Mendengar kehamilan sang istri, suami tasya berubah menjadi protektif. Setiap harinya meski diusia kandungan yang terbilang muda, tasya tidak diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
3 bulan berselang...
"Sayang!"
"A~apa yang...?" tasya menoleh kearah sang suami memanggilnya.
"Kamu jangan angkat-angkat itu sendirian dong!" lanjut sang suami melihat tasya membawa keranjang belanjaan yang cukup besar sendirian.
"Eh? Ini gak berat kok sayang..."
"Sini biar aku bantu! Kamu harus berhati-hari dengan tubuhmu sekarang!" sang suami mengambil paksa keranjang belanjaan tasya dari tangannya itu.
"Ihhh... Kamu tuh ya, khawatir berlebihan ih! Sedikit olahraga kan gak apa-apa, yang..."
Sang suami meletakkan keranjang belanja itu diatas meja dapur kemudian mendatangi tasya sambil berjongkok dan menempelkan telinganya diatas perut tasya. "Tapi, aku gak bisa biarin apapun terjadi pada bayi kita sayang..."
"Ihhhhhh... Sayang..." tasya merasa geli ketika sang suami mengusap perutnya itu.
"Sayang... Mau gak malam ini kita gituan lagi...?"
"Eh... Ah... Maaf yang... S~sekarang... ada bayi di dalam perutku ini... Aku tidak ingin melakukannya..." tasya mendorong kepala sang suami dan memegangi perutnya ketika tasya menolak permintaan sang suami untuk bercinta malam ini.
"A~ah... Oke yang... Gak masalah...! Gak ada yang lebih penting daripada kesehatan bayi kita! Maaf yah, hahaha!" sang suami berusaha agar tasya tidak cemberut dengan ajakannya barusan.
"Maaf ya sayang...!" tasya membalasnya.
"Gak perlu minta maaf sayang... Omong-omong, kamu jadi pergi ke dokter hari ini? Aku bisa mengantarmu..."
Tasya bingung harus berkata apa kepada sang suami, "A~aku lebih suka berangkat sendiri sayang... Kamu juga kerja kan habis ini... Rumah sakitnya gak jauh dari sini..."
"T~tapi yang..."
Tasya kemudian berjalan meninggalkan sang suami sendiri menuju kamarnya. Tak lama tasya turun sudah mengambil tas miliknya dan berjalan keluar villanya. Akan tetapi ada satu hal yang dipegang di dalam genggaman tangan tasya, sebuah kunci. Sesekali tasya berusaha melihat kunci itu ketika berjalan keluar dari villa. Dan tak jauh berjalan, tasya membuka gerbang villa lain yang tak lain milik jay. Tasya bergegas masuk kedalam villa jay dengan menggunakan kunci serep yang diberikan kepadanya setelah berbohong kepada sang suami akan pergi memeriksakan kehamilannya hari itu.
Klek... tasya masuk ke dalam villa jay dan bertemu dengannya.
"Selamat datang, sya... Wah... Sekali lagi, kamu berbohong kepada suami lu sendiri dan datang nemuin gue yah..."
Jay menarik tangan tasya dan bersama dengannya berjalan menuju kamar miliknya. Di dalam kamar jay, tasya duduk di sebelah jay diatas kasur miliknya. Dengan tanpa berpikir panjang, jay melumat bibir tasya seperti predator yang tidak sabar memangsa buruannya.
"Mmm! Mph! Mphh! Nghhh! Mmm! Haaah! Haa!" jay dan tasya saling berpagutan mesra menikmati waktu mereka berdua. Lidah tasya sangat aktif membalas sentuhan lidah jay pada rongga mulutnya, tidak seperti yang dia berikan kepada suaminya setiap kali hendak foreplay. Jay paham bagaimana menaikkan gairah pasangannya dan membuatnya lebih horny hanya dengan foreplay saja.
"Sya... Toket lu gedean sekarang? Lu keluar gini mau ke dokter gak pake bra juga? Hmmm, mau godain dokternya juga ya?" ucap jay setelah mengehentikan ciumannya dan memandangi tubuh tasya dengan menurunkan pakaian tasya yang menutupi area tubuh atasnya dan memperlihatkan toketnya yang kenyal tanpa bra.
"Haah... Haa... A~aku rasa... gitu mas..." balas tasya menyetujui pertanyaan jay kepadanya.
"Karena lu hari ini gak pergi ke dokter buat ngecek kandungan lu, gue bisa ngegantiinnya kan?" lanjut jay dengan berdiri menunggu didepan tasya persis.
"Uuhh... I~iya..." dengan cukup ragu, tasya meremas rok yang dipakainya dan mengangkatnya dihadapan jay dan memperlihatkan perutnya dengan kandungan berusia sekitaran 2-3 bulan itu. Gundukan kecil mulai terlihat pada perut tasya, berbanding terbalik dengan pertama kalinya ketika mereka bertemu, tasya yang sangat langsing menawan kini mengandung benih jay didalam perutnya. Perubahan bentuk tubuhnya selain membuat toketnya lebih montok, juga mengeluarkan aura lebih memikat dari sebelumnya.
"Oooh! Gak buruk juga untuk ukuran gadis penurut sepertimu! Ini akan membantumu mencegah stretch mark dimasa kehamilan sekarang..." jay mengolesi kedua telapak tangannya dengan minyak bening yang biasa ditemukan pada tempat spa pijat. Perlahan jay mengusapkan telapak tangannya pada perut tasya.
"Hyaaaaaa! D~dingiiiiin... Massss...! Mmmhh! Mphh! Ughhh! Nnn!" tubuh tasya bergetar dengan dinginnya minyak yang dioleskan pada tubuhnya oleh jay.
"Jangan gerak dulu... Gue harus ngeggosokin minyaknya disini..." ucap jay ketika satu telapak tangannya mengarah kearah bawah menuju memeknya. Setelahnya jay memasukkan jari-jarinya untuk mengocok memek tasya bersamaan dengan dirinya mengusap perut tasya.
"Mmm! Aaah! Haa! Aah! Nhaa! Naaaaah!"
Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...
Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...Crep...
Gerakan kocokan jari jay makin dipercepat dan membuat tasya mendesah tidak kalah kuatnya mengimbangi suara kocokan jay pada memeknya.
"Oke... Untuk membantu lu ngelahirin dengan mudah kedepannya, gue bakal mijitin bagian dalam memek lu ini... Coba santai dikit yah..." jay mengoleskan minyak itu keatas kontolnya untuk melumasinya, setelah itu jay berbaring dibelakang punggung tasya dan mengangkat sebelah kaki tasya untuk memasukkan kontolnya yang sudah licin berkat olesan minyak itu.
"Mmmm! M~makasih maaaaaas... Ahh! Haa! Haa! Mmm!" tasya meski cukup khawatir dengan posisinya apabila bayinya tergencet, meskipun begitu tasya membiarkan jay melakukan semaunya dengan tubuhnya meski beresiko dengan kehamilannya sendiri.
Jay kembali mengusap perut tasya dan juga meremas toketnya sambil terus memompa memek tasya. "Nah dengan gini, gue bisa perlahan ngelumasin minyaknya kedalam memek lu, lu bisa berteriak sekeras yang lu mau disini..." bisik jay disebelah telinga tasya.
"Mmm! Mphhh! Ughhh! Nghhh! NNNGGHHHH!! t~tapi... suami aku sedang dirumah sekarang..." tasya berusaha menutup mulutnya ketika menyadari desahannya terlalu keras.
Jay membalik tubuh tasya dan menindihnya dari atas, "It's oke, gak bakal denger dia...!"
"B~bukan, itu maksudnya mas...!"
"Lu inget boneka yang gue kasih ke lu beberapa waktu lalu?"
"Ah! Ahh! Mmm! A~apa...?" balas tasya bingung dengan pertanyaan jay.
"Baiklah kalo lu belum sadar juga, itu bukan boneka biasa..." jay mengambil remote tv diatas meja lampu disebelah kasurnya kemudian menyalakan tv didepan mereka.
[Pemandangan yang tidak biasa diperlihatkan jay kepada tasya. Boneka yang diletakkan di dalam kamarnya itu, mengarah ke arah sofa tempat tv kamar tasya berada. Tasya melihat suaminya sedang menonton film bokep dengan menggunakan headset dan tasya yakin suaminya pasti sedang masturbasi dengan menonton pemeran wanita didalam film itu. Dirinya paham, suaminya tidak pernah memiliki koleksi film porno sebelumnya bahkan setelah menikah dengannya...]
"Lu lihat sya? Itu semua salah lu... Sejak lu bilang sama suami lu soal kehamilan lu, lu selalu berusaha menghindari suami lu bukan..." ucap jay dengan percaya diri dengan bukti yang dia punya.
"Eh? Enggak! Ah!" tasya berusaha menahan berat badan jay ketika menindihnya dan mulai menggenjot memeknya dengan irama satu hentakan keras dan dia tarik kembali. Tasya yang hanya mengkhawatirkan kehamilannya saja berusaha meronta akan tetapi tidak bisa mengalahkan tenaga jay yang besar itu.
"Gue pernah denger kalo cewek lagi hamil tuh jam-jam segini harusnya bakalan sangat bergairah. Lu tahu apa yang tubuh lu pingin, bukan?"
"Mmm! Mm! Mmm! Ahh! Mm! Nhaaa!"
"Dan selanjutnya, meskipun lu tidak sabar untuk bisa hamil, lu tiba-tiba melarikan diri ke tempat pria itu..." jay mulai menggoda tasya yang merupakan fakta bahwa tubuh tasya lebih menginginkan jay daripada suaminya sendiri. Jay menarik tubuh tasya untuk duduk diatas pangkuannya dan mereka bisa saling bertatapan. Toket tasya berada didepan mulut jay persis dan jay menyambarnya dengan cepat.
"M~maaf...! Tapi... A~aku gak punya pilihan lain...! Mmmhh! Mmmph!"
"Itulah kenapa suami lu sekarang ngocok sendiri di dalam kamar... Yah, mungkin itu yang terbaik untuknya..."
"T~terbaik untuknya...?" tasya terlihat bingung dengan ucapan jay.
"Gue tahu... Dia gak bisa muasin gairah lu bagaimanapun caranya bukan? Itulah kenapa, lu selalu kembali kesini tiap lu pingin ngentot..." jay meremas pinggul tasya dan membuatnya bergerak naik turun dengan sensasi kontol jay yang mengaduk liang memeknya dan ujung kontolnya yang seperti memencet bel mulut rahimnya untuk meminta ijin bertamu.
"Mmm! Ahh! Ahh! Mmmh! Iyaaaa... Haa! Haa! Mas... Benar... Mmm! Mm! Mmm! Uuuh! Mph! Uuh! Mphhh!" tasya menyambar bibir jay dan melumatnya.
"Uahhh... Meskipun aku lagi hamil... Tubuhku ini sangat horny seperti biasanya... Aku ingin... ngentot sepuasnya... Dia hanya tidak bisa memuaskan aku..." ucap tasya dengan jujur sambil mengusap perutnya di depan jay.
"Jangan khawatir... Gue bisa bantu itu..." balas jay sambil tersenyum ketika mangsanya luluh kepadanya dan jay mulai menggenjotnya seperti yang diinginkannya.
"IYAAAAAH! DISANA MAS! AAAH! AH! HAA! WOW! GITUUU! AHN! AAAH!" erang tasya dengan kerasnya ketika kepala kontol jay menggempur bagian terdalam memeknya yang membuat tubuhnya tersengat listrik seketika.
"Aaah! Yaaa! Jangan berhenti, sya... Terus teriak sampai suami lu yang bodoh itu denger desahan lu!" sambut jay dengan meletakkan kedua betis tasya diatas pundaknya.
"Ahh! Pleaseee... Jangan... Nhaaa! Maaaaaas!" tasya mendesah makin menjadi disaat jay memainkan tempo genjotannya cukup keras dan membuat tubuhnya berguncang mengikuti arah genjotan jay.
"SINI...!" jay mengangkat tubuh tasya dan menggendongnya kemudian jay duduk ditepi kasur bersamaan dengan dirinya mencoba membuat tubuh tasya turun dengan efek gravitasi hingga membuat tubuhnya turun cukup kencang dan kontol jay makin menusuk kedalam menyentuh mulut rahimnya.
"KASIH TAHU SUAMI LU SEMUANYA...!"
"Nhaa! A~apa mas?"
"TUNJUKIN KE SUAMI LU, SIAPA LU SEBENERNYA?" jay menarik kedua tangan tasya kebelakang dan mulai bergerak kasar terlihat dengan guncangan toket tasya yang tak beraturan membuktikan jay bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"Eh? E~enggak! Aku gak bisaaaa! Ahh! K~kalo dia melihatku seperti ini, itu akan menyakiti dirinya seumur hidupnya...!!!"
"GAK MAU JUGA? GUE PANGGIL DIA SEKARANG DEH... HEI, SUAMINYA TASYA! CEPAT KEMARI!" jay menggoda tasya dengan berteriak kearah villa tasya melalui jendela kamarnya yang terbuka sambil terus menggenjot tasya.
"Haa! Ha! M~mas, apa yang mas lakukan!?"
"OIIII... BINI LU SEDANG SELINGKUH DI BELAKANG LU NIH!" lanjut jay
"Jangan! Haa! Jangan masss! ENGGAK! AKU ENGGAK SELINGKUH! SAYANG! DIA BERBOHONG! SEMUA ITU BOHONG! JANGAN DENGERIN DIA SAYANG! UAAAAAHHH!!!" tasya tanpa sadar mengikuti permainan jay dan berteriak membalasnya.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"NGHHHH! T~TUNGGU...! P~PUTINGKU... SEKARANG CUKUP SENSITIF!" tasya merasakan jari-jari jay bermain dengan kedua puting miliknya dari belakang punggungnya itu.
"AHHH! GUE MAU NGECROT SYAAA! GUE BAKAL NGASIH MINUM BAYI KITA DENGAN BANYAK SPERMA KENTAL MILIK GUE!" tubuh bawah jay seperti tersengat aliran listrik yang membuat tubuhnya ingin segera ejakulasi didalam memek tasya.
"EEEEEEEH!? JANGAAAAAAAAN! MAS, JANGAN! APAPUN TAPI JANGAN ITU!! SUAMIKU... BAKAL DENGER NANTIIII..!!!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"MAKAN NIH! UGHHHHHHH! NGHHHHHHHHH!!!" jay mengerang dengan cukup keras dan mengeraskan otot-otot tubuh bawahnya untuk ejakulasi saat itu dan memencet puting tasya.
CROOOOOOOTTTTTT...
CROOOOOOOTTTTTT...
CROOOOOOOTTTTTT...
"AHHHHHHH! J~JANGAAAAAAAAANNN!!!" teriak tasya ketika merasakan hangatnya sperma jay didalam memeknya dan dirinya berada tepat didepan tv melihat suaminya sedang asyik coli menonton film porno. Dan juga putingnya mulai merespon dengan mengeluarkan sedikit air susunya.
"AH! AAAH! HAA! JANGAAAN! AAH! AKU GAK BISA BERHENTI... MENYEMBURKAN AIR SUSU MILIKKU! HHH! OGHH! OOH! AH! AAH! SAYANG, MAAF.." erang tasya sambil menatap tajam kearah layar tv yang memperlihatkan suaminya tidak mendengar teriakannya sama sekali karena telinganya tersumpal dengan headset yang dipakainya saat itu.
Beberapa jam kemudian...
"Klek..."
"Oh, kamu udah pulang yang! Apa yang dokter bilang tadi?" ucap suami tasya cukup kaget melihat istrinya pulang lebih cepat dari biasanya. Dirinya sibuk menyembunyikan dvd porno yang dia tonton sebelumnya karena mendengar tasya kembali ke rumah begitu tiba-tiba.
Tasya meletakkan tasnya diatas meja makan dan mengambil segelas air untuk diminum. "Yah... Bayi kita sehat... sampai hari dimana aku melahirkan nanti, aku akan sering "mengunjungi" rumah sakit untuk menemui dokter..."
[Bulan terakhir usia kandungan tasya...]
"Aku pergi ya, sayang!" tasya bersiap meninggalkan villanya untuk menuju "rumah sakit" seperti biasanya.
"Baiklah, hati-hati sayang. Kalo ada apa-apa, telepon aja yah..." ucap sang suami melambaikan tangannya kearah tasya yang konsisten tidak ingin ditemani menuju rumah sakit olehnya sejak awal kehamilan itu.
Setelah tasya pergi, sang suami kembali menuju kamarnya seperti biasa. Dirinya hanya bisa melampiaskannya dengan masturbasi sendirian sambil menonton dvd porno baru setiap bulannya.
"Haaaaaaaaah... Aku bisa nontonin lagi bokep yang aku sewa sebelumnya... Hmmm, yang mana harusnya aku tonton sekarang...? Eh...? Aku gak inget aku nyewa yang ini? Terserah deh, coba nonton aja dulu... [Kehidupan Rahasia Sang Istri Muda]" ucap suami tasya yang mengambil dvd bokep dengan merogoh kolong kasurnya tempat dia menyimpan bokep yang dia sewa.
[Suami tasya menonton dvd itu dengan seksama, adegan dimana pemeran wanita sedang mengulum kontol pemeran prianya...]
[Mmm! Hah! Hah! Agh! Mmm! Mmph! Mmmn! Mmm! Mmph!]
"Waaaaah... Bagus juga ceritanya... Ini emang sedikit menarik selera aku, video tentang ibu rumah tangga... Mana pemerannya manis banget... Wah... Itu baru namanya nyepong... Meskipun pemeran ceweknya kena sensor muka yang cukup menyebalkan, tapi... entah kenapa itu membuatnya lebih menarik karena aku bisa melihat hanya sedikit wajahnya..." ucap suami tasya sambil duduk mengocok kontolnya seperti biasa tidak menyadari bahwa dalam video itu dengan diperhatikan seksama tidak lain adalah istrinya sendiri yang sedang melayani jay. Dvd yang tersimpan dibawah kolong kasur mereka juga hasil perbuatan jay selama beberapa bulan ini rutin mendokumentasikan kegiatan mereka ketika tasya menggunakan alasan kandungannya untuk pergi ke rumah sakit.
[Selanjutnya, apa yang lu mau gue lakuin sekarang?]
[Stop ngegodain aku, mas. Kontol mas, aku mau kontol mas d dalam memek aku...]
[Haruskah kita pake kondom?]
[Aku gak peduli, cepet entot aku mas!]
[Gue masukin yah... Kontol yang lu pingin dari tadi ini...]
[Ahhh... Gedenya...! Pria itu gak bisa nandingin ini!]
[OH! OOH! AHHH! INI ENAAAAK! YAH! JANGAN BERHENTI MAS! TERUSSSSSSSSS! HAAH! HAA! HAAAH!]
"Wanita itu tahu bagaimana cara menggoyangkan pantatnya, benar-benar lonte..." ucap suami tasya sambil tersenyum mengocok kontolnya menonton adegan itu.
[AH! AH! AH! HAA! AHH! MPH! MPH! MMM!]
[SEKARANG, GUE BAKAL PEJUHIN MEMEK LU SAMPE PENUH... DENGAN BENIH BAYI YANG JADI FAVORIT LU INI...]
[NGHHH! UAAAAAAAAAAHH! NHA! JANGAAAAAAAAAN! JANGAN KELUARIN DIDALAM MEMEK AKU! AKU... NANTI HAMIL!]
[APA...? GUE PIKIR LU SUKA DITEMBAKIN DALEM...]
[AH! AAH! JANGAN! NHAAA! MAS GAK BOLEH KELUAR DIDALAM...]
[LALU KENAPA LU MASIH NGEGOYANGIN PINGGUL LU SEKARANG? GUE BAKAL NEMBAKIN SPERMA GUE DAN NGEBUNTINGIN LU GAK PEDULI LU NOLAK...]
[JANGAN! HAA!]
[KENAPA JUGA GUE HARUS BERHENTI PAS LAGI ENAK-ENAKNYA?]
[JANGAAAAAAN!]
"Ini memang terdengar cukup ekstrim, tapi... wanita itu... dia terlihat seperti tasya..." suami tasya membayangkan pemeran wanita itu sebagai istrinya padahal memang benar yang berada didalam dvd itu adalah istrinya sendiri apabila dia mau peka.
[NGHHH! MAS, AKU BISA HAMIL MAS! JANGAAAAAAAAAANN! AAAAHHH!]
Adegan itu berakhir dengan sang pemeran pria berhasil mengisi memek pemeran wanita dengan spermanya bersamaan dengan suami tasya yang selesai ejakulasi dan menyemburkan spermanya keatas meja didepan sofa yang dia duduki.
"Uuuhh... Itu mungkin hanya kebetulan semata... Tasya tidak akan pernah berkata seperti itu atau bertingkah seperti seorang pelacur. Hehehe, aku udah keluar juga. Cukup banyak hari ini, aku bakal nikmatin lagi dvd ini sampai tasya melahirkan nantinya..." suami tasya hanya malu sambil menelan ludahnya selesai menonton film bokep itu.
Di tempat lain...
"Lihat, seperti biasa dia tidak menyadari apapun. Kalo aja suami lu tahu itu... Dia baru saja menonton momen dimana istrinya dihamilin... Bisa lu bayangin betapa shocknya wajah suami lu, sya?" ucap jay sambil memantau cctv rahasia yang dia berikan kepada tasya dan diletakkan didalam kamarnya itu. Sementara tasya berjongkok dan mengulum kontol jay sambil menonton suaminya sedang masturbasi dengan menggunakan dvd yang dia perankan sendiri.
"Jangan khawatir, gue kan janji buat nyensor muka sama suara lu dikit sebelum gue rekam itu. Suami lu gak bakal ngenalin lu... tapi mungkin hatinya bisa... Oke, sekarang liat ke kamera. Kita bikin video baru lagi, sya..."
"Oke mas..."
"Dasar... Suami lu masih aja nontonin bokep yang kita buat..." jay menunjuk kearah tv yang menunjukkan suami tasya belum berhenti menonton video bokep itu dan mengulang menontonnya.
"Yah... Sayang, maafin aku yah... Aku sudah berkhianat darimu..." tasya duduk diatas tubuh jay dan bersiap memasukkan kontol jay kedalam memeknya dan menggoyangkan pinggulnya tanpa diminta.
"Haa! Dulu aku kesepian ketika kamu pergi kerja keluar... tapi... karena kamu hanya satu-satunya pria yang tidur denganku... aku tidak menyadari... betapa nikmatnya berhubungan seks itu! Pria ini... Mas jay... membuatku merasa jauh lebih hidup... daripada denganmu!!"
"Ah! Ah! Setelah kamu kembali ke rumah, ha! haa! Aku mencoba meninggalkannya... tapi... Aku menyadarinya... Mas jay... menghamiliku...!!!"
"Mmm! Dan... Uhh! A~aku tidak tahu harus bagaimana... Aku terus saja berbohong kepadamu... Uh! Uuuuh!"
"Maaf sayang! tapi... Aku ingin seorang bayi! Haa! Mmm! Uuu!"
"BUKAN BAYIMU! AKU... AKU INGIN BAYI MILIK MAS JAY! AHHHH!"
"KENAPA KAMU GAK MAU DENGERIN AKU!? AAAH! KALAU KAMU TIDAK MENGHENTIKANKU... MMM! AKU BISA NGELAHIRIN KAPANPUN SEKARANG! RASANYA INGIN CEPAT-CEPAT AKU MELIHAT ANAK AKU SAMA MAS JAY..."
"NGH!" tatapan mata tasya menuju kearah perutnya yang berkontraksi.
"E~enggak mungkin... Ini...! Nnh! Mas jay... Air ketubanku... pecah!" tasya panik merasakan perutnya yang banjir dan insting tasya menyala akan berbahaya apabila bayinya tidak segera ditangani.
"Tenang saja, sya..."
"Eh?"
"Lu bisa ngelahirin bayi lu disini sekarang..." jay masih saja menggenjot memek tasya yang saluran rahimnya tertutup oleh kontolnya.
"Enggak mas! Mmm! Ah! Ahh! Ah! Aaaaaaaaaah!!!"
Satu jam kemudian... Di sebuah rumah sakit bersalin...
"Oh mas jay! Dokter bilang semuanya kepadaku! Terima kasih atas bantuan mas dengan membawa istriku ke rumah sakit!"
"Jangan... Gak perlu kok, bukan masalah besar!"
"Mas jay yang selalu menolong tasya setiap saat ketika saya tidak berada disampingnya!" ucap suami tasya menjabat tangan jay berterima kasih.
"Udah dibilang, tenang saja... It's okay... Masyarakat harus saling membantu, bukan?"
[Tasya melahirkan seorang putri dari hasil perselingkuhannya dengan jay. Beruntung sang putri terlihat mirip dengannya sehingga suami tasya tidaklah terlalu mencurigainya. 2 tahun kemudian...]
"Papa... Jangan pergi... Huaaaaaa!!!" ucap tania putri pertama "mereka" itu sambil menangis karena akan ditinggal pergi oleh sang "ayah".
"Tania, bagaimana bisa papa pergi selama 6 bulan kedepan tanpamu? Papa bakalan kangen sama kamu!" ucap suami tasya sambil memeluk anaknya itu dan ikut menangis dengannya.
"Tania sayang, papa gak punya pilihan lain. Pekerjaannya juga penting sayang..." ucap tasya menenangkan anaknya itu.
"Aku sendiri gak percaya mereka mengirimku untuk pekerjaan itu secara mendadak..." suami tasya memberikan tania dalam gendongannya pada tasya.
"Tania sayang, ayo kasih salam buat papa yang bentar lagi mau berangkat..."
"O~oke... Papa... hati-hati dijalan..." ucap tania menyeka matanya
"Aku pergi dulu ya, sayang. Aku akan meneleponmu malam ini..."
"Good luck, sayang..."
Keduanya berciuman dan memeluk anak mereka sebelum sang suami pergi mengendarai mobilnya menuju bandara.
[Berapa lama ini sudah berlalu sejak saat itu...?]
[Waktu berjalan, aku sudah bisa pergi dari rumah sakit dan kembali ke rumah. Villa sebelah sudah kosong, seperti tidak ada yang terjadi. Pria itu juga ikut menghilang tanpa jejak. Terangsang berbulan-bulan tanpa ada kegiatan malam, suamiku membuatku hidupku kembali. Semuanya kembali normal ke hari-hari yang damai dimana seperti sebelum mas jay muncul. Dia meninggalkanku dengan sebuah bukti dari kehadirannya... Tania... Anak dari mas jay... yang selalu aku sembunyikan dari suamiku sendiri... Waktu berlalu, kami pindah ke tempat lain dan putri kamu mulai tumbuh besar... Dalam hal itu, aku perlahan mengingat kembali mas jay... Sampai... Dia muncul kembali didepan pintu rumahku...]
Ting... Tong...
"Ya siapa?"
Cklek...
"Ah... E~enggak..." tasya terkejut melihat bahwa jay berdiri didepan rumahnya ketika membuka pintu.
"Lama tidak berjumpa, sya..."
[Tak lama berselang...]
"AH! JANGAN! JANGAN MAS! LEPAS!" tasya terbaring diatas kasur miliknya dan jay menahan tangannya sambil menindihnya.
"Apa masalahnya, sya? Bukannya lu seneng bisa ketemu gue setelah bertaun-taun lamanya?"
"Please... Mas, aku gak mau ngehancurin hidup aku lagi...!"
"Hidup lu, eh...? Lu ngomongon hidup lu tanpa gue dengan keluarga baru lu?"
"I~itu benar, mas!! Semuanya yang aku lakukan dengan mas waktu itu adalah kesalahan! Tolong mas! Putriku sedang tidur dibawah. Pergilah..."
"Tasya..." jay mendekatinya dengan celana yang sudah turun dan kontolnya mulai mengeras dihadapan tasya.
"Apa lu beneran puas dengan hidup lu sekarang?"
"I~iyaaah..."
"Apa lu gak merasa... ada sesuatu yang hilang?" goda jay mendekatkan kontolnya pada wajah tasya.
"E~ENGGAK... ENGGAK ADA!" balas tasya memalingkan wajahnya.
"Kalau begeitu... bagaimana kalau kita bertaruh..."
"Kasih gue kesempatan sekali, kalo hidup lu itu sudah sebaik yang lu bicarakan."
"L~lalu, mau mas apa?"
"Ngentot sekali tidak akan mengubah pikiran lu bukan? Gue biarin lu yang jadi penilainya... Kalo lu bilang gue harus pergi, lu gak bakal ngeliat gue lagi tapi... juga, putri kita akan..."
"UGH! BERJANJILAH PADAKU... JANJI KALO MAS GAK BAKAL KEMBALI KESINI LAGI!"
"Itu terserah sama lu yang menilai nantinya..."
[Tasya akhirnya menerima taruhan itu dan melayani jay...]
Tasya melepaskan pakaiannya dan membuangnya disamping kasur miliknya dengan tetap memakai bra dan juga celana dalamnya.
"Gak buruk juga! Lu terlihat cantik untuk ukuran seorang ibu muda!" Sekarang, mari kita lihat..." jay menarik bra tasya dan mengangkatnya hingga membuat toket tasya berguncang karena setelah hamil dan melahirkan, dirinya harus menyusui tania yang membuat ukuran toketnya bertambah lebih besar dari sebelumnya.
"Wooooh! Mantep sekali ini...! Oke, lu masih inget bagaimana nyepong kontol gue kan?" jay menarik kepala tasya mendekat dan mendorongnya tepat didepan kepala kontolnya.
"T~tentu saja..." tasya cukup ragu untuk menggenggam kontol jay yang juga ukurannya bertambah lebih besar dari yang terakhir dia ingat. Tasya berusaha memasukkan kontol jay kedalam mulutnya yang cukup kesusahan.
"Aggh! Ahhmmm! Mmmph! Mmm! Mmmp! Mmmh!"
"Yah... Itu enak... Seenak yang gue inget... Bagus... Jepit juga dengan toket lu itu... Setelah itu, ayo kita coba posisi lain. Gue pingin mencoba sesuatu dengan lu..."
Jay menarik tasya keatas kasurnya dan jay merebahkan tubuhnya sementara tasya diatas tubuh jay sambil menyepongnya membentuk posisi 69. Jay dengan kedua matanya menatap pantat tasya yang tersaji didepan wajahnya kemudian menurunkan celana dalam tasya dan bersiap mendekatkan wajahnya.
"Meskipun lu bilang begitu, memek lu yang basah ini masih menginginkan kontol, bukan?"
Jay menjilati memek tasya dan tasya mendeepthroat kontol jay disaat yang bersamaan.
"mmm! Mmp! Hmm! Hghhh!"
"Slurrp... Hmmm... Slrrrrpp... Mph! Mppph!"
"Uahhh! Sepertinya lu udah gak tahan aja nih... Gue bakal tunjukin gimana orgasme yang sebenarnya itu, sya..."
Tasya mengetahui maksud jay dan berusaha mendorong tubuhnya. "Mas jay, tungguuuu! P~pake kondomnya!"
"Jangan konyol... Gue tahu kalo lu gak pernah make kondom, kan?
"Eh? Please mas! Jangan... hari ini bahaya buat aku! Aku lagi subur!"
"Yah... Gue tahu itu..."
"Eh!? Nnnghhhhhh!" terlambat bagi tasya untuk menghentikan jay sekarang ketika jay berhasil mempenetrasinya kembali setelah sekian lama.
"Jadi? Bagaimana perasaan lu ketika lu kembali berselingkuh untuk pertama kalinya setelah lu ngelahirin anak kita? Lubang memek lu jadi lebih sempit karena lu terbiasa ngelayanin kontol suami lu yang kecil itu, hah?"
"Uuh! Ah! Hha! Haa! Ha! Mmm! Nhhh! Mmm! Uhhh! Nhhaaa!" tasya hanya bisa mendesah sambil meremas sprei kasur miliknya menikmati genjotan kontol jay.
"Apa lu mulai mengingatnya sekarang? Hari dimana kita biasa bersama ngentot untuk memberimu seorang bayi. Bagaimana kalau sekarang kita memberi seorang adik untuk anak perempuan kita yang manis itu? Lu udah ngelakuinnya sekali, lu bakal ngelakuinnya sekali lagi..."
"Enggak! Jangan! Jangan buat aku mengkhianati suamiku lagi! Mmph! Nghh! Uuuh! J~jangan mas! Haa! jangan cium aku! Ha! Haa!"
"Kenapa enggak? Lihat! Lu meluk gue pake kaki lu! Tandanya apa? Sya, tubuh lu... tidak setuju dengan perkataan lu!"
"Hyaaaa! Enggak...! Jangan! Jangaaaaaan!" tasya mencoba meronta ketika merasakan denyutan kontol jay didalam memeknya.
"Gue keluarin sya...! Bunting lagi lu...!! Nghhhhhh!!!" jay mengerang keras dan menembakkan spermanya kedalam memek tasya.
"AAAAAAHHHH! JANGAAAAAAAANNN!!!"
CROOOOOOTTTTT...CROOOOOOTTTTT...CROOOOOOTTTTT...
"AAH! HAA! HAH! SPERMA... HANGAT... MAS JAY... MENGISI PENUH... RAHIMKU LAGI... HAH! HNGHHH! AHH!"
Setelah selesai, mereka berdua memakai pakaiannya kembali.
"Mas jay... Waktu itu... Kenapa mas tiba-tiba menghilang tanpa berpamitan?"
"Setelah lu ngelahirin... Gue pikir lu bakal cerita yang sesungguhnya sama suami lu, kan?"
"uuuh..." tasya hanya terdiam mendengar jawaban jay.
"Lu tahu gue benar kan..."
Malam harinya...
"Iya sayang, aku baik-baik aja kok..."
"Mama! Kasih teleponnya sama aku! Aku mau bicara sama papa!" tania merengek ketika mengetahui ayahnya menelepon.
"Iya sayang, ini sudah malam jadi cepat yah..."
Tania duduk diatas pangkuan tasya dan memanggil sang ayah, "Papa? Iya, tania jadi anak yang baik hari ini! Tania kangen papa! Tania telepon papa besok ya... Tania sayang papa!"
"Udah kan sayang? Anak kamu mau tidur sekarang... Aku bakal telepon besok, love you..."
Tuuuuuut...
"Tania sayang..."
"Apa ma?"
"Apa tania... ingin seorang adik laki-laki atau perempuan?"
Dengan wajah berbinar-binar, tania menjawab pertanyaan tasya. "Iya ma!!"
"Kalau begitu... Mama bakal bicara dengan "papamu" lagi nanti yah..." ucap tasya sambil memeluk tania dan mengantarnya tidur.
Tasya menyimpan cincin pernikahannya dan bersiap menentukan arah hidupnya sekali lagi.
bersambung...