum juga datang.. terlihat wajah sandi mulai menunjukkan kekecewaan.. dan dia pun hanya bisa meneteskan air mata.. sandi yang diduduk ditaman itu mulai pagi buta sampai matahari terbenam tanpa beranjak sedikitpun, mulai merasakan namanya kecewa yang mendalam.. tapi dia tetap tidak mau pergi.. dikolam renang itu, dia tau namanya mengenal perempuan, jadian dan pacaran.. walaupun dia tidak tahu apa artinya cinta..

ayahnya mendatangi lagi dan merayunya untuk kembali kepenginapan.. lagi – lagi sandi menolak dan berkeras menunggu mey di taman itu.. akhirnya setelah dirayu ibunya, sandi mau pergi meninggalkan tempat itu dengan air mata yang terus mengalir di matanya.. hari itu sandi belajar artinya menunggu, sakit, kecewa dan terluka.. dan mulai saat itu perubahan sandi terlihat.... ntahlah bagaimana kecewanya yang dia rasakan sampai itu terbawa dipulau seberang.. sandi mulai malas sekolah.. kebiasaan itu berlanjut sampai SMP dan STM.. dia sering bolos.. dan waktu SMP mengenal namanya rokok dan minuman.. kenakalannya makin menjadi ketika STM.. dia sering mabuk, bolos dan tawuran.. puncaknya sampai dia masuk pendidikan didalam sel akibat menikam orang itu sampai lumpuh..

mungkin bagi orang terlalu berlebihan apa yang jadi penyebab sandi menjadi seperti sekarang ini.. tapi itulah.. percaya atau tidak percaya.. ketika seorang anak sudah merasakan kekecewaan yang mendalam.. itu akan selalu tertanam di otaknya dan bisa mempengaruhi kehidupannya sampai ketika dia dewasa..




“san bangun nak..” panggil ayahku..

“ya yah..” ucapku kaget.. cuukkk.. sudah sampe aja dirumah mbah kung.. ternyata lama juga aku tidurnya..

“sudah sampai dirumah mbah kung..” kata ayahku sambil membuka sabuk pengamannya lalu mematikan mesin mobilnya..

“lama juga ya sandi ketiduran yah..” ucapku ke ayah…

“iya nak.. kelihatannya mas capek.. makanya ayah biarin aja mas tidur dari tadi.. hehe..” ucap ayahnya sambil tersenyum..

“ayo turun yo..” ucap ayahnya..

“iya yah..”

Kami pun turun didepan rumah mbahku.. dan rumah mbah ku ini termasuk paling besar didesa ini.. rumah mbahku ini masih mempertahan kan bentuk aslinya.. rumah berbentuk joglo yang terbagi menjadi tiga bagian.. bagian teras, tengah dan dapur.. dan masing masing bagian berdiri empat tiang kayu jati yang kokoh.. dan rumah mbah kung ini juga ada halamannya yang luas didepannya..

“yah itu mobil siapa..?” kataku menunjuk sebuah mobil jeep cj7 yang terparkir dihalaman..

“itu mobil ayah waktu kulah dulu..” kata ayahku dengan tersenyum..

“ayah naik mobil waktu kuliah dulu..? wihhh.. keren.. keren..” ucapku sambil mendatangi mobil yang terparkir dengan gagah itu.. warnanya hitam doff dan tidak ada atapnya.. dan mobil ini kelihatan terawatt sekali.. mulus tidak ada lecetnya..

“kok mobilnya ga pernah kelihatan yah kalau kita kesini..?” tanyaku ke ayah..

“mobil ini jarang dipake nak.. biasa terparkir di gudang tempat penggilingan beras milik mbah di timur desa sana..” ucap ayahku..

“masih bagus ya yah.. kok ga dibawa ke pulau seberang yah..?” kataku lagi..

“mobil ini kenang – kenangan ayah waktu kuliah dulu, dan mobil ini sekarang jadi mobil kesayangan mbah kung waktu ayah merantau.. jadi waktu ayah sudah sukses, mau ayah bawa ke sana, tapi dilarang sama mbah kung.. mbah kung senang banget sama ini mobil.. ya udah akhirnya ayah tinggal aja ini mobil didesa..” ucap ayahku..

“oohh.. gitu..” ucapku..

“ya udah ayo masuk nak..” kata ayahku mengajak aku kearah teras rumah..

“iya yah..”

“assalamualaikum..” ucap ayahku ketika sudah diteras..

“waaalikum salam..” jawab orang – orang yang ada diruang tengah.. dan mbah putriku langsung berdiri dan mendatangi kami diteras..

“irawaannn..” ucap mbah putri dengan bergetar dan mata yang berkaca – kaca..

“emak..” kata ayahku yang juga berkaca – kaca matanya.. lalu ayahku meraih tangan mbah putri dan diciumnya.. mbah putri meraih wajah ayahku dan dicium keningnya lalu dipeluknya sambil menangis didada ayahku.. cuuukk.. momen – momen seperti ini yang membuat air mataku sering mengalir.. dimana kerinduan seorang ibu yang lama tidak berjumpa anaknya ditumpahkan dengan air mata yang menetes..

“gimana kabarmu nak..” kata mbah putri sambil mengangkat wajahnya dan menatap wajah ayahku sambil membelai wajah ayahku..

“baik mak.. emak sendiri sehatkan..?” kata ayahku sambil meneteskan air mata..

“ya begini ini orang tua nak.. yang penting bisa bertemu anaknya, itu sudah membahagiakan sekali..” jawab mbah putri..

“maaf mak kalau irawan jarang pulang..” ucap ayahku..

“yang penting kamu sehat nak.. itu aja..” jawab mbah putriku..

“ayo masuk yo..” ucap mbahku sambil menarik tangan ayahku..

“gitu ya.. kalau ada ayah, sandi dilupakan..”: ucapku manja ke mbah putri..

“eh putuku..(cucuku)” ucap mbah putri melepaskan pegang tangannya dari ayahku dan memelukku.. aku lalu memeluk erat mbah putriku ini.. dan keningku pun dicium juga oleh mbah putri..

Kulihat ayah sudah berjalan masuk keruang tengah.. aku mengikutinya dari belakang sambil merangkul mbah putriku.. beliau berjalan pelan kearah mbah kung yang duduk menghadap ke arah kami.. ayah langsung berlutut didepan mbahkung dan meraih tangan mbahkung lalu menciumnya.. lama sekali.. dan kulihat ayahku terisak melakukan itu.. pungungnya kelihatan bergetar.. rupanya ayahku menangis ketika mencium tangan mbahku yang berada dilutut mbah kung..

Mbahku lalu mengangkat pundak ayahku sampai tegak dengan bertumpuan di kedua lututnya.. mbahku memeluk ayahku dan beliau juga terisak sambil mengelus punggung putra tersayangnya itu.. setelah itu mbahku mencium kedua pipi dan kening ayahku..

“gimana kabarmu nak..?” tanya mbahku..

“sehat pak.. bapak sehat kan..?” ucap ayahku..

“hiiuuffffttt.. ya.. beginilah kondisi bapak..” kata mbah kungku..

“duduklah nak..” kata mbahku lagi sambil menepuk pundak ayahku.. ayahku lalu berdiri dan menyalami semua orang yang ada diruangan ini.. lalu duduk dikursi sebelah mbahku sambil membersihkan sisa air matanya..

Dan disebelah ayahku juga ada lek ji’i, lek gito, dan suami lek darmi.. dan diseberangnya ada gani dan ilham.. rupanya mereka berkumpul didesa ini juga.. aku lalu berlutut ke mbah kung ku sambil mencium tangannya.. beliau juga mencium pipiku dan keningku.. setelah itu aku bersalaman dengan paman – paman ku dan sepupuku.. lalu aku duduk didekat ilham..

Mbahku lalu mengambil rokok klobotnya..(tembakau yang dilinting dengan kertas jagung) dan membakarnya dengan zippo tuanya.. lalu mengisapnya berlahan.. ayahku pun mengeluarkan rokok gudang garam surya nya seperti biasa dan membakarnya dengna zippo kesayangannya..

“korekmu bagus wan..” kata mbahku..

“bapak mau..?” kata ayahku..

“ya kalau dikasih aku pasti mau..” ucap mbahku..

“nih pak..” kata ayahku sambil menyerahkan zipponya.. dan mbahku menerimanya dengan wajah yang senang..

“mas irawan..” tiba – tiba dari dapur terdengar suara lek darmi.. adek perempuan ayahku satu – satunya.. dan lek darmi langsung memeluk leher ayahku dari belakang.. ayahku langsung mengelus pelan rambut lek darmi..

“sudahh mi.. buatkan masmu kopi sana..” kata mbah kungku..

“bapak ini.. darmi kangen sama mas irawan kok ga boleh lama – lama meluknya..” ucap lek darmi lalu melepaskan pelukannya dari ayahku dan berjalan arah dapur.. ayahku cuman tersenyum melihat adenya ngedumel..

“gimana wan..? lancar kerjaan..?” tanya mbahku ke ayah..

“alhamdulilah lancar pak.. berkat doa bapak..” ucap ayahku..

“baguslah.. terus gimana..? ada yang ingin kamu sampaikan sama bapak..?” ucap mbahku..

“saya kesini selain karena kangen bapak, emak sama adek – adek.. saya juga mau minta tolong..” ucap ayahku terpotong..

“apa itu..” kata mbahku sambil menatap ayahku dan mengisap klobotnya..

“saya mohon bapak sama adek – adek tidak melibatkan sandi lagi dalam segala urusan bisnis keluarga ini..” kata ayahku dengan tenangnya..

Dan itu membuat lek ji’i dan lek gito kaget.. sedangkan mbahku tenang dan santai mendengarnya..

“iya.. bapak setuju..” ucap mbah kung ku singkat..

“sandi ga mau yah..” ucapku tiba – tiba menyahut..

Dan semua orang langsung menatapku..

“sandi akan terus terlibat dalam segala urusan bisnis keluarga besar kita.. kecuali..” ucapku menghentikan omonganku..

“kecuali apa..?” tanya ayahku santai sambil menghisap rokoknya..

“kecuali bisnis ini bubar.. atau..” jawabku dan itu membuat semua orang menatapku tajam..

“atau apa san..?” tanya lek gito

“atau kita bentuk perusahaan.. setelah itu sandi ga akan melibatkan diri lagi..” jawabku lagi..

“perusahaan gimana itu san..?” kata lek gito..

“ya bisinis keluarga kita ini yang kita buat dalam sebuah perusahaan..” ucapku..

“maksudnya gimana sih san.. paklek bingung ini..” ucap lek ji’i..

Pada saat aku akan menjelaskan lek darmi datang dan membawa dua gelas minuman.. kopi untuk ayahku dan teh untuk aku..

“minum dulu kopinya mas..” kata lek darmi ke ayahku..

“iya.. makasih ya mi..” kata ayahku..

“ini tehnya buat kamu san..” lanjut lek darmi..

“terimakasih lek..” ucapku

“lanjutkan penjelasanmu san..” kata lek ji’i..

“gini lek.. kita bentuk perusahaan yang membuat bisnis keluarga kita jadi legal.. kita buat perusahaan jasa keamanan dan jasa perparkiran..”

“kita kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan – perusahaan..”

“jadi kita tampung semua preman yang dibawah naungan keluarga kita.. kita latih untuk jadi security dan penjaga parkir yang resmi dengan bendera perusahaan keluarga.. kalau sudah begitu kita akan sah dimata hukum dan kita akan lebih rapi bermainnya..”

“semua kerjasama pasti ada surat perjanjiannya dan itu pasti sah dimata hukum.. jadi bisnis kita tidak akan ada yang mengganggu lagi..” ucapku..

“siapa yang melatih anggota kita jadi security san..? emang ada yang bisa..?” tanya lek gito..

“mbahkung kan punya koneksi kuat dipolda.. kita minta pelatihan aja disana.. nah yang lulus pelatihan akan diberi sertifikat.. dengan dasar itu nanti kita masukkan penawaran keperusahaan – perusahaan yang kita bekingi keamanannya lek..”

“gimana mbah kung..?” tanyaku ke mbah kung yang dari tadi mendengarkan dengan serius setiap penjelasanku..

“siapa nanti yang buat perusahaannya..? kan itu ada badan hukumnya..?” tanya mbahku

“kalau itu urusan ayah mbah..” jawabku

“loh kok ayah nak..?” tanya ayahku lalu mengambil kopinya dan dituangkan dilepek dan meminumnya perlahan..

“ayahkan kenal sama ibu Damayanti kusuma.. dia bisa bantu buat akte perusahaan kan..” kataku..

“hukk..hukk..” ayahku langsung keselek ketika meminum kopinya.. dan itu membuat lek ji’i dan lek gito tersenyum tapi ditahan lalu menunduk..

“tau dari mana tentang damayanti nak..” tanya ayahku yang kaget sambil memegang lepeknya.. dan wajah ayahku langsung memerah.. mungkin beliau kaget kenapa bisa aku menyebut ibu Damayanti kusuma..

“kan ibu Damayanti kusuma ibu kosku yah..” kata ku yang kubuat sesantai mungkin..

Dan lagi – lagi semua orang diruangan ini tersenyum tapi tidak ada yang berani tertawa..

“tapi kenapa ayah yang disuruh berususan sama yanti sih..? kamu tau dari mana masalah yanti nak..?” tanya ayahku kpadaku..

“katanya lek pandu.. ayah temannya ibu damayanti.. dan beliau katanya seorang anak pengacara terkenal di ibukota propinsi..” ucapku..

“ohhh.. pandu yang cerita..” kata ayahku sambil mengagguk – angguk..

Cuuukk.. aku salah ngomong ya..? atau aku terlalu jujur dan lugu..

“iya sudah.. aku setuju..” ucap mbah ku langsung menghentikan pembicaraanku dengan ayah…

“tolong diurus ya wan..” kata mbah ku ke ayah..

“iya pak.. saya bantu urus..” kata ayahku sambil melirikku.. cuukkk.. jangan marah yah.. masih ke ingat sama mantankah..

“jadi kita ga main diterminal lagi dong mas..?” kata ilham kepadaku..

“ya masihlah emang siapa yang mau melarang kamu main diterminal..” ucapku ke ilham..

“tapi lebih baik kamu lanjut kuliah aja ham..” ucapku ke ilham..

“bagaimana kuliah san.. ilham loh STM aja ga lulus.. sama kayak gani ini..” ucap lek ji’i.. sambil melirik ilham terus melirik gani..

“ikut kejar paket C lah.. sama seperti satria itu.. nanti kalau sudah dapat ijazah paket C bisa lanjut kuliah..” kata ku lau mengambil teh buatan lek darmi dan meminumnya..

“bisa gitu ya mas..?” kata gani dan ilham bersamaan

“iya bisa.. asala kalian mau aja..”

“siappp…” kata mereka berdua dengan senangnya..

Dan setelah beberapa ngobrol dan beristirahat yang agak lama, ayahku pamit ke mbah kung untuk kembali ke ibukota dan langsung terbang ke pulau seberang.. sebenarnya ayahku masih ditahan oleh mbah putri.. tapi karena waktu sudah sore dan tiket pesawat sudah dibeli, akhirnya mbahku mengijinkan ayahku pergi.. dan lagi – lagi aku disuguhi dengan adegan yang membuat air mata mengalir, mbah putri menangis sesenggukan melepas kepergian ayahku.. mbah kung ku pun berkaca – kaca, begitu juga lek darmi dan saudaranya ayahku yang lain..

“setelah ini mau kemana mas..?” tanya ayahku ketika kami sudah dalam perjalanan..

“mungkin langsung balik kekota sebelah yah.. mau pulang kekosan..” ucapku..

“loh ga kerumah sakit dulu..?” kata ayahku

“ngga yah..” jawabku singkat..

“karena mey..?” tanya ayahku..

“ngga juga yah..” jawabku berbohong..

“sudahlah nak.. ayah sudah bilang berapa kali.. kalau mas itu bukan pembohong yang baik..” ucap ayahku dan tetap focus pada menyetirnya..

“hiiuuffttt… kenapa yah..? kenapa ayah ga pernah cerita kalau mey itu mery..?” tanyaku ke ayah..

“karena janji..” ucap ayahku singkat..

“jadi kalau laki – laki itu terikat janji ya yah..? sedangkan perempuan bebas.. begitukah yah..?” ucapku

“ibumu perempuan loh mas.. dan dia ga pernah mengingkari janjinya terhadap ayah..” ucap ayahku tanpa menoleh kearahku sama sekali..

“jangan samakan ibu dengan mey yah..” ucapku sedikit kesal

“mas kan tadi bilang perempuan..” ucap ayahku yang membuat aku terdiam..

“bijaksanalah dalam menyelesaikan masalah mas.. apa yang kamu lihat belum tentu sama dengan apa yang kamu pikirkan.. dan kita ga bisa melihat suatu masalah dari sisi kita aja, terus menyimpulkan.. pahamkan..?” ucap ayahku melihatku sebentar lalu melihat jalanan depan lagi..

Cuukkk.. memang aku ga pernah dengar alasan mey tidak datang hari itu.. hatiku sudah terlanjur tertutup dengan kekecewaan dan kemarahan.. harusnya aku tadi memberi dia kesempatan untuk menjelaskan baru aku bisa ambil keputusan.. assuuu..

“okelah sekarang mas marah dengan mey.. tapi bukan berarti mas ga kerumah sakitkan..? singkirkan masalah perasaanmu saat ini mas.. pikirkanlah mas rendi sahabat yang melebihi saudaramu itu..” ucap ayahku yang langsung menusuk jantungku..

Bangsaatttt.. bener juga kata ayahku.. mas rendi yang sudah sangat baik terhadapku sebelum kejadian malam ini itu sudah cukup menjadikan alasan aku harusnya menemani dia disaat seperti ini.. apalagi setelah kejadian semalam dan dia harus dirawat sekarang ini karena aku.., dia rela mempertaruhkan nyamanya demi aku.. assuu.. bodohnya aku.. bajingan..

“maafin sandi yah.. sandi terlalu terbawa emosi dan ga bisa berfikir jernih..” ucapku tertunduk..

“ga ada yang perlu dimaafkan mas.. itulah perjalanan hidup.. banyak halangan yang kita hadapi, tapi banyak juga pelajaran yang kita dapat.. dan disitulah proses pendewasaan diri ditempa..”

“sandi mau kerumah sakit yah..” ucapku..

“bagus.. ayah antar kesana ya nak..” ucap ayahku..

“iya yah.. terimakasih..”

Dan kami pun menuju rumah sakit..

Setelah sampai rumah sakit aku dan ayah turun dan berjalan kedalam rumah sakit..

“yah sandi kekamar mandi dulu ya..” ucapku..

“iya ayah langsung kekamar mas rendi aja.. ayah mau pamitan ke kakanda agus.. soalnya waktunya dah mepet ini.. ntar lagi sudah waktunya check in..” kata ayahku..

Dan aku pun masuk kekamar mandi.. aku membasuh wajahku dan berkaca.. pikiranku sekarang lagi berkecamuk.. sebenarnya aku belum siap untuk datang kesini bertemu dengan mey lagi.. tapi demi mas rendi semua aku tepiskan… dan setelah keluar dari kamar mandi aku bertemu dengan ayah yang turun dari tangga..

“loh mau kemana yah..?” ucapku..

“mau langsung kebandara nak.. tadi ayah sudah pamit ke kanda agus dan sudah melihat rendi juga..” ucap ayahku..

“sandi ngantar ayah kebandara dulukah ini..?” tanyaku..

“ga usah nak.. kamu disini aja..” jawab ayahku..

“terus mobilnya gimana yah..?”

“anggota paklekmu gito sudah nunggu dibandara.. dia nanti yang bawa mobil itu..” ucap ayahku..

“baiklah yah..” jawabku.. aku lalu meraih tangan ayahku dan menciumnya.. ayahku lalu memelukku dan mengelus punggungku..

“bijaklah nak.. karena orang bijak itu sedikit.. ayah ingin mas jadi bagian yang sedikit itu.. supaya damai hatimu..” ucap ayahku lalu mencium keningku..

“iya yah.. terimakasih.. mohon maaf ga bisa antar ayah ke bandara.. salam buat ibu dan adek – adek..” ucapku..

“iya nak.. nanti ayah sampaikan..” ucap ayahku..

Ayah lalu merangkul pundakku dan aku mengikutinya sampai depan rumah sakit.. setelah itu ayah melepas rangkulannya kepadaku lalu berdiri didepanku dan menepuk pelan pipiku sambil tersenyum.. setelah itu ayah berbalik dan berjalan kearah parkiran.. dan aku langsung berbalik kearah menuju kamar perawatan mas rendi..

Pada saat ditangga aku bertemu dengan om agus..

“omm…” ucapku sambil mengangguk..

“loh sandi.. kirain sudah balik sama rombongan kos pondok merah..” kata om agus..

“loh.. teman – teman sudah balik om..?” tanyaku..

“iya.. om suruh balik.. biar mereka istirahat dululah.. mereka semua pasti lelah akibat kejadian semalam..” ucap om agus..

“oh gitu ya om..” ucapku lalu menunduk

“kenapa san..? tanya om agus ketika melihat perubahan ekspresi wajahku..

“anu om.. sandi mau minta maaf sama om.. gara – gara sandi, mas rendi jadi seperti ini..” ucapku ke om agus..

“ngomong apa sih kamu nak.. kamu itu sama seperti ayahmu.. gampang ga enakan.. padahal kamu kan sudah seperti saudara sama rendi.. wajar aja dia seperti itu.. dan lagian ini kan sudah resiko dalam pertempuran..” ucap om agus sambil menepuk pundakku..

Cuuukkk.. jadi tambah ga enak aku kalau gini.. ternyata om agus baik juga sama seperti mas rendi..

“oh iya om.. maaf sekali lagi.. sandi ketas dulu ya..” pamitku

“iya san.. kalau bisa kamu juga balik ya.. kamu pasti lelah.. apalagi baru dari desa jati luhur sama ayahmu..”

“santai aja om.. sandi sempat istirahat tadi di mobil..” ucapku..

“ya udah naiklah.. diatas ada mery sama gaby.. om tinggal dulu sebentar ya..” ucap om agus lalu turun..

Hiiuufftt.. mba mery dan gaby.. cuukkk.. semoga aku bisa berhadapan dengan mba mery...

Dan ketika aku akan masuk keruang perawatan mas rendi.. pintunya terbuka sedikit.. dan terlihat mba mery duduk disamping mas rendy.. tangannya mba mery memegang tangan mas rendy dan diletakkan dipipinya..cuukkk.. seketika itu juga dadaku sesak dan berhenti bernafas sesaat.. dan ga terasa air mata langsung jatuh dikelopak mataku.. marah, sedih, kecewa dan terluka menjadi satu lalu mengalir bersama air mata.. aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri…

Bajingaaann.. apa yang telah kulakukan selama ini sama mas rendi..? walau merry itu cinta pertamaku, tapi dia sekarang kekasih mas rendy.. dan bodohnya aku malah bermain perasaan dengan mba merry kemarin – kemarin dan saat ini juga walau itu masih ada keraguan... gila kau san.. gila.. ga ada otakmu memang.. mas rendi yang begitu baiknya sama kamu, sampai nyawanya pun dipertaruhkan untuk menyelamatkan kamu.. malah sekarang kamu mau merebut kekasihnya.. bodohmu itu ga ketulungan.. manusia macam apa kamu itu.. bangsaatt..

“maaf mas rendi.. maafin aku.. aku ga bisa dampingi kamu disaat seperti ini.. aku ga mau nanti mery akan mengajakku berbicara lagi.. aku juga ga mau lagi mendekati kekasihmu itu mas.. maaf ya mas..”

Aku lalu mundur perlahan.. lalu membalikkan tubuhku..

“sandi mau kemana kamu..” tiba – tiba gaby keluar dan memanggilku..

“mau balik aku gab..” ucapku menghentikan langkahku tanpa berbalik menghadapnya..

“kamu ga lihat mas rendy dulu..” ucapnya..

“sudah gab.. aku dah lihat mas rendy barusan.. sekarang aku mau balik dulu..” dan lagi – lagi aku masih belum berbalik menghadapnya.. aku ga pengen dia melihat mataku yang sembab..

“kamu kenapa sih..? kok kayak gini..”

“aku ga pa – pa gab.. pokoknya sekarang aku mau balik gab.. kasihan ayu nunggu aku..” ucapku

“emang kamu sudah jadian sama ayu..?” tanya gaby

“sudah.. aku balik dulu ya..” kataku lalu aku berjalan pergi meninggalkan gaby sebelum ada pertanyaan lain.. dan ketika sudah sampai ditangga, aku berlari menyusuri anak tangga.. setiap aku melangkah, setiap tetes air mata juga mengalir dan diiringi dengan makian kepada diriku sendiri..

Ayu..

Bangsattt.. disana ada seorang wanita yang menanti aku dengan cintanya dan disini justru aku memikirkan kekasih seseorang yang melebihi sebagai saudaraku.. goblokk..

Aku terus berjalan keluar rumah sakit dan mencari bis kota menuju terminal tiga.. dan dilanjutkan naik bis kekota tempat aku kuliah..

Perjalanan ini memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam.. dan dalam waktu itu aku berpikir tentang kehidupanku kedepan.. aku putuskan mulai malam ini aku ga mau lagi menghubungi mery.. cukup sudah.. biar dia bahagia dengan mas rendi.. dan aku mau fokus dengan ayu yang sudah menantiku disana..

Dan aku pun telah sampai di terminal kota ini.. aku lalu turun dari bis dan berjalan arah depan terminal.. aku bingung mau kemana.. mau balik kekos tapi malas.. lebih baik aku nongkrong dulu diterminal ini.. dan kulihat sudah jam delapan malam..

“teko endi sam..?” (dari mana mas..?) tiba – tiba ada seorang yang menegurku.. dan dia adalah salah satu anggota cak maji yang ikut penyerangan ke desa utara semalam..

“halo om.. teko ibukota propinsi.. piye..? tahes ta om..?” (halo om.. dari ibukota propinsi.. gimana..? sehat kah om..?) tanyaku padanya.. terlihat wajahnya masih banyak lebam akibat perkelahian semalam..

“tahes sam.. hehehehe..” (sehat mas.. hehehehe..) ucapnya tersenyum malu – malu..

“om tumbas mansion gepeng nde endi yo nde kene..?” (om beli mansion gepeng disini dimana ya..?) tanyaku

“kene wes tak tuko’no sam..” (sini sudah aku belikan mas..) ucapnya

“ga po – po a om..?” (ga apa – apa kah om..) ucapku sungkan..

“biasa ae.. endi wes ojire..?” (biasa aja.. mana sudah uangnya..?) ucapnya..

“sepurane loh om.. ngerepoti…” (maaf loh om.. ngerepotin..) ucapku dan kuambil uang seratus ribu dan kuserahkan padanya

“santai ae sam..” (santai aja mas..) Ucapnya sambil menerima duit dari aku..

“ake’e sam..? tuku orip iki..?” (banyaknya mas..? beli berapa ini) tanya dengan sedikit heran ketika aku menyerahkan uang itu..

“kabeh om.. sak entok’e..” (semuanya om.. sedapatnya..)

“jancikk…” ucapnya tersenyum.. dan ketika dia akan berbalik

“om.. iki tuku rokok putian loro ambe teh kotak yo.. sisane sembarang sampean rokok opo..”(om ini beli rokok pitihan dua sama teh kotak ya.. sisinya terserah kamu rokok apa..) ucapku lagi sambil mengambil uang dikantong celana lalu menyerahkan uang seratus ribu lagi kepadanya..

“oyi tok wes..“ (pokoknya iya aja sudah..) ucapnya lalu pergi meninggalkan aku.. dan aku langsung duduk di emperan agak ke samping terminal..

Ga berapa lama dia datang sambil membawa mansion gepeng lima botol dan dua bungkus rokok putihan serta teh kotak dua juga..

“suwon om.. (terimakasih om..)”ucapku

“santai ae sam.. koyo ambe sopo ae..” (santai aja mas.. kaya sama siapa aja)

“sampean ngombe pisan’a..?” (om minum sekalian kah..?)

“ora sam.. aku helom sek..” (engga mas.. aku pulang dulu..)

“yo wes.. iki gawe sangu..” (ya sudah.. ini buat sangu..) ucapku sambil menyerahkan sebotol mansion gepeng kepadanya..

“asyiik.. suwon ya..” (asyyiikk.. terimakasih ya..) ucapnya

“nyantai ae.. koyo ambe sopo om – om.. hehehehe..” (nyantai aja.. kaya sama siapa aja om – om.. hehehehe..) ucapku

“oyi wes.. tak cabut sam..” (oke deh.. aku jalan dulu ya..) ucapnya..

“oyi..” (oke..) ucapku sambil mengarahkan jempolku padanya dan diapun pergi meninggalkan aku sendiri diemperan terminal…

Aku lalu mengambil teh kotak dari plastik hitam ini dan meminumnya.. lalu aku membuka satu botol mansion dan aku minum setengah.. setelah itu aku letakkan botolnya disampingku dan membakar rokokku..

Hhiiiiuuuuufffffttt… aku hisap lalu aku keluarkan asap rokok ini secara perlahan.. aku menikmati perpaduan alcohol, nikotin dan teh kotak yang masuk dan mulai kerasa dikepalaku.. aku sandarkan kepalaku didinding sambil melihat orang yang berlalu lalang didepan sana.. lalu aku pandang langit dengan bertaburan bintang disana.. terlihat juga purnama disitu yang mengintip dibalik awan..

“kenapa kau sembunyi purnama..? kenapa ga kau tampakkan sinarmu yang gagah.. apa kau malu dengan denganku..? atau kau hanya ingin sembunyi – sembunyi menemani aku seperti dia..? assuudaahhlah.. lebih baik aku diam ketimbang aku berbicara malah menambah luka..”

Aku ambil sisa setengah dari botol mansion dan meminumnya perlahan sampai habis.. lalu aku hisap lagi rokokku..

“pernah ada seseorang berkata bahwa purnama itu indah bila bersinar sendirian.. bagiku itu gila.. karena purnama tanpa bintang akan terasa hampa..” dan kuhisap rokokku lagi dalam – dalam lalu mengeluarkannya..

Saatnya aku focus dengan satu orang.. aku ga mungkin berharap dengan banyaknya bintang.. cukup satu bintang dan mungkin itu kamu kirana ayu pramesti.. karena itu yang akan mengalihkan semua, dan akan membuat semua berjalan dengan baik walau ada yang tersakiti.. paling ga aku bisa melanggengkan hubungan mas rendi dengan mba mery.. bukannya aku mebuat ayu sebagai pelarian.. tapi memang aku sudah suka dengannya sejak pertama kali bertemu..

Tapi aku ga tau harus mulai dari mana..? setiap aku akan dekat, ada aja sesuatu yang menghalanginya.. atau memang aku aja yang ga mau berjuang..? atau aku terlalu terikat dengan bayang – bayang masa lalu.. sedangkan bayangan itu telah melangkah bersama yang lain.. cukup.. dan sekarang aku akan pergi dengan bayanganku sendiri dan itu hanya untuk ayu yang selalu ada dan selalu menantiku.. semoga kali ini semesta merestui..

KRINGG.. KRINGG.. KRINGG.. KRINGG..

Aku ambil HPku dikantong dan tertulis dilayar HPku.. Gaby

“halo gab..”

“sudah dimana say..?”

“diterminal kota ini..”

“ngapain disana..?”

“menikmati malam sambil menemani purnama yang bersebunyi dibalik awan..”

“kamu yang menemani atau kamu yang ditemani..”

“dua – duanya gab.. kami sama – sama sendiri malam ini..”

“kamu kenapa sih say..?”

“ga pa – pa gab..”

“jangan bohong lah say.. ini pasti tentang mery kan..?”

“sudah lah gab ga usah bahas dia..”

“kenapa sih say..? ini bukan yang seperti kamu pikirkan.. ayolah..”

“sekali lagi kamu bahas dia, aku tutup telpon ini dan aku ga akan terima telponmu lagi gab..”

“kamu memang keras kepala say.. sama seperti mery.. sudahlah aku malas ngomong sama kamu..”

TUT..TUT..TUT..

Cukkk.. langsung ditutup.. bajingan’i..

Terserahlah mau ditutup, mau ditinggal pergi, mau ga diajak bicara.. terserah.. aku ga urus.. yang jelas aku mau menikmati malam ini dengan ditemani mansion gepeng yang bisa membuat aku melayang dan terbang setinggi – tingginya ini...

Dan sekarang aku melanjutkan kembali menikmati mansion gepeng ini.. setelah menghabiskan tiga setengah botol.. sekarang tinggal setengah botol dari botol terakhir.. kepalaku mulai terasa berat tapi aku masih bisa mengontrol diriku.. dan kulihat waktu sudah menunjukkan jam satu malam.. dan aku masih belum ingin beranjak dari terminal ini… aku lalu menghabiskan sisa setengah mansion ini.. dan kujejerkan keempat botol tadi..

Aku menyandarkan kepalaku didinding lalu memejamkan mata.. aku ingin menikmati pengaruh alcohol ini dengan ketenangan jiwaku..


“mas..” ucap seseorang yang duduk disebelahku dan mengagetkan aku.. dan aku langsung membuka mataku.. seorang wanita berjilbab mentaapku dengan senyum manisnya.. assuu ini aku mabuk atau lagi mimpi.. bajingan.. aku lalu menampar pipiku lumayan keras..

PLAAKKK..

Cuukk sakit.. ini bukan mimpi dan ini bukan karena aku mabuk, ini nyata cuuukk.. ayu ada disini..

“ayuu.. ngapain disini.. jam berapa ini..?” ucapku sambil melihat jam ditangan.. cuukk jam tiga.. gila.. malam menjelang subuh gini ayu datang sendiri keterminal ini.. bajingannn.. pengaruh minuman ini perlahan mulai hilang dan mataku terang benderang

“datangin mas lah aku kesini..” ucapnya santai..

“siapa yang kasih tau ayu kalau aku disini..?”

“mba gaby.. dia bilang katanya mas lagi kesepian butuh teman disini..?”

cuukkk.. gaby yang suruh ayu kesini.. kenapa sih dia kok suruh ayu kesini..? bajingaannn..

“naik apa yu..?” ucapku sambil mengambil rokokku dan membakarnya..

“tuh naik taksi..” ucapnya sambil menunjuk sebuah taksi yang terparkir tidak jauh didepan kami..

“terus buat apa kamu datangin aku..?” ucapku lagi..

“kenapa ayu datang kesini..? itu karena mas aja mau hujan – hujanan jemput ayu di blok M waktu itu dan mas juga rela jemput ayu keterminal tiga waktu ayu kecopetan.. masa disaat mas kesepian seperti sekarang ini, ayu ga boleh nekat datang kesini..?” ucapnya dan lagi - lagi dengan ekspresi yang santai..

“tapi ga gini juga caranya yu.. kalau ada apa – apa sama kamu gimana..?” ucapku..

“buktinya kan ga ada apa – apa.. dan kalau memang ada yang berani ganggu ayu.. ayu tinggal ngomong.. ‘aku pacarnya sandi purnama irawan.. salah satu bajingan kampus teknik kita.. berani ganggu aku..?’ gitu aja mas.. bereskan.. siapa coba berani ganggu kalau sudah gitu..” ucap ayu

“jadi kamu sudah siap jadi pacarnya bajingan kayak aku..?” ucapku sambil menatap ayu dengan tajam..

“eh anu mas.. itukan kalau ada yang berani ganggu ayu, baru ayu ngomong gitu.. ga apa – apa kan..?” ucap ayu yang salah tingkah dan menunduk..

Assuu.. masih juga dia berkelit kalau dia suka sama aku.. dan orang seperti ini, mau aku sia – siakan.. bangssatt.. terus orang seperti apa yang aku mau..?

Aku lalu berdiri dan mundur sedikit sambil menatap ayu yang duduk didepanku..

“jancookk…” ucapku memaki dan ayu langsung menatapku tajam

“aku sayang kamu kirana ayu pramesti..”

“aku cinta kamu..”

“mau ga kamu terima aku sebagai kekasih hatimu..” ucapku sambil menatapnya..

Ayu terkejut dengan caraku yang menembaknya dengan ucapan yang tidak biasa.. dia lalu berdiri dan mendekati aku..

“kalau sayang dan cinta sama ayu.. bisa ga lebih halus kalau mengungkapkannya mas..? kenapa harus diawali dengan memaki..?” ucapnya sambil menatapku..

“kata presidenku.. jika dengan jancokpun aku tak sanggup menjumpaimu hatimu, dengan air mata mana lagi akan kuketuk pintu hatimu.. kekasih..?” ucapku

“tapi mas biasa dengan kata – kata indah kalau sama semua wanita..? kenapa untuk ayu ngga..?” ucapnya dengan mata yang berkaca – kaca.. ntah dia terharu dengan penjelasanku atau malah ga suka..

“cintaku bukanlah seluruh kata – kata yang pernah ada dan terucap.. sebab cintaku padamu bukan tentang kata tapi tentang rasa..”

“dan aku ingin mencintaimu dengan sederhana..”

“aku ga ingin merasa paling benar mencintaimu, aku hanya ingin mencintaimu dengan benar dan cintamu benar untukku.. kekasih..” ucapku dengan mata yang menatap penuh cinta kepadanya..

Air matanya langsung tumpah dari kelopak matanya yang indah, membasahi pipinya.. dan ayu langsung memelukku sambil menangis sesenggukan didadaku.. aku membalas pelukannya dan membelai kepalanya yang tertutup hijab.. ayu makin mengeratkan pelukannya.. tidak ada suara yang terucap dibibir mungilnya.. hanya isakan tangis yang terdengar dan dada yang bergetar.. akupun mengecup pelan kening wanita dipelukanku ini.. ayu lalu mengangkat wajahnya dan menatap wajahku tanpa melepaskan pelukannya..

Aku menghapus air matanya menggunakan kedua jempolku dengan lembut.. dan ayu menatapku dengan sayu.. wajah kami begitu dekat.. nafas kami sama – sama memburu dan ntah siapa yang memulai, bibir kami sudah saling mendekat beberapa centi lalu menempel.. aku membuka sedikit bibirku dan ayupun demikian.. aku lumat perlahan bibir atasnya.. dan ayu memejamkan matanya dia membalas lumatanku dengan melumat bibir ku bagian bawah.. aku basahi sedikit bibir atas ayu dengan jilatan yang sangat lembut.. dia pun membalas dengan menghisap pelan bibir bawahku..

Dan setelah itu, kami sama – sama mengangkat wajah kami dan saling menatap.. aku menatap lembut wajahnya sambil mengelus pelan pipinya.. bibirnya yang tipis, mungil, dan merah tampak basah oleh air liur kami yang menyatu tadi..

“bau minuman..” ucap ayu sambil memencet hidungku lalu memelukku lagi..

Aku cuman tersenyum sambil menatap matanya yang sayu dan membalasnya dengan pelukan yang erat..

“jadi kita jadian ini..?” ucapku..

“setelah mas ngambil first kiss ku, mas nanya kita jadian apa ngga..? terlalu..” ucap ayu sambil meraju.. dia melepaskan pelukannya lalu tangannya dilipat kedepan dan pipinya digelembungkan.. kepalanya agak menunduk dan dia melirikku.. cuuukk.. caramu menjawab dan merajumu mengingatkan aku dengan ratih yu..

Lalu aku kembali memeluk ayu dan mengelus pelan punggungnya.. lalu aku cium pelan kepalanya yang tertutup jilbab..

“aku sayang kamu yu..” ucapku..

“ayu juga sayang mas..” kata ayu lalu membalas pelukanku.. kami saling memeluk dan menikmati momen ini..

“mas mau janji sesuatu dengan ayu..?” kata ayu sambil memandang wajahku dengan serius..

“janji apa..?” tanyaku sambil mengerutkan kedua alisku..

“berhenti berkelahi, berhenti mabuk dan berhenti merokok..” ucap ayu dengan tegas kepadaku..

“ngga..” ucapku singkat..

Dan ayu lalu melepaskan lagi pelukannya..

“kenapa..? mas beneran cinta sama ayu ga sih..?” ucapnya dengan bibir yang bergetar dan tatapan yang sayu..

“kan aku tadi sudah bilang.. aku hanya ingin mencintaimu dengan benar dan cintamu benar untukku..”

“aku mencintaimu dengan sebenar – benarnya hatiku.. tanpa ada kenapa..? mengapa..? dan bagaimana..?

“dan kalau benar memang cintamu untukku.. kamu akan terima aku bagaimanapun kondisiku..” ucapku sambil membelai rambutnya yang tertutup kain..

“oke.. ayu ga akan memaksa mas untuk berhenti merokok, mabuk dan berkelahi.. tapi ayu mohon.. kurang – kurangilah semua itu.. hargailah dan sayangi tubuh mas sendiri.. dengan mas menghargai dan menyayangi tubuh mas.. mas juga menghargai ayu dan menyayangi ayu..” kata ayu sambil berkaca – kaca.. aku cuman tersenyum lalu memeluknya lagi dan mengelus pelan kepalanya..

“aku sayang kamu yu..” kataku sambil mencium kening lembut kekasihku yang baru ini..

“yu.. yu.. yu.. di biarin dari tadi ga nyadar juga..” ucapnya sambil melirikku..

“maaf de.. maaff..” ucapku..

“jadi kita disini aja pelukan sampai pagi..?” ucap ayu..

“oh iya.. kita balik yo de.. aku antar kamu kekos ya..?” ucapku..

“kalau mas sudah siap.. antar aja ayu kekosan ayu sekarang..”

“siap apa de..?” tanyaku

“siap dinikahin di kantor siskamling besok pagi sama ayu..” ucapnya dengan jengkel..

“loh kok bisa gitu..?” tanyaku

“mana ada kos cewe yang buka jam segini mas..? piye seh..? (gimana sih..?)” ucap ayu dengan sedikit manja dan kesal

“hehehe.. jadi kekos ku aja ini..?” ucapku

“terserah..” ucap ayu dengan agak memanyunkan bibirnya..

Dan ketika aku akan mencium bibirnya.. ayu menahan bibirku dengan jari – jarinya..

“bau minuman.. ayu ga kuat mas..” ucapnya..

“maaf de maff.. jadi kalau ga bau minuman bisa cium lagi kita..” tanyaku..

“maunya..” ucapnya sambil mendorong pipiku pelan..

“dah kita balik yo..” ucap ayu lagi lalu melepas pelukannya dan menggandeng lenganku..

“naik apa kita de..?” tanyaku

“itu naik taksi.. sengaja ayu suruh nunggu..” ucap ayu sambil menunjuk taksi yang membawanya ke terminal ini tadi..

Lalu kami masuk dan duduk di kursi belakang taksi..

“pak kedepan kampus teknik kita ya..” ucap ayu..

“siap mba..” kata supir taksi dengan tersenyum..

Setelah taksi berjalan ayu lalu mengglendot dilenagnkuku.. dan dia berbisik..

“mas.. janji akan jaga ayu selamanya..” tanya ayu.

Aku tidak menjawabnya.. aku hanya menggenggam tangannya dengan erat sambil melirik kearahnya sambil tersenyum..









“cuukkk.. karena cinta ga butuh janji.. tapi cinta butuh pembuktian..
 
update menjelang imsak om dan tante..

selamat malam semua..
mohon maaf baru bisa update..
apdetan ini terakhir dibulan puasa..
dan updetan selanjutnya setelah hari raya..
terimakasih saya ucapkan buat om dan tante yang telah mengikuti coretan saya yang sederhana ini..
dan mohon maaf kalau ga sesuai dengan keinginan..
off dulu ya om.. jadi mohon maaf ga bisa membalas komen yang sudah masuk..
mohon maaf sekali lagi..

selamat hari raya idul fitri buat semua..
mohon maaf atas segala kesalahan..


terimakasih..
dan jangan lupa berbahagia dan jangan lupa saran dan masukannya om dan tante..
:ampun::ampun::ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd