Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Oooh dewi terperangkap.... harap dapat diurai proses cerita dewi lebih bagaimana ia terjadi....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terimakasih sudah mau mampir n membaca cerita saya Om...
Smga up selanjutnya lebih baik lagi....
 
Ni saya update tentang latar belakang Dewi kenapa ia bisa jadi budaknya Pak Pramono.
Maaf klu kurang nyaman bacanya karena up kli ini agak panjang, biar gak ke potong ceritanya.

Pov Dewi

Namaku Dewi... Dewi Puspita Sari, dua tahun yang lalu sebelum aku memutuskan menikah, aku sudah bertekad untuk melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi. Dan Alhamdulillah kesempatan itu akhirnya datang dengan bentuk beasiswa.

Tentu saja kabar gembira itu kusampaikan ke pada Suamiku, Mas Furqon. Dan respon yang kudapat darinya membuatku merasa sangat bahagia.

Aku tau sangat berat bagi Suamiku melepaskan ku untuk menggapai cita-citaku menjadi seorang Dosen, tapi demi kebahagiaanku, ia rela untuk sementara waktu berpisah denganku, dan sikapnya itu membuatku makin jatuh cinta kepada dirinya.

Selama ini untuk melepas rindu biasanya kami berkomunikasi melalui HP, tak jarang kami melakukan video call dan sesekali ia juga mengunjungi ku.

Dukungannya yang tidak mengenal lelah, membuatku bertekad menyelesaikan studiku dengan cepat. Dan Alhamdulillah, memasuki semester tiga proposal tesis ku di terima.

Pak Purnomo... dia menjadi pembimbing tesisku, membantuku menyelesaikannya.

Menurutku beliau adalah pria yang baik, dan sangat mengayomiku. Dia banyak membantuku dalam menyelesaikan tesisku, kepercayaanku yang sangat besar kepada dirinya, membuatku tak pernah menaruh curiga sedikitpun kepada dirinya, hingga akhirnya malam terkutuk itupun terjadi.

--------

Seperti biasanya, aku datang ke kampus dengan semangat empat lima. Aku sangat yakin kalau kali ini tessisku bisa di terima.

Sesampainya di ruangan Pak Pramono, aku langsung menghadap dirinya. Dan seperti biasanya ia selalu tersenyum ramah kepadaku, menyambut ku dengan kehangatan, membuatku merasa nyaman setiap kali bertemu dengannya.

"Assalamualaikum Pak..."

"Waalaikum salam Dewi... gimana? Sudah kamu perbaiki yang kemarin?" Tanya Pak Pramono, aku mengangguk dan menyerahkan tessisku.

Dia menerimanya dan membacanya sebentar, sementara aku yang duduk di depannya tampak tegang. Walaupun aku yakin tidak membuat kesalahan, tapi tetap saja ada kekhawatiran di dalam diriku kalau-kalau ada yang salah di dalam tesissku.

Anggukan kepalanya dan senyuman di bibirnya, membuatku sedikit merasa lega.

"Bagus... semuanya sudah kamu perbaiki." Katanya.

Aku mendesah pelan. "Alhamdulillah... Syukron Pak..." Kataku kepadanya.

"Terimakasih buat apa, ini semua karena kerja keras kamu Dewi... Bapak bangga denganmu." Pujinya, membuatku sangat senang mendengarnya.

"Iya Pak." Kataku bahagia.

Dia menyerahkan kembali tesisku. "Tesismu bisa di lanjutkan Dewi." Katanya, aku menerima kembali tesisku dengan perasaan yang sulit digambarkan. "Terus rencana kamu kalau selesai nanti mau kemana?" Tanyanya kepadaku.

"Saya ingin jadi dosen Pak." Jawabku mantab.

"Bapak sangat mendukungmu Dewi...." Katanya bersemangat. "Kalau kamu mau, kamu bisa menjadi asisten saya, ya... Anggap saja, ini latihan buat kamu." Tawarnya kepadaku.

Dan tentu saja aku sangat senang menerima tawaran darinya. Kupikir ini adalah awal yang baik untukku.

"Bagus... nanti saya akan ajukan kamu sebagai asisten saya." Katanya aku mengangguk cepat.

"Terimakasih... terimakasih banyak Pak."

"Ha-ha-ha... Bapak senang bisa membantu kamu Dewi, kamu sudah Bapak anggap seperti anak Bapak sendiri, dan Bapak berharap kamupun menganggap Bapak seperti orang tuamu sendiri." Katanya, dan lagi-lagi yang bisa kulakukan hanyalah menganggukkan kepalaku.

Pak Pramono....
Dia sudah lama di tinggal Istrinya karena meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, sementara anak-anaknya yang telah dewasa kini telah memiliki kehidupan baru sehingga mereka sudah tidak tinggal lagi dengannya.

Tidak heran kalau Pak Pramono merasa sangat kesepian, dan aku mengerti akan apa yang ia rasakan.

Aku senang kalau diriku bisa menjadi pelipur kesepiannya yang di tinggal oleh Istri dan anak-anaknya. Apa lagi sosok Pak Pramono sudah seperti Bapak kandungku yang selalu mengayomiku selama ini.

"Kalau begitu saya permisi dulu Pak." Kataku hendak pamit.

"Semangat ya..." Katanya menyemangatiku.

Aku menangkup kedua tanganku di depan dadaku, kulihat ia merenyitkan dahinya.

"Bapak sudah lama sekali tidak menerima sungkeman dari anak-anak Bapak... andai kamu mau melakukannya, Bapak akan sangat senang sekali." Ujarnya.

Aku membuka mataku, dan sejenak berfikir akan apa yang ia minta dariku.

Kurasa wajar saja kalau ia merindukan rasa hormat dari anak-anaknya. Walaupun aku bukan anak kandungnya, tidak ada salahnya kalau aku mencium punggung tangannya, tanda hormatku kepadanya.

Toh...
Dia adalah orang tua yang ku hormati, dan kurasa tanda hormatku tidak akan menimbulkan perasa shawat diantara kami berdua.

Aku menjulurkan tanganku, menyalaminya dan mencium punggung tangannya dengan penuh hormat.

Entah kenapa pada saat bersamaan, aku merasakan kehangatan dari telapak tangannya yang menyentuh telapak tanganku. Mungkin karena aku sangat merindukan orang tuaku.

"Terimakasih ya Pak..."

"Iya Nak Dewi... Bapak senang memiliki anak seperti dirimu." Katanya kepadaku.

Setelah bercakap-cakap sebentar, aku segera undur diri darinya dengan senyuman yang memekar indah di bibirku.

---------

Aku baru saja selesai mandi, saat aku melewati sebuah kamar, kulihat seniorku Ziza sedang membaca kitab suci, sungguh hatiku merasa damai setiap kali mendengar suara yang sedang mengaji.

Karena tidak ingin mengganggunya, aku segera masuk kedalam kamarku.

Drrrrttt... Drrrrrtt... Drrrrrtt....

Kudengar suara panggilan di hpku, sehingga aku segera mengangkatnya. Aku tersenyum senang saat mengetahui siapa yang meneleponku.

"Assalamualaikum Bi." Sapaku.

"Waalaikum salam Umi... dari mana kok lama ngangkatnya?" Tanya Suamiku di seberang sana.

Aku menghempaskan pantatku di atas tempat tidurku, dan menarik sebuah bantal untuk kupeluk diatas pangkuanku. "Tadi habis mandi Bi... maaf ya Bi." Jawabku, aku dapat mendengar jelas suara gumamannya.

"Ooo gitu, berarti sekarang Umi masih pake handuk ya?"

Aku tersenyum kecil mendengarnya. "Gak Bi..."

"Berarti Uda ganti pakaian dong?" Katanya dengan nada tampak kecewa.

Ya...
Suamiku memang sering menggodaku lewat telpon, tak jarang ia juga menggodaku lewat Vidio call, dan menurutku sah-sah saja karena dia adalah Suamiku, bukan pria lain.

Tapi sejujurnya terkadang aku suka merasa geli sendiri ketika ia menggodaku, seperti saat ini.

"Belum Bi, kan pake kimono!" Jawabku pendek.

Kemudian kudengar suara deruh nafasnya, menandakan kalau ia sedang di landa birahi. "Serius Mi... Hmmp... Umi pasti sangat seksi sekali." Pujinya, aku terkekeh pelan mendengarnya.

Suamiku memang paling suka melihatku berpakaian seksi, tapi sayang aku jarang mengabulkannya.

"Astagfirullah Bi... mulai deh... hihihi..."

"Abi kangen sayang... kita Vidio callan yuk." Ajaknya, aku mendesah renyah, aku tau ujung-ujungnya dia pasti memintaku video call an.

Kurebahkan tubuhku di sandaran tempat tidurku, agar posisiku menjadi sedikit nyaman.

Dengan perlahan aku menyibak sedikit kimonoku yang berwarna abu-abu hingga sepasang payudaraku kini tampak terlihat.

"Umi juga kangen, tapi mau ngapain Bi Vidio callan?" Tanyaku.

Tangan kananku yang menganggur meraih payudaraku, lalu dengan perlahan aku meremas payudaraku sendiri, dan rasanya tentu sangat nikmat.

Menurut yang kupelajari selama ini tentang masturbasi, sebagian mengatakan kalau masturbasi itu haram di lakukan, tapi sebagian lagi mengatakan masturbasi makruh kalau di lakukan Suami/Istri. Di perbolehkan dalam kondisi tertentu untuk menghindari perbuatan yang di larang Tuhan.

Dan kurasa tidak ada salahnya aku melakukan masturbasi, karena aku melakukannya bersama Suamiku sendiri bukan dengan orang lain.

"Pengen liat kamu sayang." Jawabnya.

Aku memilin lembut puttingku. "Nanti aja ya Bi, Umi lagi malas ganti baju." Jawabku dengan suara yang mulai terdengar parau.

"Gak usah ganti baju dulu..." Bujuknya.

"Abi... lain kali aja ya." Tolakku kepadanya, sementara kimonoku kini tersibak sepenuhnya, menampakan sepasang payudaraku yang montok dan vaginaku yang di tumbuhi rambut hitam.

Jujur aku sangat terangsang saat ini, ingin sekali rasanya aku di jamah olehnya. Terakhir tiga bulan yang lalu ia menjamahku, dan semenjak itu ia belum juga datang ke sini untuk menjamahku lagi, yang bisa kulakukan untuk memuaskan hasrat ku hanya dengan melakukan masturbasi seperti saat ini.

Tapi anehnya aku baru terangsang setiap kali mendengarnya merengek seperti ini.

Mungkin kebanyakan wanita di luar sana akan sangat terangsang kalau mendengar suara cumbuan pasangannya terhadap dirinya, atau melihat tubuh telanjang Suaminya.

Tapi tidak denganku, entah kenapa setiap kali kami melakukan VC sex, aku sama sekali tidak terangsang, dan aku baru terangsang ketika ia mulai merengek meminta sesuatu kepadaku seperti saat ini, jujur aku sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi terhadap diriku.

"Ayolah Mi... Abi kangen banget nih." Melasnya.

Kubelai lembut paha mulus ku. "Emangnya Abi mau ngapain video callan sama Umi." Pancingku, sementara jariku kini telah menyelip diantara lipatan vaginaku.

"Abi cuman pengen mencumbu Umi." Pintanya.

Kugigit bibirku, rasanya vaginaku begitu gatal. "Aahkk... Bi! Abi bikin Umi pengen." Kataku sembari mendesah, sementara vaginaku makin terasa basah.

"Makanya Mi... kita Vidio callan ya." Bujuknya.

"Umi gak mau Bi, nanti Umi kepengen gimana?" Kataku dengan suara mendesah, aku tau saat ini Suamiku pasti sangat menderita.

Dan anehnya aku malah semakin terangsang, membayangkan betapa kecewanya Suamiku tidak bisa melihat aku yang hanya mengenakan kimono seksi. Perlahan aku mulai memasukan jariku ke dalam vagina ku yang telah becek.

Kugerakan jariku maju mundur, menyodok vaginanya sendiri sembari membayangkan wajah kecewa Suamiku.

Mungkinkah aku adalah termasuk Istri durhaka? Semoga saja tidak, karena aku tidak ingin menjadi Istri durhaka, tapi aku sangat terangsang saat Suamiku menderita karena keinginannya tidak aku penuhi.

"Kan Umi bisa pake jari muasinnya." Bujuknya.

"Astagfirullah Bi... Umi gak kegatelan kayak gitu juga Bi... Emang Abi pikir Umi apa?" Kataku pura-pura merajuk, padahal saat ini jariku sedang mengobok-obok vagina ku sendiri.

"Bukan itu maksud Abi."

"Udah Ah Bi... Umi malas kalau Abinya kayak gitu." Kataku mendramatisir keadaan.

Sebagai seorang wanita tidak ada yang aneh ketika kami mulai memainkan drama, saya yakin setiap wanita pasti sering memainkan drama terhadap pasangannya, karena wanita memang tidak pernah lepas dari drama dalam kehidupannya.

Walaupun kusadari drama yang ku buat membuat Suamiku uring-uringan, dan kesal melihat tingkahku, dan anehnya aku malah semakin terangsang.

"Maafin Abi ya Mi..." Bujuknya.

Aku diam sembari menikmati jariku yang sedang bergerak liar di dalam vagina ku.

"Mi..."

"Aahkk... Abi jahat... Umi malas sama Abi."

"Iya Abi salah, Abi minta maaf ya Mi, nanti cantiknya hilang loh..." Dia terus saja berusaha membujuk ku. Entahlah terkadang seperti anak kecil.

"Hmmm..."

"Umi..." Panggilnya.

Aku semakin cepat mengocok vagina ku. "Emang Umi murahan ya Bi... sampe Abi nyuruh umi masturbasi pake tangan..." Kataku, sembari menahan gejolak nafsu syahwatku yang menggebu-gebu.

"Gak Mi... Masak Abi mikirnya kayak gitu." Jawab Suamiku takut-takut.

Entah kenapa aku malah berharap ia membenarkan apa yang kukatakan. Aku ingin ia mengatakan kalau aku adalah wanita jalang, tapi sayang Suamiku sangat baik, sehingga ia tak mungkin mengucapkan kalimat serendah itu kepadaku walaupun aku menginginkannya.

Kini aku kembali diam, menikmati setiak gesekan jariku di dalam vaginaku. Sementara Suamiku berusaha mati-matian membujukku agar aku tidak marah lagi.

Dan bagiku, rengekkannya yang meminta maaf kepadaku terdengar seperti alunan erotis di telingaku. hingga beberapa menit kemudian apa yang ku nantikan akhirnya tiba juga. Aku mengerang seiring dengan orgasme yang didapatkan dari jariku. Kurasakan cairan cintaku keluar cukup banyak.

Dengan nafas memburu, aku memejamkan mataku menikmati sisa-sisa orgasmeku.

"Iya Bi... Umi maafin." Jawabku lembut.

----------

Dengan mengendarai sepeda motor aku menuju sebuah perumahan elit. Sesampainya di depan pagar rumahnya, tampak dua orang satpam membukakan pintu untukku, aku sedikit tersenyum sembari menyerahkan motorku kepada mereka berdua.

Semenjak Pak Pramono menjadi pembimbing ku, aku semakin sering main ke rumahnya, sehingga tidak heran kalau sudah sangat mengenal mereka berdua.

"Pak Pramono sudah menunggu Mbak di dalam." Ujarnya kepada diriku.

"Terimakasih Pak." Jawabku singkat.

Lalu dengan langkah perlahan aku masuk kedalam rumahnya, dan benar saja, kulihat Pak Pramono sudah menungguku di ruang tamu.

Ya...
Tadi setelah selesai menerima telpon Suamiku, Pak Pramono mengirimkan sebuah pesan dan memintaku untuk datang kerumahnya.

Sebenarnya aku merasa segan karena harus datang semalam ini kerumahnya, tapi aku tidak bisa menolak karena ia memintaku untuk menggantikannya besok, dan aku membutuhkan bahan darinya untuk mengajar besok pagi sebagai asisten dosen.

"Assalamualaikum Pak."

"Waalaikum salam Nak Dewi, ayo masuk..." Suruhnya.

Aku mengangguk, lalu masuk kedalam rumahnya, harus kuakui ruang tamunya begitu besar, dan di hiasi oleh barang-barang mewah yang sangat mahal. Aku berharap suatu hari nanti bisa sekaya Pak Pramono.

Aku duduk di sofa, tepat di depannya yang sedang memeriksa beberapa catatan dan buku yang ada di atas meja kecil yang ada di depannya.

"Sebentar ya Nak, Bapak siapkan dulu bahanya, biar besok kamu tidak kesulitan." Katanya ramah, aku tersenyum mendengarnya.

Tak lama kemudian seorang wanita muda yang kuketahui adalah pembantunya datang membawakan ku segelas minuman hangat. Setelah itu ia lanjut pergi meninggalkan kami berdua di ruangan ini.

Sejujurnya aku merasa tidak nyaman berada di dalam satu ruangan dengan Pak Pramono, walaupun aku sudah menganggapnya seperti orang tua kandungku sendiri.

Apa lagi sedari tadi aku menangkap kedua bola matanya melirik ke arahku, mencuri pandangan kearah tubuhku yang di balut gamis berwarna coklat di padu dengan jilbab lebar yang sewarna.

"Besok kamu bahas masalah ini aja." Ujarnya sembari menunjukan catatannya.

Aku menganggukkan kepalaku. "Iya Pak." Jawabku singkat.

"Ini bukunya, kamu pelajari malam ini ya, gak sulit kok jadi dosen, bapak yakin kamu pasti bisa." Katanya memberiku semangat.

"Terimakasih Pak, ini pengalaman pertama saya."

"Kamu adalah anak yang pintar, suatu hari nanti kamu akan menjadi guru besar." Katanya sangat optimis, membuatku sangat senang. "Di minum dulu Nak." Lanjutnya, aku mengambil minuman ku.

"Terimakasih Pak." Jawabku.

Aku segera meminumnya, menyisakan setengah gelas saja, saat itu aku melihat sebuah senyuman, yang sama sekali tidak kumengerti.

Malam semakin larut, kami mengobrol panjang lebar, banyak yang kami bahas, terutama tentang tesisku yang hampir rampung. Aku sangat berterimakasih kepada dirinya karena ia telah banyak membantu diriku.

Semakin lama obrolan kami semakin hangat, yang awalnya tentang pendidikan, kini mulai menjurus kearah pribadi. Hingga akhirnya aku mulai merasakan keanehan terhadap tubuhku, aku merasa sangat gerah, dan rasanya ituku sangat gatal sekali, sungguh saat itu aku tidak mengerti tentang apa yang ku alami saat ini.

Pak Pramono berpindah duduk di sampingku, dan saat itu kepalaku sangat sakit. "Kamu kenapa Nak?" Tanyanya kepada diriku.

"Aku agak pusing Pak." Jawabku terbata-bata.

"Minum dulu Nak." Dia mengambil minuman ku kembali, dan meminumnya hingga habis.

Dan yang terjadi selanjutnya aku merasa tubuhku makin gerah dan sangat sensitif. Sedikit sentuhan saja sudah membuatku merinding.

Malam itu tanpa sepengetahuan ku Pak Pramono mencampur minumanku dengan obat perangsang sekaligus obat tidur dengan dosis yang sangat tinggi, dan aku meminum minuman ku hingga tak bersisa.

"Aahkk..." Aku mendesah ketika ia memegang pundak ku.

Tubuhku terasa lemah, bahkan aku tak bisa berbuat apa-apa ketika ia merangkul ku dan membawaku ke dalam pelukannya. Aku ingin sekali merontah tapi tubuhku mengkhianati diriku.

Aku menatapnya dengan pandangan penuh tanya, sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi saat ini.

"Malam ini kamu akan menjadi milikku." Bisiknya.

Deg... Deg... Deg...

Jantungku berdetak cepat setelah mendengar ucapannya, sungguh aku merasa aku telah di jebak.

Dan benar saja, pria tua itu dengan beraninya ia menyentuh payudaraku di balik jilbab lebar dan gamis yang ku kenakan saat ini. Aku ingin menolak, tapi tenaga seakan tenggelam di tengah lautan.

"Jangan di lawan, Bapak tau kamu sangat kesepian." Dia mencium kepalaku, sembari meremas payudaraku dengan lembut.

"Aahkk... jangan Pak..." Rintihku pelan.

Ciumannya turun menuju keningku, dia mengecup nya lembut, seakan aku adalah kekasihnya.

Jemarinya membelai lembut bibirku, membuat kedua bola mataku mulai terasa panas. Ingin sekali rasanya aku menangis, berteriak meminta tolong, tapi entah kenapa aku tenggorokan ku terasa tercekat sehingga tak ada teriakan yang keluar dari mulutku.

Oh Tuhan...
Ada apa dengan tubuhku, kenapa aku begitu lemah, dan lagi... perasaan apa ini.

"Tubuhmu wangi sekali sayang..." Bisiknya.

"Jangan Pak... Saya mohon!" Kataku dengan suara yang terdengar begitu lemah.

Perlahan mataku terasa berat, dan penglihatan ku mulai mengabur, hingga akhirnya aku merasa semuanya terasa berat dan aku pun tak sadarkan diri di dalam pelukannya.

-----------

Perlahan aku membuka mataku, dan kulihat sosok pria yang amat sangat kuhormati kini berada di atas tubuhku, dia tersenyum memandangku yang dalam keadaan setengah sadar.

Sejenak aku mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi, hingga akhirnya aku tersadar akan bahaya yang ada di hadapanku saat ini.

Aku hendak merontah, tapi tenagaku benar-benar hilang, aku tak bisa menggerakkan tubuhku.

"Kamu cantik sekali Dewi, dari dulu Bapak sudah ingin sekali merasakan tubuhmu, dan baru kali ini kesampaian, hehehe..." Dia terkekeh, sembari menciumi sekujur wajahku, membuatku merasa jijik.

"Jangaaan... jangaaan..." Aku berusaha meronta.

Kurasakan telapak tangannya merabahi payudaraku dari luar gamis yang kukenakan.

Kemudian dia mulai melepas kancing gamis milikku yang berada di depan. Aku menggelengkan kepalaku memintanya untuk berhentih melecehkan diriku, tapi sayang dia terus melanjutkan aksi bejatnya.

"Astagfirullah... jangan Pak." Melasku

Tanpa bisa dicegah ia berhasil melepas kancing gamisku. "Kamu tau Nak Dewi, wanita sealim dirimu selalu membuatku bergairah." Bisiknya, dia menarik keatas tanktop yang kukenakan.

"Demi Tuhan... jangan buka." Teriakku parau.

"Nanti kamu juga akan menyukainya." Bisiknya, lalu dia menggigit daun telingaku dari luar jilbab lebar yang kukenakan saat ini.

Sementara tangannya menyusup masuk kedalam balik bra yang kukenakan.

Dia meremas langsung payudara telanjangku, dan rasanya.... Oh Tuhan... ini nikmat sekali, kenapa aku sangat menikmati kemasannya. Sungguh aku tidak menyangka kalau rasanya akan senikmat ini.

Tidaaaak....
Aku sudah bersuami, aku tidak boleh menikmati sentuhan tangannya di payudaraku. Ini milik Suamiku dan hanya Suamiku yang boleh menikmatinya.

"Tetek Nak Dewi sangat kenyal, kasihan Suamimu Nak, karena tidak bisa menyentuhnya." Katanya, membuat hatiku tersayat mendengarnya.

"Oughk..." Aku mendesah.

Kurasakan jarinya kini bermain di atas puttingku, dia memilin puttingku, menariknya dengan lembut hingga puttingku mulai mengeras.

Tuhan.... Tolong aku....

"Siapa nama Suamimu Nak?" Tanya Pak Pramono sembari menanggalkan sisa gamisku hingga sebatas perutku, kemudian ia membuka tanktopku dan bra yang kukenakan saat ini.

"Astagfirullah... jangaaan...." Pintaku.

"Siapa nama Suamimu?" Ulangnya.

Aku menatapnya dengan tatapan memelas. "Mas... Mas Furqon." Jawabku terbata-bata.

"Maaf ya Nak Furqon, Istrimu kupinjam sebentar." Ujarnya berbisik di dekat telingaku.

"Pak... lepaskan saya."

"Tetek Istrimu begitu indah, saya yakin kamu pasti merindukannya... ckckck..." Katanya mengabaikan permohonanku kepada dirinya.

Kemudian dia meraih bibirku, melumat bibir merah ku dengan lembut, membuatku tersentak merasakan sentuhan bibirnya di atas bibirku. Sementara tangannya semakin leluasa meremasi payudaraku.

Ya Tuhan...
Sungguh aku hanyalah manusia biasa, aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi.

Bayangan wajah Mas Furqon terbayang di kelopak mataku, membuatku air mataku mengalir dengan deras. Sungguh demi Tuhan aku sangat mencintainya, dan selamanya akan selalu begitu.

Dengan perlahan ku buka mulutku, dan kubiarkan lidahnya menjelajahi mulutku, membelit lidahku, dan bermain di dinding mulutku.

Maafkan aku Abi... Umi gak kuat lagi kalau terus-terusan di rangsang seperti ini.

Perlahan kurasakan Pak Pramono menarik sisa gamisku, melewati pinggulku hingga meninggalkan tubuhku, menyisakan leging hitam yang kukenakan saat ini. Kemudian dia membelai pahaku yang tertutup leging ketat.

"Hmmmppss..."

Kami berciuman semakin panas, selama beberapa menit, hingga akhirnya ia melepaskan ciumannya.

Dia memandang ku dengan tatapan tajam, membuat bulu kuduk ku berdiri, aku merasa di tekan oleh tatapannya yang menusuk, membuatku makin merasa lemah di hadapannya saat itu.

"Bibirmu nikmat sekali." Pujinya.

Nafasku memburu membuat dadaku turun naik. "Hentikan Pak... jangan di teruskan, aku sudah bersuami dan aku tidak ingin mengkhianati Suamiku." Jelasku dengan sisa-sisa tenaga yang aku punya.

"Perkataanmu barusan membuat Bapak semakin ingin menikmati tubuhmu Nak." Kurasakan tangannya masuk kedalam celana legingku, membelai bibir vagina ku dari luar celana dalamku. "Sungguh malang nasib Suamimu, karena malam ini kamu akan mengkhianati cintanya." Bisikkannya membuat tubuhku menegang sesaat.

Creeetrss... Creeetsss... Crreeetss...

Aku memejamkan mataku dengan erat ketika orgasme itu datang tepat setelah ia mengakhiri kalimatnya.

Dia tersenyum sembari kembali menarik jarinya dari dalam celanaku, memamerkan jarinya yang kini tampak basah karena lendir cintaku.

"Gadis pintar." Pujinya.

Kemudian dia menarik menarik legingku dengan perlahan, aku berusaha mencegahnya tapi tenagaku yang lemah tidak bisa berbuat banyak. Dengan mudanya ia berhasil melepas legingku, yang kemudian di susul dengan melepas celana dalamku.

Kedua tangannya mengait betisku, kemudian dia memposisikan penisnya tepat di depan vaginaku. Aku sama sekali tidak menyadari kalau ternyata ia sudah melepas celananya.

Entah kenapa tiba-tiba aku memiliki kekuatan lebih untuk melawan dirinya.

"Toloooong... jangan!" Aku berteriak histeris.

"Percuma tidak akan ada satupun orang yang akan menolongmu Nak." Katanya sembari tersenyum, sebuah senyuman yang membuatku terintimidasi.

Kugigit bibirku saat merasakan dengan perlahan penisnya yang mulai menembus bibir vagina ku.

"Oughkk...." Desahku panjang.

Semakin lama penis itu masuk semakin dalam, menelusuri lembah surgaku. Kurasakan penis itu seakan merobekku, membuatku merasa kembali menjadi gadis perawan.

Aku mencengkram erat seprei tempat tidurku, berusaha bertahan dari ukuran penisnya yang sedang menerobos, memaksa masuk kedalam vagina ku, membuat dinding vaginaku bereaksi dengan menjepit penisnya.

"Aahkk... sempit." Erangnya.

Aku menggelengkan kepalaku, menahan rasa sakit di vaginaku. "Sakiiit Pak... Aahkk... Sakiiit..." Rintihanku kepada dirinya.

"Tahan Nak... nanti juga enak." Katanya menenangkan ku.

Bleesss...

"Aaaaaaahkkk....."

Dengan satu sentakan akhirnya ia berhasil memasukan penisnya kedalam vagina ku.

Tubuhku menegang, merasakan vaginanya yang terasa sangat ngilu karena menerima penisnya yang sangat besar, bahkan jauh lebih besar dari milik Suamiku. Aku menatap nanar kearahnya yang sedang tersenyum puas setelah berhasil membuatku mengkhianati Suamiku.

Oh Tuhan...
Aku tidak menyangka, sungguh... aku tidak sama sekali berfikir ingin mengkhianati cinta Suamiku.

-------------
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Mantap suhu
Moga azizah ngak tewas :p
Gak kok Om, Ziza tetap jadi peran utama, Mbak Dewi hanya sekedar bumbu saja, n jga karena ada permintaan dari seseorang.

mantap gan......ditunggu kelanjutan nya.....
Oke Om, secepatnya akan saya update, besok klu gak ada tamu sya update lagi mumpung libur.

Lanjut lagi suhu ceritanya..
Siap Om...

Mantap hu, lanjutkan
Oke Om, terimakasi

Lanjutkan lagi gannn
Oke Om.

Seru suhu.. Kali ibarat musik,slow tp dalem nih ...
Can't wait for next update
Terimakasih Om, saya usahakan lebih baik lagi.

Ziza nantinya sapa ya yg pertama bs mengeksekusi?
Kalau itu sudah bisa d tebak kok Om, hehe...

Sudah mulai memasuki inti cerita. Terima kasih atas up datenya
Terimakasih kembali Om....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd