Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
mau lihat aziza masturbasi di bantu sama pramono...
 
ayooo suhu... dah ga sabar nih mau lihat masturbasinya ziza...
apaalgi kalau 3some sama dewi...wowww
 
Pov Aziza



"Astagfirullah..."

Aku memejamkan mataku, ketika tiba-tiba dari atas kepalaku ada pasir mengalir.

Kulihat Mas Aldo tersenyum puas setelah membuat kepalaku kini di penuhi oleh pasir pantai. Entah aku harus marah, atau malah merasa bahagia. Saat ini bagiku marah dan bahagia itu bedanya sangat tipis, sehingga aku sendiri sangat sulit menebak perasaanku sendiri.

Aku meraup pasir dengan tanganku, lalu melemparkan kearah dirinya yang berlari berusaha menghindar. Aku mencoba mengejarnya.

Kuambil kembali pasir pantai, sembari berlari, menerjang air laut setinggi betis ku. Tentu sangat sulit bagiku mengejar Mas Aldo dengan gamis panjang yang ku kenakan, sehingga mempersulit ku untuk berlari.

Byuuuurr...
Mas Aldo terjatuh, membuatku akhirnya berhasil mengejarnya, dan melemparkan pasir di tubuhnya. Oh Tuhan... aku merasa sangat senang sekali.

Aku berlarian ketengah lautan berusaha menghindari dari kejarannya. Kulihat kebelakang, di tangannya kini ada setumpuk pasir yang siap ia lemparkan kepadaku.

"Za... jangan ketengah!" Sayup-sayup aku mendengarnya berteriak.

Tapi aku tidak menggubrisnya, yang ada aku malah tertawa dalam diam. Aku senang karena ia tidak berhasil mengejar ku. Aku merasa menang darinya, membuatku sangat bahagia, sebuah perasaan lepas yang baru kali ini aku rasakan.

"Zizaaaaaaaa...." Dia memekik keras.

Byuuuurss...
Ombak besar tiba-tiba menghantamku, mendorong tubuhku dengan keras, menggulung tubuhku dengan cepat tanpa memberiku kesempatan untuk menghindar.

Oh Tuhan....
Apakah aku akan mati di sini?

-----------

Outhor pov



Sehabis makan malam, Dewi dan Furqon kembali ke kamar mereka. Dewi duduk di depan cermin dengan gelisah, sementara Suaminya, duduk di tempat tidur sembari membuka bungkus obat kuat yang baru saja ia beli di tokoh jamu.

Rasanya ia sudah tidak sabar, ingin kembali menikmati tubuh Istrinya. Ia bertekad malam ini akan menghabiskan waktu bersama Istrinya.

Dewi menghela nafas pelan, setelah membalas pesan untuk seseorang, lalu ia membenarkan posisi jilbab yang agak berantakan. Setelah yakin dengan penampilannya, Dewi menghampiri Suaminya.

Furqon tersenyum menyambutnya. "Di minum sayang!" Tawar Furqon untuk Istrinya.

"Ini apa Mas?" Tanya Dewi bingung.

"Bukan apa-apa, hanya obat biasa, biar segar gak gampang capek." Jelas Furqon, padahal minuman yang ia berikan kepada Dewi adalah obat perangsang, untuk meningkatkan gairah Istrinya.

"Terimakasih Mas." Dewi tersenyum, lalu meminum minuman pemberian Suaminya.

Melihat Istrinya meminum habis obat perangsang pemberiannya, Furqon tersenyum senang, ia membayangkan malam yang panjang bersama sang Istri tercinta yang sudah lama tidak bertemu.

Selesai menghabiskan minuman tersebut, Dewi meletakan kembali botol minuman itu di atas tempat tidur. "Oh ya Mas, malam ini aku pergi dulu ya." Ujar Dewi, meminta izin kepada Suaminya.

Furqon merenyitkan keningnya. "Mau kemana kamu sayang?" Tanya Furqon, ia tidak rela kalau Istrinya pergi meninggalkan dirinya.

"Mau ikut pengajian Mas." Jawab Dewi, ia duduk di samping Suaminya.

"Pengajian?"

"Iya... kami memang rutin mengadakan pengajian setiap akhir pekan." Ujar Dewi menjelaskan kepada Suaminya, ia tau pasti Suaminya tidak suka.

Furqon diam sejenak, ia mencoba mencari alasan agar Istrinya tidak pergi.

Sungguh sangat sulit baginya untuk bisa bertemu dengan Istrinya, tapi sekarang Istrinya malah mau pergi meninggalkan dirinya, walaupun tujuan Dewi memang sangat baik untuk mempertebal keimanannya, tapi yang menjadi masalah, ia baru saja meminum obat kuat yang baru saja ia beli.

Furqon mendesah berulang kali, darahnya mulai terasa mendidih, terbakar birahi, sementara penisnya mulai mengeras rasanya ia tidak sanggup kalau harus melewati waktu yang cukup lama tanpa Istrinya.

"Hanya sebentar Mas, kita masih punya banyak waktu." Bujuk Dewi.

Helaan berat terdengar dari nafas Furqon. "Tapi jangan terlalu lama yang Mi." Pinta Furqon kepada Istrinya, yang di sambut dengan senyuman.

"Iya Bi, cuman sebentar." Jawab Dewi.



--------

Pov Aziza



"Sepi..." Gumamku.

Aku berjalan di tengah kegelapan, tak ada apapun di sekitarku kecuali kegelapan. Entah ada di mana aku sekarang, seingatku tadi aku sedang bermain air di pantai, bersama seorang pemuda yang amat aku cintai, tapi tiba-tiba ada ombak besar yang menyeretku.

Oh Tuhan...
Apakah aku sudah mati? Terus dimana kekasih hatiku, apa dia baik-baik saja.

"Ziza... Ziza..."

Sayup-sayup aku mendengar suara kekasih hatiku, memanggil-manggil namaku, membuat langkahku terhenti. Aku mencoba mencari sumber suara itu, tapi aku tidak menemukannya.

"Sayang... di mana kamu?" Aku berteriak histeris. "Tolooong... tolooong aku..." Kataku, berusaha menganggil-manggil kekasih hatiku

"Aku di sini jangan takut." Katanya lagi.

Perlahan kulihat ada cahaya terang di ujung jalan, kulangkahkan kakiku menuju cahaya tersebut, hingga akhirnya aku berhasil mencapainya, dan dalam sekejap mataku mendadak silau, aku tak bisa melihat apapun.

----------

Pov Outhor.

Dengan perlahan Dewi menutup pintu kamarnya, ia sempat melihat Suaminya yang sedang berbaring, ada perasaan menyesal di dalam dirinya, karena telah membohongi Suaminya, walaupun ia merasa tidak sepenuhnya berbohong, karena malam ini sejatinya ia memang ada pengajian, tapi ia sudah mengabari sahabatnya kalau ia tidak bisa datang.

Dewi berjalan beberapa langkah, menuju kamar yang ada di sampingnya, lalu dengan perlahan ia membuka pintu kamar yang berada tepat di samping kamar Suaminya.

Saat pintu terbuka, Dewi di sambut oleh sebuah senyuman seorang pria yang lebih layak menjadi orang tuanya.

"Kemarilah sayang." Panggil Pak Pramono.

Dengan langkah gemetar Dewi menghampiri Pak Pramono, dia berdiri di hadapan Pak Pramono sembari meremas-remas jarinya, sementara matanya mulai memerah.

Ia ingin sekali menangis, meledakan emosinya yang ia tahan sedari tadi, tapi ia ingin terlihat tegar di hadapan pria tua yang sangat ia benci saat ini. Tapi pria tua itu, tak bisa ia bohongi, apa yang di rasakan Dewi saat ini sudah ketahui olehnya, sehingga ia tau apa yang harus di lakukan nya.

"Kemarilah... duduk di pangkuan Bapak." Suruhnya.

Dewi menggigit bibir bawahnya, lalu dengan perlahan ia menjatuhkan pantatnya di atas pangkuan Pak Pramono. Dengan sigap Pak Pramono memeluk pinggangnya yang ramping.

Sementara Dewi hanya diam saja, walaupun hatinya saat ini menjerit pilu, karena membiarkan pria lain selain Suaminya memeluk dirinya dengan mesrah. Ia merasa sangat berdosa terhadap Suaminya.

"Kamu kenapa Nak? Cerita sama Bapak." Bujuk Pak Pramono.

"Tolooong Pak..." Pinta Dewi.

Pak Pramono tersenyum kecil. "Tolong kenapa sayang? Coba cerita ke Bapak, apa yang kamu mau." Bisik Pak Pramono sembari mencium pundak Dewi yang tertutup gamis.

"A... ada Suami saya Pak."

"Di mana dia? Apa dia tau kamu ke kamar saya?" Tanya Pak Pramono, tangannya yang melingkar di perut Dewi, naik menuju payudaranya, dia meremas lembut payudara Dewi yang terasa kenyal di telapak tangannya.

"Aahkk..." Desah Dewi.

Obat perangsang yang sempat ia minum, perlahan mulai bereaksi sehingga ia sangat sensitif ketika bagian tubuhnya di sentuh. Menjadi keuntungan besar bagi Pak Pramono.

Sembari meremas payudara Dewi, Pak Pramono mengendus aroma tubuh Dewi.

"Kamu belum menjawab pertanyaan Bapak Nak!" Ujarnya.

"Su... Suami saya ada di kamar sebelah Pak! Aahkk... Pak... Eengkkk... Su... Suami... Sa... Saya... Aahkk... tidak tau... Aahkk... dia tidak tau... kalau... sayaaa... di sini... Aahkk... bersama Bapaaaak... Oohkk..." Jawab Dewi terputus-putus, birahinya mulai terasa meledak.

Dengan perlahan Pak Pramono membuka kancing gamis Dewi, lalu tangannya menyusup masuk kedalam gamis dan bra yang di kenakan Dewi, dia menyentuh puting Dewi yang ternyata sudah sangat mengeras.

Sementara tangannya satunya lagi menarik keatas bagian bawah gamis Dewi, melewati betisnya yang tertutup kaos kaki panjang hingga melewati lututnya, dan pahanya yang mulus mulai terekspose. Wajah Dewi memerah, ia merasa sangat malu, walaupun Pak Pramono sudah terbiasa melihatnya telanjang bulat, bahkan menidurinya.

"Tolooong Pak... untuk hari ini, jangan sentuh saya." Melas Dewi, matanya terlihat berlinang.

"Kenapa sayang?" Tanya Pak Pramono.

Dewi kembali menggigit bibirnya. "Saya... ingin... Aahkk... bersama Suami saya Pak..." Pinta Dewi, pahanya gemetar ketika merasakan elusan di pahanya.

"Bapak mengerti Nak." Jawab Pak Pramono. "Pasti berat bagi wanita setia seperti kamu harus meninggalkan Suamimu, dan tidur dengan pria lain." Bisik Pak Pramono, sembari memilin puting Dewi. "Kalau kamu mau menangis, menangislah Nak, tidak ada yang melarang kamu menangis." Lanjut Pak Pramono.

Memang benar apa yang di katakan Pak Pramono, sebagai seorang Istri yang setia, tentu saja Dewi merasa sangat bersalah terhadap Suaminya. Tapi ia juga tak bisa menolak perintah Pak Pramono kepada dirinya.

Perlahan tangisnya pecah, air matanya berlinang membasahi kedua pipinya, sementara Pak Pramono semakin erat mendekap tubuh indahnya.

"Hiks... Hiks... Hikss...." Tangis Dewi. "Saya merasa sangat berdosa Pak... saya merasa bersalah." Katanya jujur dari hatinya yang terdalam.

Pak Pramono mengecup ubun-ubun kepala Dewi. "Tidak ada yang menyalahkanmu sayang, jangan bersedih... kamu tidak bersalah Nak... Bapak yang salah, karena memintamu, dan Suamimu yang salah karena tidak bisa memuaskan nafsu syahwatmu." Bisik Pak Prmano lembut.

Perlahan Pak Pramono menghapus air mata Dewi, sembari tersenyum lembut, membuat Dewi merasa nyaman dengan perlakuan Dosennya.

Walaupun Pak Pramono telah menghancurkan hidupnya, tapi sikap dewasa Pak Pramono, membuat rasanya bersalahnya berkurang banyak. Dan tanpa ia sadari, Dewi masuk kedalam perangkap Pak Pramono semakin jauh.

"Te... terimakasih Pak." Jawab Dewi.

Entah siapa yang memulai, bibir mereka berdua menyatu, saling melumat memberi rangsangan satu sama lain.

Sementara kedua tangan Pak Pramono semakin aktif merangsang tubuh Dewi, meremas payudaranya, memilin putingnya yang telah mengeras. Sementara tangan satunya lagi memijit vaginanya.

"Aahkk... Aaahkk..."

Selagi mereka bercumbu, tiba-tiba terdengar suara azan magrib, menyadarkan keduanya dari cumbuan mesrah mereka.

Pak Pramono melepas ciumannya, tampak benang air liur mereka menyatu ketika bibir keduanya tertarik lepas. Dewi menundukkan wajahnya karena malu.

"Kamu mau ibadah dulu?" Tawar Pak Pramono.

Dewi menggelengkan kepalanya. "Tidak Pak, saya mau ini cepat selesai Pak... karena... karena... Suami saya sudah menunggu saya." Jawab Dewi getir.

"Baiklah kalau itu yang kamu mau, tapi Bapak ragu kalau ini akan cepat selesai." Ujar Pak Pramono, yang di Amini Dewi di dalam hatinya.

------------

Pov Aziza

Aku mengerjapkan mataku, dan kudapatkan seseorang sedang mencium bibirku, sehingga aku dapat merasakan bibirnya yang kenyal. Dadaku bergemuruh, dan kurasakan tubuhku seakan meleleh oleh ciumannya, membuatku mematung membiarkan pemuda itu mencium bibirku.

Oh Tuhan...
Ini kali pertama aku di cium oleh seseorang, dan parahnya pria yang merenggut ciuman pertamaku bukanlah muhrimku.

Apa ini hanya ini mimpi? Tapi kenapa rasanya begitu nyaman? Perlahan ku pejamkan kembali mataku, nafasku yang tadi tercekak, kini dengan perlahan mulai kembali normal, walaupun dadaku masih terasa sesak.

Perlahan kurasakan bibirnya menjauh dari bibirku, dan pada saat bersamaan aku terbatuk. "Hokss... Hokss... Hokss..." Aku memuntahkan air asin yang berada di dalam mulutku, rasanya sangat tidak enak.

"Ziza... Ziza... kamu sudah sadar!" Katanya panik.

Aku mengangguk lemah. "A... apa yang terjadi?" Tanyaku polos kepadanya.

Kucoba mengalihkan pandanganku, dan aku hanya mendapatkan dirinya seorang. Tadi itu? Apa benar-benar nya nyata, atau hanya mimpi belaka.

"Untunglah kamu baik-baik saja." Katanya lega. "Ini minumlah dengan perlahan." Ia menyerahkan sebotol air mineral kepadaku, aku segera meminumnya dengan perlahan.

"Terimakasih." Kataku lemah.

"Sama-sama."

"Oh iya, tadi kamu ngapain?" Tanyaku polos.

"Lain kali jangan membuatku cemas." Katanya tanpa menjawab pertanyaan ku.

Ia tersenyum lega, lalu ia rebahkan tubuhnya di atas pasir, matanya menatap lurus ke langit-langit yang tampak mulai gelap, mungkin sebentar lagi akan magrib.

Aku segera duduk, sembari membenarkan jilbabku yang agak berantakan sembari mengatur nafas ku yang memburu. Dan tak lama kemudian aku mendengar suara kumandang azan. "Aku mau pulang." Kataku kepada dirinya, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan bibirku.

"Biar kuantar." Jawabnya cepat.

-----------

Pov Outhor.

Bibir mereka menyatu, saling melumat, dan menghisap, seakan mereka lupa akan status sosial mereka yang berbeda. Dewi yang berstatus Istri orang, seakan ia lupa kalau dirinya sudah bersuami, dan parahnya saat ini Suaminya sedang menunggu kedatangannya.

Pak Pramono membantu Dewi berdiri, lalu sembari berdiri mereka kembali berciuman, kedua tangan Pak Pramono meremasi pantat Dewi yang berisi.

Perlahan Pak Pramono mendorong tubuh Dewi Kedinding kamar, tanpa melepas ciuman mereka, Pak Pramono meremas payudara Dewi, dia menurunkan gamis Dewi hingga sebatas pinggul Dewi, menyingkap keatas branya, hingga sepasang payudaranya melompat keluar.

"Kamu seksi sekali Nak..." Bisik Pak Pramono.

Dewi membuka sedikit mulutnya, sembari menatap Pak Pramono dengan tatapan memelas. "Pak... Eengkk... cukup... saya ingin kembali ke Suami saya." Kata Dewi dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Suamimu ada di belakangmu, dia akan menunggumu sayang." Pak Pramono mencium leher Dewi. "Dia menunggumu, sampai kita selesai berzina." Lanjut Pak Pramono.

Tubuh Dewi bergetar, dia mengangkat jilbab lebarnya, mengizinkan Pak Pramono masuk kedalam jilbab Dewi, lalu Pak Pramono menciumi leher jenjang Dewi, mengecupnya dengan lembut, dan menikmatinya, membuat birahi Dewi makin tidak terkendali.

Pak Pramono menghisap leher Dewi, membuat beberapa bekas cupangan di leher Dewi.

"Oouhkk... Pak..." Desah Dewi, kakinya sampai berjinjit.

Tangan Pak Pramono menarik keatas bagian bawah gamis Dewi, lalu dia membelai vagina Dewi dari luar celana dalam Dewi yang kini sudah sangat basah.

Tubuh Dewi kian menegang, perasaan aneh menjalar kesuluruh tubuhnya, membuatnya makin melayang jauh, melupakan Suaminya yang tengah menunggunya di kamar sebelah.

"Bapak boleh nyusukan Nak?" Pinta Pak Pramono.

Dewi menggelengkan kepalanya. "Jangan Pak... ini milik Suami saya Pak." Tolak Dewi, dia menggigit lengannya sendiri, karena saat ini ia sudah sangat terangsang.

"Bapak hanya meminjamnya sebentar." Ujar Pak Pramono.

Dia membelai payudaranya Dewi. "Aahkkk..." Erang Dewi, dia tersentak ketika Pak Pramono memilih putingnya yang telah mengeras maksimal.

"Boleh ya Nak." Bujuk Pak Pramono.

Dewi kembali menatap pasrah kearah Pak Pramono. "Se... sebentar saja Pak..." Jawab Dewi, dan pada saat bersamaan Pak Pramono menghisap payudara Dewi. "Oughk... Pak... Aahkk... jangan di hisaaap... Itu... Aahkkk..." Erang Dewi tak terkendali merasakan hisapan Pak Pramono.

Sluuuppss.... Sluuuppss... Sluuuppss....

Pak Pramono menghisap puting Dewi, menggigit puting mungilnya, membuatnya vagina Dewi semakin gatal.

Jari Pak Pramono bergerilya di atas perut rata Dewi, lalu turun menyusup masuk kedalam celana dalam Dewi, membelai rambut kemaluan Dewi, hingga Dewi merasa sangat geli. Lalu jari itu turun menuju cliotorisnya.

"Ouhk Pak... Aahkk... saya gak kuat Pak." Orang Dewi.

Kedua kaki Dewi bergetar, sementara cairan kewanitaannya keluar semakin banyak.

Kedua jari Pak Pramono membuka bibir kemaluan Dewi, lalu dengan perlahan ia mendorong jarinya masuk kedalam peranakan Dewi yang sempit. Dengan gerakan perlahan Pak Pramono mengocok vagina Dewi, hingga wanita alim itu mengalami squirt, yang membuat tubuhnya tersentak.

"Oughkkk...." Lolongan Dewi.

Plooppss...
Pak Pramono mencabut jarinya, lalu mengangkatnya ke depan wajah Dewi.

Perlahan Pak Pramono membelai bibir Dewi, membuat Dewi reflek membuka mulutnya, dan membiarkan jari Pak Pramono yang basah karena squirtnya memasuki mulutnya. Tanpa di minta Dewi menghisap jari Pak Pramono.

"Enak kan Nak?" Goda Pak Pramono.

Dewi enggan menjawabnya, karena ia merasa sangat malu telah menelan lendirnya sendiri.

Kemudian Pak Pramono meminta Dewi berlutut, dengan perlahan Dewi mengelus kemaluan Pak Pramono yang masih berada di dalam celananya, lalu dia membuka ikat pinggang Pak Pramono, di lanjutkan dengan menanggalkan celana Pak Pramono, hingga penis Pak Pramono melompat keluar.

Dewi mengulum bibirnya sendiri, sembari membelai Batang kemaluan Pak Pramono yang telah tegang maksimal, sangat besar di bandingkan milik Suaminya, dan sangat keras, berbeda dengan milik Suaminya yang terlalu lembek.

Jemari lembut itu mengocoknya dengan lembut, merasakan tekstur penis Pak Pramono yang sekeras batu. Dewi menatap Pak Pramono seakan meminta izin untuk menghisapnya.

"Oral penis Bapak Nak..." Suruh Pak Pramono.



Dewi mencucup terlebih dahulu penis Pak Pramono yang terasa asin, kemudian dia membuka mulutnya selebar mungkin, dan memasukan benda haram itu kedalam mulutnya.

Sembari menerima oralan Dewi, Pak Pramono membelai kepala Dewi yang tertutup jilbab. "Sluuupss... Sluuuppss... Sluuupss..." Dewi terlihat begitu bersemangat mengoral penis Pak Pramono yang sangat besar.

Setelah beberapa menit lamanya, Pak Pramono menarik dagu Dewi, hingga penisnya terlepas, lalu Pak Pramono melumat bibir Dewi dengan rakus, sembari membantu Dewi untuk kembali berdiri tegak.

Dia memutar tubuh Dewi kembali menghadap dinding, menyingkap tinggi gamisnya.

"Wow..." Gumam Pak Pramono.

Plaak....
Tamparan keras mendarat di pantat Dewi, hingga pantatnya terguncang keras.

Lalu Pak Pramono meloloskan sisa gamis yang di kenakan Dewi, berikut celana dalamnya sehingga bagian bawah Dewi kini benar-benar tak terlindung oleh apapun, membuat mata liar Pak Pramono semakin leluasa menatapnya.

Dia membelai pantat Dewi, lalu mulai menciumi pantat Dewi. "Aahkk... Pak... Eengkk..." Desah Dewi keenakan merasakan ciuman Pak Pramono.

Jari Pak Pramono membuka lipatan bibir vagina Dewi, lalu dia melumat bibir merah vagina Dewi yang terasa begitu gurih, membuat Dewi terlonjak, merasakan getaran bibir Pak Pramono di vaginanya.

Ciuman Pak Pramono naik kembali kepantar semoknya, lalu lidahnya menyusup masuk ke sela-sela lipatan pantat Dewi, ujung lidahnya yang hangat menyentuh lobang anus Dewi yang berwarna merah hati, membuat Dewi kaget setengah mati merasakan sapuan lidahnya.

"Aahkk..." Dewi mengepal kedua tangannya. "Ja... jangan... Aahkk... jangan Pak... joroook... Ohkk... jangan jilat anusku Pak... Aahkkk... Aahkkk...." Erang Dewi keenakan.

Lida Pak Pramono mengitari cincin anusnya, lalu berhenti tepat di lobangnya, lalu ia menusukan ujung lidahnya, mengorek liang anus Dewi, membuat Dewi makin kegelian karena nikmatnya jilatan Pak Pramono.

Setelah puas menjilati anus Dewi, Pak Pramono kemudian menegakkan tubuhnya, dia memposisikan penisnya di lobang vagina Dewi yang merekah.

"Aku masukan sekarang ya Nak!" Bujuk Pak Pramono.

Dewi diam sejenak, ia menatap sedih dinding batu yang ada di depannya saat ini. Entah kenapa, ia seakan melihat Suaminya yang sedang menunggu dirinya.

Oh Tuhan...
Dewi merasa sangat bersalah, karena ia lebih memilih memuaskan nafsu birahi Pak Pramono.

Sejenak ia teringat dengan ucapan Pak Pramono, kalau dirinya tidak sepenuhnya salah, ini salah Pak Pramono yang memaksanya untuk melayaninya, dan ini salah Suaminya karena tidak pernah mampu memuaskannya.

Dewi menoleh kearah Pak Pramono dan menganggukkan kepalanya. "Masukan Pak..." Bisik Dewi nyaris tak terdengar, Dewipun tak menyangka kalau ia akan memintanya.

"Kamu pasti menikmatinya."

Perlahan Pak Pramono mendorong penisnya, menerobos liang Dewi yang terasa begitu sempit. "Oughkk... keras Pak... Aahkk... Teruuus Pak..." Desah Dewi.

"Nikmat sekali memekmu Nak...."

"Aahkkk... Aahkkk... Teruuuus Pak, tusuk lebih dalam... Aahkkk... Enaaak... enaaak..." Ceracau Dewi tak jelas, ia sangat menikmati penetrasi yang di lakukan Pak Pramono.

Pak Pramono mencengkram pantat Dewi, sembari menggoyangkan pinggulnya maju mundur, menyeruak masuk kedalam vagina Dewi. Tubuh Dewi tersentak merasakan Hujaman penis Pak Pramono.

Plooookkss.... Ploooookkss.... Plooookkss... Plooookkss.... Ploooookkksss.... Ploooookkkss... Plooookkss....

Plooookkss.... Ploooookkss.... Plooookkss... Plooookkss.... Ploooookkksss.... Ploooookkkss... Plooookkss....



Pak Pramono menghentak penisnya, masuk semakin dalam ke dalam vagina Dewi, bahkan kepala penisnya sampai menabrak dinding rahim Dewi.

"Enak sekali memekmu Nak." Ceracau Dewi.

Dewi ikut menggoyang pantat semoknya. "Aahkk... enak Pak! Oohkk... Aahkk... Aaahkk... saya gak kuat Pak! Penis Bapak terlalu besar... Aahkk... Aahkk...." Erang Dewi.

"Ini namanya kontol Nak..." Protes Pak Pramono sembari meremas pantat Dewi.

"Konyol... Aahkk... kontoool... Ampuuun... Aahkk..." Desah Dewi.

Tubuh indahnya telonjak merasakan serbuan penis Pak Pramono di dalam vaginanya. Ia menyodok semakin cepat penisnya di dalam vagina Dewi yang semakin basah, ia sangat senang karena berhasil membuat wanita sealim Dewi bertekuk lutut di hadapan dirinya yang sudah ber umur.

Sementara Dewi sendiri tidak mengerti kenapa ia sangat bergairah setiap kali bersama Pak Pramono, berbeda sekali ketika ia bersama Suaminya.

Plooookkss.... Ploooookkss.... Plooookkss... Plooookkss.... Ploooookkksss.... Ploooookkkss... Plooookkss....

"Pak... aku mau keluar... Aahkkk..."

"Keluarkan sayang, jangan di tahan... puaskan dirimu Nak, balaskan ketidak puasanmu dari Suamimu." Ujar Pak Pramono memprovokator Dewi.

"Aaaahkk... aku Daaapaaaat...." Pekik Dewi.

Seeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrr.......

Ploppss....

Pak Pramono mencabut penisnya, membiarkan squirt Dewi berhamburan keluar tanpa penghalang. Selama beberapa detik pantat Dewi tersentak-sentak membuat tubuhnya limbung, beruntung Pak Pramono dengan sigap menahan tubuhnya.

Kemudian Pak Pramono membawa Dewi keatas tempat tidurnya, sebelum masuk ke ronde berikutnya, Pak Pramono menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjanh bulat, kemudian ia mengangkat satu kaki jenjang Dewi keatas pundaknya, lalu dia menggesek lembut Batang kemaluannya di bibir vagina Dewi.

"Masih bisa lanjutkan Nak?" Tanya Pak Pramono.

Dewi mengangguk kecil. "Masukan Pak... tapi pelan-pelan." Pinta Dewj pasrah.

Gadis alim itu membuka sendiri tali bra nya yang masih menyangkut di badannya, dan melemparnya ke sembarang arah. Pak Pramono tersenyum senang, karena Dewi benar-benar menginginkan perzinahan ini. Tangan kanan Pak Pramono meremas payudara Dewi.

Dengan perlahan penis Pak Pramono kembali menembus vaginanya, membuat mata indah Dewi terbelalak merasakan penis Pak Pramono di dalam vaginanya.

Kedua tangannya mencengkram seprei tempat tidurnya, ketika penis Pak Pramono kembali mengaduk vaginanya.

"Pak... Aahkk... Aahkk..." Desah Dewi.

"Nikmat sekali memekmu Nak... apa tadi Suamimu sudah menikmati memekmu?" Tanya Pak Pramono, sembari melakukan penetrasi di dalam vagina Dewi, dia memilih putting Dewi yang telah mengeras.

"I... Aahkkk... Iyaaaa... Pak... Oohkk..."

"Apa kamu puas sayang?"

Plooookkss.... Ploooookkss.... Plooookkss... Plooookkss.... Ploooookkksss.... Ploooookkkss... Plooookkss....

"Pak... Oohkkk... Tidaaaak... Aahkkk... sayaaa tidaaak Puaaas... Teruuus Pak... sodok lebih cepaaat... saya mau sampe lagi Paaaak... Aahkkk.... Aahkkk...." Tubuh Dewi yang bermandikan keringat menggeliat bagaikan cacing kepanasan.

"Kasian kamu sayang... biar Bapak yang memuaskan nafau syahwat kamu sayang..." Ujar Pak Pramono menyeringai, sembari menghentak penisnya.

"Iyaaaa Pak... puaskan sayaaa... Aahkkk...." Erang Dewi.

Untuk kesekian kalinya ia kembali mendapatkan squirtnya, membuat Dewi semakin lupa diri.

Pak Pramono kembali merubah posisi, ia meminta Dewi menungging, ia memang paling suka dengan gaya ini, karena ia merasa semakin berkuasa atas tubuh Dewi. Dari belakang ia kembali menghujami vagina Dewi dengan penisnya. "Ploookkss.... Plooiookkss...." Sembari menyodok vagina Dewi, dia menampar pantat Dewi.

"Bapak mau keluaaar Nak...."

"Keluarin di dalam aja Pak... Aahkk... Enak Pak..." Erang Dewi keenakan.

"Aaaahkk.... Aku akan menghamilimu Nak...."

Crooooorss.... Crooootsss... Crooootsss...

Pak Pramono menyemburkan lahar panasnya kedalam vagina Dewi dengan jumlah cukup banyak. Dewi mengejan merasakan sperma Pak Pramono, yang membuatnya kembali mencapai klimaksnya.

Screeeetrss... Creeettsss... Creeeetsss...



--------------

Pov Outhor


Ustadzah Aisyah

"Assalamualaikum Aisyah."

"Waalaikum salam Mbak."

"Gimana kabar anak saya? Apa dia baik-baik saja..."

"Alhamdulillah dia baik-baik saja Mbak, dia anak baik, insya Allah Tuhan akan menjaganya.."

"Terimakasih ya Aisya, saya takut, masa lalu saya terulang kembali."

"Saya berjanji akan selalu mengawasinya."

"Terimakasih Aisya, dan maafkan saya."

-------------
 
Keren bangettt wes... Udh nunggu bbrp hari hahahaha akhirnya terbayarkan... #nungguDekZizaDisodok
 
Karakter pramono ane suka
Srigala tua penikmat wanita
Bukan dengan sikap keras Yang memaksa
Cukup kata penyesalan Yang memperdaya

Oooohhh srigala tua
Kapan kau jebol Azizaa
 
Karakter pramono ane suka
Srigala tua penikmat wanita
Bukan dengan sikap keras Yang memaksa
Cukup kata penyesalan Yang memperdaya

Oooohhh srigala tua
Kapan kau jebol Azizaa

setuju suhuuu...

lebih baik di lecehkan dulu azizanya..

tapi kapan???
 
Siapa pemuda bersama Azizah?
Aldo Om

wah...ada tokoh baru sepertinya...bikin penasaran aja...hihiu
Iya Om, tpi tokohnya saat ini cuman numpang lewat doang Om

Langsung crootttss makasih suhu
Ditunggu part2 berikutnya
Sama2 Om... terimakasih kembali.

Keren bangettt wes... Udh nunggu bbrp hari hahahaha akhirnya terbayarkan... #nungguDekZizaDisodok
Saya senang kalau Om puas.

Karakter pramono ane suka
Srigala tua penikmat wanita
Bukan dengan sikap keras Yang memaksa
Cukup kata penyesalan Yang memperdaya

Oooohhh srigala tua
Kapan kau jebol Azizaa
Di tunggu aja Om

Dewi ini msh munafik yaa
Pdhl ketahigan
Ya begitulah wanita Om, hehehe...

Cakep gaannn
Terimakasih.

setuju suhuuu...

lebih baik di lecehkan dulu azizanya..

tapi kapan???
Entah saya jga gak tau kapan Om, hehehe...
 
kok cuma numpang lewat?
gk sekalian digarap om?

azizah kapan ya?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd