Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Alurnya cukup lambat ya, tapi mungkin emang strategi ceritanya biar masing2 karakter dpt dijelaskan detail hehe
Ditunggu update selanjutnya Suhu Alvin89...!!!!
 
Alurnya perlahan tapi steady inilah yang membuat cenat-cenut...
 
siap suhu..ane baru ngikutin dr kemarin ni crta tp seru juga :)
 
Selamat menikmati...
Semoga memuaskan Om.

Di tengah keramaian jalan kota, Dewi mengendarai sepeda motornya dengan sangat cepat, ia membanting setang motornya ke kiri dan kanan untuk menghindari kendaraan yang ada di depannya. Beberapa kali ia mendapat klakson protes dari pengguna jalan lain.

Tapi Dewi mengabaikannya, karena ada hal yang lebih penting bagi dirinya saat ini. Kekhawatirannya membuatnya membahayakan dirinya sendiri.

Setibanya di depan rumah, Dewi bergegas masuk ke dalam rumahnya, bahkan ia tidak sempat mengucap salam seperti biasanya. "Ziza..." Teriaknya cukup keras, membuat sang pemilik nama terpaku.

"Ada apa Mbak?"

"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Dewi, dia menatap gadis cantik itu dari atas ke bawah, seakan memastikan gadis yang ada di hadapannya baik-baik saja.

Aziza tersenyum lembut. "Aku gak apa-apa kok Mbak, memangnya ada apa?" Tanya Aziza bingung melihat tingkah Dewi. "Oh iya Mbak, ada Pak Pramono." Ujar Ziza, menyebut nama pria tua itu membuat lidahnya terasa keluh.

"Assalamualaikum Nak Dewi." Dewi menoleh kearah sumber suara.

Dia melihat kearah Pak Pramono yang sedang duduk di sofa sembari tersenyum mesum kearah Dewi. Tentu saja Pak Pramono sadar kenapa Dewi terlihat sangat khawatir dengan Adik juniornya itu.

Sebagai pria normal tentu saja, ada keinginan besar ingin menikmati tubuh indah Aziza. Gadis perawan yang masih polos, tentu akan sangat menyenangkan kalau ia bisa merenggut kesuciannya. Sensasi menikmati tubuh Dewi rasanya begitu luar biasa, apa lagi kalau bisa mendapatkan perawan akhwat, rasanya mungkin ratusan kali lipat lebih nikmat.

"Untunglah." Gumam Dewi dalam hati.

Ia sangat mengkhawatirkan Aziza, baginya Aziza sudah seperti adik kandungnya sendiri.

Dia kembali menatap Pak Pramono, melihat bagaimana pandangan mata Pak Pramono yang nanar kearah payudara Aziza yang tampak menyembul di balik jilbab syar'i dan gamis yang di kenakannya.

"Mbak... aku ke kamar dulu ya." Pamit Ziza.

Dewi menganggukkan kepalanya, pikirnya lebih baik Aziza berada di kamarnya, dari pada di sini menjadi santapan mata liar Pak Pramono. "Iya Za, gak apa-apa." Jawab Dewi seraya tersenyum.

"Saya tinggal ya Pak." Ujar Ziza sopan.

Pak Pramono menganggukan kepalanya, sembari menatap Aziza yang berjalan membelakanginya, sehingga ia leluasa menatap pantat Aziza.

Dewi yang melihat kelakuan pria paruh baya itu tampak sangat kesal. "Tidak puaskah dia menikmatiku?" Batin Dewi emosi.

Kemudian Dewi duduk di sofa sembari menatap marah kearah Pak Pramono, dia tidak habis pikir dengan kelakuan Pak Pramono yang semakin hari, bukannya ingat mati malah selalu memikirkan selangkangannya.

"Lama sekali kamu?" Dengus Pak Pramono.

Dewi memalingkan wajahnya. "Kenapa Bapak kesini lagi? Bukannya kita sudah sepakat bertemu di rumahnya Bapak!" Kata Dewi, ia sangat khawatir hubungan gelapnya antara dirinya dan Dosen pembimbingnya terbongkar.

"Bapak nyaman di rumah kamu."

"Nyaman?" Dengus Dewi kesal. "Bilang saja Bapak ke sini mau melihat Ziza!" Ujar Dewi geram.

Pak Pramono tersenyum, dia berpindah duduk ke samping Dewi. Kemudian dia merangkul pundak Dewi, membuat Dewi kesal. Dia ingin menepis tangan keriput itu, tapi ia takut membuat kegaduhan yang bisa berakibat fatal bagi dirinya.

Karena tidak ada reaksi dari Dewi, Pak Pramono semakin berani, dia meremas payudara Dewi, memainkan payudara Dewi di balik gamisnya.

"Hentikan Pak." Protesnya.

"Kamu cemburu ya?" Pak Pramono mengabaikan protes Dewi. "Walaupun saya menyukai Aziza, tapi kamu akan tetap menjadi prioritas saya." Bisiknya, kemudian ia mencium leher Dewi yang tertutup jilbab.

"Jangan Pak." Tolak Dewi.

"Kenapa sayang, bukannya wanita murahan seperti kamu suka di gerayangi oleh pria lain." Ujar Pak Pramono kasar, dia meremas payudara Dewi semakin kuat, membuat Dewi berada diantara menikmati dan kesakitan.

Sebagai seorang wanita muslimah, tentu saja Dewi tersinggung mendengar ucapan Pak Pramono, apa lagi dia sudah bersuami.

Tapi Dewi juga tidak bisa memungkiri apa yang di katakan Pak Pramono, karena ia memang suka ketika pria tua itu menyentuh tubuhnya, bahkan harus ia akui, walaupun Pak Pramono suka menghinanya, tapi Pak Pramono selalu mampu memuaskan hasratnya yang terpendam.

"Di sini ada Ziza." Bisik Dewi takut.

Tapi adrenalinnya terpacu dalam keadaan terjepit seperti saat ini, antara tidak berani menolak sentuhan Pak Pramono dan rasa takut ketahuan Aziza, seorang gadis muda yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

Berada di persimpangan, membuatnya makin bergairah, bahkan vaginanya kini terasa gatal.

"Memangnya kenapa kalau teman jilbabmu melihat? Malah bagus kalau dia melihat, bisa jadi dia akan terangsang dan mau bergabung bersama kita." Kata Pak Pramono terkekeh.

"Tidak mungkin, Aziza bukan seperti itu?" Elak Dewi.

"Oh ya..."

Pak Pramono menarik dagu Dewi, lalu dia melumat lembut bibir ranum Dewi, membuat wanita sealim Dewi dengan perlahan mengendurkan perlawanannya.

Bahkan dengan perlahan Dewi mulai membalas lumayan liar mulut Pak Pramono.

Sreeeeettt....
Pak Pramono menarik resleting gamis yang di kenakan Dewi, lalu dia menarik turun gamis berwarna biru dongker itu melewati pundak Dewi, menyisakan tanktop tanpa lengan yang menyembunyikan keindahan dua gunung kembar miliknya.

Jari kasar Pak Pramono membelai pundak telanjang Dewi yang terasa begitu halus.

"Ahkk..." Desah Dewi.

"Kalau wanita sealim kamu saja bisa dengan mudah dibuat terangsang, apa lagi wanita muda yang minim dengan pengalaman seperti Ziza!" Ujar Pak Pramono bangga karena berhasil menaklukan Dewi.

"Aku terpaksa." Kilah Dewi.

"Kita buktikan sayang? Hehehe..." Ujar Pak Pramono bersemangat.

Dia meloloskan tanktop yang di kenakan Dewi dengan muda, menyisakan bra mini yang menutupi sepasang payudara miliknya yang berukuran 36B.

Tubuh Dewi menggeliat, ia berusaha menghindari kedua tangan Pak Pramono yang hendak menjelajahi payudaranya. Tapi itu hanya sementara, dengan mudahnya Pak Pramono berhasil menyingkap bra yang di kenakan Dewi.

"Auww..." Pekik Dewi tertahan.

Dia menggelengkan kepalanya ketika kedua tangan Pak Pramono meremas payudaranya.

Rasa nikmat bercampur geli menjalar ke sekujur tubuhnya ketika telapak tangan kasar itu menyentuh kulit payudaranya yang mulus, membelai payudaranya dengan perlahan, membangkitkan gairah syahwatnya.

"Pak... Oughkk...." Rintihan Dewi.

Pak Pramono tersenyum penuh kemenangan. "Bagaimana Nak Dewi enak?" Goda Pak Pramono, membuat Dewi merasa malu dengan dirinya sendiri.

"Stop Pak, geli... saya gak tahan."

"Yakin mau berhenti?" Dengan kedua jarinya Pak Pramono menstimulasi putingnya.

"Oughkk..." Erang Dewi.

Tubuh Dewi gemetar bertahan, mencoba melawan ledakan birahi yang ia rasakan saat ini. Dia sungguh merasa hina karena tidak mampu mengatur birahinya.

Tanpa sadar Dewi menyandarkan tubuhnya ke dalam pelukan Pak Pramono.

"Puttingmu mengeras sayang? Apa kamu suka kalau puttingmu Bapak pelintir seperti ini?" Katanya Pak Pramono sembari memilih putting Dewi.

Jari-jari kaki Dewi yang di balut kaos kaki panjang terlihat menekuk, dan betisnya yang jenjang tampak menegang, seiring dengan keluarnya pelumas dari dalam vaginanya saat ini.

Dewi membuka sedikit bibirnya ketika Pak Pramono melumat bibirnya.

"Hmmppas..."

Sadar atau tidak Dewi memeluk erat leher Pak Pramono, sembari membalas setiap belitan lidah Pak Pramono di dalam mulutnya.

Sejenak Dewi melupakan sosok Ziza yang masih berada di dalam rumahnya.

"Kamu sangat menggairahkan sekali."

Dewi menatap kosong wajah Pak Pramono, ia menyerah oleh sentuhan Pak Pramono, pria yang telah membuatnya kecanduan akan sentuhan di tubuhnya, yang Suaminya saja tidak mampu membangkitkan birahinya, seperti Pak Pramono yang telah membangkitkan birahinya.

Walaupun selalu ada rasa sesal di hatinya atas ketidak berdayaannya, tapi pada saat bersamaan, ada kepuasan yang ia dapatkan, baik lahiriah maupun batiniah.

Pak Pramono melepas ciumannya, dan beralih menuju bukit kembar miliknya.

"Oughkk... Pak... Aahkk... Ahkk..." Dewi mendekap kepala Pak Pramono yang tengah terbenam diantara kedua gunung kembar miliknya.

Sluuuppss.... Sluuuuuppss.... Sluuuuppss.... Sluuupppss... Sluuuppppsss.... Sluuuuuppppss....

Sluuuppss.... Sluuuuuppss.... Sluuuuppss.... Sluuupppss... Sluuuppppsss.... Sluuuuuppppss....

Secara bergantian Pak Pramono menghisap payudara Dewi, lidahnya mengitari aurolanya, menyentil puttingnya yang telah mengeras, dan menghisap, lalu menggigit puting miliknya.

Sealim apapun Dewi, ia tetaplah seorang wanita yang tidak mampu bertahan dari setiap sentuhan lawan jenisnya. Walaupun terkadang di sela-sela kenikmatan yang ia dapatkan, wajah Suaminya terkadang muncul di dalam benaknya.

"Bapak buka ya Nak Gamisnya?" Ujar Pak Pramono.

Dewi mengangguk pasrah, ia sungguh menginginkan Pak Pramono melakukan lebih dari ciuman kepada dirinya.

Pak Pramono membelai jilbab Dewi yang sewarna dengan gamisnya, lalu ia kembali berbisik di dekat telinga Dewi yang tertutup jilbab. "Bapak tidak mendengar apapun sayang!" Katanya, sembari menghembuskan nafasnya di telinga Dewi.

"Te... telanjangi Dewi Pak!" Pinta Dewi.

"Kurang jelas."

"Pak... Dewi mohon telanjangi Dewi Pak, buka gamis Dewi Pak... telanjangi Dewi Pak." Pinta Dewi, dia sangat bergairah, tapi ia juga sedih karena harus memohon kepada pria yang bukan Suaminya.

"Baiklah kalau itu yang kamu pinta sayang!" Senyum Pak Pramono sumringah.

Dia menarik lepas gamis Dewi yang menyangkut di bawah payudaranya, lalu melepaskannya hingga melewati kedua kaki jenjang Dewi yang di lapisi leging ketat dan kaos kaki sepanjang betisnya.

Kemudian jarinya memembelai paha Dewi, naik hingga ke selangkangannya, reflek Dewi menjepit jari Pak Pramono yang berada di selangkangannya.

"Nak Dewi..."

"Pak... Aahkkk... Geli Pak... Aahkk... Dewi sudah gak tahan Pak..." Rengek Dewi, tubuhnya menggeliat bagaikan cacing kepanasan.

"Nak Dewi mau minta apa?" Goda Pak Pramono.

"Zina Pak... Zinahin Dewi Pak.... Dewi mau berzina sama Bapak... Aahkkk.... gak tahan Pak... jangan siksa Dewi, cepat zinahin Dewi Pak." Histeris Dewi, semakin lama ia semakin tersiksa dan merasa sudah tidak kuat lagi.

Ini adalah momen yang paling di sukai Pak Pramono, ketika ia berhasil membuat seorang Ahkwat sealim Dewi tak lagi bisa mengontrol dirinya.

Walaupun di usia penghujungnya, ia masih mampu menaklukan wanita bersuami seperti Dewi.

"Bagaimana dengan Suamimu Nak?"

"Dia tidak ada di sini Pak... Aahkkk... Zinahin saya Pak." Pinta Dewi.

Kemudian Pak Pramono segera melepas leging berikut dengan celana dalam Dewi yang ternyata sudah sangat basah. Menyisakan kaos kaki yang masih setia membalut kaki dan betis Dewi.

Sekarang giliran Pak Pramono yang menelanjangi dirinya sendiri, melepas setiap pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini hingga telanjang bulat.

Kemudian ia meminta Dewi untuk melakukan gaya 69 yang langsung di Amini Dewi.

Pak Pramono berbaring di sofa, sementara Dewi merangkak naik keatas tubuh Pak Pramono, wajahnya yang putih memerah itu menghadap kearah penis Pak Pramono yang telah menegang maksimal.

"Hisap Nak." Suruh Pak Pramono.

Dewi mengangguk, lalu dia mulai menjilati penis Pak Pramono, seperti ia menjilati es krim kesukaannya. Sementara Pak Pramono menjilati bibir vaginanya.

Sluuuppss.... Sluuuuuppss.... Sluuuuppss.... Sluuupppss... Sluuuppppsss.... Sluuuuuppppss....

Sluuuppss.... Sluuuuuppss.... Sluuuuppss.... Sluuupppss... Sluuuppppsss.... Sluuuuuppppss....

"Ooohkk... Hmmmm... Hmmmmpp...."

Slooookkss... Sloooooskk... Teeeeeekkk... Tekkkkk.... Teekkkks.... Sloooppss... Sloooppss....

Dewi semakin bersemangat bermain dengan penis Pak Pramono, dia mengulum, menghisap penis Pak Pramono yang di selingi dengan kocokan tangannya di batang besar milik Pak Pramono.

Sementara Pak Pramono menjilati bibir vagina Dewi yang merah, dan menggelitik klitorisnya.

Tak butuh waktu lama, tubuh Dewi menegang seiring dengan ledakan orgasme yang ia rasakan. "Aahkk... aku dapat Pak..." Erang Dewi.

Seeeeeeeeerrr.... Seeeeeeerrr.... Seeeeerrrr....

Pantat Dewi bergerak patah-patah seiring dengan ledakan orgasmenya barusan.

Pak Pramono bangkit, lalu menduduki Dewi diatas Sofa, dia memposisikan kedua kaki Dewi dengan posisi mengangkang, sehingga bibir vagina Dewi terkuak di balik rimbunan rambut kemaluannya.

"Kamu seksi sekali Nak!" Puji Pak Pramono. "Memekmu pasti sangat gatal." Goda Pak Pramono sembari menggesek penisnya diantara lipatan bibir vaginanya.

Dewi menggigit bibir bawahnya. "Masukan Pak, Aahkk... Zinahi saya Pak." Pinta Dewi.

"Kamu suka kontol Nak?" Tanya Pak Pramono, dia mulai mendorong penisnya, menembus lipatan bibir vagina Dewi yang telah basah.

Tubuh Dewi menegang, merasakan setiap inci gesekan antara penis Pak Pramono dan dinding vaginanya. "Aahkk... Pak... Saya suka... sukaaa kontol Pak..." Erang panjang Dewi, menikmati penis Pak Pramono di dalam vaginanya.

"Hahahaha..." Tawa Pak Pramono senang.

Dia mencengkram kedua bagian dalam lutut Dewi, sehingga lutut Dewi sejajar dengan wajahnya, sementara pinggulnya bergerak liar maju mundur menyodok vagina Dewi yang terasa menjepit erat penisnya.

Sembari menyetubuhi Dewi, Pak Pramono memandangi wajah cantik Dewi yang bersemu merah.

Nafsunya bergejolak menatap Dewi yang mengenakan jilbab lebar. Sesekali wanita alim itu mengerang, merintih menikmati setiap hujaman yang ia berikan. Dan tidak butuh waktu lama baginya untuk memuaskan shawat terpendam di dalam dirinya Dewi.

"Pak... Aaarrrtt... saya keluaaaar...." Teriak Dewi keras.

Plopss...

Pak Pramono mencabut penisnya, seiring dengan semburan hangat cairan cinta Dewi yang memancar deras keluar dari dalam vaginanya.

Tubuhnya yang dalam keadaan setengah telanjang menggelinjang, dengan di iringi ledakan orgasme yang membuatnya mengalami squirt hebat. Mata Dewi merem melek sanking nikmatnya.

"Kita ganti gaya sayang." Pinta Pak Pramono.

Dewi mengangguk, kemudian dia memutar tubuhnya, lututnya ia jatuhkan keantai, sementara dadanya ia tempelkan keatas dudukan sofa. Sementara itu dari belakang Pak Pramono mengarahkan penisnya di depan vagina Dewi.

Dia mendorong perlahan penisnya masuk kedalam vagina Dewi. "Oughk..." Erang Dewi.

Dengan gerakan perlahan Pak Pramono kembali memompa vagina Dewi, menikmati jepitan vagina Dewi di batang kemaluannya.

"Pak... Aahkkk... teruuus... enak Pak... sodok lebih cepat Pak... Aahkk... Aahkk..." Erang Dewi, dia menikmati setiap hentakan penis Pak Pramono di dalam vaginanya.

Plooookkss... Plooookkss... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...

"Nikmat sekali memekmu Nak." Erang Pak Pramono.

Sembari memompa vagina Dewi, dia menampar pantat bulat Dewi yang menggoda. "Plaak... Plaakk... Plakk." Gairahnya makin terbakar.

"Pak... Oughkk... kontol Bapak besar sekali! Memek Dewi sampe melar Pak... Aahkk... Pak... Aahkk..." Tubuh Dewi tersentak sentak merasakan penis Pak Pramono yang tanpa jeda menyodok vaginanya.

"Hahahaha... besaran mana sama punya Suami kamu." Pancing Pak Pramono.

"Besar punya Bapak... Aahkk... Pak... sudah... Ahkkk.. enak Pak... Ohkk..." Ceracau Dewi semakin kencang dan tidak jelas apa yang ia katakan.

"Hahahaha... " Tawa bangga Pak Pramono.

Kemudian dia mengangkat satu kaki Dewi, dan ia letakan kaki Dewi diatasi sofa, sehingga pose Dewi terlihat seperti hewan berkaki empat yang sedang buang air.

Pak Pramono semakin dalam menghujani vagina Dewi, menjelajahi syurgawi milik Dewi, kepala penisnya beberapa kali menabrak dinding rahim Dewi, sanking panjang penisnya. Tak butuh waktu lama, Dewi kembali mendapatkan orgasmenya.

"Pak... Dewi keluaaar...."

"Oohkk... Bapak juga Nak...." Histeris Pak Pramono.

Secara bersamaan mereka menikmati puncak hubungan terlarang yang mereka lakukan. Tubuh keduanya yang bermandikan keringat, tampak terguncang hebat bagaikan terkena gempa besar yang melanda tubuh mereka, meluluhlantakkan tubuh mereka.

Sementara itu, di balik pintu kamar, tampak seorang gadis menggigit bibirnya, sedang duduk bersimpuh sembari berusaha menutupi kedua telinganya.

Creeetss... Creeeetss....

"Ahkkk..." Desah sang gadis berhijab hijau.

----------
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd