Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Biasanya cerita akhwat gni rawan macet. Moga kali ini ngk macet. Klo bisa di jadwal update nya hu. Biar ada rasa dorongan kuat buat update
 
Ni lanjutannya Om, semoga memuaskan....
Maaf untuk adegan sexnya belum ada, ane mau bikin dengan cara perlahan, biar terasa natural, karena wanita alim, apa lagi yang suka pake gamis, itu rasanya tidak muda terangsang. Jadi aneh kalau tiba-tiba sudah ada adegan panasnya.
Klu banyak yg suka, crtanya ane lanjut.

Sepulang dari kampus aku tidak langsung pulang ke kostsanku, kuputuskan untuk mampir sebentar ke kosannya sahabatku Rani, siapa tau ia saat ini ada di kamarnya.

Setibanya di sana, aku buru-buru melangkah menuju kamar sahabatku.

Oh iya, tentang kossan sahabatku ini, sebenarnya tidak ada yang spesial dari kossan sahabatku ini, bangunannya yang terdiri dari dua lantai tampak terlihat kumuh, bahkan pagarnya saja hanya terbuat dari trali besi, dan terletak di ujung pemukiman warga. Tapi anehnya banyak mahasiswi yang mau tinggal di sini.

Dan sejujurnya aku paling males main kekosannya Rani, bukan karena aku benci Rani, tapi aku tidak suka dengan suasana kosannya yang menurutku terlalu bebas.

Yups...
Ini memang gila, bagaimana mungkin seorang pria bisa masuk dan keluar dengan bebas di kosan khusus wanita, dan parahnya lagi, menurut pengakuan sahabatku tak jarang ada cowok yang menginap.

Ahkkk...
Sungguh sangat memperihatinkan, seharusnya mereka sadar dengan tujuan mereka datang ke sini.

Tok... Tok... Tok....

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, bentar..." Sudah kuduga, Rani pasti pulang ke kossannya.

Tak lama kemudian pintu kamar Rani di buka, dan alangkah kagetnya aku saat melihat di kamar Rani ada Fadli.

"Fadli..."

"Eh... Ziza! Ada apa?" Tanya Fadli tanpa merasa berdosa kalau saat ini ia sedang berada di dalam kamar sahabatku Rani.

"Aku yang harus tanya, kamu ngapain di kamarnya Rani, kamu tuh bukan muhrim." Kataku tegas dengan raut wajah khawatir.

Oh Tuhan....
Apa yang mereka lakukan di dalam kamar, berdua-duaan, dan dalam keadaan pintu kamar yang terkunci. Astagfirullah... aku tidak boleh berfikiran yang macem-macem, Rani sahabatku tidak mungkin melakukan perbuatan yang menjijikan seperti itu.

Aku menatap mata Sahabatku Rani, mencari jawaban dari tatapan matanya.

"Mau pinjam buku!" Jawab Fadli sembari mengangkat buku di tangannya. Rani buru-buru menganggukan kepalanya, membenarkan apa yang di katakan kekasihnya.

"Hmmm..."

"Aku pamit dulu ya sayang!" Astagfirullah, rasanya aku mau muntah mendengar ucapan Fadli.

"Iya, hati-hati ya..." Rani melambaikan tangannya.

Selepas kepergian Fadli, aku segera menarik tangan Rani, memaksanya masuk kedalam kamar. Sepertinya aku harus menyidang dan menceramahinya lagi sampai ia mengerti.

Rani duduk di pojokan sembari bersandar di dinding kamarnya, sementara aku duduk di depannya, sembari menatap tajam kearahnya.

"Ran...."

Rani menggaruk-garuk kepalanya. "Iya Ustadzah Ziza, aku ngaku salah." Potong Rani sebelum aku mengeluarkan nasehat untuknya.

"Kamu tau salah, tapi kenapa kamu lakukan."

"Za... dia itu pacar aku, masak aku harus biarkan di nunggu di luar. Bukannya sebagai seorang muslimah kita harus memuliakan tamu." Jelasnya, aku menggelengkan kepalaku mendengarnya.

"Astagfirullah Ran..." Sungguh aku sedih mendengarnya.

"Ziza, aku tuh gak tega kalau dia harus nunggu aku di luar." Jelas Rani.

Ya....
Aku mengerti apa yang di rasakan sahabatku Rani, rasanya memang tidak enak kalau kita meninggalkan teman kita di luar.

Tapi, bukannya toleransi itu ada batasnya? Bagaimanapun juga Fadli adalah seorang pria, haram hukumnya seorang wanita dan pria berada di satu ruangan tanpa ada seorang muhrim yang menemani, karena di takutkan akan timbul Fitnah, dan parahnya lagi kalau sampai terjadi zina diantara keduanya.

"Untuk urusan ini, gak ada istilah gak enak." Kataku tegas dengan nada berapi-api. "Apa lagi sampe pintunya di kunci kayak tadi, apa kata orang nanti Ran? Ingat Ran, kamu ke sini untuk kuliah bukan untuk pacaran, kasihan orang tuamu." Kataku sedikit melembut.

Kulihat Rani menundukkan wajahnya, ia terlihat tampak sangat menyesal. Aku senang itu artinya ia mengerti akan kesalahannya

"Maaf Za..." Katanya.

"Ya udah, lain kali jangan di ulangi lagi..." Kataku mengingatkannya, ia menganggukkan kepalanya.

"Siap Ustadzah." Jawabnya, membuatku tersenyum kecil. "Eh... kamu ke sini ada apa? Tumben mau main ke kossanku." Ujarnya.

"Ni..." Aku mengeluarkan buku dari dalam ranselku. "Kamu catat, dan Minggu depan kita harus ngumpulin makalah." Ujarku kepadanya.

"Wa... makasih Za... kamu emang sahabat terbaikku."

"Hmmm..." Aku mendengus kepadanya. "Ini yang terakhir, kamu gak boleh bolos lagi, kecuali kamu gak mau ikut ujian semester." Kataku mengingatkannya bertapa pentingnya kuliah.

"Siap...." Jawabnya penuh semangat.

Ya....
Begitulah Rani, terkadang ia menyebalkan, keras kepala, tapi di balik itu semua, dia anak yang baik, dan masih mau mendengarkan ceramah ku.

Ah.... kalau di ingat-ingat, hampir setiap hari aku menceramahi dirinya, tapi Alhamdulillah, sepertinya ia tidak pernah bosan mendengarkan ceramah ku, dan aku tidak akan pernah lelah mengingatkannya. Aku berharap suatu hari nanti ia bisa menjadi wanita Soleha yang baik.

Rasa lelah dan kantuk tiba-tiba menyerang ku, membuatku membaringkan tubuhku di atas tempat tidurnya. Kulihat jam sudah menunjukan pukul lima sore, tidak ada salahnya kalau aku memejamkan mataku sebelum memasuki shalat magrib.

Baru saja aku memejamkan mataku, tiba-tiba tanpa kusengaja aku menyentuh sesuatu yang rasanya begitu lengket dan kental.

Segera aku memungut benda tersebut, kulihat benda itu berwarna merah mudah, dan terlihat di selimuti oleh lendir yang sangat banyak. Iseng aku coba menariknya, dan ternyata lentur seperti karet.

Iseng aku mendekatkannya di hidungnya, dan aroma yang di pancarkan nya terasa sangat menyengat hidung. Entah kenapa perasaanku tidak enak tentang benda aneh ini, tapi anehnya aroma yang keluar dari benda lengket itu membuatku ketagihan.

Sejenak aku kembali memperhatikan benda tersebut, dan rasa-rasanya aku pernah melihatnya, tapi di mana....

Deg.... Deg... Deg...

Jangan-jangan....

"Ran...." Aku menunjukan benda tersebut kepadanya.

Sejenak Rani terdiam, lalu raut wajahnya mendadak berubah tegang, dengan mulut menganga dan mata melotot, seakan ia baru saja melihat hantu. Aku merenyitkan dahiku.

Kulihat wajahnya menegang seakan ia sedang ketakutan saat ini.

"Ini permen karet kamu?" Tanyaku.

"Eh...." Dia melongok.

"Astagfirullah Ran, jorok banget si kamu, permen karet kok di buang asal-asalan." Kataku, dan lagi-lagi aku harus menceramahinya.

Rani menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab. "I... iya Maaf...." Jawab Rani.

"Ini habis masuk mulut kamu ya." Tanyaku penasaran.

"Eng... enggak... itu baru kok, tadi mau ku makan terus habis itu kelupaan, hehehe..." Jawab Rani, entah kenapa reaksi Rani sangat mencurigakan.

"Oooo...." Aku menganggukan kepalaku. "Ini masih bersihkan, boleh aku makan?" Tanyaku, entah kenapa aku penasaran dengan rasa permen karet yang ada di tanganku.

Bentuknya aneh, bulat dan memanjang tapi tak beraturan, terlihat kusut, dan lagi tampak ada lendir di bagian ujung dalamnya.

Rasanya aku belum pernah memakan permen karet dengan jenis ini, membuatku merasa sangat penasaran ingin mencobanya. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung memasukan permen itu kedalam mulutku, dan rasanya sangat aneh.

"Eh... Za..." Kulihat Rani tampak bersalah.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

Aku mengunyah permen karet tersebut, dan rasanya cukup asin dan gurih.

Apa lagi ketika lendir yang ada di dalam permen itu tumpah kedalam mulutku, rasanya enak sekali, dengan aroma yang cukup menyengat.

Tapi ada yang tak biasa dari permen karet ini, karena ia tak bisa di tiup seperti permen karet pada umumnya, dan lagi rasanya terlalu lengket, tapi nikmat bikin ketagihan, terutama lendirnya yang enak.

"Gak apa-apa!" Jawabnya, tapi aku merasa ada yang salah dari Rani.

Cukup lama aku berada di kamar kosnya, hingga akhirnya aku pulang menjelang Magrib. Dia mengantarkan ku hingga ke depan pagar kosnya.

Saat aku melewati kamar temannya, aku sempat melihat seorang pria yang berada di dalam kamar salah satu teman kamar Rani tanpa mengenakan baju, buru-buru aku memalingkan wajahku.

Astagfirullah...
Yang bisa kulakukan hanyalah beristigfar, memohon ampun kepada sang pencipta, penguasa alam.

"Aku balik dulu ya Ran." Kataku, kemudian aku membuang permen karet yang tadi kumakan, karena rasanya sudah hilang alias hambar. "Ini permen kamu beli di mana?" Tanyaku penasaran.

Lagi-lagi terlihat raut wajah Rani yang tampak gelisah. "Itu di kasih orang." Jawab Rani.

"Hmmm... nanti kamu tanyain ya."

"I.... iya Za..."

"Assalamualaikum...."

"Waalaikum salam...."

------------
 
Wow Zizah ketagihan permen karet :lol::lol:

Ane terkesan ama ceritanya suhu rapi banget :sembah::sembah:

Good Job..

:top::top::top:
 
lanjut terus suhu...
mantap critanya...
pelan2 saja yg pnting jgn sampai macet ..
 
Ahahha!!! Sumpah! Ngaceng langsung baca cerita ziza makan permen lendir aka kondom bekas pakai.. UpdaTe lebih gila lagi hu!
 
Bimabet
Ayo suhu update , ane bakal pantengin trs nih trit

Moga ntr jadi binal mirip trit evi apriliani
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd