Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PERSELINGKUHAN

Bakalan ketagihan nih mbak eva.... Dan sisi liarnya mungkin akan terbangkitkan....
 
Dari keingin tahuan lanjut ke percobaan diakhiri dengan orgasme hebat...hemm pintu perselingkuhan selanjutnya aku terus dan terus... mantap cerita nya Om
 
kayaknya bakal ketaguhan ini mah
 
penggambaran point of viewnya menarik, karena "Aku" sebagai Bayu tidak diceritakan sejak awal. Ceritanya memang tak terlalu erotis, terkesan soft, tetapi mengena dan bahkan bisa membuat saya sebagai pembaca ikut membayangkan betapa dag dig dugnya berseleingkuh dan yang pasti semacam mendapat durian runtuh. Kalau nggak ketahuan berarti ya dapat makan daging duriannya, kalau ketahuan seperti tertimpa kulit duriannya. Ini opini saya. Trims Suhu atas story nya. :beer:
 
Selamat pagi semua. Cerita ini tinggal beberapa bagian saja. Tetep kita unggah harian saja ya biar seru ada momen menunggunya. Namanya juga cerita bersambung. Hehehe

Sekali lagi saya sampaikan, ini bukan pengalaman pribadi, tapi cerita dari seorang teman. Dia memang cukup akrab dengan saya maka berani menceritakan. Jangankan kalian, ketika saya mendengar cerita ini langsung, saya pun jadi ikut berpikiran mesum, deg-degan, hingga rasanya ingin ikut mencoba. Haha

Tapi cerita teman saya itu sudah saya modifikasi sedemikian rupa agar lebih enak dituliskan. Makanya ada point of view orang ketiga sebagai pemanis. Kalau dengar cerita aslinya, saya yakin kalian akan lebih geleng-geleng kepala.

Jadi, mari kita lanjutkan saja ya. Selamat membaca!
 
BAGIAN 15
SETELAH ORGASME

Sepertinya Eva sudah kehilangan akal sehat saat memutuskan mengikuti nafsunya. Sebelum terpejam dan tak menjawab pertanyaan terakhir Bayu, tak ada pikiran untuk mengkhianati suaminya. Ia masih seorang istri setia yang kebetulan dihadapkan pada pilihan yang teramat sulit. Tapi semua berubah saat Ia terbangun tengan malam itu. Seseorang entah siapa datang di mimpinya dan berusaha menjelaskan mengapa pilihan ini yang harus diambil. Dan ya, Bayu kemudian datang di mimpi itu lalu membuatnya ngos-ngosan merasakan kenikmatan yang belum pernah diraih sebelumnya. Ketika terjaga dengan nafas tak beraturan serta keringat yang mengucur, Ia makin yakin untuk mengikuti mimpinya. Semesta ternyata memang sedang dirancang untuk itu. Bayu bangun tak lama kemudian dan menemukannya sedang di kamar mandi.

Lalu terjadilah sesuatu yang hampir percis dengan mimpinya. Ia tersenyum penuh kepuasan. Tubuhnya masih ambruk di atas badan Bayu yang berkeringat. Mereka baru saja melepas hormon oksitosin bersamaan. Cairan vaginanya muncrat setelah berulang-kali dihajar oleh penis gemuk milik Bayu. Eva kini tahu, Ia bukan tipe wanita yang mudah orgasme seperti Dokter Mirza. Ia masih ingat betul detil panggilan video itu. Maka dari itu, butuh laki-laki yang punya kemampuan diatas rata-rata. Ia menemukan kemampuan itu dalam diri Bayu. Tubuhnya memang tak begitu atletis tapi kemahiran memuaskan wanita patut diwaspadai. Ia sudah membuktikan pada dirinya sendiri, dan Dokter Mirza tentunya. Suaminya sudah berusaha 8 tahun dan tak menunjukkan hasil. Ia berpikir ini saatnya memuaskan hasrat itu.

"Saya merasa binal sekali, Mas" kata Eva sambil beringsut turun dari tubuh Bayu

"Kan setiap orang punya sisi itu, Mbak. Belum keluar saja selama ini," jawab Bayu

Bayu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Eva mengekor di belakang.

"Mbak Eva tidak menyesal, kan?" tanya Bayu di kamar mandi

"Lebih ke merasa bersalah sama suami dan anak, Mas," jawab Eva

"Kalau perasaan itu masih ada, sebaiknya kita nggak mengulangi ini, Mbak," kata Bayu

"Mas Bayu juga bilang ini ke Dokter Mirza?" tanya Eva penuh selidik

"Tentu. Yang Mbak lihat malam itu adalah perasaan lepas tanpa rasa bersalah dan menyesal," jawab Bayu enteng

Eva masih berpikir bagaimana bisa menghilangkan perasaan bersalah yang masih tersisa di otaknya. Walau bagaimana pun, Ia seorang istri baik-baik dan penurut sebelum ini.

"Mas Bayu nggak pernah menyesal atau merasa bersalah sama istri?" tanya Eva berusaha ingin tahu

"Awalnya iya. Tapi saat itu saya sepakat dengan Dokter Mirza untuk menghilangkan perasaan ini. Karena itu akan memudahkan kami untuk diketahui orang lain," jawab Bayu santai

"Bagaimana cara menghilangknnya?" Eva bertanya lagi

"Meyakinkan diri bahwa ini keputusan sadar dan hanya memenuhi nafsu. Kalau Mbak Eva tanya apa saya masih cinta istri, jawabannya adalah iya. Itulah kenapa saya hilangkan perasaan itu," Bayu beranjak kembali ke kamar

Eva masih berdiam di kamar mandi. Ia sudah selesai membersihkan diri, mematung di depan cermin dan mengamati tubuhnya yang hanya berbalut handuk. Ia sangat menikmati bersetubuh dengan Bayu. Sebuah pengalaman baru sebagai seorang wanita. Hanya satu hal yang Ia takutkan setelah ini, yakni selalu membandingkan kemampuan suaminya dengan Bayu. Ujung-ujungnya, Ia akan kesal dan mulai berubah perangai. Efeknya tentu seperti yang dikatakan Bayu, akan mudah diketahui orang lain. Mau tidak mau, Eva harus mengubah jalan pikirannya. Keluar dari kamar hotel ini, Ia bukan lagi wanita lugu seperti sebelumnya. Ia kini tahu bahwa wanita juga butuh kepuasan seksual. Sebuah kepuasan yang ternyata mampu memperbaiki ketenangan di otaknya. Ia harus yakin dengan keputusan ini. Bayu begitu santai menanggapi kekhawatirannya. Rasanya kondisi ini juga dialami oleh Dokter Mirza sebelumnya.

"Satu hal yang perlu disadari adalah risiko dari hubungan seperti ini juga besar, Mbak. Kalau ketahuan, Mbak Eva sudah bisa membayangkan yang akan terjadi," kata Bayu ketika Ia kembali ke ranjang

Ya. Itu yang luput dari pikiran Eva di kamar mandi tadi. Risiko. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan jika risiko itu terjadi. Ia bukan siapa-siapa. Selama ini, hidupnya memang tergantung oleh penghasilan suami. Orang tuanya juga tak kaya-kaya amat. Dan yang paling Ia pikirkan adalah rasa malu. Entah cacian atau hinaan apa yang akan Ia dapatkan jika orang-orang mengetahui perbuatannya. Nyalinya ciut kembali. Ia mulai berpikir ulang untuk melanjutkan semuanya.

"Kita coba diskusi dengan pikiran terbuka ya. Kalau ternyata ketahuan, apa yang akan dilakukan Mbak Eva?" tanya Bayu

Bayu memeluk tubuh Eva. Ia masih bertelanjang dada sedangkan Eva memakai kaus milik Bayu, hanya celana dalam ada di baliknya. Tubuh Eva terasa dingin mendapat pelukan dan pertanyaan seperti itu. Ia diam. Tak mampu menyusun kalimat. Tiba-tiba, air matanya menetes. Mengingat segala hal yang Ia miliki. Seorang suami yang cukup bertanggung jawab meski kadang Eva tak suka perangainya yang cuek dan sering malas-malasan. Dua anak yang tumbuh dengan baik. Lucu sekali anak-anaknya jika merengek manja. Juga keluarga yang begitu mendukungnya. Hanya karena tak mendapatkan kepuasan seksual sebagai seorang wanita, Eva tega melakukan hal keji seperti ini. Bersetubuh dan menyerahkan mahkotanya untuk laki-laki selain suami adalah perbuatan yang sangat hina. Kalimat-kalimat itu terus memenuhi pikirannya. Eva limbung, maju-mundur atas pilihannya dalam perselingkuhan ini.

Bayu hanya memeluknya erat. Ia tahu, wanita itu sedang bimbang. Meski tak sama, kejadian dengan Dokter Mirza hampir mirip. Sebagai wanita baik-baik, tak ada bayangan seperti ini sebelumnya. Bayu paham sekali itu. Ia tak akan mengganggu kontemplasi Eva.

"Saya nggak tahu, Mas. Saya bukan Dokter Mirza yang pasti akan mampu hidup sendiri. Pertanyaan Mas Bayu sulit sekali jawabannya," Eva terisak mengatakan hal itu

Ya. Mereka bukan wanita dengan latar belakang dan kemampuan yang sama. Dokter Mirza adalah wanita yang sangat mandiri, terdidik, dan punya kuasa atas diri sendiri yang sangat baik. Sedangkan Eva hanya ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Hidup bergantung kepada suami. Eva memang seorang sarjana, tapi sudah lama sekali Ia tidak masuk dunia kerja. Gelap rasanya jika harus memulai jalan itu dari awal. Bayu sedang menghadapi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Ia harus hati-hati benar kali ini.

Tak ada percakapan lanjutan setelah itu. Air mata Eva juga berhenti perlahan berganti dengan dengus nafas teratur. Badannya lemas. Ia lelap dalam kelelahan usai bercinta dan pikiran yang kacau karena percakapan dengan Bayu. Sedangkan laki-laki itu masih memeluknya. Matanya masih segar meski tubuhnya berkata lain. Berbagai skenario memenuhi pikirannya. Ia siap-siap saja jika hubungan ini hanya semalam. Toh, rasa penasarannya atas tubuh Eva telah terjawab. Meski kalau ditanya apakah Ia ingin mengulangi tentu jawabnya adalah pasti, risikonya terlampau besar untuk Eva. Ia juga tak kuat jika harus terlibat pada risiko itu. Sedangkan dengan Dokter Mirza mereka telah bersepakat untuk menanggung semuanya masing-masing. Aman.

Eva masih dalam pelukannya. Posisinya kini beralih, mereka berhadapan. Payudara besar dan bulat itu menekan dadanya. Dengan posisi begini, pikiran jernihnya teracuni. Terbayang kenikmatan yang baru saja Ia raih. Bagaimana liarnya wanita mungil itu. Juga jepitan vagina yang membuatnya merem-melek. Ia akan merindukannya jika ini tak pernah terulang. Tangannya berada di bokong milik Eva yang hanya terbungkus celana dalam. Ia elus pelan lalu sedikir mencengkeram. Tiba-tiba ada ide masuk ke dalam otaknya. Tapi Ia tak yakin. Terlalu berani rasanya. Bayu mulai pusing. Sialan juga. Penisnya malah perlahan berdiri.
 
BAGIAN 15
SETELAH ORGASME

Sepertinya Eva sudah kehilangan akal sehat saat memutuskan mengikuti nafsunya. Sebelum terpejam dan tak menjawab pertanyaan terakhir Bayu, tak ada pikiran untuk mengkhianati suaminya. Ia masih seorang istri setia yang kebetulan dihadapkan pada pilihan yang teramat sulit. Tapi semua berubah saat Ia terbangun tengan malam itu. Seseorang entah siapa datang di mimpinya dan berusaha menjelaskan mengapa pilihan ini yang harus diambil. Dan ya, Bayu kemudian datang di mimpi itu lalu membuatnya ngos-ngosan merasakan kenikmatan yang belum pernah diraih sebelumnya. Ketika terjaga dengan nafas tak beraturan serta keringat yang mengucur, Ia makin yakin untuk mengikuti mimpinya. Semesta ternyata memang sedang dirancang untuk itu. Bayu bangun tak lama kemudian dan menemukannya sedang di kamar mandi.

Lalu terjadilah sesuatu yang hampir percis dengan mimpinya. Ia tersenyum penuh kepuasan. Tubuhnya masih ambruk di atas badan Bayu yang berkeringat. Mereka baru saja melepas hormon oksitosin bersamaan. Cairan vaginanya muncrat setelah berulang-kali dihajar oleh penis gemuk milik Bayu. Eva kini tahu, Ia bukan tipe wanita yang mudah orgasme seperti Dokter Mirza. Ia masih ingat betul detil panggilan video itu. Maka dari itu, butuh laki-laki yang punya kemampuan diatas rata-rata. Ia menemukan kemampuan itu dalam diri Bayu. Tubuhnya memang tak begitu atletis tapi kemahiran memuaskan wanita patut diwaspadai. Ia sudah membuktikan pada dirinya sendiri, dan Dokter Mirza tentunya. Suaminya sudah berusaha 8 tahun dan tak menunjukkan hasil. Ia berpikir ini saatnya memuaskan hasrat itu.

"Saya merasa binal sekali, Mas" kata Eva sambil beringsut turun dari tubuh Bayu

"Kan setiap orang punya sisi itu, Mbak. Belum keluar saja selama ini," jawab Bayu

Bayu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Eva mengekor di belakang.

"Mbak Eva tidak menyesal, kan?" tanya Bayu di kamar mandi

"Lebih ke merasa bersalah sama suami dan anak, Mas," jawab Eva

"Kalau perasaan itu masih ada, sebaiknya kita nggak mengulangi ini, Mbak," kata Bayu

"Mas Bayu juga bilang ini ke Dokter Mirza?" tanya Eva penuh selidik

"Tentu. Yang Mbak lihat malam itu adalah perasaan lepas tanpa rasa bersalah dan menyesal," jawab Bayu enteng

Eva masih berpikir bagaimana bisa menghilangkan perasaan bersalah yang masih tersisa di otaknya. Walau bagaimana pun, Ia seorang istri baik-baik dan penurut sebelum ini.

"Mas Bayu nggak pernah menyesal atau merasa bersalah sama istri?" tanya Eva berusaha ingin tahu

"Awalnya iya. Tapi saat itu saya sepakat dengan Dokter Mirza untuk menghilangkan perasaan ini. Karena itu akan memudahkan kami untuk diketahui orang lain," jawab Bayu santai

"Bagaimana cara menghilangknnya?" Eva bertanya lagi

"Meyakinkan diri bahwa ini keputusan sadar dan hanya memenuhi nafsu. Kalau Mbak Eva tanya apa saya masih cinta istri, jawabannya adalah iya. Itulah kenapa saya hilangkan perasaan itu," Bayu beranjak kembali ke kamar

Eva masih berdiam di kamar mandi. Ia sudah selesai membersihkan diri, mematung di depan cermin dan mengamati tubuhnya yang hanya berbalut handuk. Ia sangat menikmati bersetubuh dengan Bayu. Sebuah pengalaman baru sebagai seorang wanita. Hanya satu hal yang Ia takutkan setelah ini, yakni selalu membandingkan kemampuan suaminya dengan Bayu. Ujung-ujungnya, Ia akan kesal dan mulai berubah perangai. Efeknya tentu seperti yang dikatakan Bayu, akan mudah diketahui orang lain. Mau tidak mau, Eva harus mengubah jalan pikirannya. Keluar dari kamar hotel ini, Ia bukan lagi wanita lugu seperti sebelumnya. Ia kini tahu bahwa wanita juga butuh kepuasan seksual. Sebuah kepuasan yang ternyata mampu memperbaiki ketenangan di otaknya. Ia harus yakin dengan keputusan ini. Bayu begitu santai menanggapi kekhawatirannya. Rasanya kondisi ini juga dialami oleh Dokter Mirza sebelumnya.

"Satu hal yang perlu disadari adalah risiko dari hubungan seperti ini juga besar, Mbak. Kalau ketahuan, Mbak Eva sudah bisa membayangkan yang akan terjadi," kata Bayu ketika Ia kembali ke ranjang

Ya. Itu yang luput dari pikiran Eva di kamar mandi tadi. Risiko. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan jika risiko itu terjadi. Ia bukan siapa-siapa. Selama ini, hidupnya memang tergantung oleh penghasilan suami. Orang tuanya juga tak kaya-kaya amat. Dan yang paling Ia pikirkan adalah rasa malu. Entah cacian atau hinaan apa yang akan Ia dapatkan jika orang-orang mengetahui perbuatannya. Nyalinya ciut kembali. Ia mulai berpikir ulang untuk melanjutkan semuanya.

"Kita coba diskusi dengan pikiran terbuka ya. Kalau ternyata ketahuan, apa yang akan dilakukan Mbak Eva?" tanya Bayu

Bayu memeluk tubuh Eva. Ia masih bertelanjang dada sedangkan Eva memakai kaus milik Bayu, hanya celana dalam ada di baliknya. Tubuh Eva terasa dingin mendapat pelukan dan pertanyaan seperti itu. Ia diam. Tak mampu menyusun kalimat. Tiba-tiba, air matanya menetes. Mengingat segala hal yang Ia miliki. Seorang suami yang cukup bertanggung jawab meski kadang Eva tak suka perangainya yang cuek dan sering malas-malasan. Dua anak yang tumbuh dengan baik. Lucu sekali anak-anaknya jika merengek manja. Juga keluarga yang begitu mendukungnya. Hanya karena tak mendapatkan kepuasan seksual sebagai seorang wanita, Eva tega melakukan hal keji seperti ini. Bersetubuh dan menyerahkan mahkotanya untuk laki-laki selain suami adalah perbuatan yang sangat hina. Kalimat-kalimat itu terus memenuhi pikirannya. Eva limbung, maju-mundur atas pilihannya dalam perselingkuhan ini.

Bayu hanya memeluknya erat. Ia tahu, wanita itu sedang bimbang. Meski tak sama, kejadian dengan Dokter Mirza hampir mirip. Sebagai wanita baik-baik, tak ada bayangan seperti ini sebelumnya. Bayu paham sekali itu. Ia tak akan mengganggu kontemplasi Eva.

"Saya nggak tahu, Mas. Saya bukan Dokter Mirza yang pasti akan mampu hidup sendiri. Pertanyaan Mas Bayu sulit sekali jawabannya," Eva terisak mengatakan hal itu

Ya. Mereka bukan wanita dengan latar belakang dan kemampuan yang sama. Dokter Mirza adalah wanita yang sangat mandiri, terdidik, dan punya kuasa atas diri sendiri yang sangat baik. Sedangkan Eva hanya ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Hidup bergantung kepada suami. Eva memang seorang sarjana, tapi sudah lama sekali Ia tidak masuk dunia kerja. Gelap rasanya jika harus memulai jalan itu dari awal. Bayu sedang menghadapi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Ia harus hati-hati benar kali ini.

Tak ada percakapan lanjutan setelah itu. Air mata Eva juga berhenti perlahan berganti dengan dengus nafas teratur. Badannya lemas. Ia lelap dalam kelelahan usai bercinta dan pikiran yang kacau karena percakapan dengan Bayu. Sedangkan laki-laki itu masih memeluknya. Matanya masih segar meski tubuhnya berkata lain. Berbagai skenario memenuhi pikirannya. Ia siap-siap saja jika hubungan ini hanya semalam. Toh, rasa penasarannya atas tubuh Eva telah terjawab. Meski kalau ditanya apakah Ia ingin mengulangi tentu jawabnya adalah pasti, risikonya terlampau besar untuk Eva. Ia juga tak kuat jika harus terlibat pada risiko itu. Sedangkan dengan Dokter Mirza mereka telah bersepakat untuk menanggung semuanya masing-masing. Aman.

Eva masih dalam pelukannya. Posisinya kini beralih, mereka berhadapan. Payudara besar dan bulat itu menekan dadanya. Dengan posisi begini, pikiran jernihnya teracuni. Terbayang kenikmatan yang baru saja Ia raih. Bagaimana liarnya wanita mungil itu. Juga jepitan vagina yang membuatnya merem-melek. Ia akan merindukannya jika ini tak pernah terulang. Tangannya berada di bokong milik Eva yang hanya terbungkus celana dalam. Ia elus pelan lalu sedikir mencengkeram. Tiba-tiba ada ide masuk ke dalam otaknya. Tapi Ia tak yakin. Terlalu berani rasanya. Bayu mulai pusing. Sialan juga. Penisnya malah perlahan berdiri.
Salut suhu....enak bacanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd