Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Ayo lanjutken suhu, kalo udah tamat ajukan ke bangbr*s buat filmnya, judulnya the advanture of religious girls, starring mia khalifa wkwkwk
 
selalu dlm cerita 'perjalanan seorang akhwat' yg pertama dicari adalah cerita mengenai aziza...
sebab dia adalah salah satu yg membuat kita terbawa suasananya.. asli bikin mupeng...

klau aziza tdk ada memang berkurang nilainya tapi tetap masih ada yg di tunggu yaitu firza dan adiknya.. ini juga bikin horny walau ga sehebat aziza ...

klau mereka berdua ga ada di cerita ini...
yachhh mirip cerita biasa aja.. ga ada yg istimewa..
ga ada yg perlu di tunggu...
 
Setelah sekian lama hanya membaca, aku beranikan diri untuk mengkomen,
Ceritanya bikin penasaran, cuman kadang saya merasa sebegitu gampangnya perempuan mencapai klimaksnya, padahal rasanya itu susah, hehe itu saja. Terimakasih
 
sabarrrrr.... sebentar lagi film akan segera di putar..

harap penonton yg sdh mempunyai karcis segera masuk ke bioskop....

yg belum punya karcis bisa beli disini....
 
Sory, kelupaan..

Perlahan Ustadza Aisyah bangun dari tempat tidurnya, ia kembali mengenakan pakaiannya yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Satu persatu ia mengenakan kembali pakaiannya, hingga tubuh indahnya yang tadi terpampang indah, kini kembali tertutup rapat.

Penampilan Ustadza Aisya yang tadi bak pelacur, kini berubah menjadi seorang wanita Soleha.

Sejenak ia memandangi dirinya di depan cermin, dirinya yang terlihat seperti bidadari surga. Dia tersenyum sinis memandang dirinya.

"Pelacur." Bisiknya lembut.

Dulu dirinya adalah gadis remaja yang polos, alim dan Soleha, tapi semuanya berubah, ketika ia mengenal cinta, kini ia tak lebih dari seorang pelacur murahan, yang membiarkan banyak pria menikmati setiap inci tubuhnya.

Kisah ini di mulai ketika salah satu sahabat karibnya memperkenalkan dirinya dengan ihkwan yang katanya Soleh dan baik.

Sebagai gadis polos ia begitu mempercayai sang ihkwan, tapi siapa yang menyangka, ternyata sang ihkwan tak sebaik yang di kira, pemuda itu merenggut kehormatannya atas nama cinta.

Tak sampai di situ saja, pria tersebut dengan sengaja merusak dirinya. Dan pergi meninggalkannya dalam keadaan mengandung. Bahkan untuk menyembunyikan kehamilannya, ia harus menutup dirinya selama beberapa bulan, hingga suatu hari ia mendengar kabar kalau sahabat baiknya menikah dengan sang Ihkwan.

Hatinya hancur, sahabat yang begitu ia percaya tegamengkhianati dirinya, karena depresi, akhirnya anak yang ia kandung meninggal dunia, membuat dirinya di selimuti dendam terhadap sahabatnya.

Dan kehidupannya semakin berantakan, hidup sebatang kara membuatnya, harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pria yang menawarkan bantuannya, dan sebagai balasannya ia harus bekerja dengannya.

Perjalanan hidupnya yang kelam, membuatnya makin terperosok, dan menuntut balas dendam.

"Mau pergi Ustadzah?" Tanya seorang anak remaja.

Ustadzah tersenyum manis, lalu ia mendekati anak remaja tersebut. "Iya sayang... Ustadzah ada janji." Jawab Ustadza Aisya sembari memberi kecupan hangat di kening sang anak.

"Hati-hati di jalan Ustadzah." Ujarnya.

Ustadzah Aisya hanya tersenyum, lalu ia berlalu keluar dari dalam kamar hotel yang sudah ia sewa hingga besok pagi.

-----------

Sesampainya di sebuah kafe, Ustadzah segera menemui seorang wanita yang tengah duduk di salah satu kursi kafe, tampak segelas minuman hangat hampir habis di atas meja yang ada di depannya.

Wanita itu adalah Mei Lin, seorang wanita keturunan yang berpakaian sama seperti Ustadza Aisya.

Ia tampak begitu cantik dengan setelan cerah berwarna biru muda, di padu garis-garis vertikal berwarna hitam membuatnya terlihat begitu menawan.

"Assalamualaikum Uhkti." Sapa Ustadza Aisya.

Mei Lin tersenyum manis. "Waalaikum salam Uhkti." Jawab Mei Lin.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sahabat lamanya. Di sisi lain ia senang melihat sahabat kini kembali ke fitrahnya, tapi di sisi lain ia merasa bersalah karena dulu pernah mengkhianati sahabatnya.

Walaupun sebenarnya ia tak benar-benar salah, karena ia tidak mengetahui sama sekali hubungan sahabatnya dan mantan Suaminya, dan lagi Aisyah cukup lama menghilang, hingga terjadinya tragedi yang menguras air mata, yang membuatnya harus mengalah, meninggalkan Suami dan anaknya.

Aisya segera duduk, dan memesan minuman untuknya dan sahabatnya.

"Lama ya Uhkti?"

Mei Lin menggelengkan kepalanya. "Baru aja Kok, hmm... gimana kabar kamu?" Tanya Mei, dia sedikit gugup karena sudah lama tidak bertemu.

"Sepeti inilah Mei..." Jawab Aisya pendek.

"Ka... kamu masih marah sama aku Aisya?" Ujar Mei Lin hati-hati. "Aisy... aku gak bermaksud mengkhianati kamu, sumpah... aku gak tau kalau dulu kamu... kamu... dengan...."

"Mas Dani, maksud kamu." Potong Aisya.

Mei Lin menganggukkan kepalanya. "Maafkan aku Aisya..." Mei menggenggam erat tangan sahabatnya.

Aisya tersenyum ramah. "Itu masa lalu Mei, aku sudah tidak mempermasalahkannya lagi, aku juga bersalah kepadamu, karena marah aku melupakan persahabatan kita." Jawab Aisya, membuat Mei Lin sedikit lega.

"Itu pantas mendapatkannya." Jawab Mei

"Kita saling memaafkan." Ujar Aisya.

"Terimakasih Aisya."

"Kamu gak kangen sama anak kamu?" Tanya Aisya, sembari menyeruput kopi cappucino miliknya.

"Ya... tentu saya sangat merindukan Aldo, hmm... tapi apa dia tidak akan membenciku, kalau seandainya dia bertemu denganku." Jawab Mei Lin.

Aisya diam sejenak, dia menatap sedih kearah Mei Lin yang tampak gusar.

Aisya mendesah pelan. "Maaf Mei!" Ujar Aisya.

Mei Lin berusaha tersenyum. "Gak apa-apa, ini bukan salah kamu Aisya." Jawab Mei Lin, ia berusaha terlihat tegar di hadapan Sahabatnya.

"Kamu bisa bertemu dengan Anakmu Mei."

"Bagaimana caranya?" Tanya Mei Lin heran.

"Itu gampang, tapi masalahnya kamu harus menyamar, kamu tidak boleh mengaku sebagai Ibunya." Jelas Aisya, dari ucapannya tampak ia menyesal.

Tentu saja sebagai seorang Ibu, sangat sulit baginya kalau harus bertemu dengan anaknya tanpa bisa memperkenalkan dirinya sebagai orang tua. Tapi itu jauh lebih baik baginya, dari pada sama sekali tidak bertemu dengan anak kandungnya.

Mei Lin mendesah pelan, hatinya bergemuruh, ingin menjerit karena marah.

"Maaf." Ujar Aisya.

Mei Lin tersenyum lembut. "Tidak masalah." Jawab Mei lembut.

"Yang sabar."

Mei Lin kembali menganggukkan kepalanya, walaupun ia sedih karena tidak bisa memperkenalkan dirinya sebagai orang tua, tapi ia cukup senang bisa bertemu anaknya.

Mereka mengobrol cukup lama, hingga akhirnya mereka kembali berpisah, dan berjanji akan kembali bertemu Minggu depan, sekaligus bertemu dengan anak kandungnya yang sudah lama tidak bertemu.

-----------

Dengan langkah perlahan Dewi membuka pintu kamar hotelnya, ia hempasan pantatnya diatas tempat tidur, dan menjadikan kedua tangannya sebagai penyanggah tubuhnya. Ia mendongakkan kepalanya, memandangi langu-langit kamarnya.

Lagi-lagi ia mengkhianati Suaminya, apapun alasannya ia telah menduakan Suaminya.

"Kamu kenapa sayang?" Tiba-tiba Furqon sudah berada di sampingnya. Ia menyerahkan segelas minuman yang sudah ia campur obat perangsang untuk Istrinya.

Dewi berusaha tersenyum. "Gak apa-apa Mas." Jawab Firda, berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya.

"Ini minum dulu." Suruh Furqon.

"Terimakasih Mas." Dewi mengambil minumannya.

Ia meneguk perlahan ramuan obat kuat yang sudah di campur dengan air putih. Sejenak dahaga yang ia rasakan perlahan menghilang.

Sementara Suaminya tampak senang karena sang Istri meminum ramuannya hingga tak bersisa.

"Jam berapa Pak Pramononya datang?" Tanya Furqon.

Dia melingkarkan tangannya di pinggang Istrinya, memeluknya dengan erat, penuh kasih sayang sebagai seorang Suami terhadap Istrinya. Furqon merasa sangat bahagia, bisa bermesraan dengan Istrinya.

Berbeda dengan Dewi, ia malah sangat sedih, ia tau Suaminya sangat mencintai dirinya, tapi ia malah mengkhianati Suaminya.

"I love you sayang." Bisik Furqon.

Tanpa sepengetahuan Furqon, Dewi mengusap air matanya. "I love to Abi." Jawab Dewi.

Dia menarik wajah Suaminya, lalu mencium lembut bibir Suaminya, rasanya sudah lama sekali ia tidak mencium bibir Suaminya dengan penuh cinta, seperti saat ini. Rasa bersalahnya, membuatnya ingin menebusnya dengan memberikan pelayanan terbaiknya.

Furqon membalas melumat bibir Istrinya, ia berfikir kalau Istrinya mulai terpengaruh oleh obat perangsang yang berikan barusan.

"Kita masih punya waktu kan Mi?" Tanya Furqon.

Dewi menganggukkan kepalanya. "Iya Bi..." Jawab Dewi lembut, sembari membelai sayang wajah Suaminya.

Perlahan kedua jemari lentik Dewi mempreteli piyama tidur yang di kenakan Suaminya, ia membelai lembut dada bidang Suaminya, dan sedetik kemudian ia memeluk erat tubuh Suaminya. Ia ingin kembali merasakan pelukan hangat Suaminya dan melupakan pelukan Pak Pramono.

Furqon membalas pelukan Dewi, mereka kembali berciuman selama beberapa detik, lalu Furqon mulai menelanjangi Istrinya.

Ia melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Istrinya hingga Dewi telanjang bulat. Begitu juga Dewi, ia membantu melepaskan pakaian Suaminya, hingga mereka berdua sama-sama telanjang.

"Nikmatin aku Mas." Bisik Dewi.

Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, sembari membuka kedua kakinya. Sebenarnya Dewi berharap Suaminya mau menjamah tubuhnya lebih dulu, sebelum melakikan ritual Suami Istri.

Tapi sayang, Furqon yang minim pengalaman sama sekali tidak mengerti. Ia membuka lebar kaki Istrinya, lalu mengarahkan penisnya ke depan vagina Istrinya yang terbuka lebar.

Jleeebss....

"Aaahkk..."

Dengan satu dorongan penis Furqon menembus liang senggama Firda.

Ia memacu pinggulnya maju mundur, mengaduk vagina Dewi yang sedikit terasa longgar karena sebelumnya ia sudah merasakan penis Pak Pramono yang ukurannya tiga kali lipat lebih besar di bandingkan milik Furqon yang ukurannya sangat kecil.

Tetapi walaupun begitu Furqon tetap menikmati vagina Istrinya, sementara Firda tanpa biasa saja, ia merasa hampa dan hanya sedikit geli.

"Enak sayang..."

"Eengkk... Aahkk... Aahkk...." Dewi mendesah pelan.

Dia menatap mata Suaminya dengan tatapan sayu, seakan ia sangat menikmati persetubuhan mereka.

Tapi sebenarnya ia hanya berpura-pura demi membahagiakan Suaminya, yang telah ia khianati, menebus dosa-dosanya terhadap Suaminya beberapa hari ini.

Tak sampai satu menit, Furqon mengerang dan menyemburkan lahar panasnya kedalam liang senggama Istrinya. Dan lagi-lagi Firda berbohong, seakan ia juga baru saja mencapai klimaksnya.

"Aku nyampe Mas." Ujar Dewi.

"Ooohkk... Nikmat sekali sayang." Erang Furqon, tubuhnya menegang sesaat.

----------

Dewi mengambil tisu dan membersihkan lelehan sperma yang ada di vaginanya, sejenak ia merenung, membayangkan seseorang yang selama ini selalu mampu membuatnya mencapai klimaks. Seandainya saja Furqon bisa seperti Pak Pramono.

Ia mendesah pelan, berusaha membuang jauh ingatannya bersama Pak Pramono.

Ddrrrttss... Drrrrttss...

Tampak hp milik Suaminya bergetar, buru-buru ia mengambil HP Suaminya, ternyata ada pesan group WhatsApp dari kantornya.

Ia mengabaikan pesan tersebut dan mulai membuka galeri hp Suaminya. Di sana banyak tersimpan foto dirinya dengan Suaminya, entah kenapa Dewi merasa sangat beruntung karena memiliki Suami yang setia dan sangat mencintainya, terlepas kekurangan yang ia miliki.

Kini ia berganti membuka file video, dan lagi-lagi ia menemukan video dirinya bersama sang Suami.

Tak terasa air matanya menetes, ia merasa sangat berdosa karena Suaminya begitu mencintai dirinya, sementara ia malah mengkhianati cinta mereka.

"Maafkan aku Mas." Dewi mengusap layar HP.

Satu persatu video tersebut ia buka, dan sesekali Dewi tampak tertawa geli melihat kekonyolan Suaminya di dalam video tersebut demi menghibur dirinya yang sempat mendiamkan Suaminya hanya gara-gara Suaminya merahasiakan kemandulannya.

Tidak seharusnya ia marah, toh... dirinya pun tak sesempurna Suaminya.

Ia kembali membuka file lainnya, kali ini ia menemukan deretan video dengan jumlah cukup banyak. Alangkah kagetnya ia saat tau ternyata Suaminya menyimpan video porno di hpnya.

Dan parahnya lagi, koleksi video Suaminya bertemakan cuckold, ntr, cheating atau perselingkuhan seorang Istri kepada Suaminya. Dewi hanya menggelengkan kepalanya, entah apa yang maksud dari video yang tersimpan di hp Suaminya, apa mungkin Suaminya cenderung menyukai melihat pasangannya berselingkuh.

Tidak mungkin, Suami mana yang senang melihat Istrinya berselingkuh? Dewi merasa pemikirannya barusan hanyalah pembelaan atas apa yang sudah perna ia lakukan di belakang Suaminya.

Setelah puas mengobrak abrik galeri hp Suaminya, ia beralih ke pesan hpnya.

Ia melihat di layar HP Suaminya ada pesan dari Ibu mertuanya. Buru-buru ia membaca pesan dari Ibu mertuanya, dan alangkah kagetnya ia saat membaca obrolan Suaminya dan Ibu mertuanya.

Tak terasa air matanya jatuh berlinangan di kedua pipinya, hatinya sakit saat membaca pesan Mertuanya.

"Sayang..." Panggil Furqon yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Dewi menatap marah kearah Suaminya, ia tidak menyangka kalau Mertuanya akan sampai sejauh itu menginginkan seorang cucu.

Furqon hendak bertanya, tapi Dewi buru-buru memberikan hp Suaminya. Furqon hanya dapat mengusap wajahnya. Ia mengerti kenapa Istrinya bisa marah, dan Istri manapun pasti akan marah kalau Ibu mertuanya mendesak anaknya menikah kembali.

"Aku tidak akan melakukannya sayang." Bisik Furqon.

Dewi memalingkan wajahnya. "Bagaimana caranya Bi? Membangkang perintah Uminya Abi?" Ujar Dewi pisimis, tapi ia berharap Suaminya lebih berani.

"Abi yakin... kamu akan hamil. Abi sudah melakukan pengobatan alternatif dan sering meminum obat penyubur, agar kamu bisa hamil." Jelas Furqon.

"Kalau gagal." Tembak Dewi.

Furqon diam sejenak, membuat Dewi makin kecewa dengan sikap Suaminya yang selalu tidak berani membantah Ibunya. Dan parahnya Furqon tak pernah mau mengakui kalau dirinya lah penyebab kenapa Dewi tidak bisa memberi cucu untuk orang tuanya.

"Abi akan cari cara." Jawab Furqon.

-----------

Firda merasa sangat tidak nyaman, dari tadi siang ia belum mandi, tidak seperti biasanya, membuatnya merasa gerah. Tapi ia juga tak bisa ke kamar mandi, karena tubuhnya terasa begitu lemah.

Sementara itu Adiknya dengan telaten mengganti kompresan di kepala Kakaknya agar demam sang Kakak cepat turun. Membuat Firda merasa terharu.

Sadar kalau sedang di perhatikan, membuat Azam Balik memandang kakaknya.

"Ada apa Kak?" Tanya Azam.

Firda tersenyum manis. "Gak apa-apa kok Dek, cuman... entah kenapa Kakak senang melihat kamu." Jawab Firda, membuat Azam salah tingkah.

"Kakak ada-ada aja."

"Kakak serius Dek, kamu tuh beda banget akhir-akhir ini, perhatian... dan sangat baik sama Kakak. Gak kebayang deh, lagi sakit gini gak ada kamu." Jelas Firda, dia membelai lengan Adiknya.

"Dari dulu Kak! Hehehe..."

"Huh dasar... baru di puji sedikit sudah besar kepala." Ujar Firda sembari mencebut lengan adiknya.

Azam dengan sengaja tidak menghindar dan membiarkan Kakaknya mencubit lengannya. "Aduh... sakit tau Kak." Rengek Azam.

Firda tertawa renyah melihat reaksi Adiknya, ternyata Adiknya tetaplah Adik kecilnya yang menggemaskan, sementara Azam tampak menikmati ayunan payudara Firda yang naik turun.

Ingin rasanya Azam menyentuh payudara Kakaknya dan meremasnya sepuasnya.

"Kakak gak gerah, gak ganti pakaian." Tanya Azam.

Firda diam sejenak, sebenarnya ia merasa gerah, ia sudah tak mandi, dan sekarang ia masih mengenakan gamis yang ia kenakan dari tadi siang.

Tapi tentu tak muda melepas gamis dengan pakaian yang berlapis ia kenakan.

"Mau aku bantu Kak." Tawar Azam.

"Maksudnya?" Tanya Firda bingung.

"Aku bantu buka pakaian Kakak, biar nanti gak gatel-gatel." Ujar Azam, sembari cengengesan, sang Kakak hanya tertawa renyah.

"Enak kan kamu dong Dek." Ledek Firda. "Biar Kakak ganti sendiri saja nanti, kamu ke kamar mandi gih, Kakak mau ganti baju." Suruh Firda.

"Nanti kalau ada apa-apa sama Kakak gimana." Panik Azam.

"Terus gimana dong."

"Aku balik badan aja ya Kak." Ujar Azam.

Firda diam sejenak, setelah berfikir cukup lama akhirnya Firda setuju kalau Adiknya masih di sini dengan syarat balik badan. Sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, tapi melihat Adiknya yang begitu khawatir, akhirnya Firda memilih menenangkan Adiknya.

Firda menganggukkan kepalanya, membuat Azam tersenyum senang.

Azam memutar tubuhnya membelakangi Kakaknya, tapi walaupun ia membelakangi Kakaknya, ia tetap bisa melihat Kakaknya yang sedang berusaha melepas gamisnya dari kaca rias milik Kakaknya yang ada tepat di depannya saat ini.

"Jangan ngintip ya Dek." Ujar Firda memperingati.

"Iya Kak, bawel banget si, cepatan Kak ganti bajunya Kak, jangan lama-lama." Pinta Azam, pura-pura kesal, padahal saat ini ia sedang deg-degan.

Dengan perlahan Firda mulai menanggalkan gamisnya, dari pantulan cermin Azam dapat melihat pundak mulus Firda yang begitu mulus, membuat kemaluan Azam dalam seketika mengeras. Ia menatap nanar kearah Firda yang kini hanya mengenakan tanktop.

Dari cela leher tanktop yang di kenakan Firda, Azam dapat melihat belahan payudara Firda.

Aksi selanjutnya nyaris membuat jantung Azam copot, ketika Firda meloloskan gamisnya, melewati mata kakinya dan hanya menyisakan leging super ketat berwarna hitam memeluk erat kaki jenjangnya.

"Duh... susah banget si." Keluh Firda.

Ia berusaha melepas legingnya yang terlalu ketat, dan dengan perlahan, ia menarik sedikit demi sedikit legingnya, memperlihatkan secarik kain celana dalamnya yang berwarna hitam. Reflek Azam memegangi penisnya yang mulai terasa sesak.

Setelah gamis dan legingnya terlepas, giliran tanktopnya yang ia lepas, menyisakan bra miliknya yang sewarna dengan celana dalamnya.

Hal yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, ia melihat Kakaknya mulai melepas bra-nya, hingga tampak payudara Firda dari balik cermin yang ada di hadapan adiknya. Tampak Azam menelan air liurnya, ketika melihat putrinya Firda yang tampak besar.

Sejenak Firda memandangi payudaranya yang berukuran 34b, ukurannya yang sangat pas dengan putting sebesar biji jagung.

Pemandangan selanjutnya, membuat tubuh Azam limbung, ketika Firda menarik turun celana dalamnya, tampak rambut kemaluan Firda yang tumbuh lebat, bagaikan hutan Sumatra. Azam menekan penisnya, ia sudah tidak tahan lagi dengan pemandangan yang ada di depannya.

"Ohkk..." Desahnya pelan.

Crooootsss....

Tanpa bisa di tahan sperma Azam muncrat membasahi bagian depan celana kolornya.

"Dek..."

"......."

"Dek...."

"........"

"Adek... Kakak udah selesai." Ujar Firda dengan nada agak tinggi.

Azam tersadar dari rasa nikmat orgasmenya, ia buru-buru berbalik badan, dan lagi-lagi ia di suguhi pemandangan yang luar biasa, membuat bola mata Azam nyaris keluar sanking shoknya.

"Astagfirullah Dek..." Kaget Firda.

Buru-buru Firda menarik gamisnya untuk menutupi ketelanjangannya. "Ma... maaf Kak, katanya tadi sudah selesai." Protes Azam.

"Kakak salah ngomong, sana balik lagi." Suruh Firda

"Iya Kak." Jawab Azam sembari memutar tubuhnya.

"Tolong baju kotor Kakak, kamu letakin di keranjang baju kotor ya." Pinta Firda.

Azam segera mengambil pakaian kotor Kakaknya, lalu meletakan pakaiannya di dalam keranjang pakaian kotor, dengan gerakan cepat, Azam menyembunyikan celana dalam Kakaknya.

Lalu tanpa berkata lagi Azam masuk kedalam kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya.

-----------

Langkah Rani terhenti ketika melihat Pak RT yang sedang mengocok penisnya. Entah kenapa Rani tak bisa berpaling di penis Pak RT yang berukuran cukup besar dan berotot, membuatnya tanpa sadar mulai terbawa suasana erotis, dan dalam sekejap Rani mendadak sangat terangsang.

Ia merasakan di bawah sana sudah berkedut-kedut, ada rasa gatal dan geli di sana.

"Oh... Maaf Non, Bapak tidak tau." Ujar Pak RT yang menyadari kedatangan Rani.

Wajah Rani merona merah, memandangi penis Pak RT yang di biarkan tetap berada di luar resleting celana yang di kenakan Pak RT.

Rani duduk tak jauh dari Pak RT, sesekali matanya mencuri pandang kearah penis Pak RT yang tengah berdiri keras, mengancung keatas, seakan mengundangnya untuk mengenalnya lebih dekat.

Sejenak Pak RT membisikan sesuatu di telinga Rani, sembari membawa tangan Rani menuju pesinya.

Perlahan Rani menganggukkan kepalanya sembari menggigit bibir bawahnya, sementara Pak RT tampak tersenyum puas.

----------
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd