Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

CHAPTER XI: BERBINCANG DENGAN MBAK TIKA

Seminggu penuh aku konsentrasi mengerjakan skripsi. Memang lumayan berat di kampus ku ini. Banyak mahasiswa angkatan tua yang masih saja mengulang mata kuliah. Angkatanku sudah ada beberapa yang lulus, namun yang belum lulus lebih banyak. Aku salah satunya.

Dibandingkan dengan mahasiswa lainnya, aku termasuk orang yang paling rajin. Mungkin ini juga efek dari pacaran dengan Dita dulu. Semua revisi sudah selesai aku kerjakan, tinggal bimbingan lagi, minta koreksi lagi, mudah-mudahan gak banyak coretan dari Pak Asruul.

Hari Senin pun tiba. Aku sudah janjian dengan Mbak Tika pada malam nya.

"Besok jadi ketemuan mbak?"

tanyaku lewat pesan sms.

"Jadi lah, aku sudah dimarahin Ibu Bapak kemarin waktu mudik. Besok ya pagi aja jam 8 di kantin koprasi kampus. : )"

Mbak Tika menjawab diakhiri emote senyum.

“Oke Siaaap mbaaak cantiiiiik...”

Aku membalas dengan sedikit senyum, berharap dia membalas sesuatu lagi.

Tapi tak kunjung ku terima sms dari Mbak Tika. Yasudahlah biarkan saja, Mungkin dia sedang sibuk ngetik revisian.

Kampus terlihat agak sepi. Berbeda dari biasanya. Atau mungkin karena jam kuliah. Aku sudah menunggu jam 8 tepat di kantin, sambil minum kopi. Kopi kintamani tanpa gula, dalam cangkir yang memiliki rasa sedikit asam. Pahit asamnya berasa di lidah. Tenggorokan sedikit hangat.

Dari kejauhan telihat Mbak Tika, berjalan membawa setumpuk kertas, yang ku tahu itu adalah berkas skripsinya. Dia memakai kaos warna pink menyala, lipstik bibirnya pun berwarna pink. Sangat trendy. Kulit putih nya yang tersinar matahari pagi seakan memantulkan cahaya ke arahku.

Hatiku bergetar ketika dia mendekati, kutatapi saja dia yang semakin mendekat.

Semakin dekat, dan senyumannya kepadaku melegakan segalanya. Hatiku berdegup ketika senyuman dan tatapan matanya yang indah menyapaku.

Dia langsunng duduk di kursi di depanku. Sambil meletakkna berkas dihadapanku. Seolah-olah aku sedang menjadi dosen pembinmbing dan dia mahasiswi ku.

“Ini nih pusing banget, sudah bolak-balik berkali kali bimbingan sama Pak Asrul, tapi masih banyak aja yang revisi.”

“Kemarin itu, aku ke Pak Asrul, dimarah-marahin aku sama dia. Dia bilang aku jiplak lah, teori ku kurang kuat lah. Banyak salah ketik lah.. pusing aku.. Dan di akhir dia bilang suruh nemuin kamu. Katanya memang topik kita mirip. “ Mbak Tika, datang menggerutu atas hasil skripsinya yang tak kunjung memiliki titik terang.

“iya waktu itu Pak Asrul juga bilang kita mirip, Cuman bedanya kamu novel, aku filmnya.”

“kita bahkan dikita lagi pacaran. Hahahaha” Jawabku sambil memecahkan suasana.

“masa sih? Hahahah bisa aja tuh Pak Asrul. Kamu kan udah punya pacar ya..” Ujar Mbak Tika sambil membuka lembaran skripsinya.

“Jadi ini nih, yang dicoret-coret sama Pak Asrul” Mbak Dita menyodorkanku berkasnya kepadaku.

Sambil mengamati apa yang salah di dalam skripsinya, aku pesankan dia minuman. Es Vanilla, kesukaannya yang aku tahu dari teman kampusku si Ali.

“Looh tau aja kamu aku suka pesan Es Vanilla. Jangan-jangan kamu ngefans yaaaa sama akuuu... hehehhe..” Mbak Tika mencoba menggodaku.

Pipiku pun memerah, tak kuasa menahan malu.

“hehe,, iya mbak aku ngefans sama mbak, soalnya mbak cantik.” Aku langsung terus terang mengutarakan rasa kagumku terhadapnya. Aku menganggap ini hal yang biasa. Tak ada salahnya aku kagum sama seseorang. Walaupun Mbak Tika sudah punya pacar.

Pacar Mbak Tika ini juga baru lulus dari kampus Sebelah. Tiap hari selalu antar jemput Mbak Tika dengan Honda Jazz merah keluaran terbaru. Wajahnya juga ganteng. Jauh lah kalau dibanding dengan muka ku yang ndeso ini.

“Jadi gini mbak, mbak dari awal teorinya sudah salah, harusnya ambil dari Halliday saja.”

“Kalau mau mbak contek nih punyaku, kan tinggal diganti-ganti sedikit saja. Kita teorinya sama, nanti pas di Bab IV dan V sedikit berbeda.”

Aku menyodorkan flashdisk berisi file skripsiku kepadanya.

“Ini dicopy aja di laptopmu,”

“ahhh kamu baik banget sih Alan, pinter lagi. Beruntung banget Dita bisa punya pacar kaya kamu.”

“Padahal kamu kan dua tingkat dibawahku toh.”

“Memang sih pergaulan mempengaruhi. Aku bergaul sama temen-temenku jadi lemot begini. Besok-besok aku mainnya sama kamu aja deh” Mbak Tika menghujamiku dengan kalimat yang membuatku terbang.

Keinginannya untuk bergaul, berteman denganku sangat membuatku senang. Aku tidak menyangka orang secantik dan se-modis Mbak Tika mau bergaul sama aku. Padahal bisa berbincang dengan orang secantik ini cuman dalam angan-anganku saja.

“Ngomong-ngomong pacarmu mana Mbak? Kok nggak kelihatan? Apa nunggu di mobil?” Aku bertanya tentang pacarnya.

“Oooh... dia lagi ngelamar kerja. Katanya ada interview sih hari ini. Siang baru mau nyamperin ke kampus.”

“Kamu kok juga sendirian? Dita mana?” Dia bertanya balik kepadaku.

“Aku sudah putus mbak sama Dita. Kami resmi berpisah.” Aku menjawab dengan nada lirih. Tak ingin terlihat sedih.

“Ohhh gitu, maaf ya Alan, kamu pasti dapat pengganti yang lebih baik. Seprti aku ini loooh.. eheheheh”

Mbak Tika membuatku tertawa.

Andai saja Mbak Tika jomblo sudah dari kemarin aku deketin. Sayangnya dia sudah punya pacar. Ganteng lagi.

“Gini lho Alan, aku bukannya menggurui. Tapi memang kalau aku lihat, kamu lebih baik berpisah dengan Dita. Di mata kami sebagai wanita. Dita itu memiliki sifat yang buruk. Walaupun dia pintar, tapi di kehidupan sosial dia kurang.”

“Apa kamu mau nanati memiliki istri yang ga bisa bergaul dengan tetangga? Yang punya dunia sendiri. Acuh dengan lingkungan?”

“Kan pasti ngga mau.”

Mbak Tika menceramahiku yang ternyata aku pikir-pikir ada benarnya juga. Selama ini aku terlalu memakai kacamata kuda. Yang kulihat hanya Dita saja. Tak mendengar suara dari luar.

“Makasih ya Mbak Tika, sudah membuatku lebih kuat.” Aku mencuapkan rasa terima kasih ku kepada Mbak Tika. Sambil mengepalkan tangan, pertanda terima kasih, seperti di film kung fu.

“sama-sama Alan. Kamu itu cowok. Ga usah berlarut-larut. Santai saja. Belanda masih jauh.” Timbal Mbak Tika kepadaku.

Dari kejauhan kemudian terlihat sosok lelaki, berlengan panjang warna biru. Berjalan menuju kantin yang kutahu ternyata itu adalah pacar Mbak Tika, Roy panggilannya. Entah siapa nama aslinya bukan urusanku. Tapi aku panggil dia Mas Roy. Bukan Mas Boy seperti Film Kampus Biru.

“Itu pacarku sudah datang. Kita udahan dulu ya. Aku mau ngedate dulu ke Amplaz. Makasih banyak bantuannya” Mbak Tika pamit sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Iya mbak sama-sama. Makasih juga untuk senyumanmu yang mencerahkan pagiku. Ahahaha” Aku menyambut uluran tangannya sambil sedikit menggodanya. Sebelum pacarnya tiba lebih dekat dan mendengar apa yang aku ucapkan.

Mbak Tika berlari menghampiri Mas Roy, menggandeng tangannya untuk berbalik arah ke arah parkiran Mobil.

“Bro.. matur suwun yaaaa... Sory buru-buru.” Mas Roy menyapaku, sambil melambaikan tangan.

Aku tahu sebenarnya dia mau gabung dan ngobrol sedikit. Hanya saja Mbak Tika tidak mau. Mungkin takut hasil skripsinya ketahuan banyak coretannya. Maklum dari kabar yang aku dengar Mas Roy ini sangat keras. Pengen Mbak Tika segera lulus, dan mereka akan menikah segera.


Bersambung...
 
Nanya Om....ngentot si Tika msh lama ngak? Kalo masih lama, saya mau kampung dulu
 
Terimaksih updatenya suhu.,besok request lebih panjang lagi updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd