Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PERSELINGKUHAN

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Masih setia mengukuti updatenya, alurnya baguss huu
 
Selamat malam semuanya. Mohon maaf sudah menunggu beberapa hari, akhir pekan sedikit banyak menyita waktu. Terima kasih ya sudah menunggu.

Sebenarnya, apa sih yang membuat teman-teman bertahan membaca cerita ini? Saya menunggu jawabannya ya.

Sambil menunggu jawaban teman-teman, kita lanjut ke bagian 10 ya. Selamat membaca!
 
Bimabet
BAGIAN 10
KEGILAAN

Aku sudah gila. Tapi sungguh, setelah merasakan adrenalin berselingkuh, rasanya malah terpacu untuk melakukan hal lain yang bikin detak jantung lebih cepat dari biasanya. Entah apa yang aku pikirkan dengan tawaran kepada Mbak Eva. Tak yakin juga ini akan berhasil. Dan belum tentu Ia akan mengangkat teleponku. Kepalang tanggung, pikirku. Sekalian saja dieksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa kudapatkan. Aku merasa sudah berhasil menguasai Mbak Eva. Terlihat sekali Ia sebenarnya lebih terganggu desahan kenikmatan Dokter Mirza ketimbang perselingkungan kami. Selain tak dekat-dekat amat, rasanya Ia begitu takut dengan risiko kalau akan membocorkan rahasia ini. Aku hanya bisa berharap semua sesuai keinginan.

Dokter Mirza sampai hotel sebentar lagi. Aku sudah melakukan panggilan dua kali tapi tak diangkat oleh Mbak Eva. Jika sekali lagi tak ada jawaban, berarti Ia memang benar-benar tak mau. Eureka! Ia mengangkat panggilanku.

"Halo, Mbak," aku tersenyum aneh

"Sudah Mas, jangan aneh-aneh," katanya, Ia nampak ada di kamar mandi

"Kalau Mbak Eva tidak nyaman, dimatikan saja nanti. Saya akan taruh HP mulai sekarang, Dokter Mirza sudah mau sampai," kataku menjelaskan

Kuletakkan ponsel pada posisi yang sudah kusetel. Ini rasanya paling pas. Aku tidak tahu apakah kami akan bercinta setelah ini atau tidak. Pasalnya, kami sempat quickie saat mandi tadi. Aku sih siap, semoga Dokter Mirza sedang birahi tinggi.

Pintu kamarnya terdengar terbuka. Ia sudah masuk. Aku masih harap-harap cemas. Sungguh, adrenalinku benar-benar terpacu. Mungkin ini pertama kali aku akan bercinta disaksikan oleh orang lain. Aku benar-benar gila.

Setelah hampir 15 menit berlalu, ada ketukan di connecting door. Aku makin deg-degan. Kubuka pintu itu berlahan. Mataku terbelalak menyaksikan pemandangan yang kulihat sekarang. Aku merasa telah benar-benar memancing singa ke luar kandang. Kini, mau tidak mau harus kuhadapi keganasannya.

"Kok ekspresinya gitu?" Tanya Dokter Mirza

"Bukan mimpi kan ini?" aku mencubit pipiku

Ia mendekat, menyorongkan tangan lalu memelukku.

"Besok ternyata suami sama anak saya nyusul ke sini. Kita nggak tahu kapan bisa begini lagi" Ia megecup bibirku pelan

Sialan. Ada kabar buruk dan kabar baik datang di saat bersamaan. Tapi tak apa, untung saja bilang. Kalau tidak dan tiba-tiba memergoki kami dalam kondisi seperti ini kan bisa runyam.

Dokter Mirza benar-benar tak ingin kehilangan waktu. Ia mulai mencari lidahku, kami berpagutan. Panas sekali rasanya. Aku juga merasakan detak jantungnya meninggi. Hampir lupa, aku sedang video call dengan Mbak Eva. Posisi ini kurang bagus untuk disaksikan Mbak Eva. Sambil tetap berciuman, aku menarik tubuh Dokter Mirza mendekat ke ranjang. Sudah kutandai, ini posisi yang paling pas. Mbak Eva akan menyaksikan persetubuhanku dengan Dokter Eva dari posisi samping. Kalau tak beranjak, Ia akan menyaksikan tubuh kami secara penuh. Birahiku naik drastis. Apalagi, yang kuhadapi saat ini adalah Dokter Mirza dalam balutan lingerie tipis berwarna hitam dengan model panjang dan mengeksploitasi bagian intimnya. Tak ada celana dalam di sana. Malah ada lubang di bagian vaginanya. Dengan tali tipis dan lubang di bagian puting, aku tak bisa berkata-kata lagi. Outer yang tadi jadi bagian lingerie ini sudah lepas.

Tanganku mulai menjelajahi payudaranya. Aku tak ingin melepaskan lingeri ini. Basah sudah puting yang mengacung tegak itu, juga di sekitarnya. Sambil menghabisi bukit kembar itu, tanganku bermain di vagina yang seakan mengundang untuk dinikmati. Kombinasi serangan itu selalu berhasil membuat Dokter Mirza orgasme. Ia mengerang tak lama kemudian.

"Setubuhi saya sampai pingsan malam ini, Mas" katanya setelah nafasnya agak teratur

Ditantang seperti itu jelas kian menaikkan ego lelakiku. Selanjutnya, kami bercinta dengan panas. Ia berhasil mendapatkan orgasme kedua dalam posisi doggy. Kugenjot vagina gemuk miliknya dengan kecepatan tinggi. Entah kenapa, dengan meningkatnya adrenalin dalam tubuhku membuat ingin agak kasar padanya. Ini tak seperti biasa. Tapi Dokter Mirza terlihat menikmati.

"Hah. Hah. Hah. Kamu kasar sekali malam ini, Mas. Tapi saya suka," Ia menciumku, memukul bokongku

Setelah nafasnya berangsur normal, Ia mulai mengerjai penisku. Batang itu basah penuh dengan cairan vaginanya. Tanpa rasa jijik, Ia menjilati setiap ujungnya. Rasanya ngilu-ngilu nikmat. Tidak berhenti di situ, lidahnya mulai menjelajah. Ia menghisap testisku. Dijilati perlahan lalu dimasukkan ke mulut. Kemudian, lidahnya menari-nari menuju anusku. Ah, ini gila. Ia makin tak terkendali. Jangan tanya rasanya, aku ingin berteriak tapi kutahan. Lidahnya benar-benar menjilati anusku, serta semua bagian di sekitarnya. Aku tak tahu perasaan apa ini, dikerjai begini membuatku kelojotan tak karuan. Belum lagi, tangannya juga asyik mengocok penisku. Ampun, Bu Dokter, ampun. Kalau begini, bagaimana aku bisa lepas dari tubuhmu. Kenikmatan ini belum pernah aku dapatkan sebelumnya. Istriku tak pernah kepikiran sampai begini

"Ohh Doook ohhh" aku tak kuat menahan

Ia menyudahi aksinya lalu tersenyum nakal di depanku.

"Kamu benar-benar binal, Dok" kataku lalu menepuk bokongnya

Ia tak menjawab malah memposisikan di atas tubuhku. Yang terjadi kemudian adalah desahan, erangan, juga gerakan-gerakan birahi yang tak terkontrol. Tahu sendiri bagaimana aku begitu keenakan dengan posisi ini. Gerakan dan sedotan vagina Dokter Mirza bukan lagi enak, tapi luar biasa. Ia benar-benar memberiku pelajaran setelah kejadian sebelum ini.

"Dok saya mau meledak" kataku sambil terus memainkan payudaranya

"Ah saya juga, Mas. Ayo ayo ayo" Ia makin cepat saja

Kami berpacu dengan nafsu. Keringat sudah tak karuan bentuknya. Berkali-kali kutampar bokongnya untuk semakin meningkatkan semangat. Makin lama gerakan kami makin tak terkontrol.

"OH MY GOOOOOD"

"DOK OH OH OH"

Kami benar-benar meledak. Ini orgasme terhebat selama bersetubuh dengan Dokter Mirza. Aku rasa, kami sama-sama teriak tadi. Bodo amat jika orang-orang dengar.

"Kayaknya saya mau pingsan, Mas," katanya disela-sela nafas kami yang ngos-ngosan

Aku tertawa, Ia mengikuti. Kami lalu berciuman, Ia menyingkir dari tubuhnya setelahnya.

"Kalau ternyata nggak ada kesempatan lagi, ini perpisahan yang luar biasa, Mas," katanya sambil memelukku

"Saya cuma nggak nyangka Dokter sebinal ini," kataku sambil mencubit putingnya

"Aduh. Nanti kalau saya mau lagi gimana?" godanya

"Ya kita mulai lagi," aku balik menantang

"Istirahat dulu, Mas. Malam masih panjang," pelukannya makin erat

Badan kami lengket. Campuran antara keringat, air liur, sampai cairan kelamin masing-masing sudah tak karuan. Kami lanjut berbincang dengan tetap saling menggoda. Tubuhku lelah sekali, tak yakin bisa sehebat tadi kalau kami bercinta lagi sekarang.

Aku baru ingat tadi video call dengan Mbak Eva. Bagaimana ya kabarnya. Aku yakin Ia menyaksikan persetubuhan kami entah berapa lama. Tubuhku terlalu lelah untuk memeriksa ponsel. Lagi pula, aku takut kalau Dokter Mirza jadi tahu apa yang kulakukan jika aku memeriksa sekarang.

Nampaknya kami benar-benar kelelahan dengan persetubuhan tadi. Tanpa sadar, kami sama-sama lelap. Dengan kondisi tubuh belepotan cairan persetubuhan. Aku bangun sekitar menjelang subuh. Dokter Mirza masih lelap. Nafasnya tenang sekali. Melihatnya terpejam tanpa busana begini membuat nafsuku naik lagi. Siapa yang bisa tahan melihat tubuh mulus nan montok itu tidak tertutupi sehelai benang pun. Aku baru ingat harus memeriksa ponselku.

Dugaanku tepat. Ku periksa panggilan dengan Mbak Eva tercatat waktu satu jam lebih sepuluh menit. Sepertinya itu durasi persetubuhanku dengan Dokter Miza semalam. Ia menyaksikan penuh adegan panas kami. Aku merinding membayangkan apa yang dilakukan Mbak Eva di kamarnya. Paling tidak, ada satu dua gerakan Ia memainkan alat vitalnya. Aku yakin saja.

"Bagaimana Mbak? Sudah percaya?"

Aku mengirim pesan kepadanya lalu beranjak ke kamar mandi. Aku ingin mandi, badanku lengket semua.

Kembali ke ranjang, Dokter Mirza belum beranjak. Posisinya bahkan masih sama seperti tadi. Tak tega mengganggunya, aku ikut tidur saja.

***

"Mas Bayuu, Oh. Lebih cepet, Mas. Oh. Oh. Oh," Dokter Mirza meracau sambil tetap bergoyang mengikuti ritme sodokanku

Kami berpacu lagi pagi ini. Tahu bahwa nanti malam tak bisa mengulangi, kami ingin menghabiskan tenaga hingga titik terakhir. Sejak Ia bangun dan menggerayangi tubuhku sekitar jam 5 tadi, aku sudah orgasme dua kali. Aku tak bisa menghitung berapa kali Ia berteriak tertahan menahan kenikmatan. Dan sekarang sudah jam 7 lebih 15 menit. Tenagaku sudah tinggal sisa-sisa, tapi Ia masih meminta untuk terus dipuaskan. Wanita ini benar-benar binal. Dibalik wajah kalem dan ramahnya, Ia menyimpan birahi begitu besar.

"Saya lemas sekali, Mas. Oh. Ayo kita selesaikan. Aw. Aw. Aw," Ia masih saja meracau

Aku melepaskan penisku, Ia melongok protes. Namun aku segera memposisikan diri. Ia mengerti aku kelelahan, sedari tadi, aku memang lebih banyak memimpin permainan. Ia langsung naik begitu saja ke atas tubuhku. Diarahkan penis yang sudah basah itu ke vaginanya yang tak kalah banjir.

''Kenapa enak sekali sih, Mas. Oh," matanya merem-melek sambil tetap naik-turun

Dengan sisa tenaga yang ada, aku mengimbangi gerakan Dokter Mirza. Ia nampak kesetanan. Payudaranya yang besar bergoyang kesana kemari. Tak tahan juga melihat bagaimana tubuh mulusnya bercampur keringat sedang memacu birahi begini.

"Mas ayo. Oh. Oh. Ah," Ia mendekati puncak

Aku juga sudah hampir sampai. Kugerakkan penisku mengimbangi sambil tetap memainkan payudaranya. Dokter Mirza ambruk namun bokongnya tetap naik turun.

"Mas. Oh. Ampun. Oh. Ah. Oh. Ah," Ia meracau sambil menjambak rambutku

"Aduh. Oh. Oh. Oh," gerakannya makin kacau

"MASSSSS OOOOOHHHH"

Kami merengkuh puncak kenikmatan itu bersama-sama. Tulangku rasanya lepas semua. Aku lemas sekali. Dokter Mirza ambruk tanpa tenaga. Kami sempat berciuman sebelum tenggelam dalam kelelahan masing-masing.

"Seumur hidup, saya tidak pernah sampai begini, Mas," katanya

Setelah istirahat hampir 15 menit, Ia bangkit dan mulai beres-beres. Tak ada pakaian di tubuhnya. Jadi aku bisa melihatnya telanjang bulat sedang beres-beres.

"Saya yang heran Dokter bisa begini," jawabku sambil tetap menikmati tubuhnya dari ranjang

"Mas Bayu yang berhasil membangkitkan jiwa binal saya," katanya lalu mendekat dan menggigit hidungku

"Dokter puas?" tanyaku iseng

"Kalau nggak puas, mana mungkin nambah terus," jawabnya lalu berlalu ke kamar mandi

"Mas Bayu jangan nyusul, nanti malah nggak jadi mandi," teriaknya dari kamar mandi

Aku membiarkan dia membersihkan diri. Setelah hari ini, Ia akan kembali ke suaminya. Entah kapan kegilaan ini bisa kami ulangi. Meski tak lugu-lugu amat, aku belum pernah bercinta sampai sebegininya. Dengan istriku, kami memang cukup variatif tapi tak pernah segila ini. Mungkin karena kami pasangan selingkuh yang tak pernah tahu kapan akan mendapatkan kesempatan begini lagi. Juga Dokter Mirza yang tak pernah mendapatkan kepuasan seksual sebelumnya. Semua seperti meledak setelah menemukan kuncinya.

Aku jadi ingat Mbak Eva. Kuperiksa ponsel, tak ada jawaban. Tapi sudah dibaca pesanku. Pikiranku jadi kemana-mana. Timbul bisikan untuk iseng menggodanya. Ah, lihat nanti saja.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd