Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 36

--------------------
--------------------

00004710.jpg

“Eh awas jangan kelewatan” seru Listya dari samping telingaku. Dengan enggan akupun menjawab.

“Gak, itu kan disana”
“Yes..”

Listya tampak sudah sibuk dengan gadgetnya, dan dia bersiap-siap untuk turun dari mobil. Seperti biasa, setiap pagi aku mengantarkannya ke kantor, sebelum menuju tempat aku bekerja.

Dan dia pun turun, di pinggir jalan. Seperti biasa, mengucapkan kata-kata perpisahan yang template seperti biasa, dan semuanya berjalan seperti biasa. Tidak ada pertanyaan atau kecurigaan tentang apa saja yang kulakukan saat tidak bersamanya di minggu lalu. Dan tidak juga ada kemarahan yang ada akibat perbuatan bodohku di awal minggu lalu.

Entahlah. Dia kembali fokus pada pekerjaannya, kepada kehidupannya, dan kepada semua rutinitas yang ada. Hidupku kembali menjadi monoton. Hal-hal dalam hidup yang ingin kuubah ataupun sekedar kudiskusikan kepadanya kini menguap sudah.

Komunikasi, katanya. Itu hal yang paling penting dalam pernikahan, katanya. Rasanya bukan komunikasi tapi, jika semuanya hanya satu arah saja. Akan jadi stuck kalau hanya aku yang mencoba bicara, mencoba berubah, tapi di pihak sana nyaman-nyaman saja berada di comfort zone nya.

Tidak apa-apa memang hidup di dalam comfort zone. Masalahnya, itu bukan comfort zone ku.

Sial memang. Keceriaan dalam kepalaku hilang di minggu baru ini. Yang bisa kulakukan sekarang hanya menyetir di tengah keramaian, menuju kantorku, untuk memulai hari.

--------------------

untitl14.jpg

“Nnn…”
“I miss you”
“Nnn.. Ahh…” dia mendesah dengan suara pelan. “I miss you too, Bas”
“Mmnn…”

Aku melumat bibirnya, dan dia sedikit menahan gerakanku.

“Jangan terlalu kenceng…” bisiknya.
“It’s okay” bisikku. “Gak ada orang”
“But still, if someone finds out, we’re fucked”
“Tenang aja…. Aku liatin sekeliling…”
“Mmmnn…”

Aku duduk di kursi belakang mobilku, dengan Stephanie berada di pangkuanku. Celanaku turun sampai kaki dan aku berada di dalam badannya. Dia mengenakan baju terusan katun, jadi kami bisa bersetubuh dengan mudah. Yang perlu dia lakukan hanya menurunkan celana dalamnya.

“Aaah…” Stephanie mengerang perlahan, saat aku menggerakkan pantatku naik turun dengan gerakan cepat, tidak peduli dengan ekspresi wajahnya yang tidak karuan. Dia masih tetap dengan gerakannya yang terasa begitu menggairahkan, menstimulasi semua inderaku, tidak peduli bahwa ini masih jam dua siang.

Aku berbohong pada anak-anak itu, anak-anak di dalam tim ku. Aku mau membeli kopi plus merokok, kubilang. Awalnya begitu. Tapi aku berpapasan dengan Stephanie di lift. Dan kami saling menatap, seakan gelisah dalam perjalanan ke bawah. Dengan bodoh, aku memintanya untuk mengikutiku.

Dan dengan bodohnya dia mengikutiku juga, mengarah ke pergumulan singkat di dalam mobilku. Mesin mobil menyala, dan suaranya terdengar pelan. Entah kenapa aku hari ini parkir di sudut yang sepi di dasar basement. Dasar basement yang biasanya jadi sasaran orang-orang yang telat datang ke kantor.

“Bas…. Nnnhh…” Dia bergerak tak karuan. Tangannya memeluk leherku, dan kami sesekali berciuman.

“Bas…”

Aku tidak memperdulikannya.

“Aaahhhh… Sssh..” Dia menggelinjang. Karena excitement siang ini, tampaknya dia akan orgasme dalam waktu cepat. Stephanie menggigit bibirnya sendiri. Dia tampak tidak tahan lagi. Aku tidak peduli dan memeluk pinggangnya erat. Aku menutup mataku, merendahkan kewaspadaanku.

“Bas… Ah!” Dia memelukku makin kencang. Dia tampak bernafas tersenggal senggal dengan gerakan mendadak yang tak kuantisipasi.

“Fuck…” Aku tidak tahan lagi dan memuntahkan diriku sendiri di dalam pengaman.
“Nnn…” Dia terkulai lemas di pelukanku dan kami terdiam. Aku membuka mataku lagi, mendapati Stephanie yang tak berdaya, sambil memperhatikan sekeliling.

Kami berdua terdiam. Ini terjadi begitu saja. Kami saling bertatapan dan kami berciuman dengan lembut dan perlahan.

Fuck this. Fuck this afternoon.

--------------------

desain10.jpg

Aku telah mandi, dan siap-siap untuk istirahat. Dengan malas aku mengenakan pakaian tidurku sehari-hari. Hari ini lebih melelahkan dari biasanya, dan kalian semua tahu penyebabnya.

Istriku sudah di atas tempat tidur, sembari melihat ke arah handphonenya, seperti tidak menghiraukan drama korea yang ia putar di televisi lewat aplikasi video on demand.

Tanpa bicara, aku naik ke atas tempat tidur, sambil melirik ke arahnya. Dia tampak sedang tidak berada disini.

“Laporan yang disubmit sama anggota timku masih kacau banget” keluhnya tanpa diminta.
“Oh ya?”
“Padahal deadlinenya malam ini…”
“Gila amat deadline nya malam-malam” komentarku, sekenanya, mencoba untuk ikut dalam pembicaraannya.

“Iya soalnya besok jam 10 mau dipake rapat sama komisaris”
“Ooohh… Gila aja deadline nya mepet gitu”
“Kayak yang kerjaan kamu gak sampe malem aja…”
“Iya sih”

Ya, dia tidak salah. Benar malah. Tapi, di lini pekerjaanku semuanya jelas dan tidak banyak tetek bengek khas BUMN. Semua serba komisaris, semua serba VP, kalau di kantorku, CEO bikin salah pun bisa di anjing-anjingin sama anak buahnya. Apalagi dia bule, pasti lebih bisa nerima kritik daripada kita orang melayu.

Kalau BUMN? Haduh, apa kata bos kita harus nurut, jam berapapun, dalam kondisi apapun, gak ada fleksibel-fleksibelnya. Dan harus jago ass licking ke orang-orang yang strategis.

Pokoknya not my cup of tea. Sama sekali.

Aku tidak mau melihat ke arah handphoneku, aku Cuma merebahkan diriku, bersiap untuk tidur. Aku mengurangi resiko. Bisa saja ada pesan-pesan sensitif dari Stephanie, yang mungkin akan terbaca istriku. No, bukan pesan mesum atau sebagainya, tapi lebih kepada cerita-cerita sehari-hari, curhat masalah-masalah remeh, bercanda-bercanda yang sudah jelas lucu, dan obrolan mesra yang harusnya aku obrolkan dengan orang yang ada di sebelahku.

Mataku mulai kututup.

Sampai jumpa besok pagi.

“Eh Bas..”
“Hmmm? Kenapa?” aku menjawab panggilan istriku.
“Malam ini jadwal kita”
“Jadwal?” tanyaku bingung.

“Iya, jadwal kita”
“Jadwal……”
“Jadwal kita berbuat”

“Oh…”

Aku diam. Shit. Iya. Fuck. Kenapa aku bisa lupa.

“Yuk” Listya menatapku, dia tersenyum kecil. Aku diam saja dan tak merubah posisiku di atas kasur.

“Emmm…” aku berusaha untuk mengelak. Terang saja aku tak mampu. Pria di umur 30an disuruh melakukannya dua kali dalam satu hari yang sama? Tidak. Tidak mungkin bisa. Aku tidak sekuat itu dan sulit membangkitkan nafsuku malam ini.

“Kenapa?” bingung Listya. “Kamu kok kayak yang aneh”
“Gapapa, aku capek banget malem ini, meeting back to back”
“Oh ya? Yaudah yuk, kalo kamu capek, cepetan aja, gak usah lama-lama” balasnya.

“Maksudnya…. Aku…. Aku gak bisa sekarang, kalau besok gimana?” balasku dengan pelan.
“Loh gimana, besok tuh aku udah mau abis fase suburnya”
“Ya tapi gimana…”
“Ya bentar aja, biasanya kamu lebih capek dari ini bisa-bisa aja kok” nada suaranya sudah terdengar kesal.

“Aku gak bisa, aku mau tidur”
“Hah? Kamu biasa tidur malem Bas, ini baru jam berapa?”
“Intinya aku gak bisa, aku capek malam ini”

Kami berdua diam. Dia menatapku dalam-dalam.

“Kamu aneh”
“Aneh apanya?”
“Kamu gak pernah nolak”
“Masa?” aku masih berusaha menghindar.

“Kamu masa secapek itu sampe ga bisa ngelakuin? Kamu tiduran aja, aku yang diatas kamu…. Kita kan lagi ngejar punya anak”
“Come on… Aku lagi capek banget”

“Aku gak percaya”

Mendadak, Listya mengulurkan tangannya dengan gerakan yang agak kasar, memegang kelaminku. Dia meremasnya dengan gerakan pelan, dan berusaha untuk membuatnya berdiri.

Tapi tidak ada reaksi.

“Kamu habis ngapain?”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Benernya listya nih selingkuh gak sih hihihi,asikk bas pasti alasanya abis coli masak iya ketahuan sih??arya aje ampe sekarang ga ketahuan ama bininye ada main ame arwen hahaha
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Heheh ....alasan selalu ada.....tapi memang kok...kalo pas ndak minat...susah ber reaksi....nunggu lanjutan nya kok jd penisirin...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd