[Beberapa bulan yang lalu, didalam sebuah bar dan seorang pria paruh baya sedang minum alkohol ditempat jay mendapat part-time jobnya...]
"(Dasar brengsek... sial itu si wika... Selalu bertingkah sok dan berkuasa! Aku ini wakil rektornya tahu...! Dengan toket dan pantat lu yang tidak biasa itu untuk ukuran seorang dosen...! Apa lu pikir lu bisa mengajar didalam kelas dengan tubuh lonte seperti itu!? Aku akan memberinya pelajaran lain waktu. Aku akan mengambil fotonya diam-diam dan ketikda dia tidak menyadarinya...) Glek... Glek... Puwaaaaahhh..." pria itu kembali menenggak bir botolannya yang ke-5 untuk hari itu sambil bergumam dalam hatinya sedang memikirkan suatu cara untuk membalaskan dendamnya kepada salah satu dosen fakultasnya tersebut.
"Pak...? Pak rektor...?" panggil jay kepadanya dengan menepuk bahunya dari arah belakang setelah mengantarkan pesanan dan membersihkan meja setelah ada tamu yang selesai minum dan meninggalkan bar tempatnya bekerja tersebut.
"Bapak kenapa? Sepertinya sedang merencanakan sesuatu... Hmmm...!" jay dengan tersenyum kepadanya seperti mengetahui isi kepala dari rektornya tersebut.
"Ah... kamu...?" rektor tempat jay berkuliah tampak tidak mengenalinya.
[Itulah bagaimana ceritanya bagaimana aku bisa menjadi dekat dengan rektorku itu. Kami berdua saling bertukar cerita dan kesenangan dan sejak saat itu kami mulai sering bertemu dan berbicara di tempatku bekerja ini. Contohnya, kami membicarakan tentang akhir-akhir ini berapa banyak mahasiswi yang terlihat menggoda sedang berkeliaran disekitar kampus dengan mengenakan pakaian seksi dan rok pendek dengan memperlihatkan pahanya ke semua orang... Kita berdua sering membicarakan tentang dosen-dosen wanita juga...]
"Jay, apa kamu tahu? Ada dua mahasiswi yang tiba-tiba berhenti kuliah baru-baru ini, satu diantara mereka siapa itu namanya saya lupa. R~ra... rachel? Iya rachel, dia hamil oleh pria random ketika berlibur setelah ujian akhir di bali dan kemudian dibuang oleh orangtuanya. Apa kamu percaya itu? Anak-anak jaman sekarang... Saya ini pernah bilang kepada si wika untuk tidak terlibat dalam mengurus siswi tersebut, tapi dia selalu merasa paling benar dan pada akhirnya mengurusi urusan yang dimana dia tidak ada sangkut pautnya. Dasar wanita itu, selalu membentak saya, apa dia tidak menyadari bahwa saya ini jauh lebih tua darinya? Saya selalu berpikir tentang hari dimana bisa membuat wajahnya yang sok manis itu berubah melihat sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya." ucap rektor tersebut dengan nada yang sebal ketika membicarakan seorang wika dengan jay.
"Ah... Bu wika... Iya benar, wika... Dia itu adalah dosen dari murid yang menghilang kapan hari itu, bukan pak? Pasti itulah kenapa dia sangat putus asa dan memaksa untuk mengurusnya.
"Oh? Apa kamu tahu mengenai dirinya?"
"Yah... tentu saja aku akan mengetahuinya... Bagaimana kalau saya bilang bahwa siswi yang sedang hamil tersebut sedang berada ditempat saya...?" balas jay dengan nada serius sambil menenggak birnya.
"H~hah? Ayolah... Jangan bercanda seperti itu...!" rektor itu seperti tidak percaya dengan perkataan yang dilontarkan jay kepadanya.
"Oh... Bapak ingin membuktikannya? Datanglah ke kosanku nanti, pak. Saya tidak keberatan sama sekali..!" tantang jay kepada rektornya sambil tersenyum liar dan menunjukkan ekspresi tidak sedang bercanda tersebut.
[Kemudian mereka mengakhiri acara minum itu dan setelah jay selesai dengan shift kerjanya. Mereka berdua kembali menuju kosan jay untuk membuktikan perkataan jay kepada rektornya tersebut.]
"I~ini...!?" rektor tersebut menyadari setelah melihat pembuktian perkataan jay kepadanya tentang rachel yang tinggal bersama dengannya. Rachel yang menyambut mereka dengan telanjang dan juga hamil muda sekitar 3-4 bulan dengan perutnya yang mulai sedikit memperlihatkan tonjolan besar yang berisi janin tersebut.
"Pak... Dia adalah wanita simpananku, apa bapak ingin mencoba untuk "bermain" dengannya? Mengetahui bahwa bapak adalah seorang wakil rektor saya, saya bisa memberikan bapak diskon untuk pertama kali mencicipinya. Huehehehehe!"
"A~apa... Apa yang sudah kamu lakukan!?" balas sang wakil rektor merinding dengan nada bicara jay yang seperti tidak takut dengan hukum tersebut.
"Tidak akan ada seorangpun yang mengetahuinya, pak. Dia sendiri sudah dibuang oleh keluarganya karena mencoreng citra keluarganya dan disaat yang bersamaan dikeluarkan dari kampus juga."
"T~tapi tetap saja...!" sang rektor masih berusaha terlihat dalam posisi yang benar dengan segala kekacauan yang sedang dilihatnya saat ini.
"Selama kita bisa menjaga rahasia ini, tidak akan ada seorangpun yang akan mengetahuinya kok, pak...! Ayolah pak, bapak kan tahu dia salah satu mahasiswi bapak. Dia masih jauh lebih muda daripada istri bapak bukan? Ditambah dia sedang hamil saat ini, bapak bisa buang didalam memeknya sebanyak yang bapak inginkan. Bapak tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi... Apa bapak benar-benar ingin melepaskannya begitu saja? Saya berani bertaruh bahwa bapak sebenarnya sama dengan saja dengan saya...!" bisik jay disamping telinga sang wakil rektor yang kemudian dengan nafas berat dan tonjolan pada celananya setelah mengetahui fakta yang ada.
[Pada malam itu, sang wakil rektor kehilangan kendalinya dan kalah oleh nafsunya dan berakhir dengan meniduri rachel sang mantan mahasiswinya.]
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"OOOHHH! RACHEEEEELL...! BAPAK TIDAK MENYANGKA LU TATOAN JUGA? DASAR LONTE LU...! GUA BUNTINGIN SEKALIAN NIH...! HNGHHH! OOOOOOHHHH!!!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
Sang wakil rektor mempergunakan waktunya yang panjang untuk melampiaskan nafsunya kepada rachel yang menjadi titik emosinya sewaktu pertama kali bercerita tentang kehidupan anak kampus jaman sekarang yang benar-benar berubah tidak seperti jamannya. Free sex dan hamil diluar nikah seperti yang dialami oleh rachel ini membuat sang wakil rektor mendidih namun disaat yang bersamaan dirinya juga tidak menampik bahwa mantan mahasiswinya tersebut memang benar-benar montok dan membuatnya bernafsu tidak seperti dengan istrinya yang sudah tua dan tidak membuatnya bergairah.
Jay hanya menatap sang wakil rektor menghabiskan waktunya tanpa mengetahui bahwa dia sedang merekamnya untuk barang bukti untuk bisa memeras sang rektor apabila dia macam-macam nantinya dengan rahasia yang mereka simpan saat ini.
[Setelah itu, sang wakil rektor mulai sering mengunjungi kosan jay seminggu sekali bahkan ada beberapa hari sekali, tentu dengan bayaran kepada jay untuk bisa sekedar melampiaskan nafsunya seperti binatang buas yang terus mengintai mangsanya yang tidak berdaya, yang kini rachel menjadi mesin mencetak uang untuknya.]
"Pak wakil rektor... Saya memiliki seorang wanita baru yang ingin saya tunjukkan pada bapak...!"
"Wanita baru?" balasnya tertarik.
"Yah, tentu saja... Bapak akan sangat menyukainya...! Ayo ikut denganku...!" jay kemudian mengajak sang wakil rektor untuk mengikutinya dan masuk kedalam sebuah gudang disebelah kosannya.
Sesampainya didalam gudang tersebut, sang wakil rektor cukup kaget mengetahui siapa wanita yang dimaksud oleh jay. Wanita yang kedua pergelangan tangannya terikat sabuk rantai dan dikaitkan pada sabuk lehernya seperti seorang tawanan. Tubuhnya yang terbaring diatas lantai dingin dengan tubuh setengah bugilnya. Dia adalah wika, seorang dosen wanita yang juga dia benci karena tingkahnya terhadapnya dulu.
"P~pak... wakil rektor? Tol... tolong saya...!" ucap wika meminta tolong kepadanya.
"WIKAAAAAAAAAAAAA...!!!"
"KYAAAAAAAAAAAHHH!? P~PAK... WAKIL REKTOR? A~APA YANG BAPAK...? AH! AAAH!" wika terkejut ketika sang wakil rektor yang seharusnya rekan kerjanya tersebut kemudian menyerangnya dengan brutal dan menindih tubuhnya. Kesempatan itu tidak dia sia-siakan dengan menjamah setiap jengkal tubuh montok wika dan meremas kedua bukit kembarnya yang selalu menarik perhatian lawan jenis tersebut.
"LU TAHU... GUA INI... SELALU INGIN BERMAIN-MAIN DENGAN KEDUA TOKET LU INI...! TOKET PELACUR YANG SETIAP MENGAJAR TIDAK BISA MEMBUAT MAHASISWI KITA BERKONSENTRASI DENGAN PENUH PADA MATERI, JUSTRU HANYA SIBUK MELIHAT KEMOLEKAN TUBUH LU INI...!" balas sang rektor kemudian menyedot puting wika dengan kencang dan sesekali mengigitnya dengan keras juga.
"N~NHAAAAAHHH! S~STOP... PLEASE... PAK... U~UDAHAAAANNN...! NGHHHHH! HMPPHH...! MMMPH! AAAAH!"
"Mmphh..! slrrpp.. slrrrpp... mmmh! mphhh! slrrrpp!" suara sedotan dan liur pria tua tersebut terdengar nyaring dengan desahan wika yang mengikutinya ketika pria itu meremas-remas toket bulatnya dengan sesuka hatinya.
"Hmpphhh... Mmmphh... U~uaaah... Aaaaahh!? P~pak wakil rektor...! T~tolong... sadar pak...! Ah! Ah! Aaaghh! Nhaaaah!!" wika memohon kepadanya untuk menghentikannya ketika sedang menyedot, menggelitik dan memilin puting satunya bersamaan.
"(Ughhhh...! E~efek obatnya... masih terasa...! Gue... enggak pingin ngerasa nikmat karena ini, tapi...!)" pikir wika menatap sang wakil rektor sangat senang bermain dengan tubuhnya saat ini. Rupanya wika juga mendapat perlakuan yang sama oleh jay dengan menyuntikkannya obat perangsang sebagai obyek eksperimental miliknya.
"S~stoppp...! Nhuuuuhh! Nghhh! Mmphh!" wika tidak merasa kuat untuk menahannya untuk saat ini, dirinya terlalu lelah untuk bertahan dengan semua rangsangan yang tubuhnya terima dan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan kedua kakinya dan merosot duduk diatas lantai tempatnya berdiri.
"Haaaah... haaaah... Lihat, wika... Toket dan juga desahan lu itu ngebuat kontol gue jadi seperti ini...!" ucap sang wakil rektor dengan cepat menarik turun celananya dan menggenggam batang kontolnya sebelum dia tampar-tamparkan pada kedua toketnya bergantian.
"Apa lu paham apa yang sudah lu perbuat, hah? Hooohh! Lembut banget toket lu ini, kenyal dan ngejepit kontol gue dengan pas pula...! Beda banget sensasinya sama punya bini gua, kalo toket lu begini enaknya apalagi memeknya, mantep banget emang bacol kampus yang satu ini...! Ughhhh!" ucap pria itu kemudian menjepitkan batang kontolnya pada belahan toket wika kemudian menggenjotnya seperti ketika dirinya mempenetrasi memek rachel waktu itu.
"Huaaahhh... Gue gak bisa berhenti, wikaaaaa...!"
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Bunyi benturan kulit mereka mulai menggema kencang dengan tangan pria tua itu meremas kedua toket wika semakin kencang.
"P~pak... Pak wakil rektor...! T~tolong dengarkan saya...! Paaaaakkk!"
"UUUUUUUUUUHHH...!" pria tua itu kemudian mengerang dan terlihat denyutan pada batang kontolnya memompa spermanya mengalir keluar lewat saluran kencingnya dan menembakkannya tepat mengarah pada wajah wika yang putih bersih tersebut.
Crooooootttt... Crooooootttt...
Crooooootttt... Crooooootttt...
"HYAAAAAAAAAAAHHHH...!!!" wika yang tertindih oleh tubuh pria itu, kemudian menutup matanya secara reflek agar semburan sperma pria tersebut tidak mengenai matanya.
"Wahahahaha... Maaf... Salah gue, wik...! Gue terlalu bersemangat sampe gue keluar dengan cepat... Jangan khawatir, karena gue udah lama gak ngentot jadi stok sperma gue masih cukup banyak gue rasa...! Gue bakal keluarin didalam memek lonte lu ini selanjutnya...!"
"A~aaaaahh! T~tolong, pak...! Sadar pak...! kalau bapak tetap melakukan ini, saya akan...! A~aahhh...!" wika memohon ampun ketika pria itu membuka lebar kedua kakinya sambil menatap bahwa sejengkal lagi ujung kepala kontol pria tua itu berhasil mempenetrasi memeknya.
"Huuuuff... Gue masukin ya, wika! Hooooooohhh! Hahahaha! Gue akhirnya bisa nyicipin memek lu ini, wik...!" pria itu berhasil memasukkan kontolnya perlahan sebelum seluruhnya tenggelam didalam memek wika.
"(Enggak...! Penis pria tua ini sedang berada didalam tubuhku...)P~pak... k~enapa? Saya... mempercayai bapak..." ucap wika hanya bisa pasrah ketika tubuhnya diperkosa oleh pria yang dihormatinya tersebut.
"Percaya? Apa lu bodoh, wik? Apa lu pernah tahu berapa lama gue menunggu untuk bisa melihat wajah bodoh lu seperti sekarang ini?"
"E~eh...!? B~brengsekkk...! BAPAK AKAN TERIMA AKIBATNYA! DAN JUGA ANAK ITU...! SETELAH SAYA BERHASIL PERGI DARI SINI, SAYA AKAN MEMANGGIL POLISI!" dengan mata melotot wika cukup terkejut dengan pernyataan sang wakil rektor tersebut kepadanya kemudian wika meledak dengan amarahnya yang meletup-letup meski dirinya sedang dipaksa untuk bersetubuh dengan pria brengsek tersebut.
"Lalu... kita hanya perlu untuk menahan lu saja sehingga lu tidak akan pernah bisa melakukan itu, BENAR!?" pria itu kembali mengkasari memek wika dan mempenetrasinya dengan kencang.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"N~NHAAAAAAAAHHH!?" wika merasakan perih pada memeknya meski kontol pria tua tersebut tidak sebesar milik jay yang memperkosanya terlebih dahulu namun efek obat yang disuntikkan oleh jay membuat seluruh tubuhnya merasakan tingkat sensitivitas yang luar biasa.
"AHHHH! SEMPITNYAAA...! MEMEK LU SEPERTI MENCENGKERAM KONTOL GUE, WIIIIIIKK!!!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"AAAAHHH! S~STOOOOPPP! LE~LEPAAAAAS! LEPAAAAAAASSS!!!"
"Haaaah! Masih berusaha nolak? Memek lu ini udah becek dan gak pingin ngelepasin kontol gue, wik...!"
"Ah! Uah! Itu karena... karena obat...! (Gue gak pingin ngerasa nikmat dari pria ini, please...!)" wika merasakan memeknya berkedut-kedut menyambut kontol pria tua tersebut.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"Gue gak perlu lagi denger sepatah katapun keluar dari lu, dosen lonte! Lu itu bener-bener sempit deh...!"
"Hufff...! Oghhhh! Ohhhh! Ooooh!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"(Tubuh gue... seperti ngeremes-remes sendirinya, seperti mencoba untuk nyedot kontol dan sperma pria tua brengsek ini dari tubuhnya...)" wika merasakan kedutan pada memeknya ketika kontol pria tua itu terasa mentok didalam memeknya.
"Enghhh! Hnghhhh! Nhoooohhh! (Ini sangat nyebelin... caranya memasukkan penisnya keluar masuk itu, seperti dia berpikir bahwa seorang wanita hanya budak seks semata... kenapa gue harus... hnghhh!)"
10 menit berselang... Genjotan pria tua itu mulai tidak beraturan dan wika merasakannya.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"Oooohhh! Gue udah gak nahan lagi...! Gua mau ngecrot nih, wik!"
"Naaaah! Ahh! Aaah! Stoooop! Jangan lakukan itu, b~brengsekkkk!!!" balas wika dengan tangannya yang masih terikat dan juga lehernya, wika hanya bisa memutar tubuhnya saja tanpa bisa menggerakkan tangannya ketika pria tua itu dengan leluasa memperkosanya.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"GAAAAAAAAHHHH! UGGGHHH! GUE NGECROT YA WIK...! MAKAN NIH PEJU GUE...!"
CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...
CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...CROOOOOTTT...
"NGGGHHHH...! NAAAAAHHH! (D~dia... ngebuat gue orgasme... disaat yang bersamaan...!!)"
"OHOOOOOO! MEMEK LU NYEDOT SAMA NGEREMES KONTOL GUE, GUE NGERASA SEPERTI MEMEK LU BERUSAHA MERAH PEJU GUE SAMPE KOSONG TAK BERSISA AJA...!"
"E~... ENGGAAAAAAAAAAKKK! (Sperma hangatnya... ngebanjirin memek gue...!)"
"Fiuuuuuhhh! Gue keluar banyak hari ini... Lu bener-bener cukup vulgar hari ini, apa yang akan rekan-rekanmu pikir tentang lu kalau mereka tahu lu aslinya gimana? Apa lu udah pertimbangin buat jadi budak seks gue aja? Gimana menurut lu, jay?" ucap wakil rektor tersebut sambil menarik keluar kontolnya dari dalam memek wika yang bersimbah sperma tersebut.
"Bapak benar... Saya sangat setuju dengan hal itu... Hahahahaa!"
"Haaa... Haaa... Haaa... HNGHHH...!" wika hanya bisa mendengar ejekan padanya dengan diam sebelum akhirnya dia menggigit bibirnya dan mengamuk kepada mereka berdua. "JANGAN MACAM-MACAM SAMA SAYA YAH...! KALIAN BERDUA HANYALAH PECUNDANG YANG TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN TANPA MENGGUNAKAN KEKERASAN DAN JUGA OBAT-OBATAN... AKU TIDAK AKAN MENYERAH KEPADA KALIAN, TIDAK DENGAN TUBUHKU MAUPUN DENGAN JIWAKU...! APAPUN YANG TERJADI...!" teriak wika dengan kedua tangannya yang masih terikat pada rantai kalungnya tersebut.
"Apapun yang terjadi yah? Baiklah kalau begitu, mari kita bermain sebuah game sekarang juga...!" balas jay kepadanya sambil tersenyum seperti sudah merencanakan sesuatu kepadanya.
"Game?"
"Mudah saja... Kalau kamu bisa membuatku ejakulasi, aku akan membiarkanmu dan juga rachel untuk pergi dari sini! Tapi meski begitu, jika kamu yang orgasme terlebih dahulu, aku akan memintamu untuk bersumpah untuk setia kepadaku! Bagaimana? Apa kamu berani bertaruh, bu dosen?"
"Apa yang lu rencanain, jay?" tanya wakil rektor itu kepadanya.
"Bapak tidak mendengarnya? Ini hanya permainan semata, akan membosankan apabila kita melakukannya terus tanpa ada hadiahnya...! Fufufufu...!"
"Baiklah, saya mengerti. Terserah kamu saja lah, lagipula saya yakin kamu akan cepat ejakulasi setelah merasakannya sendiri nanti...! jadi kenapa saya harus pusing?"
Wika yang mendengar ocehan kedua pria mesum tersebut, menggigit bibirnya sambil berpikir sejenak. "(Brengsek, jangan main-main denganku yah! Ini satu-satunya kesempatanku, lagipula efek obatnya sudah mulai menghilang... Aku bisa melarikan diri sekarang...!) Baiklah, aku terima tawaran kalian, tapi kalian harus berjanji juga untuk membebaskan rachel jika aku menang taruhan ini...!"
"Yah, tentu saja... Aku akan memegang perkataanku ini...!"
"(Tunggu ibu, rachel...! Ibu akan menyelamatkanmu...!)" wika mencoba untuk melihat rachel yang berada dibelakangnya ketika dirinya membuat taruhan dengan jay.
Kemudian jay melepaskan kalung rantai pada leher dan juga pergelangan tangan wika tersebut dan jay mulai merebahkan dirinya menanti untuk wika memulai aksinya. Wika meski enggan tapi dengan perlahan mulai merangkak maju menuju jay yang sedang tiduran didepannya sampai wika berjarak beberapa cm dengan kontol jay yang berdiri menempel pada lubang pusar perutnya tersebut.
"Kenapa bu? Kaget dengan ukuran kontol saya? Kalau ibu tidak segera memasukkan kontol saya kedalam memek ibu, permainannya belum bisa dimulai loh...! Bukankah ibu sangat ingin menyelamatkan rachel dari kami berdua? Fufufufufu...!" tantang jay kepada wika yang masih enggan untuk memulai aksinya.
Mendengar itu, wika hanya bisa meredam emosinya "Khhhh...!!! Diamlah... Saya juga... baru mau memasukkannya...! Nhhh... Uhhhh... Guuuuhhh..." wika sedikit mengangkat tubuhnya dan memposisikan kepala kontol jay tepat pada lubang memeknya sebelum wika mulai menurunkan tubuhnya hingga kontol jay tenggelam.
Bleeeeeessss...
Kontol jay memang masuk baru setengahnya saja namun wika sudah cukup kewalahan karena panjang kontol jay yang membuat mulut rahimnya terasa gatal setiap kali bersentuhan dengan kepala kontolnya tersebut. "(Sial... Kontolnya... jauh lebih panjang dari milik wakil rektor brengsek itu... dan mentok banget didalem... Ketika kugerakin tubuhku, aku bisa merasakannya sendiri bagaimana besar, panjang dan bentuk secara lebih jelas lagi...)Hufff... huuuff... Hnghhhh..." wika terus mencoba menggoyangkan pinggulnya dengan gaya WOT namun semakin lama justru dirinya yang semakin merasa keenakan karena kontol jay tersebut.
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Sementara jay hanya bersantai memegangi kepalanya sambil menatap wika yang sedang menggoyangkan pinggulnya berusaha membuat jay ejakulasi dengan teknik seadanya itu, "Ayolah... Ada apa dengan teknik pinggulmu itu? Apa itu namanya usahamu? Kenapa juga aku sampai memikirkan untuk melepaskan ikatanmu sehingga kamu bisa bergerak dengan bebas, namun nyatanya hanya segini saja kemampuanmu, hah? Aku gak bakal bisa ejakulasi kalau hanya begini saja cara bermainmu, bu wika! Ayo, coba lebih kencang lagi!" jay kemudian membantu wika dengan memberikan stimulasi dengan meremas kedua toketnya yang cukup besar itu bersamaan.
"S~stop...! Jangan... terlalu dalam...! Sakitttt...!"
"Ah... Oooohh... Stop... Puting aku... jangan sentuh itu...! Kita tidak pernah menyetujui untuk lebih dari ini... bukan?! Kuhhhh... Nghhh..." wika nampak kesakitan ketika kontol jay masuk semakin dalam dan juga jay memencet-mencet putingnya dengan keras untuk menggodanya.
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
"Ah... Aaahhh... Mmmphhh... (Itu sakit... tapi setiap kali itu menusuk masuk lebih dalam, aku merasakan sengatan listrik dalam tubuhku... Kapan sih pengaruh obat ini akan berhenti bekerja? Ghhhh... Aku harus melawannya... ini... demi bisa menyelamatkan rachel dari tangan mereka...!)"
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...Plak...
Jay menarik tubuh wika dan memeluknya sambil membantunya dengan mulai mempenetrasi memeknya sambil mereka berdua saling bertatapan, "Hooo... Jadi apa kamu menyukainya ketika aku menyentuhnya disini, bu wika? Kamu juga menyukainya ketika aku memasukkannya kemudian menariknya keluar bukan?"
"D~diam...! dan cepat ejakulasi sekarang...!" bantah wika enggan untuk mengkonfirmasinya bahwa tubuhnya memang menyukai kontol jay saat ini.
"Jangan jawab dengan tubuhmu, bu wika! Dasar lonte...! Hahaha! Aku bisa merasakan dirimu baru saja squirting dan membasahi batang kontolku dengan cairan hangat milikmu itu...!" ucap jay sambil meremas kedua bongkahan pantat wika dan juga merasakan wika baru saja orgasme dengan kontolnya yang menjadi semakin licin karena cairan orgasme milik wika tersebut.
"(Pria ini sudah mengerti semua titik lemahku... Kalau aku tidak segera membuatnya ejakulasi, aku akan...) Heeeee?" tubuh wika didorong dengan paksa dan jay membuatnya semakin menungging sebelum kemudian wakil rektor itu bergabung dan hendak memasukkan kontolnya dengan paksa.
"Sepertinya lu sangat menikmatinya, bu wika? Kalau begitu, boleh gue bergabung?" ujarnya mengincar lubang anus milik wika tersebut.
"APA YANG SEDANG BAPAK PIKIRKAN? JANGAN...!" wika berusaha mengusir wakil rektor itu untuk menganalnya bersamaan dengan jay yang mempenetrasi memeknya saat ini.
"Loh? Ibu tidak pernah mendengar anal seks? Saya paham... Otak ibu hanya terlalu pintar dan fokus dalam pelajaran saja." ucap wakil rektor tersebut sambil memaksa kepala kontolnya menempel pada lubang anus wika.
"A~APA?!"
"Yah, tidak ada harapan kalau begitu. Saya sendiri yang akan mengajarimu...!"
"T~TUNGGU...! ITU TIDAK BISA MASUK KEDALAM SAN... AAAAAAHHH...!"
"Inilah gunanya pantat kamu ini, bu wika... Sudah nikmati saja double penetration pertamamu ini... Fufufufu!"
"RASAIN INI...!!!" teriak wakil rektor tersebut berhasil mempenetrasi lubang anus wika dan jay juga membantunya dengan kencang juga.
"H~HOOOOOOOOHHH...!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"Uwooooooohhh... Ini rasanya pantat cewek yang pertama kali merasakan anal seks?! Rasanya seperti kontol gue dipijit-pijit seketika pas masuk kedalamnya... Hahahaha!" terang wakil rektor itu menikmati jepitan anus wika pada kontolnya.
"(Enggak mungkin... pantatku... dan juga memekku... disaat yang bersamaan...) Aghhh...! Gaaaaahh...!" wika menjerit merasakan dua lubang miliknya diperkosa secara bersamaan.
"Ohhhh, lubang lu yang ini juga enak wik... Gue gak percaya kalau lu bisa punya anus yang sangat enak dientotin kayak gini, dasar lonte...!" ujar sang wakil rektor itu menikmati ketika dirinya memperkosa lubang anus wika dengan kasarnya.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"J~jangan... gerakin...! Ooohh! OH! Oooohh! Huuughh! (Sakiiiit... perutku... tubuh bawahku... seperti dirobek-robek oleh mereka berdua...! A~aku... tidak boleh kalah! Aku harus menyelamatkan rachel dari tangan mereka...!) GAAAAAAH!"
"Ayo bu wika! Ibu harus membuat saya ejakulasi, ingat bukan? Fokus saja sama memek ibu, hahahaha!" goda jay kepada wika karena dirinya sudah kewalahan melayani dua kontol yang bersarang didalam memek dan anusnya sekaligus.
"(Dua kontol mereka didalam tubuhku... Bagian dalam tubuhku terasa makin menggila karenanya... Keduanya saling berbenturan dan menggesek didalam sana...! Kepalaku terasa kosong memikirkannya...) S~stop...! J~jangan lagi...! Oh! Ooh! Oh! oooh! Aku bisa mati... aku bisa mati...! Tidaaaaak! AKU TIDAK MAU ORGASME!"
Kedua kontol tersebut mengobrak-abrik lubang masing-masing dengan kasarnya, jay dan wakil rektor tersebut saling tersenyum seperti memberi kode.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"AKU AKAN ORGASME!"
"AKU AKAN ORGASME!"
"AKU AKAN ORGASME!"
"AKU AKAN ORGASME!"
"AKU AKAN ORGASMEEEEEEEEEEE!!!" teriak wika yang berusaha menahannya akan tetapi disaat yang bersamaan wika orgasme terlebih dahulu sebelum jay dan wakil rektor tersebut menyemburkan semua sperma mereka didalam lubang anus dan memek wika.
"Hoooohhh! Nih lubang memang mantap sih...! Rasanya seperti mau mencopot kontol gue aja karena gigitannya...! Ohooooooo! Makan tuh peju gue, wik!" wakil rektor tersebut mengerang kencang.
Crooooootttt...Crooooootttt...Crooooootttt...
Crooooootttt...Crooooootttt...Crooooootttt...
Crrrrrrrttttttt...Crrrrrrrttttttt...
Crrrrrrrttttttt...Crrrrrrrttttttt...
Wika membuka mulutnya dan matanya terlihat putihnya saja, "(Aku... orgasme...!)"
Jay menatapnya dan mengetahui ekspresi wika baru saja orgasme, jay merasakan kontolnya seperti diremas-remas oleh memek wika sampai beberapa saat lamanya. "Apa itu barusan? Lu orgasme kan, bu wika? Sorry, kalau begitu ibu kalah...! Huahahahaha!" ucap jay sambil menarik keluar kontolnya dari dalam lubang memek wika bersamaan dengan wakil rektor yang juga sudah selesai dengan ejakulasinya. Kedua lubang milik wika tersebut banjir oleh sperma mereka berdua, setelahnya wika menyusul dengan tidak bisa menahan lagi pipisnya dan mengencingi kontol jay yang berada dibawahnya.
Crrrrrrrrrrrrrrrrrrr...
"(Rachel... Maafkan ibu...)"
Jay memeluk tubuh wika yang lemah tak berdaya karena orgasmenya tersebut dan berkata, "Sial, sepertinya keluar duluan tadi...!"
"Tunggu...! Apa kamu yakin, jay?" balas wakil rektor itu kepadanya tidak percaya.
"Yeah... Bu wika keluar setelah kita ejakulasi, benar-benar tipis saja...!"
"(EH...?)" wika samar-samar terkaget mendengar itu.
"Nah, bu wika! Seperti yang saya janjikan, aku akan melepaskan ibu dan juga rachel!"
"Kamu... serius?"
"Rachel...!" panggil jay kepadanya yang sedang duduk melihat mereka bertiga setelah memperkosa wika didepan matanya tersebut.
"Iya... Ada apa?" jawab rachel dengan semangat karena jay memanggilnya.
"Kemari... Kamu... Silahkan pergi kemanapun kamu inginkan..." jay membuka kalung rantai yang mengikat pada leher rachel.
Wika yang melihat itu kemudian berkata, "Jangan khawatirkan ibu, rachel. Cepat pergi dari sini dan lari... Panggil polisi secepatnya...!"
Namun yang wika bayangkan justru salah besar, rachel meski dilepaskan oleh jay nyatanya justru rachel memeluk dan mencium bibir jay dengan hangatnya. "Hmpphh... Mmmphhh... Mmmh... Slrppp... Slrppp... Mmmhh... Mphh..." jay melemparkan kalung itu keatas meja dan memeluk rachel membalas ciumannya.
"EH...? Apa yang kamu lakukan rachel!? Kamu sudah bebas sekarang, kenapa?" wika tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Rachel mulai berbicara kepada bu wika untuk pertama kalinya, "Bu... Sepertinya ibu tidak menyadari satu hal... Aku ditawan oleh tuan jay atas keinginanku sendiri...! Ibu lihat, aku mengandung anak dari majikanku...! Ini rumahku sekarang...!" ucap rachel sambil merangkul pinggang jay dan mengocok kontol jay yang tertidur didepan bu wika.
"Huh? Rachel, buka mata kamu! Kamu akan jauh lebih bahagia jika kamu meninggalkan tempat ini! Kamu memiliki keluarga bukan?! Kamu juga punya gaby! Jadi, tolong..." bantah bu wika dan berusaha meyakinkan rachel untuk pergi dari tempat itu secepatnya.
"Gaby? Ah, dia...! Aku sendiri sudah melupakannya...! Sekarang satu-satunya hal yang bisa aku pikirkan adalah kenikmatan yang majikanku berikan kepadaku. Menjadi simpanan oleh sosok yang kuat dan dapat diandalkan adalah hal paling membahagiakan yang bisa terjadi oleh para wanita." balas rachel
"Maaf, bu wika... Ibu lihat sendiri bukan, apa yang dikatakan rachel barusan?" tanya jay kepadanya.
"Eh? Kenapa? (Apa yang dia coba katakan? Kalau begitu... semua yang aku lakukan... itu hanya sia-sia?)" rachel tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut rachel kepadanya.
Rachel mendekatinya dan memegang kedua pipinya sambil menatapnya mata bertemu mata, "Bu wika... Lonte lemah, binal seperti kita tidak akan pernah melawan kontol mereka. Seorang lonte hanya akan merasakan "kebahagiaan" ketika mereka bisa melayani pria yang membuat mereka merasakan "kenikmatan". Percaya padaku, bu... Mari kita jatuh dan nikmati bersama...!"
[Mendengar itu keluar dari mulut murid yang ingin ditolongnya dan juga menatap matanya yang bersungguh-sungguh ketika mengatakannya, bu wika yang merasa perjuangannya sia-sia pada akhirnya jatuh dalam keputus-asaannya...]
Malam berlanjut...
"AH! OOH! AGHH! UUUHH! HMPHH...! HNGHHH! YAAAAHHH...!"
Bu wika yang kalah secara mental kemudian merelakan tubuhnya kembali diperkosa namun kali ini dengan penuh kesadaran, dirinya dan rachel bergantian mencoba kedua kontol pria tersebut dalam berbagai posisi. Suara lenguhan kedua wanita itu menggema didalam kamar yang digunakan oleh jay untuk menyekap mereka berdua.
[Kami bercinta sampai subuh menjelang... Setelah merasa dikhianati oleh seseorang yang aku percayai, baik tubuh dan jiwaku menyerah saat ini... dan aku kehilangan semangat untuk melawan lagi...]
Wika dan rachel saling menungging bersebelahan ketika jay dan wakil rektor tersebut mendoggy mereka bersamaan, "Jangan malas gitu, lonte! Kencengin lagi memek lu itu...!"
"Ahhh...! Jangan, stoppp...!"
"PLAK...!" pantat wika ditampar oleh sang wakil rektor.
"Kamu, rachel...! Katakan dengan keras! Berapa kali kamu orgasme dengan kontolku ini?"
"Ah! Aah! A~aku... tidak tahu, tuan jay! Otakku tidak bisa mengingatnya setiap kali aku orgasme!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"Apa kamu pikir itu baik-baik saja kalau kamu menggoyangkan perutmu yang buncit itu kesana kemari ketika mendesah nikmat seperti seorang pelacur begitu, dasar lonte bunting!? PLAK...!"
"Ohh! Ooh! Oh! Oghhh! Uuuuh!"
PLAK...PLAK...
"Yang satu ini semakin sempit aja setiap kali gua tampar pantatnya...!" wakil rektor tidak mau kalah dengan menampar pantat wika dan menarik kedua tangannya kebelakang seperti menunggang kuda. Tubuh wika berayun maju mundur dan membuat toketnya yang besar itu berguncang dengan indahnya.
"Bu Wika... Mmmph... Nnhhh... Fuwaahhh... Mmmphh..." rachel menatapnya dan kemudian menarik pipi ibu wika yang berada disampingnya dan mencumbunya disaat mereka berdua sedang merasakan hujaman kontol jay dan juga wakil rektor tersebut. Keduanya juga saling menempelkan toket dan puting mereka agar saling menggesek satu sama lainnya, perut buncit rachel membentur perut wika.
"Ayo bentar lagi gua keluar, kalian juga harus orgasme lagi...!"
Baik jay dan wakil rektor itu mulai mempercepat kembali genjotan kontol mereka, dan semakin mendorong tubuh rachel dan wika saling menempel.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"NGHHH...! HNGHHH...!" keduanya merasakan memek mereka saling terisi oleh sperma jay dan wakil rektor tersebut.
CROOOOOTTTTT.. CROOOOOTTTTT.. CROOOOOTTTTT..
Setelah selesai dengan ejakulasi masing-masing, mereka mulai menarik keluar kontolnya dari dalam lubang memek kedua wanita tersebut. Wika tiduran diatas lantai dan rachel masih berlutut menungging sementara jay mendekati wajah wika dan rachel yang berdekatan dengan kepala kontolnya yang masih berlumuran sperma. "Masih terlalu dini untuk bermalas-malasan. Ayo sini bersihkan nih kontol, cepet...!" perintah jay sambil menarik kedua kepala rachel dan wika mendekat.
"Baik, tuan...! Biarkan kami berdua yang membersihkan kontol tuan...!" balas rachel menjulurkan lidahnya dan menjilati batang kontol jay tersebut.
"Uhhh...!" wika nampak belum sepenuhnya ingin melakukannya seperti yang rachel lakukan.
"Kenapa bu? Cepat bersihkan juga...!" jay memaksa wika untuk menjulurkan lidahnya dengan mendorong wajah wika terbenam pada selangkangannya. Wika perlahan menjulurkan lidahnya dan membantu rachel menjilati batang kontol jay dari dua sisi.
"Haaa... Nhhh... Hahhh..."
"Apaan ini? Jangan hanya menjilati dengan malas-malasan begitu! Sedot semuanya masuk kedalam tenggorokanmu, kamu juga rachel... Jilatin bola naga punyaku...!"
"Oggghhh! Oooohh!" wika tersedak ketika jay menjambak rambutnya dan memaksakan kontolnya yang panjang itu untuk masuk hingga menyentuh tenggorokannya.
"Iya tuan...!"
Sementara wakil rektor tersebut melihat pantat wika ketika menungging mendapat deepthroat oleh jay, perlahan dirinya berusaha meremas pantat wika dan berkata, "Mari kita coba, gue akan coba untuk analin wika lagi...!" wakil rektor tersebut mencoba memasukkan kembali kepala kontolnya kedalam lubang anus wika.
"NGGGGHHHHHHHH...! (Pengaruh obat itu sudah cukup lama habis... Aku tidak lagi terpengaruh dan aku bisa pergi kemanapun aku inginkan...)" lenguhan wika terdengar ketika anusnya kembali dipenetrasi oleh kontol wakil rektor tersebut ketika dirinya hanya bisa mengeluarkan sedikit suara karena jay belum sepenuhnya selesai memberinya deepthroat.
"Dasar dosen menjijikkan...! Lihat wajah lu itu yang sangat putus asa untuk menempel terus pada kontol pria yang memperkosa lu, wik...! Lagipula wanita ini sudah mulai terbiasa dengan orgasme dengan sendirinya sekarang!" ujar wakil rektor tersebut menatap wika tidak bisa mengelak dan menuruti setiap perkataan jay kepadanya.
"Mmphhh... Uuuuuuhh... (Aku tidak bisa tidak mengikuti perintahnya... Memek aku sekarang berkedut-kedut setiap kali kontol mereka menghujam masuk dan juga mendengar ketika dilecehkan seperti ini... Pada akhirnya, aku tidak lebih dari seorang pelacur yang menjadi simpan seorang pria...)"
Crrroooootttt...Crrroooootttt...Crrroooootttt...
Baik jay dan wakil rektor tersebut sama-sama ejakulasi dan menumpahkan sisa sperma mereka kedalam tenggorokan dan juga anus wika sekali lagi.
"Uuuuuggghhh... OHOOOOKKK...! OHOOOOOOOOK...!" wika tersedak ketika jay mendorong kontolnya hingga mentok ketika ejakulasi dan sperma jay yang masih cukup banyak berhamburan masuk dan terpaksa wika menelannya.
Sementara wakil rektor tersebut mulai mencabut kontolnya dari dalam anus wika sambil berkata, "Fiuuuuuuhhh... Kita istirahat dulu, jay...!" namun wakil rektor tersebut kemudian melihat bahwa wika terisak berusaha mengusap air matanya yang menetes keluar.
"Ughhhhh... Hikss... Aku... minta maaf... Aku minta maaf... Hiks... aku tidak akan pernah membantah kalian lagi... Jadi... tolong... tolong... biarkan aku pergi... Hiks... Hiks..."
Wakil rektor tersebut berdiam diri sejenak sambil menatap wajah wika yang menangis memohon agar dirinya dilepaskan, "Nghhh... WIKAAAAAAAAA...!!!" wakil rektor tersebut mendapatkan kembali ereksinya ketika melihat bahwa wika akan tunduk kepadanya. Dengan cepat dia mempenetrasi memek wika tanpa babibu.
"O~OOOOOOOHHH...!!!" wika mengerang kesakit ketika pria itu mempenetrasi memeknya dengan kasar dan dengan satu kakinya diangkat dan diletakkan pada bahu pria tua tersebut.
"Wajah lu ketika menangis itu terlihat sangat jelek sekali wika! Gua menyukainya...! Sekarang gua jadi pingin mejuhin memek lu dan mastiin kalau gua bisa ngebuat lu bunting benih gua, wik...!"
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
"J~JANGAAAAN...! LEPAS...! PLEASE, JANGAN LAGI... BUANG DALEM...! AAAGHHHH...!!!" wika memelas ketika wakil rektor tersebut ingin menghamilinya karena menatap wajahnya ketika menangis dan justru membangkitkan gairahnya. Namun karena satu kakinya ditahan oleh pria tersebut, membuat wika tidak bisa menarik lepas kakinya dan melepaskan kontol pria tua itu dari dalam memeknya.
Disaat yang bersamaan, jay juga melihat aksi wakil rektor tersebut membuatnya ikut ereksi kembali dan menarik tangan rachel untuk tidur bersebelahan dengan wika kemudian mereka saling bersaing untuk mempenetrasi pasangan mereka masing-masing.
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...PLAK...
Tak lama berselang...
"Ughhhh...! Gua mau ngecrot, wik! Terima ini dan bunting lu sana...!"
"S~stoppp...! J~jangaaaan...! Ah! Ahh! Tolongggg...! Seseorang... Pleaseeee...!" teriak wika tidak menginginkan ada janin yang tumbuh didalam rahimnya karena perbuatan wakil rektor tersebut kepadanya.
"Rachel...! Aku akan keluarin sisa spermaku kedalam memek kamu yah...!"
"I~iyaaaah...! Ahnn! Ahh! Lakukan saja, tuan...! Berikan semua sperma tuan untuk bayiku ini... Haaaa!" sedangkan rachel yang sudah hamil dan tergila-gila menjadi simpanan dan mengandung anak jay, nampak santai ketika jay menyirami memeknya dengan sperma miliknya tersebut.
"AYO KALIAN KELUAR...! DAN JUGA, LU WIKA... BUNTING ANAK GUA LU...! HNGHHHH...!" teriak wakil rektor tersebut mendapatkan kembali ejakulasinya dan menumpahkan spermanya yang tersisa kedalam rahim wika.
CROOOOTTT... CROOOOTTT... CROOOOTTT...
CROOOOTTT... CROOOOTTT... CROOOOTTT...
"AAAAAAAAAAHH... AMAZING, TUAN JAY...! HANGAAAAAAATTT...!"
"BUNTING LU, WIK...! BUNTING ANAK GUA LU...!" wakil rektor itu menindih tubuh wika dan mengerang keras menembakkan spermanya tak bersisa kedalam rahim wika.
"AGHHHHH... B~BANYAAAAKKK BANGEEEEETT...! ENGGAAAAAAAKKK...!!!" ronta wika menggelengkan kepalanya ketika rahimnya kembali disiram oleh benih milik wakil rektor tersebut.
"OOOOHHH!!!" kedua pria tersebut melolong bersamaan ketika menarik keluar kontol mereka dari dalam lubang memek kedua wanita tersebut. Lelehan cairan putih kental mulai turun membasahi selangkangan dan juga lantai tempat mereka berbaring.
"Fiuuuuhhh! Bahkan bola naga milik gua sampai kering setelah memperkosanya berkali-kali...!" ucap wakil rektor tersebut melihat hasil perbuatannya kepada wika.
"Benar pak...! Dia pasti akan segera hamil dalam waktu dekat, selamat untuk bapak bisa memiliki seorang anak lagi dan juga seorang budak seks pribadi bapak...! Bapak dengan bebas memperkosanya tanpa perlu dia melawan lagi setelah ini...!"
"Itu benar, jay... Mari kita lakukan orgy lagi lain kali..."
"Tentu saja pak, tapi bapak harus membawakanku client baru lebih banyak lagi setelah ini. Soal wanita-wanita yang akan kita cicipi, sebagai gantinya tenang saja biar saya yang atur...!"
"Klien, kamu bilang? Yah jujur saja, saya cukup mengenal beberapa orang potensial... Tidak menyangka kamu bisa bertindak sejauh ini...! Hahahaha!"
"Baiklah, kalau begitu... Saya rasa kita bisa mengirimkan mereka berdua kepada mereka sebagai hadiah permulaan...!" ujar jay sambil menatap kearah dua wanita yang sedang mengatur nafasnya itu.
[Tiga bulan berlalu, didalam kampus...]
"Hei, apa lu tahu? Beberapa wanita dari kampus kita menghilang, lu tahu kemana? Mereka jualan konten online loh...!"
"Eh? yang bener lu kalau ngomong?"
"Yah beneran lah bro...! Gua pernah liat konten mereka, mereka berani ngelakuin hardcore content juga. Tidak terlihat seperti sedang berakting, malah keliatan kayak beneran diperkosa intinya..."
"Woah... Kedengarannya buruk buat mereka, bisa jadi mereka bunting sama orang gak dikenal dong?"
"Tapi... Gimana lagi ya kan? Orang cari duit sekarang paling cepet kan jualan memek bro...!"
"Kalau gua sampe ketemu mereka dilain tempat, gua pingin juga nyicipin memek mereka...!"
bersambung...