Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
bentar lagi ada yg spam nih biar sampe next page wqwqwqwq gogogogogo
 
eh tapi kalo boleh ane kasih saran nih yaaa .. di kasih konflik gan .. jadi ga terlalu mulus "dikit dikit exe" ada masalah yg bikin seru dan tegang .. eh btw ini saran doang yeee wqwqwq
 
eh tapi kalo boleh ane kasih saran nih yaaa .. di kasih konflik gan .. jadi ga terlalu mulus "dikit dikit exe" ada masalah yg bikin seru dan tegang .. eh btw ini saran doang yeee wqwqwq
 
Outhor pov

Dia menatap sayu kepergian Pak Pramono yang baru saja selesai menikmati tubuhnya. Terkadang ia merasa seperti pelacur jalanan, sehabis di pakai lalu di buang.

Satu persatu ia memungut pakaiannya, lalu kembali memakainya dengan perlahan.

Selepas mengenakan kembali pakaiannya, Dewi hanya dapat menangis meratapi kelemahannya yang selalu tidak mampu menahan dirinya setiap kali Pak Pramono menyetubuhi dirinya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa lepas kontrol setiap kali bersama Pak Pramono.

Sebagai seorang wanita Soleha seharusnya ia bisa menjaga dirinya, menjaga kepercayaan Suaminya dan orang-orang yang mempercayainya. Tapi nyatanya ia gagal, ia kalah oleh syahwatnya sendiri.

Dengan tangan kanannya ia menyeka air matanya, masih teringat jelas di dalam ingatannya bagaimana ia berteriak keenakan ketika penis Pak Pramono mengaduk vaginanya.

"Oh Tuhan..." Dewi tersentak sadar.

Buru-buru ia menuju kamar Aziza, dengan perlahan ia membuka pintu kamar Aziza. Sejanak ia bernafas lega ketika melihat Aziza yang sedang meringkuk dalam tidurnya.

Tak bisa ia bayangkan kalau teriakannya membuat Aziza terbangun, untunglah Aziza kalau tidur memang sangat sulit di bangunkan.

Dewi menghampiri Aziza, sembari membelai kepala Azia yang tertutup jilbab.

"Mbak sangat menyayangimu." Dia mengecup kening Aziza.

Dengan penuh perhatian dan kasih sayang, Dewi menarik selimut Aziza, hingga tubuh sintal gadis itu terlindung dari hawa dingin, dan membuat tidur Aziza lebih nyaman. Sembari tersenyum getir, Dewi pergi meninggalkan Aziza yang masih terlelap.

---------

Pov Aziza

Kenapa Mbak? Kenapa....

Mbak Dewi begitu baik kepadaku, dia sangat perhatian kepadaku, dia tauladanku, dan karena dia juga aku bisa menjadi seperti ini. Tapi kenapa sekarang Mbak berubah, atau jangan-jangan aku yang sebenarnya tidak tau seperti apa Mbak sebenarnya.

Aku sangat menyayangimu Mbak, aku tidak ingin Mbak tersesat semakin jauh, tapi apa yang bisa kulakukan sekarang untuk menghentikan perbuatanmu Mbak.

Air mataku tidak pernah mau berhenti mengalir, sungguh aku terluka melihat Mbak Dewi yang sekarang, Mbak Dewi seperti bukan Mbak Dewi yang kukenal, Mbak Dewi yang benci sex bebas.

Haruskah aku melabrakmu Mbak? Atau... memberi tau perbuatanmu kepada Mas Furqon?

Astagfirullah...
Aku tidak ingin melakukannya Mbak, aku tidak ingin menjatuhkan harga dirimu, apa lagi menghancurkan hidupmu. Tapi... aku juga tidak ingin melihatmu seperti ini, oh Tuhan... apa yang harus hamba lakukan.

Hatiku menjerit sakit, atas ketidak berdayaanku menyelamatkan saudara seiman ku.

-------------

Aku terbangun sore hari, kulihat Mbak Dewi sedang duduk di sofa sembari menonton TV. Dia duduk di tempat ia memacu birahi syahwatnya bersama Pak Pramono, pria yang bukan Suaminya.

Dia melihatku lalu tersenyum sangat ramah, membuatku kikuk antara ingin menyapanya atau tidak.

"Baru bangun Za? Sudah shalat." Tegurnya.

Aku menghentikan langkahku. "Mau mandi Mbak, sekaligus mau ambil wudhu." Jawabku, antara senyum dan tidak.

"Habis shalat kita lari sore di taman yuk." Ajak Mbak Dewi.

"Iya Mbak." Jawabku cepat.

Aku segera masuk kedalam kamar mandi, lalu menutup dan mengunci pintu kamar mandi ku. Sejenak aku terpaku sembari memandangi diriku yang ada di pantulan cermin di dalam kamar mandi kami.

Tak ada senyuman di sana, yang ada hanya wajah penuh penyesalan.

"Ini bukan kamu Ziza... kamu adalah gadis yang kuat, ingat setiap masalah pasti ada solusinya, Tuhan selalu bersamamu, kamu harus tersenyum Ziza, " Kataku mengingatkan diriku, agar tetap tenang.

Aku mencoba tersenyum, dan benar saja, kini aku melihat diriku sendiri di cermin, walaupun senyuman itu masih terkesan palsu.

Perlahan aku mengambil kain basahan, lalu ku tutup tubuhku dengan kain, sebelum aku menanggalkan seluruh pakaianku hingga tak bersisa. Ya... aku terbiasa mandi dengan menutup aurat ku.

Walaupun di dalam kamar mandi secara kasat mata tidak ada siapapun, tapi menurut anjuran, seorang muslimah lebih baik mandi masih dengan menutup aurat, setidaknya, menutup bagian-bagian penting tubuhku.

Setelah itu aku segera mandi, tak lupa aku melepaskan doa sebelum membasuh tubuhku hingga terasa segar. Sedikit beban dengan perlahan berkurang seiring dengan mengalirnya air bersih di tubuhku.

-------------

Rasanya sudah lama sekali aku dan Mbak Dewi tidak olah raga seperti ini. Biasanya hampir setiap Minggu pagi atau Minggu sore kami lari di taman. Dan seperti biasanya, setiap hari taman ini selalu ramai walaupun bukan di akhir pekan.

Sembari berlari kecil mengelilingi taman, kami mengobrol santai, walaupun sejujurnya aku agak kikuk.

"Mbak... Ziza mau tanya sesuatu boleh?" Tanyaku.

Dia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Boleh Ziza, tanya aja, siapa tau Mbak bisa jawab! Tapi jangan yang sulit-sulit ya..." Katanya sedikit bercanda.

Aku mengulum senyum. "Gampang kok Mbak!" Kataku.

"Mau tanya apa?"

"Hmmm... menurut Mbak, zina itu dosa besar?" Tanyaku kepada dirinya.

"Tentu... Zina termasuk salah satu dosa besar, bahkan hukuman untuk di dunianya saja tidak main-main." Jawabnya tegas, seperti mbak Dewi yang selama ini ku kenal, tanpa toleransi kalau sudah menyangkut Agama.

Aku mengangguk kan kepalaku, seakan aku mengerti jawabannya. Tapi... kalau itu memang dosa besar, kenapa Mbak bisa melakukannya, bahkan berulang kali.

Aku mendesah berat. "Emang hukumnya di dunia apa Mbak?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Kamu tidak tau..."

"Tau Mbak, hanya ingin mempertegas." Jawabku singkat.

Dia tersenyum manis ke arahku. "Bagi yang belum menikah, hukumnya di cambuk seratus kali, nah... bagi yang sudah menikah hukumnya lebih berat." Jelas Mbak Dewi, tidak terasa kami lari selama satu putaran.

"Apa tuh Mbak?" Tanyaku antusias.

"Hukumnya....." Mbak Dewi menggantung kalimatnya, aku menatapnya penuh tanya. "Di... di rajam... sampe... sampe... mati..." Jawab Mbak Dewi dengan suara yang nyaris hilang.

Oh Tuhan...
Apa Mbak bisa merasakannya, aku tau... Mbak pasti merasakannya.

Entah kenapa aku senang melihat Mbak Dewi yang seakan termakan dengan omongannya sendiri, mungkinkah Mbak Dewi akan menyesali perbuatannya? Aku berharap hari ini ia mendapat hidayah.

"Ngeri ya Mbak." Kataku polos.

Mbak Dewi memaksa senyum di bibirnya. "Ya begitu la Ziza." Jawab Mbak Dewi tidak bersangat.

"Semoga kita bukan salah satu golongan orang-orang yang suka berzina, dan di jauhi dari golongan tersebut." Kataku, sedikit menyinggungnya.

"A... a.... amin." Jawabnya pelan.

Setelah itu tak ada lagi pertanyaan yang keluar dari bibirku, kami terus saja berlari mengelilingi taman dengan pikiran kami masing-masing. Beberapa kali aku melihat kearah Mbak Dewi, wajahnya yang tadi sempat sumringah kini mendadak tertekuk dan terlihat sedih.

Apa aku melukai hatinya? Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku ingin mengingatkan Mbak Dewi atas ke khilafannya. Aku berharap kedepannya Mbak Dewi menjadi wanita yang lebih baik.

"Za... Mbak istirahat' dulu ya, kamu kalau mau lanjut, lanjut aja, Mbak tungguin di sini." Ujar Mbak Dewi tiba-tiba kepada diriku.

Aku mengangguk. "Iya Mbak." Jawabku, lalu aku kembali melanjutkan lariku.

Aku mengerti, saat ini Mbak Dewi sedang memikirkan ucapanku barusan, dan aku berharap Mbak Dewi kembali ke jalan yang benar.

"Ziza...."

Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang memanggilku, dan suara itu terdengar sangat familiar di telingaku. Aku mencoba mencari sumber suara itu, tapi karena tempat ini terlalu ramai sehingga aku tak bisa menemukan orang tersebut.

Puk...
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku, membuatku tersentak kaget.

"Astagfirullah Mas Aldo!" Aku menepis tangannya.

Dia tersenyum, sebuah senyuman yang selalu menggangguku akhir-akhir ini. "Ada apa Mas." Jawabku judes sembari melanjutkan lariku, sementara Aldo berusaha mengimbangi lariku.

"Hahahaha..."

"Kenapa ketawa, ada yang lucu." Kataku tidak suka.

Dia buru-buru menutup mulutnya, melihat reaksinya yang spontan, nyaris membuyarkan sandiwaraku yang sedang pura-pura marah kepadanya.

Aku memang harus mengambil sikap kepadanya agar ia tidak menggangguku lagi.

Tapi apa dia benar-benar menggangguku? Kurasa dia malah lebih banyak membantuku, tidak seharusnya aku bersikap galak seperti ini kepada dirinya, setelah apa yang sudah ia lakukan kepadaku.

Tapi aku takut... takut kalau kedekatan kami membuatku kehilangan jati diriku.

"Aku suka wanita aneh seperti kamu!" Katanya.

Aku mendelik kearahnya. "Maksud kamu apa?" Kataku tidak terima di bilang aneh.

"Kadang murah senyum, kadang galak... kadang suka bikin orang lain menjadi repot karena ulah konyolmu." Katanya mengejekku. "Tapi kekonyolanmu itu yang membuatku menyukaimu Aziza." Sejenak aku terdiam, dan kurasakan mukaku memerah mendengar ucapannya barusan.

Aku mendengus kesal, sembari membuang mukaku, tanpa memperdulikannya. Tapi tanpa ia sadari saat ini jantungku berdetak makin cepat.

Oh Tuhan...
Apa ia barusan menembakku? Tidak mana mungkin, masak menyatakan cinta di tempat dan kondisi seperti ini, gak romantis banget. Tapi gimana kalau dia tadi benar-benar serius mau jadikan aku pacarnya? Gak mau... gak mau... aku gak mau pacaran.

Eh... tapi dia tadi hanya bilang suka, bukan bilang cinta dan sayang? Dia juga gak minta aku jadi pacarnya?

Jangan-jangan aku kegeeran dan mengira kalau Aldo mau jadi pacarku? Tidak... mana mungkin aku berharap pria berengsek itu menjadi kekasihku.

Duh Ziza... kamu kenapa lagi sih... masa cuman gara-gara dia bilang suka, kamu jadi baperan kayak gini. Ingat Ziza pacaran itu haram... HARAM.... ingat Haram.

Aku terus berlari, semakin lama aku semakin cepat berharap bisa menjauh darinya, aku tidak ingin terbelenggu oleh kehadirannya, aku sudah tidak sanggup lagi menahan ledakan perasaanku kepadanya.

Buuuk...

Astagfirullah....
Tiba-tiba saja kakiku terkilir, membuat tubuhku limbung, kupejamkan mataku, bersiap menerima benturan.

"Ziza... kamu gak apa-apa?" Kubuka mataku dengan perlahan, kulihat tepat di depan wajahku Aldo menatapku dengan khawatir.

"Aldo..."

Deg... deg... deg...
Jantungku berdetak semakin kencang, bahkan aku dapat mendengar suara detak jantungku sendiri. Dia berdiri di sampingku, memelukku dan menatapku dengan tatapan tajam. Oh Tuhan... jarak kami begitu dekat, sanking dekatnya aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat.

Selain itu kurasakan dada bagian kananku begitu nyaman, seakan di belai lembut

Astagfirullah...
Aku tersadar dengan posisi kami saat ini, ia memelukku, dan pria cabul itu dengan beraninya menyentuh payudaraku, buru-buru aku mendorong tubuhnya, dan hasilnya aku terjengkang ke belakang, pantatku menubruk aspal, membuatku mengurungkan niat untuk memarahinya.

"Aduh..." Aku meringis.

Aldo menggelengkan kepalanya, lalu berjongkok di depanku. "Ziza... Ziza... kamu itu kenapa sih? Di tolong biar gak jatuh malah ngejatuhin diri." Ujar Aldo sembari tersenyum melihatku, membuatku menjadi semakin salah tingkah olehnya.

"Ka... kamu tadi cari kesempatan kan?" Fitnahku.

Dia mengangkat satu alisnya. "Kesempatan?" Tanyanya kebingungan.

"Iya... kamu sengaja pura-pura bantu aku agar bisa peluk aku.. dan itu, tanganmu sengaja kami letakan di itunya aku.." Tuduhku, walaupun sejujurnya aku tidak yakin akan tuduhanku kepadanya.

"Maksudnya, aku gak paham!" Katanya membuatku semakin jengkel.

"Jangan pura-pura tidak tau." Sengitku.

"Ziza... Ziza..." Katanya seraya tersenyum.

Aaaarrrtt....
Aldo bener-bener nyebelin, apa susahnya dia meminta maaf, dan kasih penjelasan ke aku kalau ia melakukannya karena hanya reflek belaka, bukan malah memasang wajah sok coll kayak gitu. Benar-benar gak peka, aku benci Aldo... aku benci Oppa Aldo.

Aku hendak berdiri, tapi saat kakiku menapak, aku merasakan perih di pergelangan kakiku. "Auww.." Aku meringis menahan sakit.

"Eh..." Kagetku.

Kurasakan dia memegang kakiku, lalu ia hendak membuka kaos kaki yang kukenakan.

"KHIYAAAAAA...." Aku memekik keras.

Alhasil pekikkanku membuat kami berdua menjadi pusat perhatian, dalam hitungan detik, kami sudah di kelilingi banyak orang, sementara Aldo diam mematung, melihatku yang memekik histeris. Dan sedetik kemudian ia kembali tersenyum, sebuah senyuman yang entah kenapa membuat hatiku berbunga-bunga.

--------
 
Sepertinya Aldo sanggup untuk sedikit melunakan aziza ...tapi pada akhirnyaaaaaa tetep si tua bangka yg menang Banyak .. apalagi setelah acara jogging ini bisa Jadi dewi tersinggung ... Dia akan ngasih tau masalah sebenarnya atau yg paling parah dia akan jadikan ziza Ada pada posisi seperti dirinya .... Arrgh tambah gag sabarr nunggu ziza jeboll .. hahaha
 
Terakhir diubah:
Lagi lagi laagiiii



Edited...
Dicepetin juga boleh, seperti ini juga udah enak suhu.. Enak yang itu lho bukan yang itu
:bata:
 
Enak alurnya suhu
Kalau terus ekse...kurang detail plot ceritanya
Hehe
Tp mau juga kalau Azizah mimpi basah :p
 
Menurut kalian cerita saya ini terlalu lambat gak?
Apa bagusnya kayak gini aja, apa alurnya di cepatin.
Mohon sarannya ya, terimakasih...

Tempo seperti ini sudah oke ... kalo mau dipercepat juga ngga masalah ... Tapi request, mau tempo lambat atau cepat SS nya tetep detail yaa biar tegang maksimal .. hahaha
 
Yes, updte..
Prlahan aja suhu, ziza jgn dibinalin dulu..
#saveziza
 
Lagi lagi laagiiii



Edited...
Dicepetin juga boleh, seperti ini juga udah enak suhu.. Enak yang itu lho bukan yang itu
:bata:

Terserah sih, exe mbak dewi terus juga gpp #saveziza

Enak alurnya suhu
Kalau terus ekse...kurang detail plot ceritanya
Hehe
Tp mau juga kalau Azizah mimpi basah :p

Tempo seperti ini sudah oke ... kalo mau dipercepat juga ngga masalah ... Tapi request, mau tempo lambat atau cepat SS nya tetep detail yaa biar tegang maksimal .. hahaha

Yes, updte..
Prlahan aja suhu, ziza jgn dibinalin dulu..
#saveziza

Terimakasih masukannya Om.

Wohhh udah update lagi
Iya Om, semoga memuaskan.
 
Menurut kalian cerita saya ini terlalu lambat gak?
Apa bagusnya kayak gini aja, apa alurnya di cepatin.
Mohon sarannya ya, terimakasih...
Menurut ane mix aja suhu utk masalah alurnya, ada alurnya yg cepet terus ada yg lambat, supaya ga monoton terus biar pembaca juga ttp semangat buat bacanya.
 
Bimabet
Menurut kalian cerita saya ini terlalu lambat gak?
Apa bagusnya kayak gini aja, apa alurnya di cepatin.
Mohon sarannya ya, terimakasih...
di percepat dikit huuu...
di beri rangsangan terus aziza nya..
sampai ha tahan sendiri...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd