Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petruk Harja Sentana

Kita hanya bisa mengukur orang lain dengan parameter diri kita sendiri. Karena manusia hakekatnya sama, hanya jalan yang telah di laluinya saja sendiri.

Petruk merasa ia tak memaksakan kehendaknya atas nafsunya pada wanita yang ada di depannya. Wanita yang berbaring dengan tubuh telanjang karena satu-satunya penutupnya sudah ia lepaskan.

"Mbak.. kalau memang Mbak menolak, saya pasti berhenti" ucap Petruk pada wanita yang tak berdaya itu

Namun jemari halus wanita itu tak berhenti seakan ia meremasi kontol Petruk.

"Enggghhh" suara lenguhan Juliah

Petruk mengartikan itu sebagai permohonan tapi bukan penolakan karena kontolnya masih merasakan jemari Juliah. Petruk yang sedang mengobel memek sempit Juliah seakan sudah mendapat izin dari si pemilik. Tentu saja dada besar dan kencang di depannya tak ia anggurkan. Dada yang mengundang nafsunya itu ia jilati dan hisap dengan lembut. Ia tak mau Juliah merasa sakit dengan perlakuan kasarnya.

Petruk yang sudah tak sabar hasratnya untum dituntaskan kini sudah bersimpuh diantara pangkal paha Juliah. Ia menatap Juliah dengan seksama. Petruk perhatikan sekali mimik Juliah, namun bukan ekspresi marah atau sedih Juliah malah memberikan senyuman ala dia yang masih dalam keadaan stroke.

Dengan jawaban itu Petruk pun sedikit demi sedikit menekan kontolnya mendobrak memek plontos di depannya. Tebal bibir bawah Juliah terkuak karena desakan kontol Petruk.

"Emnggghhh" lenguh Juliah lagi, namun ia terpejam seakan menikmati

Karena lenguhan itu Petruk sempat terhenti, ia takut jika sudah terlalu jauh bertindak. Tapi ia tak merasa ada penolakan di wajah Juliah, maka aksinya ia lanjutkan kembali dengan pelan.

"Akkkk" kembali terdengar suara dari mulut Juliah.

Namun ia menengadah karena kontol Petruk telah sukses bersarang dengan sempurna di memeknya.

"Naaaa ahhh" Juliah kembali bersuara

Namun kali ini Juliah tak hanya sekedar melenguh, kini ia seperti bayi yang sedang mulai berlatih bicara.

"Akhhh mbak enak banget mbak" ujar Petruk yang merasa kenikmatan dengan gerakan kecil pinggulnya. Ia dengan sadar mengekspresikan kenikmatannya seperti ia yang mengajak ngobrol.

"Engg naaakhh" balas Juliah

Petruk yang tahu Juliah juga menikmati aksinya, lantas tak tinggal diam. Ia beri rangsang kembali pada dada besar yang bergoyang di depannya. Mulut Petruk mendarat mulus di dada kencang Juliah.

Dengan tetap memompa pinggulnya, Petruk menikmati kemasan susu mulus Juliah.

Lenguhan Juliah makin kerap terdengar, ia bahkan kata-katanya makin jelas. Hanya denyutan memek Juliah yang mampu menghentikan Petruk memompa selangkanyannya. Ia sangat menikmati saat Juliah orgasme, rasa pijatan memek pada kontolnya membuatnya brutal namun bisa diredam dengan kepala dingin.

"Enak banget memek kamu Mbak. Aku suka. Ahh ahhh" ucap Petruk memprovokasi

"Eng nagggh ehh mahh" jawab Juliah yang kembali merasa gempuran kontol Petruk

"Maaf Mbak.. " ucap Petruk sesaat sebelum ia mengubah kecepatannya dengan sekuat tenaga. Petruk tak tahan kenikmatan di dalam tubuh wanita lumpuh itu. Ia tak tahan untuk mengejar kenikmatan puncaknya sendiri.

"Enggg enggg enngggg" lenguh Juliah seirama dengan tusukan kontol Petruk

"Akkkhhhhh" Petruk melolong merasakan kenikatannya tumpah dalam tubuh wanita itu

Sedangkan Juliah yang sudah lemas hanya memburu nafasnya yang tak teratur.

"Ma a sihh maashhh" ucapnya lemah

Petruk yang sedang memeluk Juliah bangkit seakan tak percaya, suara Juliah terdengar dengan jelas di telinganya. Kata-kata yang sudah ia mengerti!!

Petruk perhatikan wajah Juliah sudah lebih cantik. Ada kepuasan terukir disana. Dan yang paling mengesankan adalah bibirnya yang sedikit berot kini sudah terlihat nomal. Hanya saja lidahnya masih belok.

Karena takut ketahuan Bu Romlah, Petruk sadar lalu bangkit untuk membereskan kekacauan yang ia timbulkan.

Ia pun tertidur dikursi sebelah ranjang Juliah setelah selesai memakaikan popok dan selimut Juliah. Tentu ia tak lupa memakai kainnya sendiri.

+++

Pagi menjelang.

Bu Romlah yang terbangun merasa badannya pegal karena pertempuran semalam. Tapi yang paling mengejutkannya adalah hilangnya pria yang sudah memuaskannya.

Ia pun bergegas memakai dasternya lalu keluar kamar untuk mencari Petruk. Tapi baru mau keluar ke arah ruang tamu, ia ingin menengok adik kesayangannya.

"Oh disini" batin Romlah yang melihat Petruk tertidur di kursi.

Ia mengira Petruk sudah melakukan tugasnya yaitu menemani Juliah sampai tertidur. Ya memang tapi dalam bentuk lain.

Bu Romlah pun bergegas karena ia harus mempersiapkan dagangannya. Ia sudah tenang karena Petruk sudah ditemukan dan disana juga ia melihat sang adik tertidur dengan pulas bahkan wajahnya terlihat sangat bahagia.

Selesai mempersiapkan diri dan sebagian dagangan yang kemarin dibawa pulang sudah dikemasi dalam karung. Ia pun berangkat dengan menggendong karung itu sendiri. Sayuran yang ia masukan dalam kulkas itu sama dengan yang dibawa Petruk kemarin saat dipancing Romlah untuk ke rumahnya.

Dengan ekspresi cerah ia bersuka cita dalam hatinya. Bagaikan pengantin baru ia menemukan sesuatu yang mampu melengkapinya selama ini. Ya menurutnya itu adalah Petruk, tentu saja kontol Petruk jika lebih spesifik lagi.

Bu Romlah sudah mantap, ia akan meminta Johan agar Petruk tinggal bersamanya. Seperti ia dulu yang pernah dipakai Bu Romlah sebagai pemuas.

++++

Matahari sudah mulai tinggi, pasar juga makin ramai. Bu Romlah yang sibuk dengan dagangannya sesekali melirik ke kios yg dipakai Johan. Ia menunggu mantan pejantannya itu untuk izin "merawat" Petruk.

"Duh pengantin baru, cerah banget Ceu" sapa wanita penjual bumbu dapur di sebelah Bu Romlah.

"Yah gitu lah Tin, gimana lagi yang muda emang gak pernah bikin kecewa" sahut Bu Romlah

*Halah paling juga bentar lagi bosan* batin wanita yang dipanggil Tin

Obrolan mereka terpotong karena ada pembeli di kios wanita yang dipanggil Tin. Sedangkan Bu Romlah melihat Johan yang baru bangun keluar dari kiosnya.

"Bang Johan.. ini dah saya siapkan kopi" ucap Bu Romlah

"Eh Mak Rom.. Perhatian banget sih" jawab Johan yang merasa sebentar lagi giliran dia dapat jatah Bu Romlah

Ya, Johan sebagai duda muda juga butuh pelampiasan. Ia tak berselera dengan wanita bayaran, dan juga memang dia tak punya uang untuk itu. Uangnya habis untuk kebutuhan sehari-harinya dan juga minum tentunya. Ia masih seorang pejantan yang menikmati hasil berburu daripada memakan hidangan siap saji.

Johan pun masuk ke kios Bu Romlah, meski hanya sempat cuci muka sebelumnya. Ia tak mau melewatkan kesempatan si janda penggoda itu.

"Bang Johan, maaf ya tadi malam Petruk nginep tempat saya. Tadi juga masih tidur pas saya ke pasar" ujar Bu Romlah

"Wah lemas dia kena hajar Mak Rom. Sama kayak saya" sahut Johan pelan saat membahas dirinya

"Malah saya yang KO dibuat tu anak Bang" ucap Bu Romlah yang ikut bernada pelan

Meski pelan tapi hal itu mengejutkan Johan, tak ia sangka bahwa yang KO malah Bu Romlah. Dia saja pertama kali sampai kena tampar karena tak mampu membuat Bu Romlah orgasme.

"Wah si Petruk, aku kira cupu ternyata suhu" Johan terbahak-bahak karena membayangkan kepolosan Petruk. Ia tak menyangka sama sekali dibalik kepolosannya menyimpan skill tajam.

Tini yang ada disebelah kios mereka terkejut dengan ujaran Johan. Bagaimana tidak, ia tahu betul tetangganya itu maniak yang tak bisa puas. Bukti banyak lelaki yang sudah ia campakan karena ketidakpuasannya.

Ia hanya bisa cemburu dengan keadaan, andai dia juga janda pasti akan menggoda Petruk jika kesempatan datang. Sayang suaminya yang persis benalu dan payah di ranjang pasti ngamuk-ngamuk. Ya memang akibat kepayahannya sendiri, suami Tini jadi bacot doang. Kerja tidak, memuaskan istri tidak. Ya setidaknya dia bisa mencuci baju dan mengasuh anak. Jika tidak pasti Tini sudah menendangnya.

++++

"Ya boleh aja sih Mak, nanti Petruk tetap jadi anak buah saya. Ikut saya keliling dan narik iuran. Trus sorenya bantu Emak dan tinggal sama Emak. Tapi jangan lupakan saya lah Mak. Masa saya dilupakan" ujar Johan

"Alah Bang.. tuh si Tini coba pepet. Lakinya gak guna dirumah, kan mending abang ada penghasilan" ucap Bu Romlah setengah berbisik

"Boleh sih, tapi saya gak mau maksa duluan. Takut malah kasus Mak" ujar Johan

"Iya juga.. nanti lah kalau ada kesempatan aku bantu" kata Bu Romlah

Mereka pun terus mengobrol, Johan sesekali meraba paha Bu Romlah tapi tak direspon.

"Mak sekali yuk di sebelah" ajak Johan

"Yaudah sekali. Aku mau pulang nyuapin Juliah bentar lagi" jawab Bu Romlah

Dengan hati gembira Johan kembali ke kios yg ia pakai untuk tinggal. Ia persiapkan tempat agar aksinya memuat pasangan nyaman.

"Tin, nitip yah. Biasa pulang dulu nyuapin Juliah" ucap Bu Romlah.

"Iya mak. Tenang aja" balas Tini sambil melayani pembeli

Tanpa sepengetahuan Tini, Bu Romlah memasuki kios Johan. Ia memberikan jatah kepadanya, bukan karena ingin tapi memang iuran keamanan ia bayar dengan pelayanan ranjang.

Johan yang menunggu langsung menutup dan mengunci pintu kiosnya sesaat setelah Bu Romlah masuk.

"Dah tiga hari gak dapat jatah, kangen loh Bu" ucap Johan sambil melepas celananya

Bu Romlah tak menjawab, ia hanya melepas celana dalamnya lalu berbaring. Tak lupa juga kancing baju ia buka agar Johan leluasa jika ingin menikmati payudaranya.

Johan yang sedang dilandang morning wood langsung memberikan batang kerasnya ke depan muka Bu Romlah.

Bu Romlah yang sudah sering melayani Johan sudah paham betul pola permainan Johan. Ia akan meminta dikeluarkan dulu sebelum bersarang di memeknya.

"Langsung aja Bang, kasian Juliah belum sarapan" ucap Bu Romlah sambil mengocok kontol Johan dan mata memandang lawan mainnya

"Yaudah.. ini juga dah gak tahan Mak"

Johan pun bersimpuh diantara kaki Bu Romlah. Ia hafal sudut dan tata letaknya tak perlu ia menengok lagi dimana lubang Bu Romlah. Maka dengan sekali dorong, habis sudah kontol Johan terlahap memek Bu Romlah.

"Akhh kok longgar Mak.. tapi enak kok, anget Mak akhh" keluh Johan yang mengayuh pinggulnya maju mundur

Johan semakin gencar memompa pinggulnya maju mundur, Bu Romlah hanya meringis mendapat serangan Johan dan sesekali menggoyangkan pinggulnya. Ia malah berharap Petruk lah yang sekarang mengisi memeknya agar ia bisa melayang menikmati persetubuhan.

"Okhh makkkk" tak berselang lama Johan sudah menembakan pejuhnya yang tiga hari ia tampung

"Makasih Mak. Jangan lupa bantu aku deketin Tini Mak. Biar Mak bisa fokus sama Petruk" ucap Johan sambil memeluk tubuh gempal Bu Romlah

"Iya bang nanti dibantu. udah ya mau pulang dulu" ucap Bu Romlah dengan sedikit menolak tubuh Johan

Johan pun bangkit lalu memakai pakaiannya kembali, begitu juga dengan Bu Romlah.

*Sialan bikin kotor memek gue aja. Mending kalau enak* batin Bu Romlah sambil menyeka cairan kental yg keluar dari memeknya

*Tapi wajar sih dia bilang longgar, semalam kontol gede masuk kesini* Bu Romlah terkenang kejadian dimana kontol Petruk merojok memeknya sampai menganga

*Bangsat si Petruk, pijet dimana dia sampe kontolnya bikin memek Mak Romlah longgar gitu. Harus diamankan itu bocah. Bisa-bisa gue gak dapat jatah memek enak lagi di sini* Batin Johan yang sedang mengintip keluar guna memastikan keadaan

"Aman Mak" ucap Johan saat Bu Romlah sudah siap keluar

Dengan mengendap dan mepet dinding kios, Bu Romlah bergegas pulang.

"Si Janda itu nyikat Bang Johan lagi, padahal dah ada si item yang bada gede. Dasar gatel!" gumam Tini yang melihat Bu Romlah keluar dari tempat Johan.

Tapi bukan Tini benar-benar benci Bu Romlah, ia hanya iri dengan Bu Romlah yanh mudah mendapat kepuasan birahi padahal ia tak bersuami. Sedangkan dirinya yang punya suami malah hanya dijadikan sebagai pembuangan pejuh tanpa mencapai kepuasan.

*Apa gue goda Bang Johan ya* pikir Tini saat melihat Johan menuju toilet umum dengan membawa handuk

*Kalau orang item itu ngeri gue. Kalau jadi anak, pasti laki gue ngeh kalau bukan hasil pejuh dia. Masa gue pake timun mulu buat nuntasin* batin Tini

Tini yang sedang menunggu pembeli memang sering mengambil timun di kios Bu Romlah, ia sering memainkan timun itu dari luar pakaiannya. Ia gesek memeknya dari luar menggunakan timun!

*Anjing! Mumpung sepi nekat aja lah* batin Tini membulatkan tekat

Ia buru-buru menutup kiosnya hanya alakadarnya tanpa ia kunci. Lalu mengendap dan masuk ke kios Johan.

"Ah bener kan, bau pejuh. Enak bener jadi dia" gumam Tini sesaat setelah memasuki kios Johan

Ia pun bersiap dengan melepas celana dalamnya. Ia melemparkan diri ke dalam kandang buaya dengan penuh kesadaran!

Tak lama Johan pun datang, ia langsung masuk dengan berkalung handuk.

"Loh Teh? Ada perlu Teh?" tanya Johan heran

Tanpa menjawab, Tini yang sedang duduk di tepian kasur langsung menekuk kakinya, membuka pahanya dan menyingkap roknya sendiri.

Johan yang sadar adegan itu bisa saja dilihat orang langsung segera menutup dan mengunci pintu.

"Bang tolong bang, Tini mau juga kayak Ceu Romlah" ucap Tini dengan wajah memelas
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd