Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
PERJUMPAAN – 34

--------------------
--------------------

015-ap10.jpg

“Siapa dia?”

Aku bertanya dengan begitu penasarannya. Dan di sisi lain, aku jadi tahu bahwa aku tidak banyak tahu soal Stephanie sedikitpun. Jangankan soal pria semalam, nama orang tuanya dan hari ulang tahunnya saja aku tidak tahu. Aku sepertinya masih jauh dari mengenal dirinya.

“I’ve told you” dia menarik nafas “Namanya Michael”

Setelah itu, dia diam sesaat. Mendadak pagi ini jadi hening dan suara kendaraan yang melintas terdengar dengan jelas.

“Dan?”
“Dia…”
“Ya, aku tau dia mantan kamu” aku memotongnya. Tanpa diminta aku keluar ke balkon dan mengambil sebatang rokok dari bungkus yang tergeletak di dekat kami. Aku membakarnya dengan gerakan cepat, setelah melihat ada korek yang menganggur. Aku lantas duduk di sebelah Stephanie.

“Dan kamu gagal nikah sama dia…” sambungku.
“Kamu tau darimana?” bingungnya.
“Pasti kamu lupa…” aku menatap dalam ke arah matanya. “Pernikahan Anthony. Kolam Renang….. Kamu cerita ke aku… Tapi ya gak lengkap, cuman dari kesimpulanku, nyambungin apa yang aku liat semalem, pagi ini, dan waktu itu…. Rasanya si Michael-Michael ini adalah orang yang bikin kamu trauma sama hal-hal berbau pernikahan”

There. I said it.

“Hhhh.. Iya” Stephanie memperlihatkan layar handphonenya ke arahku. “Ini foto pre-weddingku….”
“I see”

Aku melihat raut wajah bahagia sepasang sejoli berusia 20 tahunan dengan pengharapan yang besar. Stephanie terlihat begitu berbeda. Rambutnya panjang, menggunakan gaun warna putih yang menggemaskan, dan badan yang lebih kurus dari sekarang. Wajahnya terlihat ceria, dan energinya tampak penuh.

“Kenapa kamu senyum?” tanyanya dengan nada heran.

“Eh? Entah kenapa aku tersenyum. “Gak tau… Mungkin karena kayaknya kita kalo jaman dulu ketemu gak mungkin nyambung”

“Oh… Haha” dia menarik nafas panjang. “Ini sebelum aku berangkat kuliah di luar”
“Hmm..”

Kami saling bertatapan lagi. “Kalau mau cerita, cerita aja”
“Kamu gapapa aku cerita soal masa lalu ku?” tanya Stephanie.
“Aku punya hak apa buat ngelarang kamu” aku menghisap rokokku dalam-dalam. Entah kenapa ada sedikit perasaan cemburu, tapi aku mencoba mengubur itu dalam-dalam. Karena, aku memang tidak punya hak untuk cemburu. Aku bukan siapa-siapanya, walau beberapa hari ini kami berdua sudah tidak terpisahkan.

“Sebenernya hubunganku ama dia agak rentan…. Kita pacaran sesaat sebelum aku lulus kuliah” dia membuang asap rokok dengan anggunnya. “Awalnya gak sreg, tapi lama-lama jadi biasa, mungkin karena lingkungan kita sama, dan pergaulan kita sama… Ditambah lagi dukungan orang tua kenceng banget.. Yah mungkin karena keluarga kita berdua bisa dibilang latar belakangnya mirip, terus papaku kenal sama papanya juga… Kalo istilah hokkien namanya ka ki lang, Bas…” dia tersenyum kecil, berharap aku mengerti.

“I see”

“Orang bilang karena terbiasa, jadi cinta, ya itu bener juga… Dia habis-habisan banget sama aku dulu, aku yang cuek jadi ikutan suka, dan ikutan terbiasa, dan ketika ide pernikahan itu muncul, aku mau-mau aja dan semangat… Karena semuanya kayak too good to be true”

“And then, kamu lanjut ke luar negri kan?” tanyaku, berusaha sok tahu.
“Bener… Setelah kami tunangan, aku ke luar negeri, tunangannya juga mewah banget… Dan semua orang hepi. Aku juga, dulu….” Tawanya kecil, dengan nada meledek. “Lalu kami LDR”

“LDR emang susah, semua orang bilang gitu”
“Gak sesusah itu… Apalagi kan udah ada email, BB, dan udah bisa skype…..” sambungnya. “Dan aku kuliah di aussie itu entah kenapa semuanya bahagia banget, semuanya lancar banget… Sampe kemudian ada gosip-gosip aneh kalau dia jalan ama cewek dan segala macemnya lah… Tapi aku gak percaya itu semua”

“Tapi itu bener?”
“Ga tau, ga ada yang bisa konfirmasi”
“Oh…”
“Cuman, sebelum aku pulang ke Indonesia, setelah aku di wisuda di sana, aku ngerasa ancur”
“Why?”

“Karena dia juga” Stephanie menarik nafas panjang. Terlalu panjang, kukira. “Setelah aku wisuda, dia minta setelah nikah sama dia nanti, aku gak kerja…”
“Hah?”
“Yep”
“Doesn’t make any sense” sanggahku. “Dia tau kan kamu kuliah sampe sejauh itu buat apa?”

“…” Stephanie hanya tersenyum kecil, dan ia mengangguk dengan pelan.

“Aku baru ngerokok setelah pulang dari Aussie” dia menarik nafas sambil menghisap rokok dan membuangnya perlahan. “Jadi ya gitu…”

“Udah, gitu aja?” aku bingung.
“Enggak, gak gitu aja…” balasnya. “Dia mencoba reasoning dengan masalah anak dan segala macam, dan yang lebih menyakitkannya adalah… Orang tuaku dukung dia….”
“Really?”
“He eh” dia mengangguk pelan. “Aku gak ngerti kenapa dia gak ngomong dari awal… Semuanya serba mendadak… Mungkin bisa juga dia baru ngomong kayak gitu karena orang tuanya yang minta, bisa jadi kan? You know lah beberapa orang tua chinese masih kolot sampe sekarang”

“Understood”
“Do you want some coffee?” mendadak Stephanie bangkit dari duduknya.
“Wait.. Cerita kamu belum beres” aku meraih tangannya dan menahan dirinya.

“Nope.. Aku butuh sambil ngerjain sesuatu, biar ke distract… Biar ceritaku gak ngelukain aku lagi…” ujarnya panjang.

Aku menyerah dan melihat ia berjalan ke arah dapur, mempersiapkan bubuk kopi dan peralatan-peralatan yang diperlukan. Tanpa sadar aku mengekor dirinya dan duduk di area meja makan.

“Jadi gitu situasinya. Aku diminta jadi ibu rumah tangga setelah nikah, orang tuaku ngedukung, karena mereka ngerasa kalo si Michael ini cocok banget untuk jadi menantu mereka, dan keluarga kami berdua mungkin bisa lebih ‘kuat’ kalo jadi satu”

“Dia kerja apa?” tanyaku dengan nada penasaran.
“Ngurusin aset orang tuanya. Bisnis dan lain-lain… Orang tuanya punya restoran yang terkenal di utara sana, dan beberapa usaha lainnya… Jadi memang, secara ekonomi aku gak akan kurang suatu apapun kalo nikah sama dia…” senyumnya pahit, dan sekarang kopiku sudah siap dalam waktu singkat.

“So then… Kamu pisah?”
“Yep… Tapi pisahnya nyakitin.. Bikin aku berantem sama orang tua. Dia ngejar-ngejar aku lagi dan bilang kalau aku bakal nyesel karena ga bareng dia… Dan yah… Gitu sih… Gobloknya aku waktu itu… Ya aku berharap kalo dia bener-bener selingkuh atau jalan sama cewek lain pas aku di Aussie, biar orang-orang mewajarkan kita putus…”

“Tapi tadi kamu bilang gak ada buktinya kan?”
“Gak ada”
“Terus?”
“Jatohnya aku nyari-nyari bukti yang ga ada… Cuma dari gosip doang, dan ujungnya malah aku kayak ngefitnah dia selingkuh… Endingnya ya aku yang makin keliatan jelek.. Ngelewatin kesempatan nikah sama pacar yang udah lama bareng, yang cocok banget jadi suami, yang cocok banget jadi menantu, dan aku jadi tukang bohong. Tukang fitnah orang”

Dia duduk di kursi di sebrangku dan tangannya tampak ingin kugenggam. Aku meraih tangannya dan kami berpandangan.

“Jadi semalam dia ngomong kayak gitu ke aku.. Mungkin pantes” dia menghela nafas panjang.

“Gak pantes”
“Itu kenyataan Bas.. Dan dulu itungannya aku yang nyakitin dia”
“Padahal sebenernya kamu yang sakit”
“Entahlah, mungkin aku gak harus kerja begadang-begadang tinggal sendirian di apartemen kayak gini kalau aku nikah sama dia”

“Tapi kamu gak bahagia kalo gitu”
“Emang sekarang aku bahagia?”
“Seengganya aku bisa bikin kamu bahagia” jawabku.
“Jangan bikin janji yang gak bisa kamu tepatin Bas”

“Tapi aku….”
“Hei… Weekend ini aja kamu udah gak bareng aku lagi” mendadak suaranya terdengar lirih.
“Steph..”
“Can we get through this Bas? I already spill my weakness to you… So, biarin aku nikmatin momen ini boleh?” tanyanya.

“Boleh” balasku.
“Thanks” Dia tersenyum kecil sambil mengenggam tanganku, dan entah kenapa aku bisa merasakan nafasnya, bisa merasakat denyut nadinya, dan bisa merasakan semuanya.

Sungguh aku ingin waktu berhenti.

--------------------
--------------------

BERSAMBUNG
 
Jadi pertanyaan besar..

Apakah Steph diprewi sm Michael? Atau ada plot twists kisahnya Steph?

Thanks updatenya suhu..
 
Ternyata Stephanie yang gagalin rencana pernikahan ... Apakah keputusan nya benar ... ????
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd