Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
Makasih updatenya

Sampai saat ini belum ada yang spesial sih antara Baskara dengan Stephanie.
Tapi kalau dilihat tokoh Baskara ini mengingatkan ane dengan si "Aku" (suami Dian).
Tapi mungkin perasaan ane aja hahaha

Ditunggu kelanjutannya
 
Makasih updatenya

Sampai saat ini belum ada yang spesial sih antara Baskara dengan Stephanie.
Tapi kalau dilihat tokoh Baskara ini mengingatkan ane dengan si "Aku" (suami Dian).
Tapi mungkin perasaan ane aja hahaha

Ditunggu kelanjutannya
Klo ane malah sempat berharap kisah kali ini adalah kisah si pendeta c*bul. Semoga ada side story yg lain seperti anin..

Kudu sabar sampe hari update nih..mangat suhu @racebannon
 
Makasih updatenya

Sampai saat ini belum ada yang spesial sih antara Baskara dengan Stephanie.
Tapi kalau dilihat tokoh Baskara ini mengingatkan ane dengan si "Aku" (suami Dian).
Tapi mungkin perasaan ane aja hahaha

Ditunggu kelanjutannya
Si " aku dengan Anggia " kalau menurut ku .
 
PERJUMPAAN – 4

--------------------
--------------------

desain10.jpg

“Kenapa gak kamu aja sih sayang yang follow IG nya dia?” tanyaku ke Listya.

Istriku sedang memegang handphoneku sambil melihat foto-foto yang dipasang oleh Stephanie Hartanto di instagram, media sosial yang lumayan narsis. Dia tidak menjawabku, tapi sibuk melihat perempuan yang kebetulan sekantor denganku itu berfoto disana-sini. Mulai dari foto-foto di restoran, luar negeri, kantor, bahkan bersama keluarga.

“Kan aku bukan temen kantornya, ntar aneh kalo tiba-tiba aku follow” dia tampak melihat Stephanie sedang duduk di sebuah coffee shop, bergaya modis, dengan T-shirt kedodoran dan celana pendek, serta sneakers yang tampak mahal.

“Cantik banget, gayanya gak seksi tapi modis ya” komentar sang istri.
“Emang dandannya begitu ke kantor juga”
“Enak ya yang kantornya boleh pake baju sesukanya”
“Haha”
“Cuman aku gak sukanya dia ngerokok nih” lanjut Listya.
“Oh ya? Aku gak tau”

“Masa gak tau, dia kan temen sekantor kamu”
“Orang di kantorku itu ada berapa biji sayang, ada ratusan, masa aku harus apal satu persatu kebiasaannya apa” jawabku sekenanya, sambil membakar sebatang rokok lagi, dan menerawang ke arah langit.

“Bukannya kantor kamu dulu pernah outing gitu ya?”
“Haduh, outing itu biasanya per divisi, dan dia juga baru masuk setahun yang lalu…..”
“Oh iya, dia production team ya?”
“Ho oh” jawabku pelan. “Eh, tadi kamu bilang, kalo ga suka liat dia ngerokok… Lah aku apa kabar?”

“Emm… Gak tau kenapa kalo liat cewek ngerokok aku tuh agak kurang gimanaaa gitu…”
“Kamu agak kolot juga ya, gini nih kalo kerja di BUMN” ledekku.
“Ih, apaan sih”
“Hahaha… Abis lakinya sendiri ngerokok gak pernah komplain, ini orang lain ngerokok komplain”
“Ya kan beda sayang, cowok ngerokok sama cewek ngerokok tuh…”
“Sama aja hahaha…. Bedanya cuman jenis kelaminnya”

“Ga tau, cewek ngerokok kesannya di aku kayak cewek badung gitu”
“Emang kamu pikir si Stephanie badung?”
“Gak juga sih kalo diliat dari IG nya” istriku cuma bisa nyengir tipis, sambil melancarkan penilaiannya yang mungkin tidak matang itu.

Entahlah, aku juga tidak begitu kenal, dan tidak begitu peduli pada hal itu sebenarnya. Aku membiarkan istriku mempelajari gaya berpakaian Stephanie. Terlebih karena dia tampak begitu antusias. Aku sendiri memilih untuk menghabiskan kopi dan menghabiskan waktu kosong di tengah kemalasan akhir minggu ini.

Saat yang tepat untuk bermalas-malasan di pinggir selatan kota Jakarta, tanpa harus memikirkan kepusingan pekerjaan dahulu. Masih ada senin nanti yang mungkin akan sangat padat karena jadwal pekerjaan yang mepet-mepet dan agak mengesalkan.

Aku menarik nafas panjang dan memikirkan adegan selanjutnya. Tidur lagi? Tampak menyenangkan.

--------------------
--------------------

wpp-of10.jpg

Aku menggerutu.

Aku memperhatikan angka-angka yang tampil di layar laptopku. Aku berusaha merangkum semuanya, sambil berusaha membuat presentasi yang harus aku sampaikan esok hari pada sang klien tercinta. Kalau bayar. Kalau tidak bayar cintanya hilang.

“Pusing ya Kak Bas…”
“Hnn?”
“Aku susah nih untuk deskripsi dan brief sutradaranya, gimana ya….” Pusing Anthony.

“Kamu tulis pake bahasa Indonesia dulu coba” tegur Dea yang matanya dari tadi tampak terpaku di depan laptop. Aku meringis tanpa membalas mereka berdua. Aku sedang putar otak kanan dan kiri melihat angka-angka tim produksi.

Iya, biayanya memang mahal, tapi aku harus bisa menyajikan biaya yang bombastis ini ke klien agar supaya mereka bisa merasa hitung-hitungan ini make sense.

“Lho kalian ada di sini, kirain di meja”
“Aduh…” siapa lagi sih ini? Ngerusak konsentrasi kerja aja.

Kami memang tidak sedang kerja di meja kami. Kami sedang ada di collaboration room, di lantai yang berbeda. Sebenarnya kami sudah mendaftar lewat aplikasi internal kantor untuk ruangan ini, jadi orang yang mencari kami bisa langsung mendatangi tanpa harus cek ke meja dulu.

“Supaya konsen kita pindah sini Mbak” jawab Anthony. “Idenya Kak Baskara…”
“Ya gimana, ada perlu apa?” tanyaku ke sosok yang tampak agak asing.

“Mas Baskara, dari tadi saya nyariin timnya Mas” sapa perempuan itu. “Saya Intan, dari GA… Ini ada tiket buat timnya Mas untuk premiere Lelawah bulan depan” lanjutnya.

“Oh… Makasih” aku menerima tiga buah amplop. Satu pasti untuk Anthony, satu untuk Dea, dan satu lagi untuk aku.

“Satu orang dapat dua tiket ya” senyum Intan dengan muka ramah.
“Sip makasih ya Mbak” aku balas tersenyum dengan terpaksa.

Intan dari General Affair pun berlalu. Aku menatap amplop itu dan membagikannya dengan pelan ke kedua anak buahku.

“Agak kurang seru gak sih Kak, kita udah tau cerita filmnya kayak apa” Dea tampak kurang antusias sambil merapihkan jilbabnya.

“Yah, seenggaknya kita ga tau semua adegan di film itu kan” aku cuma nyengir aja sambil kembali ke laptop. “Kalian ngajak siapa ntar ke premiere?” tanyaku untuk mencairkan suasana yang agak tegang sore ini, karena kami semua sedang mengejar deadline.

“Aku agak males” jawab Dea.
“Dateng lah, kan ini kerjaan kalian”
“Iya, dateng kok kak”
“Sama siapa? Kalau gue kan pasti sama Istri” balasku.
“Paling… Ngajak kakak, kalo enggak, sendirian aja juga gapapa” sambut Dea.

“Kalo elo?” tanyaku ke Anthony.
“Hehehe” Anthony hanya tersenyum nyengir di balik kacamatanya. Aku menekuk jidatku sambil menatap dirinya, berharap ada jawaban lain yang keluar selain suara hehe yang agak aneh itu.

“Kenapa kamu ketawa?” bingung Dea sambil menatap wajah Anthony yang cengegesan.

“Iya aneh”
“Ah, itu Kak”

“Perasaan gue ga ngelawak deh, Cuma nanya lo ntar bulan depan ke premiere sama siapa?”
“Nah, itu dia”

Jawaban yang aneh. Aku dan Dea saling berpandangan sambil mencoba memahami, sebenarnya apa yang mau disampaikan oleh anak ini. Kayaknya gak ada hal yang janggal dengan pertanyaanku kan? Aku hanya bertanya, dia mau datang ke premiere film Lelawah yang digital media campaign nya digarap oleh kantorku, sama siapa? Siapa yang mau jadi temannya di acara itu?

“Jawab deh, kalo engga jawab gue suruh lo kerjain semua presentasinya sendirian” kesalku. “Masih banyak kerjaan lain nih, ga bisa nungguini elo selesai cengegesan”

“Nah itu Kak… Aku mau dateng sama tunanganku”

“Hah”

Aku dan Dea melongo. Beberapa tahun ini aku memang tidak tahu banyak soal pasangan Anthony. Instagramnya bersih dari perempuan. Aku dan Dea berpandang-pandangan dalam kondisi pusing.

“Jangan becanda lo”
“Enggak becanda kok Kak”
“Gue ga pernah liat elo sama cewek di sosmed elo, jadi tunangan dari mana? Halu lo ya?”

“Hahaha… Aku ga pernah post soal dia sih, lagipula aku kan emang gak pacaran yang gimana banget….”

Aku bisa merasakan raut mukaku berubah dengan aneh. Sebagai team leader, aku biasanya tahu semua kehidupan pribadi orang-orang yang bekerja denganku. Tapi tidak kali ini. Aku tidak tahu apa-apa soal Anthony, si pria tionghoa yang super lurus ini.

Setahuku dia aktif di gereja, dan dia tidak pernah terlihat bermesraan dengan perempuan di instagram atau medsos pribadinya. Jadi aku hanya bisa bergumam sendiri.

“Kak?” tegur Dea.’
“Hem?”
“Kerjain lagi….”

“Eh iya…”

“Eh gak ada yang mau denger aku cerita?” tanya Anthony bingung.

“Nanti, kerja dulu! Lo harus cerita semuanya habis presentasi ini kelar!” kesalku.
“Eh, iya..” jawab Anthony dengan canggung.
“Konsentrasi”

“Iya Kak”

Aku mendengus, menarik nafas panjang, dan berusaha menekan rasa penasaranku soal Anthony dalam-dalam. Sekarang saatnya menyelesaikan presentasi, no time for him.

Dan sambil membuang nafas, aku menekan pedal gas dalam-dalam, larut kembali dalam pekerjaan.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd