Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petruk Harja Sentana

Petruk dengan lahap menyantap nasi bungkus yang ia beli. Tak ia sia-siakan kebaikan pria yang baru ia kenal. Salah satu bentuk rasa syukur atas makanan yang ia terima.

"Truk lu pernah berantem?" tanya Johan

Petruk menggeleng pelan dengan posisi makanan memenuhi mulutnya.

"Duh.. badan gede masa gak bisa berantem. Lu bisa apaan?"

*bercinta!!* batin Petruk

"Saya cuma petani mas" jawab Petruk yang sudah menyelesaikan makannya

"Kalau lu dipukul, lu bales kan?" tanya Johan lagi

Petruk malah terlihat murung. Ia ingat kejadian sebelumnya. Dimana ia kehilangan Intan!!

Johan merasa salah merekrut Petruk. Ia hanya menghela nafas.

"Truk. Gue ini banyak musuh. Bisa aja gue mati digebugin musuh gue. Kalau kayak gitu, lu gak bisa bantu sama sekali" ujar Johan menunggu respon Petruk

"Saya akan bela Mas Johan kalau begitu kejadiannya" jawab Petruk

Johan meski baru mengenal Petruk tapi ia yakin orang yang ia temui ini tipe penurut. Akhirnya ia punya pion kuat di tangannya. Ia hanya preman kecil yang kekuasannya hanya sebatas pasar dan sekelilingnya. Kalau rebutan lahan saja ia kerahkan semua anak buahnya yang hanya tukang parkir dan penjaga WC umum, tambahan paling ia ajak kuli panggul. Itu pun jika mereka mau.

Johan sudah cukup puas meski jawaban Petruk lumayan meragukan. Apa sih yang diharapkan dari orang yang belum pernah berkelahi?

Pagi pun menjelang, seperti kebiasaan Petruk ia sudah bangun. Apalagi sejak tadi ia mendengar orang sudah memulai kegiatan di pasar itu.
Petruk beranjak ke luar kios tempat ia bermalam.

"Rajin sekali mereka, aku saja baru bangun" ucapnya memperhatikan sekitar.

Dengan kostum yang sama dengan sebelumnya ia duduk di depan kios melihat sekeliling. Beberapa wajah memperhatikan ia balik namun Petruk hanya mengangguk tanpa menyapa. Ia bergegas mandi di toilet umum agar lebih segar.

Usai mandi Petruk keluar dengan hanya bercelana panjang pemberian Intan. Kaosnya basah karena ia gunakan sebagai handuk.

Dada bidang, tangan kekar, otot perut yang kokoh ia tak hiraukan jika ada yg takut atau jijik kepadanya.

"anak buah bang Johan ya?" sapa seaorang wanita yang memiliki tubuh cukup berisi
"Iya Bu. Saya teman Mas Johan" jawab Petruk yang sedang duduk di depan kios.

Wanita itu memperhatikan tubuh idamannya meski kulit dan wajah lelaki yang ia pandangi tak sesuai dengan seleranya. Petruk yg merasa diperhatikan menoleh ke arah wanita di kios sebelahnya. Ia hanya lemparkan senyum untuknya. Namun tak disangka wanita yang baru saja menyapanya malah mendekat.

"Saya Romlah Mas" ucap wanita itu sembari menyodorkan tangan

Petruk pun menjabat tangan wanita itu

"Saya Petruk Bu"

Wanita itu menampilkan senyum termanis yg ia punya.

"Baru disini Mas?"

"Iya Bu"

"Tinggal sama Bang Johan? Atau cuma main aja?"

Petruk bingung harus jawab apa. Ia tak punya tempat tinggal!!

"Saya gak punya tempat tinggal Bu. Saya menumpang aja"

"Kalau Mas mau, Mas bantu-bantu saya. Nanti soal tempat tinggal gak usah dipikirin" ucap Romlah

Romlah meski sudah cukup berumur namun badannya masih segar. Entah apa resepnya.

"Boleh Bu. Nanti saya bilang mas Johan dulu" jawab Petruk

"Yasudah nanti saya yang bicarakan dengan Bang Johan"

Bu Romlah pun kembali ke kiosnya karena ada pembeli. Para pedagang lain yang melihat hanya biasa saja tanpa banyak komentar. Seakan paham apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Udah bangun aja lu. Jangan bilang lu laper" ucap Johan yg baru saja berdiri di pintu kios

"Iya Mas. Sudah biasa bangun pagi" jawab Petruk

"Gue mandi dulu, abis itu kita ngopi di warung. Hari ini lu mulai ikut gue."

"Tadi Bu Romlah bilang mau ajak saya kerja Mas. Saya gak enak kalau numpang terus dengan Mas Johan"

Johan yg mendengar jawaban Petruk lalu memandang seperti tak percaya.

"Tadi Mak Romlah bilang gitu ke elu?" tanya Johan

Petruk mengangguk.

"Asal lo kuat aja lah. Bebas. Atur waktu aja kalau gue butuh ya elu bantu gue. Nanti gue omongin sama Mak Romlah" ujar Johan

--

Mereka pun menunggu siang di warung kopi. Lalu Petruk mengikuti Johan keliling pasar untuk memungut uang keamanan.

Sekilas Johan seperti bos besar yg dikawal elit bodyguard. Bagaimana tidak, badan besar dan kekar Petruk sangat mengintimidasi!

Johan juga membelikan sehelai kaos untuk Petruk. Para pedagang makin sungkan pada Johan. Meski mereka tukang daging yang membawa golok cincang, mereka juga ngeri melihat manusia kekar dibelakang Johan.

"Truk jangan panggil gue Mas, panggil Bang. Biar agak sangar" ucap Johan sambil berkeliling.

"Oiya lu bantuin Mak Romlah abis nemein keliling kayak gini. Tiap hari kita kelilingnya, baru lo ke Mak Romlah" sambung Johan

"Baik bang" jawab Petruk singkat

"Lu itu polos apa doyan sih. Hadeh.. tapi gapapa buat belajar aja Truk. Kota ya kayak gini" ucapnya pada Petruk

Petruk kurang paham hanya manggut-manggut mendengar

---

Pasar tradisional itu akan sepi jika sudah tengah hari. Karena memang aktivitas pasar tersebut mulai dari subuh. Kebanyakan pedagang pun lelah dan pulang untuk istirahat dan mempersiapkan dagangannya untuk besok.

Petruk sudah berada di kios Mak Romlah.

"Truk, bantu kemas yang diluar ya. Emak kemas dalam. Nanti ada beberapa yang mau dibawa pulang" ucap Mak Romlah

"Baik Bu"
Petruk siap melaksanakan instruksi dari juragan barunya

Mak Romlah yang sedang mengemasi barang dagangannya sesekali melirik Petruk.

*Masih polos. Badan keker. Duh gak sabar rasain perjaka kampung* batin Romlah

+++

"Kamu bawa ini ya. rumah emak gak terlalu jauh cuma ini lumayan berat" ucap Romlah sambil menunjuk karung

Petruk langsung memangul karung tersebut. Ia mengikuti Romlah dengan berjalan kaki. Ternyata rumah Mak Romlah tak seberapa jauh, bahkan dibandingkan panjang kebun yang diurus Petruk mungkin jaraknya hanya setengah dari panjang kebun dan sawah di desa.

"Ayo masuk Truk. Itu bawa ke dapur" ucap Romlah

Petruk yg lebih tinggi dari pintu rumah Romlah menurunkan karung. Ia melihat sekeliling

*Sepi banget rumahnya* batin Petruk

Petruk masuk dan meletakan karung dagangan Bu Romlah di dapur. Ia celingukan melihat sekeliling. Entah kenapa ia merasa rumah itu sepi sekali dan hal itu membuatnya penasaran.

"Saya tinggal sendiri Mas, makanya sepi gini" ujar Bu Romlah yang sadar akan tingkah Petruk

"Yaudah Mas Petruk duduk aja dulu, nanti saya buatkan minum dan masakin alakadarnya. Kalau Mas Petruk mau tiduran, bisa pakai kamar itu" sambung Bu Romlah

"Iya Bu" jawab Petruk singkat lalu menuju ruang tengah yang tadi ia lewati.

Ia masih melihat-lihat sekeliling. Meski rumahnya cukup sederhana, namun bagi Petruk rumah itu cukup bagus jika dibandingkan dengan rumah warga di Wanapurwa, desanya.

"Silahkan Mas, kalau mau tiduran boleh loh mas. Itu kamar saya kosong" ujar Bu Romlah

"Gak enak Bu. Nanti suami Ibu bisa marah kalau saya masuk kamarnya" jawab Petruk

"Saya hidup sendiri Mas, suami sudah gak ada. Anak juga merantau ke luar pulau" sahut Bu Romlah

"Ohh begitu, baik Bu saya numpang istirahat saja" jawab Petruk singkat

"Silahkan loh Mas, boleh banget kok" ucap Bu Romlah

Petruk yg cukup lelah mental dan fisiknya pun berbaring untuk sekedar melemaskan ototnya. Ia terus kepikiran mengenai Intan, mau bagaimana pun ia seorang suami. Ia merasa bertanggung jawab dan ingin menemui mereka.

Tak berselang lama Bu Romlah masuk ke kamar yang dipakai Petruk. Namun anehnya ia hanya melilitkan handuk pada tubuhnya. Petruk yang masih terhanyut dalam pikirannya tak menyadari kehadiran Bu Romlah. Malah Bu Romlah yang memperhatikan Petruk, ia heran mengapa lelaki itu tak tertarik dengannya padahal kesempatan untuk menikmati dirinya sudah jelas ia berikan. Bahkan jika secara paksa pun ia tak akan menolak, sebab ia memang sudah gatal ingin mencicipi lelaki bertubuh besar itu.

*Apa aku kurang menarik ya? Memang umur tak bisa menipu. Eh atau dia gak paham? Dia kan perjaka. Hmm harus diberi kursus nih* batin Bu Romlah

Petruk berbaring dengan satu lengannya berada di kening.
"Mas Petruk banyak pikiran ya?" tanya Bu Romlah yang sedang memilih baju di lemari dengan posisi membelakangi Petruk.

Petruk pun akhirnya menyadari keberadaan Bu Romlah. Ia perhatikan tubuh padat berisi itu dari posisinya.

"Tidak kok Bu. Hanya rindu kampung" jawab Petruk sekenanya

Bu Romlah tanpa bertanya lagi langsung meloloskan handuknya, ia yakin bahwa Petruk sedang melihatnya. Bu Romlah sedikit menundukan badannya namun pantatnya sengaja ia tunggingnya agar Petruk tergoda.

Petruk yang melihat aksi Bu Romlah hanya menelan ludah tanpa berkomentar, hanya saja kontolnya menggeliat karena ada lubang kenikmatan yang menganggur.

*Aduh kok malah ngaceng. Istriku gak ada disini* batin Petruk

Bu Romlah yang sudah mengambil daster lalu berbalik.

"Emang kampungnya dimana Mas?" tanya Bu Romlah yang sengaja memamerkan dada besarnya.

Petruk kembali tak percaya ia mendapat tontonan seperti ini. Ia pikir kebebasan seperti itu hanya ada di kampungnya, Desa Wanapurwa.

Bu Romlah yang tahu ia sukses mencuri perhatian Petruk lantas mendekat, dasternya ia lemparkan tak jadi ia pakai.

Petruk hanya diam terbuai pemandangan dada besar Bu Romlah yang bergoyang. Hal itu pula yang membuat kontolnya makin tegang di posisinya.

Bu Romlah membanggakan dirinya, ia dengan percaya diri mendekat dan memandang mata Petruk dengan penuh harap akan kepuasan.

"Mas.." ucap Bu Romlah yg sudah duduk di tepian ranjang

Ia elus paha Petruk, Petruk pun memberanikan diri menyentuh paha Bu Romlah. Bagaimana tidak, ia baru mengenal wanita itu. Petruk takut ia salah paham, maklum dia merasa bodoh.

"Besar sekali mas" ucap Bu Romlah yang membelai kontol Petruk dari luar celana.

"Lepas ya mas" lanjut Bu Romlah berusaha membuka ikatan celana Petruk

Petruk pun ikut membantu, ia mengangkat pinggulnya guna memperlancar aksi Bu Romlah

"Astagaaaa" kaget Bu Romlah melihat ukuran yang sangat asing pada benda yang ia harapkan

Bu Romlah jelas sangat jujur dengan ekspresinya, ia sudah berburu kenikmatan sejak beberapa bulan setelah ia diceraikan suaminya karena tak mampu memberikan keturunan. Sudah puluhan kontol ia nikmati, dari pelanggan, tukang parkir hingga Johan pun sudah pernah ia ajak. Baru kali ini ia melihat kontol berukuran tak wajar.
Tapi justru itulah yang membuat memeknya berdenyut meminta ditengok kontol jumbo di depannya.

"Mas.." ucap Bu Romlah yang tak jadi memelorotkan celana Petruk setelah kontol jumbo terlihat

Ia pegang dan belai kontol itu lembut. Ia perhatikan ukuran tak wajar yang membuatnya menelan ludah beberapa kali.

Petruk hanya diam meringis menikmati sentuhan wanita setengah tua itu. Ia pasrah saja, apalagi ia jauh dari istrinya. Ia juga butuh sentuhan wanita!

"Aku kira polos ternyata..." ucap Bu Romlah tak ia lanjutnya karna ia sudah sibuk menciumi dan menjilati batang hitam besar milik Petruk.

Bu Romlah yang tak sabar ingin segera memasukan batang itu ke dalam dirinya segera memposisikan memeknya ke depan wajah Petruk. Ia berharap mendapatkan oral dari pemilik kontol monster yang ia layani.

Petruk yang beberapa kali pernah melakukan hal itu pun paham dengan keinginan Bu Romlah.

"Akhhh"

Slurpp slurpp

Erang keduanya bersahutan menikmati rangsangan lawan.

Bu Romlah dengan buru-buru menjauhkan memeknya dari wajah Petruk. Ia ingin segera mencicipi batang besar milik Petruk.

"Okhhhh.. Masss" erang Bu Romlah yang mencoba penetrasi
Ia sangat menikmati masuknya batang itu perlahan.

"Akhhh" erang Petruk yang merasakan kenikmatan permainan Bu Romlah

Bu Romlah sangat telaten. Ia sangat sabar. Ia turunkan pinggulnya perlahan sambil menikmati gesekan demi gesekan kedua kelamin mereka.

Ia terlihat agak memaksakan meski sudah secara perlahan, tangannya ikut menstimulus dengan memainkan kelentitnya sendiri. Sedangkan Petruk yang tak sabar dengan pemandangan dada besar Bu Romlah langsung meraih kedua dada itu dengan gemasnya.

"Akhhh iya Mas, remas mas"

Tanpa perintah dua kali, Petruk langsung meremas gemas dada itu sedikit kuat dan sesekali memelintis puting Bu Romlah.

"Akhhh masss.. mentookkk" erang Bu Romlah tak tertahan akan sensasi nikmat di kelaminnya

Karena Bu Romlah diam saja, mungkin sedang beradaptasi dengan ukuran penis yang menurutnya tak wajar. Petruk berinisiatif menyusu di dada besar Bu Romlah. Puting yg mengeras jadi target bulan-bulanan Petruk

"Esssshhh" desah Bu Romlah menikmati
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd