Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Kalo temanya affair sama temen sekantor rada2 mirip the lucky bastard ga sih hu? Semoga beda deh hehehe
 
PERJUMPAAN – 5

--------------------
--------------------

12782110.jpg

Asap putih berbau tembakau itu keluar dengan halusnya dari mulutku. Aku duduk di sebuah gerai kopi impor, yang berwarna hijau tua dan berlambang putri duyung berekor ganda.

Sore itu kujalani hari dengan perasaan lega, karena banyak hal-hal yang mengganjal sudah terselesaikan. Mari kita runut satu per satu.

Yang pertama. Sebentar, kita hisap dulu rokok dalam-dalam. Mumpung bisa merokok. Karena di working café kantor, sudah pasti dilarang merokok karena dia ada di dalam gedung. Sedangkan gerai kopi impor yang depannya star belakangnya bucks ini ada di lantai lobby dan ada tempat duduk outdoornya.

Oke, mari kita ulangi.

Yang pertama, presentasi tadi lancar. Setelah kemarin berkutat seharian dengan presentasi yang bisa kubilang jauh panggang dari api, ternyata kami bisa menggolkan project ini dan menemukan kata persetujuan dari klien. Tugas selanjutnya adalah mendampingi tim produksi dalam membuat konten iklan yang disetujui.

Untung kami tidak harus presentasi ke kantor rokok tersebut. Dengan teknologi video conference yang lazim dilakukan ketika pandemi kemarin, semuanya terasa mudah dilakukan di ruang rapat kantor kami sendiri.

Oke, sekarang kita beranjak ke hal kedua.

Anthony sudah bertunangan. Ternyata dia baru bertunangan beberapa saat lalu, sebelum pandemi resmi berakhir. Dia memang tidak pakai pacar-pacaran khas orang normal pada umumnya. Seperti yang kalian sudah tahu, dia adalah pria super lurus yang sangat aktif ke gereja. Rupanya calon istrinya adalah orang gerejanya, yang sepantaran dengan dia. Mereka memang hanya berteman dan ternyata memiliki visi keluarga yang sama dalam kasih dan iman yang sama.

Oke. Bisa di skip. Bagaimanapun aku tidak mengerti kenapa prosesnya begitu. Anggap saja dia ta’aruf ala Kristen.

Nah, yang ketiga, Lelawah sudah beres, dan siap rilis. Aku tak sabar menontonnya bersama istriku karena aku penasaran akan seperti apa keseluruhan filmnya. Tentu kami sebagai tim yang mengerjakan digital marketingnya, hapal dengan alur cerita film tersebut. Tapi tentu saja, yang diceritakan lewat tulisan pasti akan terasa berbeda apabila diceritakan dalam adegan film.

Apalagi, film tersebut ada adegan panasnya. Cukup berani sebenarnya. Terutama untuk Karen Natamiharja. Di negara yang mayoritas muslim seperti Indonesia ini, pasti dia nanti jadi sasaran bully online. Tapi aku pikir, karena dia sudah cukup berani untuk mengambil peran seperti ini, jadi mungkin dia sudah siap.

Ah, nikmat rasanya jika sudah banyak urusan yang selesai. Besok aku akan regroup bersama para anak buah itu. mungkin aku akan mentraktir mereka makan atau apa.

“Sendirian aja nih?” suara yang familiar mendadak terdengar.
“Eh, elo”

Stephanie Hartanto mendadak muncul. Dia mengenakan sneakers vans berwarna warni, dengan jumpsuit casual berwarna hitam tanpa lengan. dia lantas duduk di sebelahku sambil menyalakan rokok.

“Samaan ternyata rokoknya” tegurku dengan suara ringan.
“Sombong ya”
“Maklum, baru tembus” tawaku, bangga karena presentasiku diapprove. “Makasih ya” ya, kalau bukan karena data teknis dan budget dari tim produksi-nya Stephanie, pasti presentasi kami tidak begitu lancar.

“Bukan soal itu, tapi sama-sama….” jawabnya dengan senyum kecil, sambil menghisap rokok putihnya itu.

“Lah terus sombong kenapa?” bingungku.
“DM gue belom elo bales Bas…”
“Eh, iya… Lupa”

“Udah berapa hari coba ini…..” tawanya usil.
“Maaf, gue gak liat dm lagi kemaren-kemaren” jawabku. Tapi it’s not a big deal sepertinya. Toh buktinya dia sedang duduk di sebelahku.

“Dasar, gue pikir lo gak ramah itu di kehidupan nyata, taunya di sosmed juga judes” ledeknya.
“Gak ah, gue gak judes… Tanya aja Dea ama Anthony. Nah Dea tuh, baru judes”
“Dea sih emang ya, cuman dia ga berani judes ke gue kan, karena itungannya gue senior” balas Stephanie.

“Nah, abis ini lo bakal sibuk, karena udah di approve sama klien”
“Hmmm. Makasih lho, tapi lumayan lah, artinya bonus gue akhir tahun bisa banyak….”
“Ya sama, makanya gue rajin kerja, bonusnya lumayan”

Aku mematikan rokokku dan menyesap minuman dingin yang kupunya. Campuran kopi dan susu dan gula dan entah apa, pokoknya rasanya enak walau tidak seenak coffee shop yang waktu itu pernah aku datangi dengan istriku. Apa itu namanya ya di Kemang. Oh iya, Mitaka. Orang Jepang yang punya kalo gak salah.

“Lelawah, lo ikut premier nya?” tanya Stephanie.
“Ikut dong, kan tim gue yang banyak kerja”
“Oh, nice… Gue juga ikut”

“Kok?” tanyaku. Karena aku tahu dari tim produksi, Stephanie tidak ikut di project ini karena dia baru masuk setahun yang lalu, setelah Lelawah sudah mulai digarap.

“Dikasih satu tiket sama Bu Riana”
“Dia emang sendiri gitu perginya?” tanyaku bingung.
“Iya lah, kan dia jomblo” tawa Stephanie.
“Haha”

Ya, semua juga tahu kalau Bu Riana itu masih single. Umurnya sudah pertengahan empat puluhan. Gak ada yang tahu kenapa. Entah jodohnya belum ketemu, atau dia penyuka sesama jenis, atau gimana, yah, ada lah ya gosip-gosip kantor. Tapi kurasa dia masih single karena dia sangat fokus kerja.

Dia adalah wanita karir sejati yang menjunjung tinggi pekerjaan di atas segalanya.

“Tapi karena lo cuman punya satu tiket premiere, lo ga bisa ngajak orang dong?” tanyaku.
“Engga usah lah, ngajak siapa juga…” jawabnya.

“Lah, siapa tau ada yang bisa diajak”
“Engga ada kok… Aku nih ga ada gandengan lho Pakde…” balas Stephanie sambil bercanda.
“Oh ya?”
“Elo kan pasti ama istri” sambungnya. “Gue sendirian aja, santai… Lagian kan ada kalian-kalian kan?”

“Iya sih”

Jawabku pelan. Jujur aku agak kaget. Dengan tampilan modis dan tampang yang good looking seperti ini, aku pikir dia sudah punya pacar. Apalagi feed instagramnya sangat bagus, dan sempat ada beberapa foto yang agak akrab dengan beberapa pria. Lupa aku muka pria-pria tersebut seperti apa, tapi yang pasti aku agak kaget mendengar fakta bahwa perempuan yang bisa dibilang cantik dan enak dilihat mata seperti Stephanie ini masih single.

Dan kalau tak salah, umurnya sama denganku. Atau… Lebih muda sedikit? Yang pasti usianya sudah berada di kepala tiga. Aku tanpa sadar memperhatikan wajahnya. Garis-garis muka tegas di fitur-fitur oriental, dengan riasan tipis yang perlu, menyiratkan bahwa perempuan ini sangat peduli dengan penampilan. Tidak ada satu tahi lalatpun di mukanya, dan matanya terlihat begitu tajam.

“Lu pake soft lens ya?” tanyaku pelan, memperhatikan warna matanya.
“Iya, minus gue lumayan gede soalnya”
“Kenapa ga pake kacamata aja?”
“Berat, males gue, dan kadang suka ilang-ilangan, paling enak buat gue sih soft lens…” jawabnya sambil menyalakan sebatang rokok lagi.

“Kalo gue jadi elu sih mendingan pake kacamata ya, gak suka gue mata dicolok-colok gitu”
“Enak banget orang mata gak rabun ngomong gitu” tawanya.

“Lah…”
“Gue dari dulu sd smp sma kuliah pake kacamata tebel terus, gak enak….” Sambar Stephanie. “Dulu gue culun banget…”

“Elu? Culun? Bingung gue ngebayanginnya gimana” tawaku.
“Ga usah dibayangin”
“Di IG ada gak foto jaman lu sekolah?” tanyaku usil.
“Ga adalah, malu gue… Itu masa-masa yang pengen gue lupain hahahaha” tawanya dengan renyah, tapi sepertinya dia menutupi fase hidup yang dia tidak ingin ingat-ingat lagi.

“Jadi dulu gue itu…” lanjutnya. “Culun, kacamata gue tebel, terus gue kurus banget… Terus boro-boro pernah pacaran, gue pertama kali pacaran itu pas kerja” tawanya agak lepas. Dia tampaknya agak malu dengan masa lalunya dan menutupinya sedikit-sedikit dengan gesture ceria.

“Oh, gila, ga nyangka gue”
“Yah, makanya sekarang gini kali ya gue… Rajin dandan, terus olahraga terus-terusan, makan juga makan sehat… Balas dendam… Walau urusan cowok sih masih kebawa-bawa jaman dulu gue”

Aku tertegun. Aku pikir orang seperti Stephanie hidupnya mulus-mulus saja dari lahir sampai sekarang.

“Makanya sekarang gue berusaha untuk ramah sama orang-orang, berusaha untuk tampil baik, berusaha untuk selalu fit, supaya tiap harinya jadi versi lebih baik dari diri gue, seperti apa yang gue mau dulu pas masih bocah”

“Kalau gue punya anak nanti, gue akan ceritain soal Stephanie ke dia deh biar ga minder” candaku sambil sedikit kagum dengan determinasinya.
“Emangnya gue tokoh dunia, dijadiin dongeng bocah?” candanya.
“Yah, kan ambil contoh yang deket-deket dulu aja lah”
“Hahahaha… mudah-mudahan ya, jadi contoh yang baik… Terutama buat anak gue sendiri sih, sayang, bapaknya belom ada” kesalnya.

“Ntar juga ada”
“Amin”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd