Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Bimabet
Gila, kamu... Bisa nahan yach.... Diajak ronde ke 2 Tika....
Wk... Wk.... Wk
 
Slowly but sure..... Biarkan mengalir APA adanya..... Mantap mas brooo....
 
CHAPTER XX: WISUDA YANG DITUNGGU

Waktu yang ditunggu sudah di depan mata. Iya, anak terkahir yang bernama Alan Pradityo dari Pasangan Pak Ahmad dengan Bu Sumi akan diwisuda. Usai sudah kawajiban orang tua untuk menuntaskan pendidikan anaknya. Setelah menunggu waktu selama 5 tahun lamanya kuliah.

Akhirnya aku akan diwisuda besok. Berbagai persiapan sudah dilakukan termasuk bagaimana akomodasi ke acara. Aku akan berangkat ke Auditorium naik motor bersama Kakak Perempuanku, Sedangkan Bapak sama Ibu berboncengan juga berdua. Sedangkan rombongan sanak saudara lain seperti Om, Bulik dan Budhe serta para sepupu akan naik Bis ¾ milik tetangga. Kebetulan juga Om ku lah yang akan mengemudi. Jadi urusan ongkos aman.

Pagi itu perjalanan lancar, karena memang aku berangkat pagi sekali setelah Subuh. Sampai kampus aku langsung memakai toga yang aku bawa di tas ransel. Beda sama para wisudawan wanita yang harus memakai dandanan cetar yang sebagian besar memakai kebaya dengan sanggul dan polesan bulu mata menjulang tinggi.

Hari sebelumnya aku sudah janjian sama Dita, setelah wisuda baru bisa ketemu, karena dia ada jadwal ngajar di UII. Akhir-akhir ini memang sibuk sekali, dia punya beberapa kelas di 3 kampus yang berbeda. Aku cukup senang dan gembira karena dia terlihat menikmati semuanya. Mungkin efek dari beberapa minggu yang lalu pulang kampung. Walaupun aku belum tahu urusan apa pulang kampung kemarin.

Angkatan wisuda yang bareng dengan ku cukup banyak. Namun untuk jurusanku, sebagian besar angkatan diatasku. Hanya ada 5 orang temanku yang seangkatan. Selebihnya angkatan diatasku, ya termasuk angkatannya Mbak Tika. Mbak Tika sendiri tidak bisa mengikuti wisuda kali ini karena waktu yang terlalu mepet.

Kami semua berjejer antri memasuki Auditorium, dengan urutan yang sudah diatur sebelumnya saat gladi resik. Aku berada di urutan ke 3 dari rangkaian Jurusan Sastra Inggris. Cukup bangga juga karena urutan menunjukkan nilai IPK. Jadi saat itu aku termasuk 3 terbesar, padahal hanya 3.21. memang jurusanku ini terkenal IPK rendah. Beda ama jurusan yang lain.

Proses wisuda berjalan lancar, Kedua orang tuaku menyaksikan aku naik podium untk menerima ijazah dan menerima selamat dari Pak Rektor. Baru tahu rasnya wisuda, deg-deg an tapi langsung plong dan bangga setelah nya. Keluar Auditorium semua terlihat gagah, karena banyak mahasiswa temman kita ada di luar gedung untuk memberikan selamat. Sama seperti yang aku lakukan saat Dita wisuda.

Aku merasakan gagahnya berjalan diantara kerumunan mahasiswa yang berebutan mencari rekannya untuk mengucapkan selamat dan berfoto bersama. Namun aku sadar, kegagahan ini hanya berlangsung sehari saja. Setelah itu statusku adalah pengangguran.

Aku akhirnya bertemu dengan teman seangkatanku si Fajri dan Tari yang menghampiriku. Kami berfoto bersama beberapa kali. Namun kali itu yang tak terlihat malah si Dita. Dia nampaknya masih dalam perjalanan soalnya aku hubungi melalui telepon tidak diangkat.

Setelahnya, aku menghampiri keluarga besarku yang sudah menunggu dibawah pohon di taman. Dengan menggelar tikar dan menyantap bekal yang dibawa dari kampung. Sungguh pemandangan yang sangat menyentuh. Semua keluarga menyambutku. Tak lama kemudian Kakak ku yang lelaki datang menggunakan ojek.

Kakakku lelaki ini baru tiba dari Jakarta, dia bekerja disana mulai tahun lalu setelah sebelumnya bekerja di kalimantan.

Daritadi aku mencari –cari dimana kebeadaan Dita. Saat aku berkumpul bersama, tak lama kemudian dita datang. Dia berboncengan dengan Dayu. Kami pun bercakap bersama.

“Selamat ya Alan sudah diwisuda. .Akhirnya selangkah lebih maju. Aku ikut senang” Ujar Dita kepadaku sambil menjabat tanganku. Disusul Dayu yang juga bersalaman denganku. Kami hanya ngobrol beberapa menit saja karena keluarga besarku langsung mengajakku untuk pulang.

Aku pun pamit dengan Dita.

Di tengah perjalanan pulang, kami mampir makan siang di warung bakso yang terkenal akan cita rasa baksonya. Nama warungnya adalah bakso pak kumis, diambil dari nama pemiliknya yang memiliki kumis tebal.

“Selamat yo le.. gek ndng golek gawean.” Budhe ku menasehati ditengah-tengah santap makan siang kami.

Perkara yang selanjutnya menjadi PR besarku yaitu mencari pekerjaan. Tidak mungkin aku akan diam saja di rumah setelah wisuda ini. Apalagi aku adalah anak lelaki yang ditakdirkan untuk melangkah lebih jauh. Hal yang bersamaan juga ada di pikiranku soal masa depan hubunganku dengan Dita.

Dita sebelumnya sudah berangan-angan untuk memiliki rumah keluarga kecil di Jogja denganku. Namun aku hanya menanggapi dengan senyuman dan diam karena itu masih menakutiku. Aku belum siap untuk berkeluarga. Aku ingin membahagiakan orang tua ku terlebih dahulu. Mungkin sekitar 5 tahun saja. Nanti setelah itu baru menikah.

Namun hal ini tidak terucap dari mulutku ke Dita yang menjadi pacarku.

Rombongan akhirnya sampai ke rumah. Kami masih larut dalam euforia keberhasilanku wisuda.

Sore hari beberapa tetangga silih berganti datang ke rumah, sekedar memberikan selamat kepadaku. Semua doa terbaik datang kepadaku dan ucapan Amin pun selalu kuucapkan. Di sebuah desa yang jauh dari keramaian, menjadi Sarjana memang suatu hal yang membangkakan. termasuk pencapaianku saat ini, menjadi wisudawan yang menjadi kebanggaan keluarga dan desa tentunya. Namun miris hari keesokannya sebab status pengangguran akan menjadi statusku berikutnya.

Tak lama kemudian ada SMS dari Dita masuk.

“aku kecewa sama kamu... kok sikapmu kaya gitu tadi di kampus.” Isi sms dita

Aku yang tak tahu kenapa pun heran, apa yang salah denganku. Padahal tadi baik-baik saja. Tak ada masalah apapun. Aku pun bertanya kepadanya apa yang mengecewakannya.

“Kamu ga menganggap aku ada. Kamu mengacuhkanku, dan tak mengenalkanku ke keluarga besarmu bahwa aku adalah pacarmu.” Jawban Dita ini membuatku terdiam.

Aku benar-benar tidak tahu dan tidak sadar bahwa aku telah mengecewakannya. Bukan maksudku untuk berlaku demikian. Karena memang keadaanku saat besama keluarga besar selalu begitu. Aku lebih mementingkan keluarga diatas apapun.

Aku pun minta maaf ke Dita soal hal ini, namun dilain pihak aku juga merasa ini adalah balasan yang impas atas apa yang dilakukannya terhadapku saat Dita wisuda.


Bersambung...
 
"Aku pun minta maaf ke Dita soal hal ini, namun dilain pihak aku juga merasa ini adalah balasan yang impas atas apa yang dilakukannya terhadapku saat Dita wisuda."

betul sekali, perempuan tak pernah merasa salah walau telah melakukan sesuatu yg menyakitkan lalki2.
 
Terima kasih apresiasinya

Tunggu kelanjutannya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd