Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA POISK (Поиск) - By : BKU

PART 3




Astrid Purnama




POV 3rd





Tok... Tok... Tok!



Suara ketukan di pintu kamar, membuyarkan lamunan Astrid. Di saat ia menoleh ke arah pintu, rupanya yang datang hari ini adalah kawan kampus Astrid yang telah mendengar kabar mengenai Yusuf kekasih Astrid telah di temukan oleh seorang nelayan dan sekarang kondisinya sedang di rawat di Rumah sakit.

“Eh kalian...” Astrid kemudian berdiri dari duduknya, menyambut kedatangan kawan-kawannya itu. “Masuk... masuk”

Tiga cewek dan dua cowok, segera melangkah masuk ke kamar.

Salah satu cewek yang cukup dekat dengan Astrid segera memeluk tubuh Astrid. “Maaf sayang... baru denger kabar mas Yusuf, pas gue udah balik dari mudik kemarin. Dan akhirnya anak-anak gue ajekin ke sini untuk jenguk mas Yusuf.”

“Iya May... makasih, kalian juga makasih udah pada nyempatin datang” ujar Astrid sambil memberikan anggukan pelan kepada temannya yang lain.

“Iya santai...” balas salah satu cowok.

“Iya As... eh iya, gimana kondisi mas Yusuf?” tanya salah satu cewek lainnya.

“Seperti yang kalian lihat sekarang, Mas Yusuf masih belum sadarkan diri setelah menjalani operasi dua hari yang lalu” kata Astrid sambil menolehkan wajahnya ke arah ranjang, yang di atasnya masih tampak kekasih yang di cintainya masih saja belum sadarkan diri.

“Lo nya gimana As? Gue liat lo makin kurus” salah satu cowok ikut menimpali, adalah pria bernama Almando. Dia adalah pria yang sejujurnya telah lama menaruh hati kepada Astrid, bahkan secara terang-terangan pernah mengutarakan perasaannya kepada Astrid. Namun jawaban yang dia dapatkan pun sebetulnya sudah dia sadari sejak awal, ketika ia telah berani menaruh rasa kepada gadis itu. Astrid menolak dengan sangat halus, jika Astrid sudah lama mencintai seseorang, ya siapalagi kalau bukan Yusuf kekasihnya.

“Yah beginilah Man. Aku gak bakal bisa tenang selama mas Yusuf belum sadar.”

“Tapi lo juga harus perhatiin kesehatan lo donk sayang” kini Maya sahabat Astrid menambahi. Semua temannya mengangguk membenarkan apa yang di katakan Maya kepada Astrid. Bagaimana kondisi Astrid saat ini, sudah menjelaskan bagaimana ia sangat bersedih atas musibah yang menimpanya. Badan Astrid agar mengurus dari terakhir mereka bertemu, wajahnya tak bersinar, juga senyum yang biasanya mereka temukan di wajah cantik gadis itu kini memudar.

“Aku gak bakal bisa kembali seperti dulu lagi, selama mas Yusuf belum sadar.” Di saat mengatakan itu Astrid mencoba untuk tersenyum, karena semua orang langsung memandang kepadanya. Astrid senyum, namun kedua matanya berkaca-kaca.

Kawan Astrid tentu memahami apa yang tengah menimpa Astrid, bagaimana rasa sayang
Astrid kepada kekasihnya itu, selalu Astrid cerita kepada mereka, khususnya ke Maya yang tak ada sedikit pun yang Astrid tutupin di depan Maya, teman curhatnya itu sekaligus sahabat dekatnya.

Intinya kehadiran sahabat di kampusnya, sedikit banyaknya dapat menghibur Astrid malam ini. Berhubung waktu besukan hanya sampai jam 10 malam. Maka Maya sahabat terdekat Astrid itu segera mengingatkan ke mereka, bahwa sudah waktunya mereka pulang.

Satu persatu mulai berpamitan, tak lupa memberikan pesan agar Astrid tetap menjaga kesehatan. Siapapun yang datang dan melihat Astrid, pasti memberi pesan yang sama agar ia pun memperhatikan kesehatannya juga. Jangan sampai karena terlalu larut dalam kesedihan, justru Astrid akan jatuh sakit sebelum Yusuf sadar.

Kemudian giliran Maya yang berpelukan dengan Astrid.

“Lo yang kuat yah sayang... besok gue janji bakal ke sini lagi nemenin elu” ujar Maya.

“Iya May... makasih udah datang ma teman-teman lainnya”

“Iya... sorry kalo gue datangnya terlambat” balas Maya sambil tersenyum.

“Iya May.”

“Yuk Man” Maya kemudian memanggil Almando yang masih berdiri di samping Astrid, dan menyadari jika hanya pria itu yang belum berpamitan kepada Astrid.

“Bentar May” ujar Alman. Maya yang juga cukup dekat dengan pria itu menyadari jika ia menginginkan waktu berdua dengan Astrid. Maka Maya pun mengajak teman lainnya keluar dari kamar, dan memberikan waktu sebentar buat Almando yang sepertinya ingin ngomong sesuatu dengan Astrid.



Dan kini tinggallah Astrid dan Almando berdiri berhadapan. Astrid jelas memahami bagaimana perasaan Almando melihatnya dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini. Astrid kemudian menarik nafas dalam-dalam sambil mencoba untuk membalas tatapan pria itu.

“Hai Man... ba-bagaimana?”

“As... kamu jangan kecewain aku, yang dengan ikhlas melepaskanmu selama ini. Malah justru apa yang aku lihat sekarang ini, kondisimu yang semakin lama semakin hancur, semakin membuatku merasakan kesakitan As.”

“Maafkan Astrid, Man” ujar Astrid yang benar-benar memohon maaf kepada pria itu.

“Iya aku sungguh gak akan bisa marah ke kamu As, karena aku masih Alman yang dulu... masih amat sangat menyayangi kamu, Astrid Purnama” balas pria itu sambil mencoba menahan kesedihannya. Menahan diri, karena sejak tadi ingin rasanya ia memeluk tubuh gadis itu. Meluapkan segala rasa yang kini menderanya.

“Ma-makasih Man sudah sayang ma Astrid.”

“Iya... kalo kamu gak kuat menanggung beban ini, maka berbagilah ke kita semua. Khususnya ke aku As... aku akan selalu ada buat kamu, buat menghilangkan kesedihan kamu, dan menghadirkan senyuman seperti dulu lagi di wajah kamu As.”

“Iya Man makasih”

“Ya udah. Aku pulang dulu, kalo ada apa-apa kamu tau kan bagaimana cara menghubungi Almando?” cetus Almando sambil mencoba untuk tersenyum lagi.

“Iya man, hehe!” balas Astrid, meski dalam hati tentu saja dia tak akan pernah mengganggu Almando lagi. Apalagi ia tahu jika pria itu terlalu baik kepadanya, dan dia tak ingin Almando sakit hati kembali karena cintanya di tolak oleh Astrid seperti dulu.

Sepeninggalan para sahabatnya, Astrid berjalan mendekat kembali ke ranjang. Di pandangnya wajah Yusuf. Astrid kemudian menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba untuk tidak menangis malam ini.

Wajah Astrid tersenyum kemudian mengecup kening pria yang masih belum sadar juga sampai sekarang.

“Mas... tadi temen-temen Astrid datang tuh. Pada nanyain mas Yusuf, katanya kalo sehat mereka akan ngajakin ngumpul lagi kayak dulu” ujar Astrid seolah-olah berbicara kepada pria itu.

“Makanya mas cepat sadar, hehehe... moga besok pagi, Astrid bisa melihat mas udah sadar. Aminnn ya Allah.”

Setelah mengusapkan wajah dengan kedua telapak tangannya, Astrid kembali duduk pada tempatnya seperti biasanya, menunggu dengan setia dan penuh kesabaran kekasihnya itu.



---000---



POV Maya




Maya



Sumpah! Gue gak kuat liat Astrid kayak tadi, berasa banget kalo dia sangat sedih dan hancur melihat kak Yusuf tunangannya itu belum sadarkan diri. Gue baru dapat info kemarin, setelah gue balik dari mudik. Sebelumnya memang gue udah dapat info kalo kak Yusuf di nyatakan meninggal, Cuma gue yang masih di Medan, belum bisa balik ke sini. Dan selama itu pula gue berusaha menghubungi nomor Astrid, Cuma kata nyokapnya, keadaan Astrid semakin hari semakin buruk, dan dia tak mau menjawab telfon dari siapapun. Dia butuh sendiri katanya. Ya sudah, gue akhirnya dengan sabar tak lagi mencoba menghubungi Astrid, sambil menunggu selesai acara adat di kampung gue.

Dan dua hari yang lalu gue dapat kabar lagi kalo kak Yusuf di temukan di tepi pantai, oleh seorang nelayan. Puji tuhan kalo gitu, berarti Astrid bakal kembali ceria. Makanya karena gue udah gak tahan pengen liat bagaimana keadaan Astrid, gue akhirnya mutusin untuk balik ke sini kemarin.

Namun apa yang gue pikirin ternyata salah, karena kak Yusuf masih belum sadarkan diri, maka dari itu Astrid masih saja terlihat amat sangat bersedih.

Gue kenal Astrid setahun yang lalu, ketika gue ma dia masih menjadi mahasiswa baru di kampus. Sama-sama mengambil jurusan ekonomi. Simple-simple aja lah, biar otak gak mikir keras. Hehehe! Dan selama gue kenal Astrdi, baru kali ini gue liat dia bersedih. Memang sih, Astrid sangat menyayangi kak Yusuf yang 4 bulan lalu akhirnya mengajak keluarganya semua untuk melamar Astrid. Betapa senangnya Astrid di saat gue kebetulan hadir juga di acara pelamaran itu. Gue benar-benar salut ma sahabat gue itu, tidak memandang latar belakang kak Yusuf yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana.

Dia menunjukkan jika harta bukan penghalang untuk menyatukan cintanya dengan pemuda biasa. Padahal Astrid bisa saja mendapatkan cowok yang lebih ganteng dan lebih tajir sih, Cuma memang kak Yusuf juga ganteng sih... tapi, yah gitu. Karena dia berasal dari keluarga sederhana, dan dia selama ini kerjanya di laut mencari ikan, makanya dia terlihat sangat kusam, Cuma bukan masalah bagi Astrid. Dia tetap memberikan cintanya sepenuhnya buat kak Yusuf.

Kenapa gue bilang Astrid masih bisa mendapatkan cowok tajir? Nah ini buktinya, cowok di samping gue yang pas kami udah ninggalin Astrid, dia nawarin kalo dia yang ngantarin gue balik ke kosan, sedangkan Redy yang searah pulang ma Anty dan Kiky akhirnya bertiga balik naik mobil Redy. Karena memang kosan gue gak searah ma tempat mereka bertiga. Sedangkan Almando, pria di samping gue sekarang ini memang rumahnya searah ma kosan gue.

Eh iya! Gue baru sadar kalo sejak tadi gue diem saja, Alman juga malah diem gak kayak biasanya. Apa karena dia tadi ketemu ma Astrid dan melihat langsung bagaimana kondisi Astrid?

Ohia! Gue belum cerita ya, siapa Almando?

Oke deh kalo gitu... hehehe gue coba cerita yang singkat aja yak!

Jadi Almando ini, salah satu temen kami juga. Temen Astrid juga, kami ber-enam bersahabat. Dua cowok dan 4 cewek. Di semester dua, Almando langsung ngomong ke gue kalo dia suka ma Astrid. Cuma gue udah ingetin ke dia, lebih baik dia mengurungkan niatnya untuk mencintai Astrid. Karena Astrid sudah punya kak Yusuf.

Cuma Almando memang orangnya gak pantang nyerah. Anaknya emang baik, tajir melintir pula. Anak salah satu pejabat pemerintahan di kota ini. Sama sih ma bokap Astrid, ama bokapnya Kiky. Sama-sama anak dari pejabat daerah gitu lah di kantor pemerintahan, meski berbeda dinas.

Entahlah gue juga gak gitu paham dunia pemerintahan. Secara bokap gue Cuma seorang pengusaha kecil di kota Medan.

Oke yak!

Singkat cerita, Almando akhirnya secara diam-diam gak ngomong ke gue, dia akhirnya menyatakan perasaannya ke Astrid kala itu, dan jawabannya udah tentu gue tau. Bahkan ke empat temen gue lainnya juga udah tau, Almando pasti di tolak. And tadaaaa! Memang Astrid menolaknya secara langsung dengan mengatakan kalo Astrid sudah mencintai kak Yusuf sejak lama. Hubungan mereka sudah jalan sebelum Astrid kuliah.

Almando patah hati?

Yes! Itu jelas.

Almando patah hati, Cuma dia gak menunjukkan ke kami semua. Tapi gak bagi gue, karena gue tahu benar sahabat gue yang satu ini. Bagaimana dia menyembunyikan kepedihannya di saat kami semua kumpul. Apalagi di saat Astrid mengajak kak Yusuf yang setiap ngumpul, penampilannya ‘Sorry dorry morry’ sangat jauh dari kata bagus. Pakaian kak Yusuf selalu saja kusut. Belum lagi aroma tubuh kak Yusuf kayak ‘bau amis’ gitu. Karena ya, diakan kerjanya nelayan. Sorry sekali lagi. Gue gak masalah mau dia bau apapun, Cuma... ini gue niatnya cerita doank ke kalian. Hehehe.

Gue sudah berulang-ulang ingetin ke Astrid, setidaknya kalo dia ajakin kak Yusuf ngumpul, mbok di poles dulu lah, kan kalo ada yang ledekin yang malu bukan hanya Astrid doank. Kami sebagai sahabat pun bakal ikutan malu. Cuma yah! Begitulah Astrid, dia selalu bilang, dia tidak mencintai kak Yusuf karena dari penampilan luarnya. Dia mencintai kak Yusuf karena hatinya.

Yah sudah!

Kalo udah kayak gitu, gue udah gak bisa berdebat lagi ma dia.

Hahahaha!

Bosan dengen melamun mulu, akhirnya gue pengen ngajak ngobrol Almando yang sedang sibuk menyetir.

“Man”

Dia menoleh.

“Lo baik-baik aja, bro?” tanya gue ke Almando.

“Baik lah May, hehehe kenapa gitu?”

“Bohong.” Cibir gue ke Alman ini, gaya aja bilang baik-baik padahal gue paham kalo dia bersedih apalagi melihat keadaan Astrid yang agak kurus, wajahnya juga pucat. Gak ada lagi Astrid yang penuh keceriaan seperti dulu.

“Terus... apa gue harus bilang, gue lagi sedih... sakit hari, melihat Astrid kayak gitu?”

“Terus... apa yang lo bakal lakuin selanjutnya?” tanya gue penasaran.

“Lakuin? Gak ada... gue gak bisa ngelakuin apa-apa selama Astrid gak ngizinin.”

“Lo masih sayang ma dia?”

“Gak perlu lo nanyain, lo udah tau juga jawabannya kok, May” balasnya sambil menarik nafas dalam-dalam. Gue ikutin narik nafas, kemudian menepuk bahunya pelan.

“Gue yakin... lo pasti bakal dapat cewek sebaik Astrid kok”

“Gak... gue maunya Astrid doank May” cetusnya bikin gue terkejut, Cuma gue langsung merubah ekspresi gue yang awalnya terkejut, kemudian tersenyum.

“Ckckck... lo kan liat sendiri, kalo kak Yusuf masih hidup, terus apa iya lo mau nungguin Astrid cerai gitu?”

“Gak! Justru kalo lo nanya ke gue, gue maunya menggagalkan pernikahan mereka... Cuma”

“GILAAAA! Hei... lo gak waras Alman.” Protes gue dengan kesal. Bisa-bisa nya dia berpikiran sepengecut itu.

“Loh... kan itu mau gue, Cuma kemauan gak sejalan ama hati May. Hahahaha! Santai napa, gue juga orang yang waras lah, gak mungkin karena masalah hati harus ngancurin persahabatan kita sih” ujarnya sambil tertawa bikin gue keki sesaat.

“Sue lo... hehehe!”

“Lo tenang aja, May. Gue gak akan pernah nyakitin Astrid, percaya sama gue.”

“Terus?”

“Cuma... gue gak bisa menggaransi gak ngelakuin itu ke Yusuf-nya.”

Degh!

Gue langsung terpaku, sekujur tubuh gue berasa sulit di gerakin mendengar pengakuan dari Almando barusan. “Tapi... itu gak akan mungkin pernah terjadi, karena gue masih waras May... hahahahaha!” setelah dia melanjutkan ucapannya, akhirnya gue bisa sedikit merasa lega. Hanya sedikit, karena kadang omongan Almando yang seperti ini bikin gue merinding. Dia orangnya bisa saja melakukan sesuatu di luar batas kewajaran.

Apalagi Almando ini mempunyai watak yang keras. Dia ganteng, nyebelin, Cuma kalo sekali dia menyinggung sesuatu, kayak yang tadi tuh. Itu adalah sesuatu yang pernah ia pikirkan, dan begitu ada sesuatu yang ia pikirkan, dan ia inginkan, bisa saja itu akan menjadi kenyataan. Karena Almando memiliki segalanya. Uang, teman brandalannya, kekuatannya sendiri yang memang lumayan jago kalo berantem... apalagi yak?

Ahhh iya.

Gue inget satu kejadian, dimana di saat Astrid marahan ma kak Yusuf, kami semua akhirnya membantu Astrid mencari kak Yusuf yang pergi tanpa ninggalin kabar sama sekali. Akhirnya setelah melakukan pencarian beberapa jam lamanya, satu informasi kami dapatkan dari salah satu informan Almando ini, yang mengarahkan kami ke orang yang di maksud.

Dan benar, dia adalah kak Yusuf yang tengah ingin di keroyok oleh beberapa brandalan di dekat pantai sebelah. Jumlah brandalannya memang hanya 4 orang Cuma, kak Yusuf sudah kelihatan sangat ketakutan. Untungnya kami tiba lebih cepat.

Gue, Kiky dan Anty bersama Redy nemenin Astrid untuk ngamanin kak Yusuf, sedangkan Almando Cuma sendirian doank, yang langsung menyikat habis ke-empat preman yang ingin memalak kak Yusuf.

Setelah membereskan ke empat brandalan receh itu, kami semua pergi ninggalin tempat itu. Nah setelah kejadian itu, kak Yusuf akhirnya bisa akrab ma kami. Nah itu awal mula kami mengenal dekat kak Yusuf. Hehehehe!

...

Dan gue mesti benar-benar meyakinkan Almando nih, kalo dia gak harus dan gak boleh ada niat melakukan itu. Karena gue, kami, semua sayang ma Astrid.

“Man... please... buang jauh-jauh pemikiran itu yak, please”

“Iya May... tenang, lo bisa pegang gue kalo gue gak bakal ngelakuin apa-apa ke mereka. Khususnya ke Astrid, karena gue sayang ma dia. Sayang banget”

“Fiuhhhh! Gue berharap lo gak khilaf aja deh”

“Hehehehe... semoga May”

“Semoga...”



---000---




POV 3rd



Saya lagi dimana?



Sebuah pertanyaan yang langsung di pikirkan oleh seorang pria yang dalam keadaan baru saja tersadar dari tidur panjangnya. Bukan tidur, melainkan dia memang tak sadarkan diri setelah ia menjatuhkan diri ke laut. Dia juga sempat mendengar percapakan dua orang, seorang pria dan seorang perempuan yang sepertinya tak jauh darinya.

Sebuah keputusan untuk tetap memejamkan mata, di saat indra penciumannya menangkap aroma tempatnya berada, adalah sesuatu yang beraroma tak asing baginya. Dia tau ini aroma apa. Karena dia selalu mencium aroma ini, di saat dia tengah bertemu dengan Dini.

Dini?

Pria itu langsung mengingat nama seorang gadis yang mungkin sekarang ini sedang bersedih. Mungkin pula, dia sudah di nyatakan meninggal di kesatuannya. Itulah yang di pikirkan pria itu, bernama lengkap Arjun wibowo. Yah! Arjun, tiba-tiba sadar dan mendapati dirinya seperti di dalam ruangan sebuah rumah sakit. Aroma obat-obatan dan etanol, sudah cukup menyadari keberadaannya saat ini.

Namun karena dia telah terlatih selama ini, maka dia belum membuka kedua matanya. Dia ingin mencuri beberapa informasi dari tempat ini, dengan berpura-pura belum sadar. Cuma itu tentu tak akan lama ia lakukan, karena begitu dokter datang memeriksanya, maka ia akan ketahuan kalau dia sudah sadar.

Setelah terdengar langkah kaki menjauh, kemudian terdengar suara pintu ruangan tertutup, Arjun kemudian menyimpulkan jika salah satu dari orang yang tadi berbincang-bincang sudah keluar dari ruangan ini.

Cuma siapa mereka?

Pikir Arjun.

Karena jika Arjun di temukan oleh anggota kesatuannya, mungkin yang akan ada di ruangan ini, yah kalo bukan Dini pasti sahabatnya si Sandi. Cuma karena Sandi sedang membawa Bravo tim ke misi yang lainnya selama 3 bulan, maka Sandi tentu tidak akan ada untuk menemaninya. Dan tidak mungkin juga dia tidak sadarkan diri selama 3 bulan, bukan?

Apa Sandi sudah mendengar kabarnya?

Mengenai Alpha tim yang bersamanya dalam menjalankan misi kemarin, jelas Arjun mengetahui mereka ber-enam telah tewas. 5 orang tewas di tangan musuh, 1 orang tewas justru di tangan Arjun sendiri.

Dan bagaimana kabar Dini?

Entahlah, saat ini mereka bukan prioritas Arjun. Prioritas Arjun saat ini, harus mengetahui dimana dia berada, jangan sampai justru dia sedang berada di tangan musuh.

Pada intinya, Arjun tidak ingin gegabah sedikit pun.

Namun...

Semua yang tengah di pikirkannya, buyar seketika, di saat satu-satunya orang yang tertinggal di ruangan ini mendekatinya. Satu helaan nafas yang terdengar, langsung dengan mudah di tebak oleh Arjun, sosok yang tengah berdiri melihatnya belum membuka mata ini, adalah seorang perempuan.

Kejadian selanjutnya, makin membuat Arjun bingung. Adalah sebuah kecupan pada keningnya itu.

Ada apa ini?

“Mas... tadi temen-temen Astrid datang tuh. Pada nanyain mas Yusuf, katanya kalo sehat mereka akan ngajakin ngumpul lagi kayak dulu”

“Makanya mas cepat sadar, hehehe... moga besok pagi, Astrid bisa melihat mas udah sadar. Aminnn ya Allah.”

Yusuf?

Astrid?

Siapa mereka?

Dan, siapa gadis ini yang sudah berani mencium keningnya?

Cuma...

Lagi-lagi Arjun belum ingin membuka mata. Dia masih ingin mencuri berbagai informasi yang tak ia ketahui saat ini. Mau gak mau, karena keputusannya itu untuk tidak membuka mata, maka dia menjadi bulan-bulanan oleh gadis aneh yang tengah bersamanya ini. Di awali dengan kecupan di kening, kemudian satu usapan di wajah, lalu Arjun merasakan tangannya di genggam. Dan tak lama, gadis itu kembali mencium keningnya.

Lalu kemudian, tangisan kepedihan terdengar.

Kenapa gadis ini menangis? Dan kenapa gadis ini memanggilnya dengan nama Yusuf?

Makin ke sini, makin membuat Arjun tak tahan lagi. Maka... Dia pun membuka matanya secara perlahan-lahan, dan di saat kedua matanya mulai menyesuaikan diri dengan cahaya di dalam ruangan, di saat itu pula, dia menemukan sepasang mata tengah memandangnya tak percaya. Bukan hanya itu saja, sepasang mata itu tengah mengeluarkan air mata, dengan ekspresi kebahagiaan.

“Mas.. hiks... hiks... mas... kamu udah sadarrrr. Ya allahhhhhh! Dokteeer.... dokterrrr... Mas Yusuf sudah sadaaaaaaaaaar.” Gadis itu bukannya bertanya ke Arjun atau apa gitu, ini malah langsung pergi keluar dari ruangan untuk memanggil dokter.

Baiklah...

Mungkin Arjun butuh sedikit waktu untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Dan di saat Arjun masih berperang dengan pikirannya sendiri, dua orang pria memakai pakaian dokter masuk bersama gadis tadi.

“Mas... hiks... hiks Alhamdulillah, mas kamu udah sadar.” Gadis itu masih saja menangis.

Sedangkan kedua dokter itu segera memeriksakan kondisi Arjun.

Namun...

Arjun yang penasaran dengan informasi yang belum ia ketahui sama sekali, mencoba untuk menanyakan satu pertanyaan.



“Siapa kamu?” DEGH!!!



Still Continued...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd