Jay malam itu bermimpi akan kenangan masa lalunya, ketika ayahnya resmi menikahi karina dan tinggal bersama dirumah yang dimiliki karina dan keluarganya di bali...
"Ah... A... Aku... Benar-benar minta maaf..." jay terdorong jatuh karena ditendang oleh kakak iparnya sendiri.
"Jay... Kamu minta maaf? Kamu tahu apa yang udah kamu lakukan, hah!?" ucap gadis itu berdiri didepan tubuh jay yang terjatuh.
"UAAAAAAHH...!" jay mengerang kesakitan ketika sang kakak ipar mendaratkan telapak kakinya diatas kemaluan jay dan menginjaknya yang memberikan rasa sakit mendalam bagi semua pria yang pernah merasakannya.
"Untuk ukuran adik ipar eh bukan tapi pembantu seperti dirimu... Beraninya kamu...!" ucap gadis itu terus marah kepada jay.
"Stop!!! Ughhhh!!!" jay muda tentu kalah power dengan anggota keluarga dari ibu tirinya itu, selain dari postur hampir mirip dengan karina.
Sang kakak ipar menginjak kemaluan jay yang terbaring diatas lantai dengan meletakkan kedua tangannya pada pinggulnya seperti memperlakukan seorang budak, pakaian yang dikenakan hari itu pun tak kalah sexy dibandingkan penampilan karina biasanya. "Beraninya kamu ya, memasukkan wortel kedalam panci masakan untuk makan siang!!"
"Aauuuuhhhh... M~maaf kak..! S~sakiiiiittt...! Tapi... wortel baik untuk tubuh kakak..." erang jay
"Apa kamu bilang? Gak denger ya aku bilang apa barusan? Sepertinya kamu masih belum mengerti tentang posisimu disini ya? Aku kasih tahu ya, setelah ditinggal lari oleh mama kamu, kemudian papa kamu nikah lagi sama saudara aku sekarang, kamu cuma anak gak berguna dari kakak ipar yang bawa dari pernikahan sebelumnya, entah bagaimana kak karina mau nerima cowok kayak papamu itu? Ini cuma demi kebaikan hubungan keluarga kalo kamu dibolehin tinggal sama kita, harusnya kamu udah tinggal sendiri diluar sekarang!" ucapnya sambil menggesekkan telapak kakinya pada permukaan celana jay yang dia injak dan menarik zipper celana jay dengan jari kakinya.
"Uuuuaaaahhh! Haaaaahh!"
"Oh? Apa ini? Apa lu terangsang ngeliat celana dalam kakak iparmu sendiri, hah? Punyamu udah keras aja kayak wortel aja dibawah sini, dan juga menjijikkan... Apa diginiin enak, eh?"
"Stop... Kalo kakak gosokin kayak gitu... Tolong... Kak...! Stop...!"
"Dasar, seorang yang hina seperti dirimu beraninya memerintahku? Kalo kamu ingin sesuatu, harusnya kamu paham harus bertingkah bagaimana? Rasain ini...!" balasnya dengan wajah serius kemudian terus mengurut batang kontol jay dengan jari kakinya.
"Aaaaaaaaah! Uuuaaaaaaahh!"
Crrrrrttt...Crrrrrttt...Crrrrrttt...
Jay tanpa sengaja ejakulasi dengan bantuan kocokan jari kaki kakak iparnya itu, "Wah... Wah... Jadi kamu keluar cuma digituin doang? Gak nyangka ternyata lemah juga kamu. Sekarang kalo aku gak cepat-cepat membersihkan kakiku, aku gak akan bisa membiarkan baunya menempel disana..." sang kakak ipar kemudian menginjak pipi jay dan mengoleskan bekas spermanya yang menempel pada telapak kakinya.
"Baiklah... Kita selesaikan ini nanti..." lanjutnya berlalu dan pergi menuju lantai atas menggunakan tangga rumah mereka.
"Uuuuuggghhhh..." jay mencoba bangun dan belum sempat dia berdiri sepenuhnya, dari belakang tubuhnya ada seorang gadis lain yang datang dan memeluknya.
"Eh?" jay terkejut dengan serangan mendadak itu.
"Jaaaaaaaaaayyy...! Apa kamu barusan bermain dengan adikku?" gadis itu memeluk punggung jay dan mendekapnya dari belakang sambil menciumi rambut jay.
"Eh? K~kak vita?"
"Aku mencium sesuatu yang menarik disini... Hmmmpp... Kamu tahu, kakak iparmu yang satu ini lagi sange banget...!" vita terus mengelus dan mencumbu rambut dan kening jay mengisyaratkan dirinya memang sedang on berat siang itu.
"Eh...? S~sange!? T~tunggu... Stop kak..." jay terkejut dengan pernyataan kakak iparnya yang lain itu dan melihatnya mulai bergerak mengendus menuju celananya yang belum tertutup sempurna itu.
"Hfffff... Hffffff... Hfffffff... Waaaaaah... Ijinkan kakak buat ngejilat sisa sperma milikmu ini, yah...!" vita menemukan apa yang dia inginkan diantara selangkangan jay yang baru saja ejakulasi dan belum bersih sempurna. Vita menggenggam kontol jay dan mulai menjilati batang kontolnya perlahan.
Vita cukup berani menggoda adik iparnya itu dan memposisikan jay terpaksa merebahkan kembali tubuhnya dan ines menindihnya dan mengambil posisi 69 sambil menjilati kontol jay.
"Mmmmppphhh...Mmmmppphhh...Mmmmppphhh... Mmmmm... Ini diaaaa... Mmm... Enaknyaaaa..."
"Aaaaah... Aaah... S~stop..."
"Lihat punyamu keras lagi kan, jay! Kamu suka?"
"I~itu... Karena... Hmphh... bau... tubuh bawah kak vita..." jelas jay kesulitan berkata dan mencari alasan dia mendadak terangsang kembali karena pandangan matanya tertuju pada celana pendek ketat milik ines yang tepat berada didepan wajahnya dan tangannya secara otomatis ditempelkan pada pantat ines ketika berusaha menahannya untuk bergerak menindihnya.
"Lagi... Keluarin lagi sperma kamu untuk kakak minum, jay...! Mmm..." vita terus menjilati lubang dan mengocok batang kontol jay ingin memerah seluruh sperma yang berada didalam skrotum miliknya.
"Aaah! T~tunggu kak... Kalo kakak menghisapnya seperti itu... A~aku... Aku bisa keluar lagi...!"
Vita tidak menghiraukan jay dan terus menggodanya selama 5 menit kemudian jay meledakkan spermanya didalam mulut kakak iparnya itu.
"Aaaaaaahhh!!"
Crrrooottt... Crrrooottt...
"Mmmmm... Sluuurrrppp... Sluuurrrppp... Makasih ya jay... Mmmm..." balas ines sambil menyeka mulutnya kemudian berlalu kembali menuju kamarnya didekat tangga lantai dua. "Dah, jay!"
"Uuuhh... O~ok..."
"Fiuuuuuuhhh..." jay menghela nafas seakan tidak percaya dengan keluarga ibu tirinya ini.
"HEI...!!!" seseorang memanggil jay meski dia baru saja terpaksa melayani kakak ipar yang lain.
"Kamu gak apa-apa kan, jay?" kakak ipar jay yang lain yang sedikit berbeda dengan yang lainnya cukup khawatir melihat jay diperlakukan seperti itu oleh kakak-kakaknya.
"A~ah... Iya kak Ines... Gak apa-apa kok..."
[Didalam kamar ines... Jay dan ines duduk diatas kasur ines dan berbincang serius...]
"Maaf ya jay... Gak ada yang bisa aku lakuin untuk menghentikan kakak-kakakku sendiri... Meski mereka sering kali membuatmu pusing dan memberi kamu masalah... Hmmm..." ines meminta maaf kepada jay atas perbuatan kakak-kakaknya itu yang menurutnya juga kelewat batas mengingat jay meski sudah cukup umur untuk dibilang mengerti akan hal-hal yang dilakukan oleh kakak-kakaknya itu.
"Udah... Enggak apa-apa kok kak..." ucap jay sambil memegang cangkir teh yang diberikan oleh ines sebelumnya.
"Ini... Kasih tahu kakak kalo kamu mau tambah tehnya lagi..." ucapnya sambil menunjuk kearah nampan yang terletak diatas meja riasnya itu.
"Makasih kak... Ini cukup kok... Aku minum ya kak! Sruuuuuupp..." jay meminum teh buatan ines sebagai tanda terima kasihnya.
Ines menatap jay yang meski berbadan kecil tapi memang mulai terlihat ganteng rupawan. "Oh iya... Kakak benar-benar minta maaf ya jay... Aku sendiri udah mencoba berkali-kali untuk berbicara dengan saudara-saudaraku tentang bagaimana mereka memperlakukanmu... Tapi kamu tahu mereka semua tidak mendengarkanku... Sebenarnya mereka berdua sangat bertalenta, kamu tahu kak vita seorang penulis buku, kak pola seorang model dan mereka sendiri bisa menghasilkan uang untuk menyewa pembantu dirumah ini. Dibanding mereka berdua, aku sendiri gak bisa mengalahkan mereka... Maaf ya..."
"Kak ines... Kakak sudah meminta maaf berkali-kali meski aku bilang tidak masalah..." jay sekali lagi mendapati bahwa keluarga iparnya itu memang memiliki kepribadian unik-unik. Kakak-kakak iparnya yang tertua memang terlihat kekanak-kanakan dibandingkan dengan ines yang jauh lebih dewasa.
"Eh... M~maaf ya..." ines sekali lagi meminta maaf kepada jay untuk hal yang tidak penting.
"Tuh kan... Aku sudah bilang kan kak, kakak tidak perlu meminta maaf... karena selama aku bisa sama kakak... Aku senang kok..."
"Eh? M~maksudnya?" ines tercengang dengan pernyataan jay yang sedikit ambigu ditelinganya.
"I~iya... Maksud aku, aku senang punya kakak ipar seperti kak ines..."
"Jay... M~maksud kamu? Aku juga... Kakak suka sama kamu!" ines dengan menggenggam tangan jay yang memang sejak awal tertarik dengan adik iparnya itu tanpa sadar melontarkan perasaannya tanpa memastikan terlebih dahulu perasaan jay.
"K~kalau ada sesuatu yang bisa aku lakukan, tolong kasih tahu kakak..." lanjutnya tersipu malu.
"S~sungguh? K~kalau begitu... Aku ingin kakak!!" jay mendorong tubuh kakak iparnya itu berbaring diatas kasurnya sendiri kemudian jay menatapnya dalam ketika mata mereka saling bertemu dan tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan kanan kakak iparnya itu.
"Bolehkan, kak?" jay dengan nafas memburu mulai mendekati wajah ines dengan memancarkan pesonanya
"Tu... Tunggu, apa yang kamu...!?"
"Kak ines... Lembut sekali..." tangan kiri jay yang sebelumnya menahan pergelangan tangan ines mulai berani menggoda kakak iparnya dengan berpindah meremas payudara milik ines dan jay menindih kakak iparnya sambil menciumi leher ines.
"T~tunggu... Jangan... Jay... Gak boleh..."
"Enggak apa-apa kok kalo kakak udah bilang suka begitu... Kakak harum sekali... Haa... Haa... Haaa..."
"Itu karena... tapi sekarang kita kan saudara... jay..." meskipun jay menindihnya dan terus menggodanya saat itu, ines tidak berusaha menepis atau memberontak sama sekali.
"Tidak masalah melakukannya bukan karena kita tidak terhubung oleh darah, kak..."
"Meski kamu berkata seperti itu..."
"Tapi kalau aku benar-benar menyukai kakak bagaimana?"
"Kamu... Kamu bohong... Bagaimana bisa kamu suka dengan seseorang seperti aku..." ines membuang mukanya mendengar pernyataan jay barusan.
"Itu semua karena kakak benar-benar baik dan manis menurutku pribadi..." jay memegang pipi kanan ines dan menariknya kembali memandanginya.
"K~kamu bohong..."
Jay kemudian melancarkan serangannya dengan mendaratkan ciumannya. Jay melumat bibir mungil kakak iparnya sendiri dan ines tidak kuasa menolaknya hingga lidah mereka saling terkait.
"Hmmm... Hmmmpphh... Nnnhhh..."
"Hmmm... Hmmmpphh... Nnnhhh..."
Jay tidak sabaran kemudian dengan dua jempolnya masuk diantara kain tshirt bagian bawahnya kemudian mendorongnya naik keatas. Rupanya ines cukup berani untuk tidak mengenakan bra dibalik pakaian yang dia kenakan meskipun tahu ada jay didalam rumah.
"Wah... Kakak punya payudara yang indah juga ya..."
"Ahh... Jangan berkata seperti itu... Kakak malu..."
"Bagus kok kak, lembut banget malah..." balas jay dengan tangannya bergerak berpindah meremas kedua payudara ines dan jari telunjuknya memilin puting ines sesekali.
"Hyaa... Ah... Stop... Jangan digelitik gituuu... Haaa... Yaaa... Jangan... dijilat...!"
"Mmmm... Mmmphh..." jay meremas payudara ines lebih kencang dan menghisapnya seperti hendak menyedot keluar susunya seperti seorang anak bayi.
"Jangan jay... kalau kamu menghisapnya seperti itu... Please... Payudaraku...! Udah dong... Geli banget jay...! Hyaaah..." meskipun menolak tapi ines hanya mengerang tanpa menolak keberadaan jay yang menjamahnya tersebut.
"Hmmm... Hmphhh... Mmmmhh... Sluuuurrppp..."
"Maaf kak..."
"Ini... Ini mendadak sekali... Jay... Kamu iseng banget ihh..."
"Oke selanjutnya aku akan pindah kebawah sini ya kak..." jay berhasil menarik celana pendek dan juga celana dalam ines dengan sekali percobaan hingga memperlihatkan memeknya yang bersih tanpa bulu dan pertahanan itu.
"Eh!? Itu... Ahh... Tunggu...! Hyaaa! Jangan, jangan diliatin gitu...!" ines ingin mempertahankan celanannya namun terlambat.
"Vagina kakak... menakjubkan... Sepertinya sudah basah dibawah sini... dan terlihat berdenyut... dan juga terlihat enak... Ini... Ini rasanya vagina milik kak ines..." jay kemudian menjulurkan lidahnya dan menjilati lubang memek ines perlahan dan memainkan lidahnya pada klitoris ines untuk menggodanya.
"Kamu bohonggggg! Jangan... jangan disitu... Hyaaaaah... Jangan jilat disitu, jaaaaaaaay!!!" ines berteriak dan juga mendesah dengan posisi jay mendorong pinggul ines sedikit lebih naik kak posisi kakinya berada diatas kepala jay.
"Lihat kak! Cairan milik kakak mulai banyak yang keluar... Hmmm... Sluurpp... Enak juga..."
"Haa... Haa... Jangan jay! Jangan...! Jangan putar lidahmu seperti itu! Jangaaaan! Jangan dimasukin juga kedalam!!" Tampak ines juga berusaha mendorong kepala jay menjauh dari memeknya untuk tidak terus merangsangnya dengan menjilati area pribadinya itu.
"Haaa... Aaah..." jay mulai melepaskan jilatannya
"Aroma tubuh kakak ini... Membuatku menggila... Aku hampir saja keluar olehnya... Vagina kak ines... Aku... Aku ingin memasukkan penisku kedalamnya..." jay membuka kembali zipper celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang didalam celananya sedaritadi dan berusaha mempenetrasi ines dalam posisi kaki ines yang masih terangkat.
"Haa... Haaa... Eh?" ines yang masih mengatur nafasnya baru menyadari ketika jay sudah menempelkan kepala kontolnya pada belahan memeknya sendiri
"Kak, aku masukin yah!"
"Jay... Enggak boleh...! Itu... Jangan... Gak boleh... Kamu gak boleh masukin penis kamu kedalam, jay!"
"Tapi... Aku sudah tidak bisa menghentikannya sekarang, kak..."
"Please... Kalau kita ngelakuin ini... Kita enggak bisa lagi dibilang seorang kakak dan adik lagi...!!"
"Enggak apa-apa kak... Aku membencinya... Aku benci menjadi seorang adik yang diperlakukan tidak lebih dari seekor peliharaan saja. Terlebih dengan kak ines... Aku ingin kakak melihatku sebagai seorang pria... Haa... Haaa..."
"Jay... Ini tidak adil... Kalau kamu bilang begitu... Lalu kakak tidak dapat bilang tidak..." ines menitikkan air mata dari mata kirinya sebelum jay benar-benar mempenetrasinya.
"Maaf ya kak... Ini... Ini mungkin akan sakit..."
Blesssssss...
"Aaahh... Udah masuk kak...! Vagina kak ines... Terasa hangat sekali... Maaf... Apa itu sakit, kak?" jay sukses membelah memek ines dengan kontolnya, meskipun jay cukup bernafsu tapi karena minim pengalaman jay seperti mati langkah ketika sudah mempenetrasi ines. Jay hanya menggoyangkan pinggulnya sesekali karena perasaan takut akan menyakiti kakak iparnya itu.
"Itu... Gak apa-apa kok, gak sakit... Gerakin aja semau kamu!" ines mulai membiasakan diri dengan adik iparnya dan berusaha menghilangkan pikiran bahwa adiknya berusaha memperkosanya saat itu. Ines bahkan mengalungkan tangannya pada leher jay dan menguatkan jay untuk melakukan apa yang diinginkannya.
"Maaf ya kak... Ini licin, rasanya juga nikmat!"
"Be-benarkah?"
"Maaf kak... Aku tahu meskipun cuma aku seorang yang ngerasa enak... dan kakak tidak menginginkan ini terjadi..."
"Haha... Bodoh... Sekarang lihat siapa yang selalu minta maaf ketika tidak ada hal yang dipermasalahkan..."
"A... Ah maaf..."
"Enggak... Ini juga enak buatku... Jadi buat vaginaku ngerasa lebih enak lagi..."
"Kak Ines..."
"Mmmpphh... Mmm... Hmmm... Hmpphh..." ines mencumbu jay sebagai gantinya. Mereka saling bertukar liur menikmati cumbuan demi cumbuan yang terjadi.
"Aah... Pa... payudaraku...! Payudaraku rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya... Aaaaahhh!" ines mulai menggila ketika jay memindahkan cumbuannya dan mulai menyusu kembali padanya.
"Haaa... Itu... Itu mulai terasa enak! Jangan berhenti, jay!! Penis kamu...! Rasanya seperti mengaduk-aduk bagian dalam vaginaku!"
"Aaaah! Ahh! Ini... Nikmat sekali, jay! Aku kembali merasakan nikmat ini setelah sekian lama!" ines mempertahankan tangannya dalam posisi melebarkan lubang memeknya sendiri dengan jari-jarinya dan membiarkan jay terus menggenjot memeknya.
"Maaf ya kak ines... Haa... Haa... Aku... sepertinya mau ejakulasi sebentar lagi..."
"Eh... Jay!? Ah... Jangan...! Enggak boleh! Jangan didalam vagina kakak!!"
Mendengar itu jay tersadar dan menarik kontolnya keluar tepat disaat dia akan ejakulasi, dan menembakkan spermanya diatas perut ines dan sebagian mendarat diwajahnya.
"Hngghhh..." jay mengerang
Crooottt...Crooottt...Crooottt...
"Hyaah! Hangatnya... Cairan hangat milikmu!"
"Haaa... Haaa... Haaa... Haaa..." jay dan ines sama-sama mengatur nafasnya. Jay ambruk diatas tubuh ines dan ines memeluknya dengan erat meski dia merasakan kontol jay berada diatas perutnya mengecil lembek tanpa tenaga seperti sebelumnya.
"Haaa... Haaa... Jay... Kamu... Nakal..." ucap ines memeluk adik iparnya itu.
"M~maaf ya kak..."
Sesaat kemudian, jay sudah berdiri dan bangkit dari atas tubuh ines dan duduk bersila disampingnya.
"Ihh, kamu bener-bener nakal yah... Kakak tidak berpikiran kalau kamu akan memaksa seperti itu..."
"Maaf kak... Aku tidak seharusnya melakukan itu..."
"Tidak masalah... Setidaknya lain kali kalau memang ingin melakukannya, kamu harus lebih gentle..." ines menarik pipi jay mendekat dan mencium bibir adik iparnya itu.
"Ah... Baiklah..."
"Bagaimanapun juga... Kita harus menyembunyikan rahasia ini dari kakak-kakak kita..." lanjut ines
"Tentu saja kak..."
"Eh kak ines... Boleh kita ngelakuinnya sekali lagi sekarang?"
"Apa!? Kamu masih kepingin lagi?"
"Iya kak...!"
"Cepet sini..."
[Tanpa sadar dari balik pintu yang sedikit terbuka, ada sesosok siluet yang berpangku tangan mendengarkan kegiatan dan percakapan antara kakak beradik itu...]
"Hmmm... Rahasia yah?"
Keesokan harinya pada malam hari...
"JAY! SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG JANGAN MENAMBAH PAPRIKA DIDALAM MAKAN SIANGKU!" bentak pola dengan kembali menendang jay hingga tersungkur seperti biasanya.
"Aaaaah! M~maaf kak! Tapi kalau kakak terus makan makanan diet dengan nutrisi yang gak seimbang begitu, tubuh kakak nanti bisa sakit...!"
"APA URUSANMU!? KAMU ADA MASALAH DENGAN TUBUHKU YANG SEMPURNA INI!?"
"Aahhhh! Bukan... Hanya saja kalau kakak tetap makan daging saja seperti itu, kakak bisa..."
"DIAM! SEKARANG BAWAKAN AKU MAKAN MALAM TANPA PAPRIKA SAMA SEKALI!"
"AAAAAAAAHHHH!!! UUUUUUUUHHH!!!" jay mengerang kesakitan diatas lantai karena ulah kakak iparnya lagi.
"Oh ya... Satu lagi... Setelah kamu selesai menyiapkan makan malam untukku... Kak vita memintamu datang ke kamarnya ingin menunjukkan sesuatu padamu..."
"Eh...?" jay kemudian berdiri setelah pola meninggalkannya sendirian. Jay berjalan menyiapkan kembali makan malam untuk mereka setelah itu menuju kamar vita seperti yang diperintahkan kepadanya.
"Sekarang aku baru memikirkannya, aku belum sekalipun pernah masuk kedalam kamar kak vita..."
Tok... tok... tok...
"Kak vita? Tadi manggil aku?"
"Masukkkkkk...!"
Klek... "Kak vita... mau bertemu denganku? Apa kakak butuh sesuatu...?"
"Halo jay..." vita sedang berbaring searah dengan posisi pintu kamar yang dibuka jay, vita sedang mengetik menggunakan laptopnya yang dia letakkan diatas perutnya dengan sebelah kakinya dimainkan menggantung diatas kaki lainnya. Satu hal yang menarik perhatian bahwa vita mengenakan kostum bunny outfit yang cukup sexy yang terlihat mirip lingerie itu.
"EH? Kak vita? Baju itu... dan lagu apa yang kakak putar sekarang ini? Erotis sekali musiknya...!" jay deg-degan melihat kakak iparnya yang satu ini, vita rupanya sangat menyukai untuk menjadi cosplayer dengan mencoba kostum-kostum aneh cenderung sexy meski berada didalam rumah karena memberinya inspirasi untuk menulis cerita.
"Eh? Kamu gak tahu? Ini kakak pake untuk novel baru yang sedang kakak kerjain sekarang... Ini membantuku masuk kedalam pikiran karakter yang sedang kakak tulis, aku selalu melakukan ini ketika menulis cerita novel baru..."
"Jadi... waktu itu... kakak memakai bando aneh... Ah... begitu rupanya... Hmmm... Apa yang kakak inginkan dariku...?"
"Apa itu penting? Kakak ingin kamu untuk membantuku dengan pelatihan imajinasiku..." vita bangun dan turun dari atas kasurnya kemudian berjalan mengendap-endap kearah jay meski dia melihatnya.
Jay perlahan mundur hingga menempel daun pintu berusaha membuka gagang pintu kamar vita ketika melihat kakak iparnya itu mulai kembali bertingkah aneh dan terus perlahan mendekat, "Eh!? Pintunya... Gak bisa kebuka..."
"Sekarang... Kamu harus berganti pakaian sesuai dengan yang kakak perintahkan...!" ucap vita menekan kedua pipi jay dengan jarinya.
"Aaaaaaaaaaaaahhhh!!!" jay berteriak ketika vita berusaha memaksanya mengganti pakaiannya dengan pilihan vita kemudian setelah berhasil vita memborgol kedua tangan jay dan menggantungnya dengan pengait yang dia kaitkan pada tiang penyangga gorden kasurnya.
"Uuuh... Kak... Kenapa... kenapa melihatku seperti itu...?" posisi jay seperti tawanan dengan tangan terborgol dan digantung keatas. Vita melihatnya kemudian bertepuk tangan sebentar untuk memujinya.
"Seperti yang aku duga, penampilanmu ini sangat cocok untukmu, jay!"
"Hmmm... Aku rasa kalau ini bisa membantu dalam pekerjaan kakak, tidak masalah... Kalau boleh tahu, cerita ini tentang apa?"
"Kamu yakin mau tahu? Baiklah, judulnya adalah (Jay, anak bule ganteng yang disekap oleh pencuri cantik yang bernama, Pink Rabbit) Cerita ini berkisah tentang seorang anak laki-laki yang diperbudak oleh seorang wanita mesum dan dilatih untuk menghidupkan gairah mudanya selama disekap satu bulan penuh."
"APA? TENTU SAJA AKU GAK MAU...!!!"
"Benarkah? Sayang sekali... Karena sepertinya jay dan ines sudah menaikkan status hubungan mereka didalam tangga kedewasaan bersama-sama, bukankah begitu?" vita memainkan kartu asnya dengan membeberkan apa yang terjadi didalam kamar ines pada jay.
"B~bagaimana... bagaimana kakak bisa tahu hal itu?"
"Hmmm... Kakak hanya menebak hal yang terlintas didalam pikiran saja. Kakak rasa itu tidak terelakkan melihat reaksimu... Aku akan bilang kepada pola tentang hal itu..."
"Kak... Tolong jangan... Jangan bicara dengan kak pola... Baiklah... Akan sangat menyenangkan bisa membantu kakak sebisa yang aku mampu..." jay menyerah ketika rahasianya dia bongkar sendiri dan termakan pancingan kakak iparnya yang mahir menulis novel itu sehingga imajinasinya sangatlah tinggi dan jay tidak mungkin bisa membohonginya.
"Terima kasih kalau begitu... Sekarang, tolong baca dialog ini dengan keras... Kakak akan memasang kamera untuk merekamnya untuk mencocokkan dialog dan adegannya..."
Vita mengambil kamera miliknya dan meletakkannya diatas meja didepan kasur miliknya, "Oke start bacanya..."
"Jay... jay seorang anak muda ganteng yang tumbuh... hanya dengan ayahnya, tapi ketika mereka menjalani hidup baru dan ayahnya menikah kembali, jay berakhir tinggal dengan tiga kakak iparnya. APA INI KAK!?" jay cukup malu membaca dialog awal cerita itu yang seperti menyindir dirinya.
Setelah itu vita berjalan kebelakang punggung jay dan mulai menggodanya dengan mengikuti dialog yang dia tulis. "Fufufufu... Akhirnya, anak ganteng ini berada dalam kuasa genggaman tanganku..."
"Eh... A~awas kamu pencuri, pink rabbit... A~aku tidak akan memaafkanmu! Ah... Tunggu kak... Stop sebentar... Jangan taruh kaki kakak diantara kakiku..." jay terganggu ketika vita berusaha menggoda jay dengan menggesek selangkangannya dengan menggunakan paha kanannya.
"Fufufu... Dasar sok suci... Kakak pikir berapa lama kamu akan bertahan... Sluuurp..."
"Stop... Kak... Jangan jilatin pipi aku... Kak vita... akting kakak terlalu nyata daripada dialognya..."
"Dasar... Omong besar kamu, jay..."
"Ke... Kebenaran akan selalu menang...!"
"Hahaha... Tidak mungkin kamu bisa melawan hasratmu cukup lama. Hasrat adalah kebenaran mutlak didalam dunia ini..." vita perlahan tapi pasti membuka celana jay dan mencari batang kontolnya.
"Itu... Itu tidak terasa enak sama sekali... Aaaahhh..." jay berusaha memerankan perannya sebaik mungkin dengan membaca dialog miliknya.
"Fufufu... Dasar laki-laki, tapi ini akan berakhir sebentar lagi..." vita tiba-tiba menarik pipi jay dan mencumbunya dengan ganas sambil satu telapak tangannya menggosok selangkangan jay.
"Hmmm... Hmph... Mmm... Hnnn... Mmmm..."
"Fuahhh... Lihat, sepertinya ada yang bangun dibawah sini..." vita menarik keluar kontol jay dari balik celana dalamnya dan berusaha mengocoknya agar sepenuhnya berdiri.
"Hmmm... Sepertinya kakak akan mulai serius melatihmu dari awal, ini sudah waktunya mengeluarkan senjata rahasia kakak..."
"Eh!? A~apa... yang kakak bawa itu!?" jay melihat vita mengeluarkan sesuatu dari bawah bantal miliknya. Vita mengeluarkan sebuah alat bantu berupa onahole yang biasa digunakan pria untuk solo masturbasi pengganti vagina selain menggunakan tangannya kemudian melumasinya dengan cairan pelumas.
"Ini adalah benda milik kakak pribadi. Kakak membelinya spesial order khusus dengan menggunakan material silikon bening, kamu tahu "Tenga"? Seperti itulah... Psssst... Barang ini bisa kamu beli disebuah toko dewasa, kok..."
"Lalu... Masukkan penis kamu kedalam sini... Kakak bisa mengobservasi dengan baik karena transparansi benda ini." dengan menggunakan tangan kirinya, vita menarik kontol jay yang belum sepenuhnya mengeras sempurna dan memasukkannya kedalam lubang tenga yang dipegang dengan tangan kanannya.
"Aaaaah... Kak... Itu...!" jay merasakan tenga yang digunakan kakak iparnya itu mirip dengan jepitan memek ines yang cukup rapat kemudian perlahan kontol jay mulai mengeras sempurna didalamnya.
"Bagaimana? Kamu menyukainya? Melihat wajahmu, cukup nakal juga yah kamu kalo dimainin gini..." vita mulai mengocok kontol jay yang berada didalam onahole yang dipegangnya dengan kencang.
"Aaaah... Kalau dipaksa seperti ini... Untuk merasa nikmat... Itu tidak... Mungkin...!"
"Fufufu... Untuk keras kepala yang kamu tunjukkan sebelumnya, kamu sangat mudah dipermainkan bukan? Lihat saja penis kamu sendiri, dia berpikir sendiri bukan?"
Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...
Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...
Vita sambil melihat batang kontol jay yang berubah menjadi tegak sempurna didalam tenga transparan itu, "Ya ampun... Lihat, pinggulmu mulai bergerak dengan sendirinya... Nakal yah..."
"K~kakak... Kakak salah... Aku hanya mencoba... melepaskan tanganku... Kaaaaaaahhh..."
"Fufufu... Itu mulai menjepit erat penis kamu..." vita meremas tenga ditangannya itu hingga ikut meremas batang kontol jay lebih kencang lagi.
"Haaaaaah... Hngggg... Aaaaah... S~sudah kak... K~kalau kakak menggerakkanya seperti itu... Aku... Aaah! Haaaaaaah!!"
Crrrrrooottt...Crrrrrooottt...Crrrrrooottt...
"Wah... wah... wah... Fufufu... Ya ampun, lihat banyak sekali kamu keluarnya... Sperma kamu hangat... Nah sekarang, ayo kita lanjutkan adegan berikutnya..." vita dengan senyumnya menarik tenga itu dari kontol jay, dan meremasnya agar sperma jay bisa keluar didalam genggaman tangan vita.
"Eh? Apa itu?"
"Sekarang kita latihan anal yah..." vita mengeluarkan alat seperti suntikan hewan dosis besar dan beberapa anal beads dari bawah kasurnya.
"Ehh?? Jangannnnnnnn! Kakak bercanda kan!? Tunggu! Stop kak vitaaaa!!" jay merasakan vita menarik pantatnya kebelakang dan melumasinya dengan cairan pelumas yang digunakan sebelumnya.
"Sudah jangan khawatir, kakak pastikan semua aman-aman saja... Sekarang, kita mulai dengan yang tipis dulu..." vita menarik anal beads yang cukup kecil seukuran pulpen dan mulai memasukkannya kedalam anus jay.
"Aaaaaah! Kaaaak! Stoooooop!!" jay pertama kalinya ada seseorang yang iseng menggoda dengan mempermainkan lubang pantatnya itu.
Brakkkkk... Pintu yang tadinya terkunci itu akhirnya terbuka setelah ines berusaha membuka dengan mencongkel pintu kamar vita.
"TUNGGU!! JAAAAY!! SETELAH AKU BERUSAHA MEMBUKA PINTU INI... KAMU... KAMU SELINGKUH DARI KAKAK! AKU GAK AKAN BIARIN ITU...!!!"
"Eh...? Selingkuh?" jay terkapar diatas kasur vita berusaha menatap kearah pintu.
"Hmmm... Waktunya tepat sekali..." sahut vita melihat adiknya sendiri mengganggu kegiatannya.
"Kak ines..." jay menatap ines senang karena berpikir akan berusaha membantunya keluar dari kamar vita saat itu.
Vita maju perlahan menuju ines dan memandangi adik kandungnya itu, "Ini tidak seperti yang kamu curigai, ini hanya bahan cerita yang aku butuhkan... Sang kakak perempuan protagonis dengan berani berusaha menyelamatkan adik iparnya... Tapi dia terlambat sebagaimana sang adik ipar laki-laki sudah sepenuhnya dicuci otaknya dan mulai terangsang melihat kakak iparnya sendiri..."
"Eh? Apa... Apa yang kakak bicarakan?"
Vita dengan sebuah borgol dibelakang kostumnya dengan cepat menarik lengan ines kebelakang dan menguncinya kedua tangannya dengan borgol yang dia bawa. Vita mendorong tubuh ines terjatuh diatas kasur miliknya hingga menungging. "Sekarang, ines bisa membantu juga... Fufufufu..."
"Eh? Tunggu sebentar... Apa maksudnya ini kak vita!?"
"Saat ini aku bukanlah vita yang kamu kenal, aku adalah pencuri wanita, pink rabbit... Dan sekarang, budak gantengku ini... Aku perintahkan kamu untuk memperkosa kakak iparmu yang berharga itu!!!" vita sudah melepaskan borgol jay dan mengikat lehernya dengan kalung rantai dan memerintahnya seperti layaknya seorang majikan kepada budaknya.
Jay mendekati ines yang menungging dihadapannya dan mulai menurunkan celana pendeknya. "M~maaf kak ines... Tapi setidaknya ini tidak bisa disebut selingkuh..."
"Kyaaaaaaa! Jaaaaay!?" ines yang menungging dengan tangan terikat itu mencoba meronta dengan menggerakkan pinggulnya ketika jay melucuti celananya.
"Kyaaaaaaa! Stop! Jangan disana... Itu kotor! Jay... Udah stop...! Jangaaaan..." ines meronta ketika jay menjilati lubang anusnya dan menggelitiknya dari sana.
"Hmmmm... Haaa... Tidak apa-apa kak, kakak baru saja selesai mandi bukan? Hmpph..." jay melanjutkan anal rimmingnya pada ines dan satu jarinya mulai masuk kedalam lubang memeknya dan menggelitik klitoris ines.
"Itu... bukan itu maksudnya... kamu masukin jari kamu kedalam situ... itu... Aaaahh... Jangaaaan... Jangan digituinnn...! Haaa... Aah..."
Jay membuka lubang pantat ines dengan menekan jarinya dan menarik kulit disekitar lubang pantat ines lebih lebar. "Haaa... Ini tidak adil, jay... Untuk ngelakuin hal-hal mesum seperti ini..."
"Maaf ya kak... Aku tidak punya pilihan... Ini bagian dari cerita, aku akan memasukkannya sekarang..." jay menarik kontolnya yang kembali tegang dan berusaha menganal kakak iparnya itu.
"Eh!?" ines paham kepala kontol jay berada dimana dan bersiap untuk masuk kedalam salah satu lubang miliknya.
"Relaks dong kak..."
"T~tidak...! Jangan! Stop! Kamu gak boleh...! Hyaaaah! Hnghhh...!"
"Kakak tegang sekali... Kan sudah aku bilang santai sedikit, kak ines. Coba ambil nafas pelan dan dalam, aku akan mencoba menggerakkannya sekarang..." jay mulai menggenjot pinggulnya perlahan dan menekan kontolnya hingga masuk sepenuhnya kedalam lubang anus ines.
"Haa... Haa... Fuah... Hyaaaaah! P~pantatku...!!"
"Uuuuh... Pantat kak ines... Amazing...! Dalamnya hangat dan sempit... Mantep banget! Ini terasa lebih nikmat daripada onahole tadi..."
"Ahh... Haaa... O... Ona... Apa itu..."
"Aku akan kasih tahu nanti kak... Maafin aku kak ines... Aku jadi benar-benar egois lagi sekarang... tapi... tapi kenyataannya adalah aku ingin kakak pertama melakukannya hanya denganku..."
"Ba... baiklah, jay... Ka... Kakak mengerti... Seperti yang... kakak bilang kemarin... lakukan dengan lembut... Ahhh..."
"Hmmm... Sementara kamu sibuk dengannya, lanjutkan dan angkat tubuhnya dan juga wajahnya kearah sini..." vita mengenakan double side dildo panjang yang memiliki vibrator getar dimasukkan kedalam memeknya hingga setengahnya, dan setengahnya lagi masih berada diluar hingga terlihat.
"Ah..."
"Eh?"
"Karena... Pencuri cantik ini sebenarnya adalah ratu penyiksa yang senang melihat korbannya menderita! Bagaimana? Bagus kan ceritanya?" vita maju mendekati jay dan ines, vita mendorong mereka terbaring hingga ines merebahkan tubuhnya diatas jay yang masih menancapkan kontolnya didalam lubang anus ines.
"Tidak... Jangan kak vita..." ines tahu apa yang diinginkan kakaknya itu sekarang, 2 lubang ines akan dimasuki 2 kontol berbeda yang 1 asli dan 1 lagi silikon.
"Dengan begini, aku bisa ikutan gabung bermain dengan kalian, jangan khawatir ini tidak terlalu besar dan terbuat dari bahan yang lembut..."
"Itu...! Hyaaahh..." ines menjerit dengan tindakan kakak kandungnya sendiri itu bersiap mempenetrasinya.
"Eh... Dua lubang bersamaan kak..."
"JANGAAAAN! TIDAAAAK, KAKAK PLEASE...! HYAAAAAA! STOP... ITU SAKIIIIT... JANGAN... JANGAN DIGERAKIN..."
"Aghhh... Tambah sempit lubangnya kakak...! (sensasi ini... penisku seperti diremas lubang anus kak ines...)"
"Tidak apa-apa, nes... Kita akan bergerak dengan pelan-pelan, kamu nikmatin aja... Trrrrrrrr..." vita menyalakan tombol getar vibrator yang terletak pada batang dildo yang dikenakannya itu hingga menyebabkan getaran didalam lubang ines dan juga lubangnya sendiri.
"Haaah... Aku... Aku bisa ngerasain 2 batang kalian bergerak didalam lubangku... Aaahhh... Huahhh... P~perutku... rasa ini... aku... aku merasa aneh..."
"Kak vita... Aku gak bisa... aku gak bisa keluar... disini terlalu sempit... Tolong... Aku udah ga tahan lagi... Biarin aku keluar dulu!" ucap jay yang mendadak ingin ejakulasi karena double penetration pertama yang dirasakannya.
Belum berapa lama dengan posisi seperti itu...
"Begitukah? Baiklah kalau begitu... Aku akan membiarkan dua bersaudara ini orgasme bersamaan!" vita menarik pinggulnya keluar hingga dildonya ikut tercabut.
"Uahhh!"
"A... aku keluar...!!"
Croooottt...Croooottt...Croooottt...
Crrrrrrrr...Crrrrrrrr...Crrrrrrrr...
Baik ines dan jay sama-sama klimaks, jay mengeluarkan spermanya didalam pantat ines dan menahan kedua betisnya ketika ines terkencing-kencing diatasnya hingga membasahi memeknya dan juga kontol jay dibawahnya.
"Haaa... Ah... Ahh... Aah... Hyaaahh..."
"Kak... Aku bisa merasakan pantat kakak berdenyut disekitar penisku... Rasanya seperti nyedot masuk..."
"Haaah... Hah... Kakak juga... kakak ngerasainnya juga didalam perut kakak... Itu... itu rasanya nikmat... itu..."
"Maaf kak..."
"Untuk apa?"
"Aku ngelakuinnya dengan mendadak..."
"It's ok, jay..."
Vita yang melihat kedua adiknya mulai semakin tidak memiliki jarak dan mulai berciuman mesra bak sepasang kekasih dihadapannya, "Yah... Itu...! Kekuatan dari cinta yang mulai merasuki sang adik sebagaimana dia klimaks dan akhirnya tersadar kembali setelah menuntaskan hasratnya... dan untuk adegan terakhirnya..."
Vita mengeluarkan semua senjata andalannya dari dalam lemari. Vita menungging mengenakan penutup mata dan juga kedua tangan dan kakinya diikat pada batang besi yang dikaitkan pada pergelangan tangan dan juga kakinya.
"Dialognya tertulis, (Sejatinya, ini sebuah happy ending dan sang pencuri cantik akhirnya bisa ditangkap.)" ines membantu dengan membaca dialog yang vita tulis dan memegangi rantai yang terikat pada leher vita seperti seseorang yang sudah mengalahkan musuhnya dan menjadikannya tawanan.
"Haa... Haaa... Aku... aku sudah dikalahkan... Kamu benar-benar mengalahkanku, jay... dan sekarang... kamu bebas melakukan balas dendammu kepada tubuhku ini... Kamu boleh menggunakanku untuk memenuhi keinginan mesum kamu dan menghukumku seperti yang kamu inginkan..." vita terlihat tersipu malu dan juga tersenyum ketika mengatakan dialog miliknya sendiri.
"Kalau begitu, biarin aja kakak seperti itu. Kak ines, kita tinggalin dia yuk..." jay mengajak ines pergi dari kamar vita dan meninggalkannya dengan posisi memalukan seperti itu tanpa bisa mendapatkan orgasmenya karena tubuhnya terikat tanpa bisa bergerak dan jay tidak menyalakan dildo yang menancap didalam memek vita sebagai pelajaran.
"Ehhhhh? Gak adil kamu, jay... Ines aja kamu puasin, masa kakak enggaaaaaak?"
"Itu karena aku dan kak ines saling mencintai..."
"Eh? Jay?"
"Ah, ayolah... Jangan egois gitu, ini kan hanya akting..." balas jay mengerjai kakak iparnya yang aneh itu.
"Tapi... payudaranya juga mirip dengan milikku dari segi besar dan juga kenyalnya dan aku akan membiarkanmu bermain menggunakannya sepuas yang kamu inginkan..." pinta vita memohon agar dirinya bisa dipuaskan oleh kontol jay seperti yang dia lakukan kepada ines.
"Meskipun itu benar, aku tidak tertarik kak vita..." balas jay ketus
"Eh? Apa maksudnya itu jay?"
[Sekali lagi... Diluar kamar vita dibalik dinding itu, sesosok siluet gadis menguping pembicaraan mereka sambil berpangku tangan dan tersenyum dingin...]
"Oh begitu... Yah kurang menarik dong..."
bersambung...