Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petruk Harja Sentana

Bimabet
Kehidupan yang monoton mudah membuat manusia bosan. Keseharian yang selalu saja sama bisa membuat pikiran setres. Tapi tidak bagi Petruk. Ia hidup dengan menjalaninya bukan memikirkannya. Ia selalu bertindak pasrah pada jalan hidupnya. Yang penting bertanggung jawab atas apa yang ia telah lakukan, serta tak boleh menyesalinya. Karna sesungguhnya penyesalan adalah salah satu penyebab kesengsaraan di dunia.

Begitu juga saat ini, Petruk dengan jantan menghadapi resiko apapun yanh akan diputuskan Ki Sentana. Ia merasa sedang diadili meski sebenarnya ia sedang diajak diskusi dan diberi berbagai nasehat dari yang telah memakan garam lebih banyak.

**

Aku sekarang berada di kamar, Intan masih meringkuk di dalam kain selimut. Mungkin dia sangat kelelahan akibat kegiatannya dan juga karena aku hajar sekuat tenaga. Ya tentu saja dia meminta dibuat pingsan dengan jalan kepuasan.

Aku panggil dia dengan lembut sembari aku goyangkan pelan badannya. Ia tak bergeming. Lalu aku kecup pipinya dan kubisiki agar cepat bangun. Ia menggeliat saja. Lalu aku bisiki kembali
"Romo dan Ibu sudah di rumah"

Sontak matanya terbuka lalu dia dengan cepat duduk sambil menatapku.

"Mas.. beneran?" tanya Intan

"Iya. Kita ditunggu Romo dan Ibu. Romo mau bicara dengan kita" ucapku

"Mas.. gapapa kan?"
Aku hanya sedikit tersenyum.
"Sebentar aku pakai baju dan cuci muka dulu Mas" lanjutnya

Ia buru-buru memakai baju lalu dengan cepat berjalan ke arah dapur untuk cuci muka.
Aku menunggu di depan pintu kamar memang, menunggunya untuk jalan bersama menghadap Romo.

"Ayo Mas" ajaknya setelah selesai cuci muka

Kami berdua pun ke ruang tamu disertai dada berdetak kencang. Aku tahu Intan panik karena dia beberapa kali terlihat menelan ludahnya sendiri.

Kami membungkukan sedikit badan dengan maksud menyapa atau memberi tahu Romo jika kami siap dihukum.
Sementara disana terlihat Ibu yang dari tadi hanya duduk dengan raut wajah kecewa, marah dan seperti ada penyesalan.

"Duduk" ucap Romo dengan nada datarnya

Kami pun duduk di kursi berjejeran menghadap Romo yang duduk bersebelahan dengan Ibu
"Siapa namamu nduk?" tanya Romo

"Nama saya Intan, Romo" jawab Intan sembari menunduk.

Intan takut? Atau dia sedang menyusun rencana agar lolos dari adegan kaku ini?

"Romo kah? Yah tak apa lah"
"Kamu berasal dari mana nduk?" tanya Romo

"Jakarta Romo"

"Oh begitu. Apa kamu takut denganku? Dari tadi menunduk" ujar Romo

"Maaf Romo, saya takut lancang" balas Intan

"Kalau kamu merasa lancang hanya karena menatapku, kenapa tidak merasa lancang untuk melakukan itu sebelum menikah? Apalagi tinggal bersama seperti ini??"

Intan hanya terdiam

"Apa Petruk memaksamu?" lanjut Romo

"Tidak Romo, malah saya yang memaksa Mas Petruk untuk izinkan saya tinggal." ujar Intan

"Oh pasti kamu salah satu wanita yang mencari kepuasan sexual di desa ini"
"Aku tak marah jika itu orang lain, tapi Petruk sudah aku anggap darah dagingku. Meski dia sudah bukan anak-anak tapi dia masih polos. Apa kamu mau merusaknya?"

Intan kaget dengan kesimpulan sepihak dari Ki Sentana, ia langsung reflek menatap Ki Sentana yang masih berwajah datar
"Tidak Romo, saya benar-benar serius. Menang awalnya saya seperti yang Romo bilang, tapi setelah mengenal Mas Petruk. Saya benar-benar menyukainya. Saya malah berniat mengajak Mas Petruk untuk bertemu kedua orang tua saya" ucap Intan dengan antusias

Pandangan Ki Sentana beralih pada Petruk
"Le, kamu tahu apa yang kamu lakukan ini salah?" tanya Ki Sentana

Aku hanya terdiam. Bingung, apa salahnya jika aku berbagi kebahagiaan dengan Intan atau dengan wanita lain? Toh aku tak memaksa mereka!

Terdengar Romo menghela nafas.
"Kamu tahu jika kamu bisa membuat seorang wanita hamil dengan melakukan itu?" tanya Romo lagi

Eh hamil? Kalau iya gimana ya? Trus Ibu? Oh aku ingat, dulu aku lihat Heni meminum obat agar dia tak hamil. Obat milik Intan. Apa sekarang waktunya yang tepat untuk bertanya, jika memang itu buruk kenapa aku boleh melakukannya dengan Ibu?

Aku menatap Romo dan Ibu, sebenarnya lebih fokus ke Ibu.

Ibu terlihat sedikit menggeleng.

"Maaf Romo, saya tidak tahu" jawabku

Romo kembali menghela nafas

"Romo, tolong jangan salahkan Mas Petruk. Kami melakukan ini karena suka sama suka. Maaf saya telah merusak kepolosan dan menghianati kebaikan Mas Petruk" ucap Intan kembali menunduk

"Kalau benar begitu, kalian harus menikah. Setidaknya agar desa ini masih menjalankan tradisinya yang asli" ucap Romo yg sudah semakin santai

"Besok persiapkan diri kalian, lusa kalian akan dinikahkan secara adat dan disaksikan semua warga desa dan para dewan adat juga dewan ibadat"

"Lalu nanti setelah selesai kegiatan di desa, kalian temui mereka di Jakarta. Apapun keputusan orang tuamu, kita tak tahu. Jadi persiapkan segalanya bahkan untuk yang terburuk" ucap Romo menatap kami berdua

"Mulai malam ini, kalian aku restui menjadi pasangan suami istri. Jadi kalian boleh bersama. Tapi jangan lupakan apa yang tadi aku katakan" lanjut Romo

"Baik Romo" "sendiko Romo"

"Yasudah, kalian istirahat. Malam sudah larut"

Kami pun undur diri masuk bilik pengantin kami. Ya gimana, sudah direstui kok.

"Mas, aku sampai lemas. Baru kali ini aku takut dengan orang. Romo emang beda ya. Masih deg-degan aku Mas" ucap Intan yg sudah duduk di tepian ranjang

"Sama Mbak, aku juga. Entah kenapa aku juga sangat takut. Biasanya karena sungkan dan hormat saja" sahutku

"Mas"

"Iya Mbak?"

"Mas pernah denger suami panggil istrinya pake Mbak?" tanya Intan

"Maksudnya Mbak?"

"Panggil aku sayang, dek atau nama aja kalau Mas malu. Masa masih panggil Mbak" jelas Intan

Ooo melongoo

"Yaudah mas, tidur aja yuk. Semoga besok jadi lebih baik. Besok juga aku mau kabarin temen-temenku kalau aku lusa mau nikah" ucap Intan

"Iya Mbak"

"Hmmmm"

"Iya Dek" lidahku serasa kesemutan menyebut Intan dengan Dek. Tapi kami suamu istri. Ya mau tak mau kan?

Emuach

Kecup intan di pipiku

*

Pagi pun datang, masih gelap sih. Ya sudah jadi kebiasan juga bangun sebelum matahari terbit.
Aku pun keluar dari kamar untuk mulai pemanasan dengan menyapu kandang dan memberi makan kambing. Lalu mandi.

Saat masuk kamar, kulihat Intan sudah bangun dan sedang membereskan tempat tidur kami.
Tumben? Biasa masih pejam matanya

"Aku kira belum bangun Dek, ini mau aku bangunkan. Gak enak ada Romo dan Ibu." ucapku

"Belajar jadi istri idaman mas" ucapnya sambil malu-malu

"Aku berangkat ke kebun dek, nanti susul aja kalau dah selesai kegiatan" ucapku

"Mas" panggilnya

Aku pun menengok ke arah istriku

"Apa Dek?" tanyaku

"Cium dulu sebelum berangkat, kan udah jadi istri. Masa sama aja" ucapnya

Aku pun melakukan apa yang diinginkan istri cantikku lalu dia malah melumat bibirku saat aku berniat hanya mengecup

"Nanti kepengen dek" ucapku

"Oiya lupa Mas, maaf. Kalau cuma berdua sih gak peduli" jawab Intan lalu tersenyum memamerkan giginya

Aku pun bergegas berangkat, karena besok seperti aku tak ke kebun. Pasti besok sibuk, setidaknya rumput harus cukup untuk kambing-kambingku.

****

Sudah lama rasanya Petruk tak beristirahat siang di gubung dekat sungai. Biasanya ia tiap hari kesana. Meski tanpa kawan-kawan buruh tani yang juga bekerja di sawah, ia tetap kesana.

Tak lama setelah Petruk beristirahat dengan berbaring, ia kedatangan sang istri.
"Udah ketebak Mas pasti disini" ucapnya saat tiba di gubug itu

"Iya dek, lagipula rasanya sudah lama gak kesini" jawab Petruk

Intan tersenyum menikmati udara dan pemandangan yang sangat menyejukan hati. Terlebih ia sedang berdua dengan suaminya.

"Mas, aku mau jujur. Kalau Mas marah, aku siap. Mas jijik pun, aku siap menyingkir dari hidupmu Mas" ucap Intan yang terlihat tenang dengan masih memandang pemandangan sawah hijau diseberang sungai

"Ada apa Dek?"

"Tadi aku banyak diolok teman-teman karena mau menikahi orang kampung katanya. Mereka bilang aku bodoh, ada juga yang bilang aku cuma mau ngesex dengan banyak laki-laki disini. Cuma Heni aja yang gak komentar. Mungkin karena sudah tahu kamu seperti apa"
"Tapi aku tetap gak peduli, lagi pula aku sudah tak lagi tertarik dengan laki-laki lain. Memang sih karena suatu kejadian."

Petruk terus menyimak apa yang Intan katakan.

"Terutama karena beberapa hari lalu Mas, aku sudah dicap mereka sebagai wanita pemburu kontol. Lalu di balai desa, aku dipaksa melayani beberapa temanku dan Pak Semito, si sekdes"

Petruk mengerutkan kening karena mendengar cerita Intan

"Mereka malah marah-marah meski sudah menggagahiku. Apalagi saat aku bilang kontol mereka kecil gak berasa dimemekku. Aku suruh gak usah banyak tingkah. Bikin kotor aja"

Petruk masih sedikit terbakar emosi karena Intan dipaksa

"Mas malu kan kalau punya istri kayak Intan, perempuan gatal yang cuma cari kontol buat dinikmati" ucap Intan mulai menitikan air mata

Petruk bangkit dan duduk di sebelah istrinya. Petruk rangkul dan peluk dia.

"Tidak sayang, aku tak malu. Aku malah marah. Harusnya lapor ke dewat adat. Apa sayangku gak tahu kalau di desa ini sangat berat kalau memaksa wanita yang bukan istrinya untuk begituan?" ucap Petruk yang masih memeluknya

"Ah bukannya sudah biasa hubungan sama bukan pasangan?" tanya Intan balik

"Hhmm. Hukumannya adalah kematian" jawab Petruk

"Ehh??" ia kaget sampai melepas pelukan lalu memandang wajah suaminya

"Romo tadi malam cerita"

"Gak usah lah mas. Lagian sekarang mereka pasti gak akan mau menyentuhku kok" ucap Intan

Petruk berangsur tenang lantaran istrinya tak ingin masalah itu terus larut. Ia yang sudah tenang teringat cerita pernikahan Ki Sentana dan Ni Darwati, ia tak mau bernasib seperti mantan kekasih Ni Darwati. Dendam adalah neraka dunia.

"Mas udah selesai kerja atau mau lanjut?" tanya Intan

"Emang kenapa Dek?" Petruk balik bertanya

"Kalau dah selesai, mandi lah. Bau gitu" jawab Intan

"Mandi aja dek? Bukan yang lain?" Petruk sambil meringis

"Mas makin pinter.. heee"

Pasangan suami istri yg baru saja mendapat restu itu kini sudah berendam di sungai. Sang istri menggosok suaminya agar lebih bersih, dengan telaten ia telusuri setiap jengkal tubuh suaminya. Seakan ia sangat ingin mengenal tiap bagian tubuh suami. Namun tangannya tak kembali membasuh suaminya saat bertemu dengan benda kesayangannya.

"Mas... Aku mau ya.."

"Iya sayang.. kamu kan istriku"

Elusan dan kocokan pada kontol Petruk berhasil membuatnya keras bak besi. Tegak menantang siapapun wanita di depannya.

Dengan masih membelai kontol yang ia sayangi, Intan menyongsong bibir Petruk yg terbuka karena nafasnya memburu.

*Slurrppp..

Bunyi ciuman keduanya makin menambah nafsu. Suara riak air sudah tak mereka hiraukan. Mereka sudah melupakan bahwa mereka sedang bermain di tempat terbuka.

Petruk yg mendapat serangan bertubi seakan tak mau kalah, dengan tangan kasarnya dia raih buah dada yg ranum milik Intan. Ia remas dengan gemas.

"Akhhh mas.. ga tahan."

Erangan Intan makin intens saat jemari Petruk bermain di sekitaran liang senggamanya.

Berkali-kali Intan mengeluh tak tahan, ia ingin dituntaskan. Sayangnya Petruk tak juga beranjak dari tempat mereka berandam. Padahal Intan juga tak minta digendong seperti sebelumnya, jika Petruk tak menariknya pun ia akan mengekor ke batu besar yang sebelumnya menjadi saksi bisu kegiatan intim mereka.

"Akhhh maasss.. pindah yukk.. akhh gak tahannnn sayanggg.." keluh Intan mendapat rangsangan di payudara dan liang senggamanya.

Petruk masih saja tak beranjak, ia malah menarik tubuh Intan mendekat. Intan makin tak karuan karena Petruk dengan rakus menikmati buah dadanya, sedangkan satu tangannya mengobel lubang kenikmatan Intan.

Intan tak habis akal, tangannya yang masih menggenggam kontol suaminya, ia arahnya kontol dan memeknya agar berdekatan. Dengan sekali hempas, tubuh bagian bawah Intan diterobos kontol suaminya.

"Akhhhhh" erang keduanya bersamaan

"Nakal kamu mas. Bikin aku pusing"

"Akhirnya kontolmu masuk Mas. Enak kan mas?" tanya Intan memeluk suaminya

"Iya sayang. Kamu terbaik" dibalasnya pelukan Intan dengan hangat

"Kok diem? Gak goyang kayak biasanya dek?" lanjut Petruk

"Gak ahh.. gini aja enak banget. Gerak dikit udah enak. Gak perlu banyak gaya kalau sama Mas" jawab Intan

"Kalau sama orang lain emang gimana dek?" selidik Petruk

"Banyak gaya, itu pun gak bikin enak Mas. Gak segede kontol Mas Petrukku sayang" ucap Intan dilanjut dengan merengkuh Petruk untuk berciuman

Perlahan Petruk merasakan Intan sedikit bergoyang dengan pelan, dengan posisi masih berciuman.
"Emmhhhh"
Mereka merasakan sensasi kenikmatan di kelamin mereka.
Terutama Petruk, kontolnya serasa diremas benda halus.
"Enak banget mas, gini aja aku dah keluar lagi" ucap Intan

"Yaudah yuk kita tuntasin. Biar cepat istirahat. Besok kita menikah loh"

"Iya sayang. Aku patuh kok jadi istri. Apapun kata suami akan aku lakukan." ujar Intan

Dengan posisi kontolnya bersarang di vagina Intan, Petruk membawa Intan ke batu bersejarah bagi mereka. Bagaimana tidak, mereka akan selalu ingat bagaimana mereka bertemu di batu itu. Disitu Intan dengan kasar menarik celana Petruk yang mengira meminta jatah juga seperti kedua lelaki sebelumnya. Sekarang malah dia yang kecanduan kentongan Petruk sampai rela menjadi istrinya.

Jalan hidup seseorang memang tak ada yang tahu, kadang diatas kadang dibawah. Terus berputar seperti roda cakra manggilingan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd