Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA POISK (Поиск) - By : BKU

PART 1




ASTRID PURNAMA



Penantiannya selama semingguan lebih, akhirnya telah berada di titik akhir. Yusuf masih hidup, itulah kalimat yang pertamakalinya dapat terdengar dengan jelas di telinga Astrid selama semingguan ini. Astrid berlari menuju ke pantai tempat di temukannya Yusuf oleh salah satu nelayan senior di tempatnya tinggal.

Dengan tangisan dan kebahagiaan yang tak terkira akhirnya Astrid pun berhasil tiba dan melihat jelas sosok Yusuf yang tengah di naikkan ke dalam mobil ambulance oleh beberapa pria yang telah tiba lebih dulu.

Yah itu Yusuf...

Meski dia memakai pakaian yang berbeda di saat terakhir berpisah dengannya, dan rambut yang berbeda, lebih pendek dari yang terakhir ia lihat, namun kedua mata Astrid tidak pernah salah mengenal sosok pria yang begitu ia cintai.

“Mas Yusuf... hiks... hiks... Mas Yusuf ini Astrid mas.” Tangisan Astrid pecah sambil berusaha untuk mendekati tubuh Yusuf yang telah berhasil di masukkan ke dalam ambulance melalui pintu belakang.

Orang tua Astrid, serta orang tua Yusuf pun telah berkumpul di tempat itu. Mereka menahan Astrid dan membiarkan ambulan segera pergi membawa Yusuf yang sedang sekarat dan membutuhkan pertolongan cepat oleh pihak dokter di rumah sakit.

“Kamu tenang sayang, jangan kamu menahannya pergi... karena Yusuf butuh pertolongan cepat” ujar sang mamah sambil memeluk tubuh Astrid.

“I-iya mah... hiks... hiks. Ya Allah terima kasih sudah mengembalikan mas Yusuf... sekali lagi Astrid mohon, selamatkan mas Yusuf” Astrid tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih, serta memohon agar Yusuf segera selamat dan sadar, hingga ia bisa kembali ke sisinya. Masih dalam pelukan sang mamah, Astrid masih saja menangis.

“Sudah... sudah, habis ini kita semua akan nyusul ke rumah sakit” balas mama nya.

“Iya mah.”

“Bu... ayo bu.. ambulance udah jalan, kita mesti segera nyusul” kata ibu Yusuf yang berada di dekat mereka, mengingatkan untuk segera menyusul ambulance yang sudah berjalan meninggalkan tempat keramaian menuju ke rumah sakit terbesar di kota kecil ini.

Mereka pun segera bergegas naik ke dalam mobil milik papa Astrid, kemudian bersamaan dengan kedua orang tua Yusuf yang ikut nebeng di mobil yang sama menuju ke rumah sakit. Kebetulan Ambulance masih berada dalam jarak pandang mereka, maka papa Astrid yang menyetir mempercepat laju kendaraan untuk bisa berada di belakang mobil ambulance.

10 menit mereka tiba di rumah sakit.

Tampak para tim rumah sakit dengan cekatan menurunkan ranjang dorong dari belakang ambulance yang di atasnya terdapat sosok Yusuf yang masih belum sadarkan diri. Beberapa bagian tubuhnya terdapat luka-luka, dan yang membuat para tim rumah sakit terkejut, terdapat luka di paha dan punggung Yusuf.

Mereka langsung mengambil kesimpulan jika sosok pria yang terbaring di atas ranjang ini, tengah sekarat. Mungkin saja nyawanya sedang di ujung tanduk. Mereka segera mendorong ranjang menuju ke ruang operasi sambil menunggu para dokter menyiapkan peralatan operasi.

“Sus bagaimana anak saya?” papa Yusuf yang tiba bersama keluarga Astrid segera mendekati salah satu tim rumah sakit serta menanyakan bagaimana kondisi putranya.

“Sementara kami bawa ke ruang operasi pak... anak bapak harus di tolong secepatnya, jadi ada baiknya pihak keluarga segera melengkapi administrasinya sekarang” ujar wanita yang tengah berhadapan dengan keluarga Yusuf maupun Astrid serta keluarganya.

Tampak ayah Yusuf terlihat ragu, namun papa Astrid segera mendekatinya. “Pak... biarkan kami yang menanggung biaya rumah sakitnya, bapak dan ibu tenang aja... karena biar bagaimana, kami juga tak ingin Astrid kenapa-kenapa, kalau sampai Yusuf tidak dapat tertolong.”

Mendengar itu, kedua orang tua Yusuf langsung memecahkan tangisannya. Dia tak tau lagi, harus membalas bagaimana kebaikan keluarga Astrid, calon anak menantunya itu, yang entah tak terhitung lagi kebaikan yang telah mereka berikan kepada sosok putra semata wayangnya itu.

Memang Yusuf di kenal sebagai pemuda yang baik hati, alim dan juga tak sungkan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya.

Yusuf bukanlah cowok lemah. Dia kuat...

Kuat dalam artian tak pernah sedikit pun ia mengeluh merasa lelah dengan semua kehidupan yang tengah ia jalani. Tak sedikit pun, Yusuf menunjukkan kepada semua orang kesedihan meski kala itu ia tengah di landa suatu masalah.

Dengan semua yang ada pada diri yusuf tentu saja sangat menyentuh hati kedua orang tua Astrid, ketika mengetahui jika pemuda itu tengah menjalani hubungan special dengan putri sulungnya. Kebetulan Astrid dua bersaudara. Adiknya bernama Ardani Setyawati, saat ini tengah bersekolah di SMA negeri. Sedangkan Astrid sementara cuti kuliah setahun mengingat setelah pelamarannya itu, dia akan menikah secepatnya dengan Yusuf. Dari pada ribet di awal pernikahan, harus mengurus suami tercinta, serta dia harus kuliah juga, maka memang keputusan yang paling tepat untuk mengambil cuti untuk setahun ke depan.

Astrid sekarang berumur 20 tahun. Selisih 5 tahun dengan umur Yusuf, namun itu tidak masalah untuk menyatukan cinta mereka berdua. Apalagi dengan dukungan dan support penuh dari kedua orang tua mereka, maka Astrid tak pernah ragu dengan pemuda yang memang belum di ketahui masa depannya akan menjadi seperti apa. Secara Yusuf hanyalah tamatan SMP saja, karena kekurangan biaya makanya dia tidak melanjutkankan ke bangku SMA. Dan lebih memilih untuk menggantikan pekerjaan ayahnya menjadi nelayan.

Salah satu alasan kuat Astrid tidak memutuskan kuliah, karena dia yakin setelah menamatkan diri menjadi sarjana maka dia akan mencari pekerjaan yang layak dan akan membantu biaya rumah tangganya, membantu sang suami untuk mencari nafkah, yang juga mendapat dukungan dari Yusuf sendiri sebelum acara pelamaran berlangsung kala itu.

Mengingat semua itu, Astrid semakin menangis dalam pelukan sang mamah. Mulutnya tak berhenti memanjatkan doa demi keselamatan pemuda yang di cintainya yang tengah berperang dengan maut di kamar operasi.

Selanjutnya...

Saat ini, mereka semua tengah menunggu di depan ruangan operasi. Operasi akan berjalan selama berjam-jam lamanya, dan mereka hanya bisa menunggu dan berdoa saja.

Semoga semuanya akan baik-baik saja, Yusuf tertolong, kemudian mereka akan melanjutkan rencana menikahkan Astrid dengan Yusuf.

.

.

4 jam kemudian...



Dua orang pria berpakaian dokter, memakai masker baru saja keluar melalui pintu ruangan operasi. Spontan semua keluarga, khususnya Astrid segera beranjak dari duduknya dan mendekati kedua dokter itu.

“Dok... bagaimana operasinya?”

“Iya dok... bagaimana anak saya?”

Salah satu dokter melepas masker, ekspresinya memang tampak lelah setelah melakukan operasi kepada Yusuf selama 4 jam lamanya. Namun secuil garis senyuman meski tipis langsung terlihat oleh mereka semua, yang menunjukkan jika operasi telah berjalan dengan baik.

“Operasinya berjalan dengan lancar... pak... bu”

“Alhamdulillahhhh...” semua orang langsung berucap syukur sambil kedua tangan mengusap wajah sesaat.

“Tapi... kalian semua mesti sabar, karena sudara Yusuf masih belum sadarkan diri. Oiya, kami menemukan dua peluru dalam tubuh sudara Yusuf. Apakah ia terlibat dengan pertempuran dengan senjata api?”

DEGH!

Semua orang terkejut mendengarnya.

“Apa? Do-dokter... bagaimana bisa itu terjadi?” tanya ayah Yusuf.

“Peluru? Yusuf di tembak dok?” Astrid ikut menimpali dengan pertanyaan serta ekspresinya seakan tak percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin Yusuf bisa terlibat dengan peperangan di tengah lautan? Sedangkan teman-teman Yusuf yang berhasil kembali ke daratan sama sekali tidak pernah menyinggung kejadian tersebut.

“Hmm... intinya kami menemukan satu peluru di bagian paha kanan Yusuf, satu peluru lagi kami berhasil keluarkan dari punggung kirinya. Itu berarti dia menjadi korban penembakan seseorang, dan ada baiknya pihak keluarga segera melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib.”

“YA ALLAHHHHHHH!” Astrid langsung histeris, dan kembali mengeluarkan tangisannya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Yusuf yang malang, yang tak pernah terlibat dengan kejahatan malah menjadi korban tembakan orang jahat.

“As... kamu tenang dulu sayang, yang penting Yusuf bisa di selamatkan itu jauh lebih penting... untuk masalah siapa yang telah menembaknya, memang benar kata Dokter. Lebih baik kita melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian.”

Astrid hanya ngangguk-ngangguk tak berdaya dalam pelukan sang mamah.

“Baiklah bapak, ibu... kami akan kembali lagi. Silahkan mengurus ruangan perawatan bagi sudara Yusuf.”

“Baik dok.”

“Permisi...” kedua dokter itu pun melangkah meninggalkan mereka.

Ayah Yusuf serta papa Astrid segera mengurus kamar inap kelas 1 bagi Yusuf di rawat nantinya. Sedangkan Astrid di temani dua wanita menunggu di depan kamar operasi, sambil masih saja menenangkan Astrid yang terlihat sangat bersedih dan terpukul atas kejadian yang baru saja mereka dengar.



---000---





Di dalam kamar rawat inap kelas satu. Astrid yang sejak kemarin tak ingin sedikit pun berada jauh dari sosok pemuda yang tengah tertidur di atas ranjang dalam kondisi belum sadarkan diri ini, terlihat tengah tertidur di samping si pria itu sambil melipat kedua tangan. Kepalanya bersandar pada kedua lengannya yang terlipat, meski matanya terpejam namun ia masih belum bisa tertidur.

Sosok pria yang tengah di bantu asupan makanan melalui infus yang tersambung pada lengan kanannya, alat bantu pernafasan yang terpasang pada mulut dan hidungnya telah berhasil melewati masa kritisnya. Dua peluru dalam tubuhnya pun telah di keluarkan oleh para dokter yang melakukan operasi. Kedua peluru tersebut telah di bawah oleh pihak kepolisian untuk di lakukan pemeriksaan lebih interns, setelah kedua pihak keluarga menuruti saran dari dokter untuk melaporkan kejadian penembakan tersebut.

Semoga saja penembak yang hampir saja menghilangkan nyawa Yusuf segera tertangkap, pikir mereka semua.

Mama Astrid baru saja masuk dan mendapati putri sulungnya masih saja tidak beranjak dari tempatnya.

“As...” sang mamah menegurnya saat ia berada di samping Astrid.

Astrid membuka mata sambil mendongak ke samping.

“Kamu makan dulu yuk sayang, kalo kamu gak makan yang ada malah kamu bakal sakit... terus yang jagain nak Yusuf kalo kamu sakit, siapa hayo? Sambil menunggu nak Yusuf bangun, kan ada baiknya kamu juga harus menjaga kondisi agar tetap sehat... bagaimana kalo nak Yusuf bangun dan menemukan kamu malah jatuh sakit. Ayooo? Apa kamu gak kasihan ama nak Yusufnya?”

Akhirnya Astrid mengangguk pelan, seuntas senyum pada wajah sendunya mulai terlihat lagi. Yang akhirnya membuat mamahnya bernafas lega, setelah semingguan lebih ia tak melihat senyuman itu, semua penantian dan kesabaran mereka akhirnya terbayarkan juga. Astrid telah menunjukkan perubahan dalam dirinya, meski masih bersedih namun setidaknya dia sudah bisa terseyum lagi, dan juga mulai menikmati makanannya dengan lahap.

Astrid menikmati makanan di samping Yusuf yang terbaring itu, sambil mengobrol dengan sang mamah.

“Mah... ibu dan ayah Yusuf gak datang hari ini?” tanya Astrid.

“Katanya sorean mereka kesini lagi.” Ujar sang mamah menjawabnya.

“Ohh hehehe, papah ma Dani gak kesini?”

“Papah kamu selesaiin kerjaannya dulu di kantor, baru dia akan mengajak adik kamu menjenguk nak Yusuf.”

“Oh ya udah... lagian Astrid juga gak akan kemana-mana, akan selalu menjaga Yusuf mah.”

“Iya sayang, tapi kamu harus ingat yang mama bilang tadi. Kamu harus sehat, makan teratur, dan jangan lupa mandi. Hehe”

“Iya mah... maafkan Astrid yang sudah membuat mama dan papa khawatir selama ini” ujar Astrid penuh penyesalan. Dia sudah menunjukkan kesadarannya jika selama ini memang dia telah membuat khawatir keluarganya. Namun, mau gimana pun, Astrid melakukan itu semua karena rasa cintanya terhadap Yusuf. Dan ketidak relaannya Yusuf pergi dengan cepat, di saat mereka tengah merajut kebahagiaannya berdua.

Wajah gadis cantik itu pun tersenyum kembali, meski kedua matanya masih sering berkaca-kaca mengingat bagaimana selama ini dia menjalani hidup tanpa kehadiran Yusuf di sisinya. Bagaimana dia merasakan kesedihan yang teramat sangat setelah mengetahui informasi Yusuf tenggelam di tengah lautan dan mayat nya belum di temukan oleh mereka para nelayan.

Untungnya Allah SWT mendengarkan doanya untuk mengembalikan Yusuf. Menyelamatkan Yusuf dalam kematian. Meski sampai sekarang Yusuf belum sadarkan diri, apalagi setelah mengetahui jika Yusuf menjadi korban penembakan orang-orang jahat di luar sana, namun bagi Astrid asal Yusuf masih bisa berada di sisinya, dalam kondisi bernafas, Astrid tidak akan bersedih lagi seperti kemarin-kemarin.

Mengenai para penembak. Astrid berdoa semoga mereka semua mendapatkan hukuman yang setimpal.

Setelah selesai makan, Astrid langsung memutuskan untuk mandi di dalam kamar mandi yang memang terdapat dalam kamar rawat inap kelas satu ini.

Sang mamah yang tengah menunggu Astrid mandi, memilih segera merapikan kamar terlebih dahulu karena berhubung sudah hampir sore, dan para pembesuk lain tentu tak lama akan datang lagi.

Astrid keluar dari kamar mandi memakai kaos dan celana jeans, sudah keliahatan sangat fresh. Tidak seperti Astrid sebelumnya lagi, yang penampakannya seperti mayat hidup saja.

Mendapati tatapan dari sang mamah, Astrid mengernyit.

“Kenapa ma?”

“Gak apa-apa sayang, mamah senang melihatmu bisa tersenyum lagi”

“Iya mah... hehehe, ini semua berkat doa Astrid yang alhamdulillah di kabulkan Allah SWT, semoga mas Yusuf bisa sadar secepatnya mah” ujar Astrid sesaat, kemudian dia melangkah mendekat ke ranjang.

Di usapnya rambut pria yang sangat ia cintai. Kemudian dia meraih lengan kiri Yusuf untuk mencium punggung tangannya, karena lengan kanannya terdapat selang infus dengan jarum yang menancap pada pergelangan tangan.

“Mas... As disini akan selalu menunggu mas sampai sadar. Cepat sadar mas, hehe, Astrid merindukan mas” ujar Astird sambil menatap wajah pemuda itu.

Mamahnya hanya bisa tersenyum saja melihat sikap Astrid yang seperti itu tanpa bisa menegurnya. Karena memang ia sangat mengetahui bagaimana Astrid sangat mencintai Yusuf tunangannya itu.

Astrid kemudian duduk di tempatnya semula, menggenggam tangan Yusuf sambil sesekali memberikan kecupan-kecupan ringan pada tangan pemuda itu.

Dan tak lama pun, para pihak keluarga mulai berdatangan untuk menjenguk Yusuf.

.

.

Beberapa saat kemudian...

Di dalam kamar, Astrid terlihat masih stay pada tempatnya. Mamah dan papahnya tengah berbincang dengan kedua orang tua Yusuf di kursi, sedangkan adik Astrid bernama Dani tengah duduk tak jauh dari para orang tua, sambil sibuk memainkan ponselnnya.

Tok... Tok... Tok...!

Kemudian suara ketukan pada pintu kamar langsung mengalihkan perhatian mereka semua, dan bersamaan memandang ke arah pintu.

Rupanya dua orang pria memakai jaket kulit yang datang. Salah satu pria itu tentu Papa Astrid dan Ayah Yusuf kenal, karena mereka sebelumnya bertemu pria itu di kantor kepolisan. Yap! Kedua pria itu adalah para polisi yang tengah menangani kasus Yusuf.

“Selamat malam... maaf kami mengganggu” ujar salah satunya.

“Iya pak, silahkan masuk” ujar ayah Yusuf sambil mempersilahkan kedua polisi itu masuk.

“Bagaimana pak Rizal, apa ada perkembangan dari kasus putra kami?” kini papa Astrid yang bertanya, sambil menyebut nama pak polisi itu.

“Nah kebetulan kami memutuskan untuk datang langsung saja menemui pihak keluarga, dari pada kami harus memanggil kalian ke kantor... ada beberapa hal yang ingin kami informasikan ke bapak, serta kami juga membutuhkan beberapa informasi lainnya khususnya dari pihak keluarga sendiri, sambil menunggu sudara Yusufnya sadar.” Ujar Pak Rizal yang telah duduk di kursi bersama temannya, berhadapan dengan para orang tua.

Sedangkan Astrid hanya membalikkan badannya, sambil mendengarkan apa yang akan di sampaikan pihak kepolisian tanpa berniat untuk mendekat ke mereka.

“Jadi begini pak... dua barang bukti yaitu peluru yang di temukan dalam tubuh sudara Yusuf. Setelah kami melakukan pemeriksaan, ternyata kedua jenis peluru tersebut berjenis sama. Peluru 9 × 19 mm Parabellum atau 9 × 19 mm Luger, yang paling sering di gunakan pada senjata hand gun semi otomatis.”

Sampai di sini mereka masih diam, tanpa menyela penjelasan dari pihak polisi.

“Tapi dari keduanya, memiliki perbedaan dari ukiran pada ujung pelurunya yang tak akan terlihat dengan kasat mata... tapi kami mengenal jenis peluru itu” ujar Pak Rizal melanjutkan penjelasannya. “Jenis peluru yang di temukan di paha sudara Yusuf, sangat kami kenal... adalah peluru yang memang di peruntukkan untuk senjata yang di produksi di negara kita, dan asal bapak semua tahu, senjata yang di gunakan untuk menembak di paha sudara Yusuf adalah jenis senjata yang hanya akan kita temui di kesatuan militer, lebih spesifiknya kesatuan kopassus.”

Sampai disini, semua orang mulai merasa khawatir, bagaimana mungkin Yusuf bisa berurusan dengan kopassus?

“Ja-jadi pak?”

“Kesimpulan yang kami ambil, jika sudara Yusuf terlibat masalah dengan anggota kesatuan khusus tersebut. Inilah yang akan kami selidiki untuk lebih lanjutnya, setelah sudara Yusuf sadar.”

“Ini... ini bagaimana mungkin anak saya terlibat masalah dengan mereka pak? Sedangkan anak saya selama ini hidupnya hanya di laut saja mencari ikan.”

“Itu yang membuat kami bingung selama melakukan penyelidikan, pak... bu.”

“Terus... petunjuk lainnya, jenis peluru yang di bahu sudara Yusuf, adalah jenis peluru yang di pakai pada senjata jenis Glock. Dan sebagai informasi buat kalian, senjata jenis Glock ini tidak di peruntukkan untuk umum, dan sangat sulit di temukan di negara kita kecuali memang mereka dari kalangan orang yang duitnya tidak terbatas, atau khalangan elite negara kita. Tapi apa mungkin sudara Yusuf pernah terlibat masalah dengan mereka? Jujur, kesatuan kami di ibu kota sana, tengah di sibukkan dengan masalah para gengster yang meresahkan masyarakat selama ini..”

“Apakah mungkin anak saya menjadi korban salah sasaran?” tanya ayah Yusuf.

“Itu yang sementara kami simpulkan pak... memang kita harus menunggu Yusuf hingga sadar, baru kita akan melakukan introgasi susulan” jawab Pak Rizal.

“Oia... kami juga ingin menemui dokter yang melakukan operasi pada sudara Yusuf, untuk mendapatkan informasi lain yang tak kami ketahui.” Pak polisi satunya menimpali.

“Ba-baiklah pak... apa perlu kami memanggil dokter itu?”

“Boleh kalau tidak keberatan”

“Baik... ada baiknya kita sama-sama langsung menemuinya, yang kebetulan sejam yang lalu ia baru saja datang untuk memeriksa anak kami” balas ayah Astrid.

Namun sebelum mereka beranjak, Astrid malah sudah berdiri dan melangkah mendekati mereka.

“Pak... sebetulnya, mas Yusuf terlibat masalah dengan anggota militer atau dengan gengster?” tiba-tiba Astrid bertanya.

“Itu yang tengah kami selidiki dek Astrid.” Balas Pak Rizal yang tentu mengenal Astrid.

“Tidak mungkin pak... aku kenal betul Mas Yusuf bagaimana... dia... sama sekali selalu menjauhkan diri dari yang namanya masalah kriminal. Bagaimana mungkin dia bisa terlibat masalah yang berbahaya seperti ini?” balas Astrid dengan sangat yakin.

Kedua polisi itu saling berpandangan sesaat. kemudian Pak Rizal kembali menatap ke Astrid.

“Pak percaya sama Astrid... karena tak ada yang tidak Astrid ketahui tentang mas Yusuf pak... mohon dengan sangat, lakukan penyelidikan dengan baik, biar para penjahatnya bisa di tangkap dan di hukum seberat mungkin.”

Kemudian Pak Rizal yang awalnya belum ingin menanyakan satu pertanyaan penting yang tengah mereka simpan, akhirnya mau gak mau dia harus mengeluarkannya sekarang juga. Satu petunjuk yang tentu saja ia temukan setelah melakukan introgasi pada salah satu dokter yang melakukan operasi kemarin.

Pak Rizal mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

“Kalo kamu memang benar mengenal dengan baik tentang sudara Yusuf, harusnya kamu juga mengetahui jika di tengah punggungnya terdapat tatto kecil bertuliskan ‘Desert Tiger Force’ dek?”

Degh!

“A-apa? Ta-tatto? Sejak kapan mas Yusuf punya tatto pak?”



“Ini...” Pak Rizal lalu menunjukkan selembar foto yang ia dapatkan dari dokter yang menangani Yusuf, dan sempat mengambil foto tatto pada punggung belakang Yusuf.

“Ti-tidak... ini tidak mungkin tatto mas Yusuf Pak.”

“Untuk membuktikannya, mengapa kita tidak melihat langsung saja?” ujar polisi satunya, yang berdiri di samping Pak Rizal.

Sontak semua orang mulai merasakan ketakutan atas apa yang telah di sampaikan kepada kedua polisi itu.

Namun tidak bagi Astrid, karena dia percaya jika polisi itu telah salah. Astrid jelas kenal betul siapa Yusuf, dan tau jika tubuh Yusuf sangat bersih dan tidak terdapat tatto sama sekali, karena malam sebelum Yusuf pergi melaut mencari ikan, mereka berdua sempat bermesraan sambil di akhiri dengan acara petting. Karena Yusuf sangat menjaga Astrid, makanya ia tidak akan melakukan lebih jauh sebelum mereka menikah. Bagaimana Astrid mengenal keseluruhan tubuh Yusuf, karena Astrid sudah pernah bahkan beberapa kali melihat tubuh telanjang kekasih yang ia cintai itu.

“Baik pak... ayo, kita periksa langsung... karena aku yakin, bapak berdua telah salah mendapat informasi itu”

“Oke...”

Akhirnya mereka semua mendekat ke ranjang.

Astrid yang masih penuh keyakinan, hanya menyaksikan ayah Yusuf dan papanya membantu mengangkat tubuh Yusuf sedikit agar bisa menyingkap sedikit pakaian bagian belakang untuk melihat kebenaran yang di jelaskan oleh kedua polisi itu.



Pak Rizal kemudian menyingkap pakaian Yusuf bagian leher belakang, menariknya sedikit kebawah.

And then...



“Ini dia... lambang pasukan elite khusus yang benar-benar sangat di rahasiakan oleh pemerintah kita, ‘Desert Tiger Force’... bahkan sangat sulit menemukan di internet logo dan nama tersebut, bagaimana bisa sudara Yusuf mengetahui logo dan nama itu? Bahkan sampai menjadikan tatto pada tubuhnya meski ukurannya cukup kecil. Dan besar kemungkinan, memang sudara Yusuf terlibat dengan kedua pihak yang tadi kami sebutkan. Berarti dek Astrid belum mengenal betul siapa sudara Yusuf sebenarnya, bukan?”



Astrid terkejut bukan main, setelah melihat dengan jelas tatto kecil di tengah-tengah punggung Yusuf.



“I-ini... ini tidak mungkin... ini... bagaimana bisa mas Yusuf mempunyai tatto seperti ini? Tidak... ini pasti.... hiks... hiks... ya allah, cobaan apa lagi yang engkau berikan kepada hambamu ini. Hiks... hiks.”



“Dan ini...” pak Rizal kemudian mengeluarkan sebuah kalung yang ia dapatkan juga dari dokter yang menangani Yusuf.



Sebuah kalung dengan mata kalung berbentuk kotak dan di tengah-tengah terukir jelas logo yang sama pada punggung Yusuf.

“Kalung itu di temukan oleh dokter yang melakukan operasi pada sudara Yusuf, sedang berada di lehernya”

“Jadi... maaf, dugaan sementara kami, Sudara Yusuf adalah salah satu pasukan elite khusus DTF (‘DESERT TIGER FORCE’) atau jika tidak, Yusuf pernah terlibat atau berhubungan dengan salah satu dari mereka, yang mungkin terjadi perselisihan di antara mereka, yang berakhir dengan Yusuf di tembak olehnya.” DEGH!



Still Continued...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd