Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Practice Makes Perfect

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Aiiih mantap hu, keren, halus, tp sangat disayangkan bener2 disayangkan ga ada indek halamannya hu, wkkk sangat membuang waktu coli saya wkkk... tapi mantap lah hu... lanjutkan anak muda
 
BAB XXIII


MENANTI RESTU



Hari-hari berikutnya menjadi hari yang baru untuk Kinan dan Deny, mereka mulai sering wa dan bertelpon, meski pembicaraan masih seputar kerjaan dan juga hal-hal ringan seperti anak-anak. Kinan juga bertanya bagaimana bisnisnya Deny, keluarga di Jogja dan juga hal yang simple semata.

Tidak ada bahasan tentang romansa apalagi cerita panas mereka yang pernah terjalin erat….mereka memilih mengesampingkannya dan tidak ada yang memancing juga ke arah sana, meskipun saat ini sama-sama sendiri

“ngga ada yang marah Abang telp aku?”

“ngga ada?”

“masa sih? Kenapa? Ngga nemu?”

“ngga ketemu kayak yg dulu bantu aku dalam segala hal….”

“siapa tuh ya?”

Obrolan terberat mereka selama ini, setelah pertemuan itu….

Dua minggu kemudian, Kinan wa ke Deny

Mau pamit antar anak-anak liburan ke Bandung

Mbak ikut stay disana juga?

Ngga, minggu pagi balik, nanti sabtu depan dijemput lag
i

Naik apa?

Travel bertiga


Orangtua Kinan memang tinggal di Bandung, makanya anak-anaknya liburan selalu ke neneknya, karena relative lebih dekat dibanding harus pulang ke Jawa tempat orangtua Sapto yang tinggal di Trenggalek, Jawa Timur.

Setelah tiba di Bandung sore hari, Kinan mengabarkan lagi ke Deny…

Udah nyampe yah

Oke, almhamdulillah.

Mbak balik kapan?

Besok pagi, biar sore nyampe di rumah.

BTW, Mbak masih ada sisa cuti ngga dikantor?

Masih banyak sih, kenapa?

Besok minta cuti aja, seminggu

Hah, nemenin anak2 disini?


Tidak lama muncul foto tangkapan layar tiket yang akan dibooking, dari Bandara Husain Sastranegara ke Adisucipto Jogja

Kinan gemetar melihatnya…..

Ini apa maksudnya?

Tiket dong, kalau Mbak oke, saya akan issued


Lama Kinan berpikir, sempat sedikit bingung…..lalu…

OK

Sip….makasih yah Mbak

Kinan dibuat tidak karuan perasaannya… antara galau…aneh rasanya….dan bahagia…. Setelah sekian lama terpisah, lalu Mas Sapto pergi untuk selamanya, dan Deny kini hadir kembali, membuat dia jadi tidak karuan pikirannya

Dan besok harinya…..

Suara announcer dari pramugari pesawat yang mengabarkan bahwa pesawat akan landing dalam beberapa saat, dan Kinan pun tersenyum, tidak sabar ia ingin segera mendarat dan bertemu Deny dibawah sana.

Saat WA terakhirnya dia dengan Deny dan menyampaikan bahwa dia sudah di pesawat, Deny pun sudah dalam perjalanan ke bandara, karena penerbangan diperkirakan hanya sejam dari Bandung ke Jogja. Dan Kinan terpaksa sedikit bersandiwara ke anak-anak dan ibunya, bahwa dia akan naik travel ke Jakarta lagi padahal justru dia malah ke bandara untuk kemudian ke Jogja.

Sementara Deny sendiri sudah parkir dan menunggu 15 menit di bawah, di depan pintu kedatangan di Bandara Adisucipto. Dan rasanya rindunya ke Kinan juga sudah tidak tertahankan lagi, semenjak dia pergi, lalu pertemua terakhir mereka di rumah Kinan, dia seperti setiap hari selalu hanya ada bayang Kinan dalam kepalanya….

Hanya saja, ada satu hal yang dirasa cukup mengganggu dirinya ialah saat dialog dengan ibunya pagi tadi….

“ sudah yakin dengan dia?”

“ Mas mau biar Ibu dan Bapak kenal dia dulu” Ujar Deny

“ sudah datang berkunjung kan Mas sudah sangat serius toh?”

Deny diam sejurus kemudian

“apa ngga ada wanita lain toh, Mas?”

“wanita lain gimana Bu?”

Ibunya sambil merapihkan tumpukan roti jualannya. Semenjak pensiun dari ASN di dinas kesehatan, Ibunya membuka usaha bakeri kecil-kecilan.

“yang masih gadis, masih enteng jalannya…”

Masih enteng? Tanya Deny dalam hati

“Mas, dari dulu ibu dan bapak tidak pernah ikut campur urusan Mas dengan wanita manapun, karena buat kami itu bukan hal serius, termasuk Silvi yang suka kamu cerita itu.”

Sambung ibunya lagi

“Tapi karena kali ini kamu datang, bilang mau ngenalin ke Ibu dan Bapak, artinya ini serius”

Deny masih diam, dia bingung harus bagaimana menjelaskan lagi selain dia memang berniat mengenalkan Kinan

“Jika kamu rasa kesulitan mencari wanita yang tepat, nanti ibu carikan yang tepat buat kamu”

“tepat gimana Bu?

“yang masih gadis dan seumuran toh…”

Ibu tahu bahwa Kinan lebih tua dari Deny

“Sekarang mbak Kinan ini apa istimewanya sih? Anak dua, kamu belum juga nikah sudah punya anak dua, lalu apa kata orang-orang jika kamu menikahi teman kantor kamu, yang suaminya baru saja meninggal?”

Deny terpekur

“apa ngga dianggap kalian punya hubungan sebelumnya?”

Tatap ibunya dengan ekor matanya sambil memindahkan roti ke dalam kantong untuk diantar.

“harga diri kamu juga dimana? Kamu single, punya kerjaan, 3 B kamu itu jelas lho, Mas…. Lalu ngga ada hujan dan angin ujug-ujug ingin nikahin janda?”

“ibu nda alergi sama janda, tapi jika modelan seperti ini Ibu nda setuju” tandasnya lagi

Deny lalu membujuk ibunya perlahan

“Ibu kenali Kinan dulu”

Ibunya hanya tersenyum

“Kamu itu sedang dimabuk cinta, makanya mata jernih kamu tertutup, sama seperti kejadian kamu sama Silvi. Kamu kirim fotonya ke Ibu, tapi dari fotonya saja Ibu bisa nangkap, wanita itu nda beres, dan itu terbukti”

“kinan berbeda Bu…”

“nah itu, kamu sedang jatuh cinta makanya nda jernih mikirnya”

Deny diam kembali

“apa kata tetangga? Kamu itu sampai oleh Pak Lurah dijadikan panutan buat anak-anak muda disini lho, trus nikahin janda?”

Melihat Deny hanya diam dan tidak bergeming, bapaknya yang dari tadi diam lalu angkat bicara

“Biar lah Bu, kita kenali dulu siapa Kinan ini…

“kenali gimana? Udah diajak kesini kan kita dipaksa harus setuju….”

Pungky adik Deny yang kebetulan ada disitu akhirnya angkat bicara

“iya Bu, biar aja sih dulu, belum juga kenal udah mengvonis gitu, kasian Mas Deny lho….”

“kamu tahu apa sih Nduk? Ibu ini pengalaman hidup jauh lebih panjang, makanya ibu kasih pandangan…”

Lalu memandang Deny….

“itu jika kamu masih mandang Ibu…..”

Ibunya berlalu ke ruang depan meninggalkan mereka bertiga di ruang makan

Dreeeet dreeeeett

Getaran ponsel Deny membuyarkan lamunannya…

“Halo…”

“aku udah jalan ke pintu depan…”

“Oke….”

Deny berdiri di depan pintu depan dengan sedikit berhimpitan dengan para penjemput lainnya….

Lalu sosok manis yang ditunggunya muncul, dengan celana kulot hitam, atasan warna senada dilapisi oleh kemeja biru oversize dan hijab warna abu, Kinan terlihat berbeda dengan waktu sebulan lalu dia tinggalkan di pagar rumahnya

Dengan penuh senyum, Kinan menyalami Deny, mencium tangan Deny, lalu memeluknya dengan erat…..

Pertama kalinya Deny mendapat previlage seperti ini

“kangen banget….”

“beneran?”

“beneran, makanya disuruh datang…”

Mata Kinan yang dulu membuat Deny mabuk kepayang, kini binar itu muncul lagi dimatanya

“aku ambil mobil dulu..”

“bareng aja sih…”

“jauh, takutnya capek…”

“ngga apa2, nanti aku nunggu disini tau2 diculik orang lho…”

Deny tertwa lepas….”yuk…”

Dia lalu mengangkat tas kecil Kinan

“Abang nyuruh dadakan sih, ngga bawa baju banyak lho aku..”

“nanti kita beli disini….’

“cuti sudah beres?” tanya Deny sambil menggandeng tangan Kinan

“sudah dong, aku ambil seminggu, Bu Vany sampai kaget”

Deny tersenyum mendengarnya….

Dia membuka pintu tengah, menaruh tas nya Kinan di jok tengah, lalu bergegas ke belakang setir

“Makan yuk, pasti lapar…”

“iya, tadi sarapan sih ama anak-anak, tapi jam 7 khan udah buru2 jalan karena pesawatnya jam 9”

Mobil lalu meluncur di jalanan membelah hari menuju ke arah kota

“kantor gimana sekarang?” tanya Deny saat mereka sudah duduk sambil menata makanan yang baru saja dihidangkan…

“ya begitulah, semenjak abang pergi, perlu waktu untuk bisa setle lagi terutama yang bagian desain, yang pengganti abang banyak dikomplain awal-awalnya, tapi sekarang sudah membaik”

Makanan siap

“selamat makan, enjoy masakan Jogja langsung dari pabriknya…” senyum Deny

“makasih Bang…”

Kinan senyum, Deny mengerti…

“fotoinlah, mau aku keambil juga ngga apa2….” Gurau Deny, dia mengerti kebiasaan wanita yang suka foto sebelum makan

“ngga ah, apa kata dunia nanti….makan yuk…”

Sambil makan dengan lahapnya, mereka sering bertatapan penuh arti…..

“hmmmmm ada yang mau aku ceritain Bang…”

“cerita apa?”

Kinan senyum…

“ karena sering nelpon ke kantor nyari kamu, atau kadang ke aku, Silvi sempat kena batunya lho…” ujar Kinan sambil mengambil kerupuk di meja

“kena batunya?” datar suara Deny

“abang ingat Opik?”

“ingatlah, Manager OB?”

Kinan tertawa, karena gaya dan style Opik memang disebut manager OB, karena biar OB tapi sombongnya dan lagunya ngalahin manager

“ jadi pas Silvi nelp, di resepsionis Opik yang jaga, yah sudah dilabain sama Opik…. Sempat jalan tuh berdua… pas tahu Opik Cuma OB, silvi marah berat…..”

“marahnya?”

“dia sempat tulis macam-macan di FBnya Opik, dibilang menang gaya doang, ngaku-ngaku padahal aslinya kere…”

Deny tertawa kecil memdengarnya….

“udah ah, masa lalu sih, cuma gitulah…” ucap Kinan lagi….

Selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka

Mobil Deny memasuki kawasan pinggiran kota, Suasana asri dan terlihat seperti kawasan pedesaan tepatnya membuat Kinan dibuat jatuh hati dengan kota ini, dia suka dengan pamandangan dan suasan kawasan ini.

Mereka berhenti di sebuah rumah tua, halamannya cukup luas, namun kondisi rumahnya terlihat tidak terawat dan rerumputan dan juga pagarnya nampak sudah tua dan besi-besinya banyak yang copot….

Kinan dia saja meski hatinya bertanya tanya….

“suasana disini gimana?”

“suka, masih seperti di derah pedesaan” jawab Kinan

“ini ngga jauh dari toko, banyak sekolahan juga dekat sini, pasar dan juga rumah sakit….’

Kinan tersenyum, dia sudah menebak arah pembicaraan Deny

“harganya??”

“ini dijual terjangkau kok, hanya perlu direnovasi, dicat ulang, gentengnya diganti dan juga keramiknya”

Kinan tersenyum manis sekali

“Tujuannya apa yah….?”

“ngga apa2, pengen mau bilang aja….” Jawab Deny

“Nanti jika yang punya datang, sorean kita ketemu, sekalian ama tukangnya yah…”

Sambil melihat lihat kondisi dinding rumah tersebut, Kinan tersenyum ke arah Deny…. Deny merangkul Kinan, lalu berbisik

“pulang yuk…”

“yuk….”

“kita ke toko atau ke rumah Abang?” tanya Kinan

“Ke kontrakkan aku dulu…” Deny menjawab sambil senyum penuh arti…

Kinan melirik dan sedikit memicingkan matanya….

“masih pagi orang pada kerja kita kok pulang sih?”

“ada yang kangen soalnya…” bisik Deny….

Kinan hanya tersenyum, sambil merapihkan hijabnya, dia sempat mengangkat tangannya keatas…. Tangan Deny lalu mencolok mesra ketiak Kinan…

“auh…abang…basah nih keringat dikit…” Kinan mencubit lengan Deny…

Deny tersenyum penuh arti

“Udah aku bersihkan sih semalam” ujar Kinan

“bersihakan? Cukur maksudnya?”

“iya, kemarin kemarin ada sedikit pada numbuh, malas nyukur atau nyabut soalnya”

“trus pagi ini sudah bersih?”

Kinan mencubit lengannya Deny…lalu bersandar ke lengan yang dikangenin itu…

“iyalah, soalnya aku yakin pasti hari ini ada yang kangen nyungsep di ketek aku….” Kinan tertawa terbahak bahak….

Deny hanya tersipu malu, dengan cekatan dia melajukan mobilnya kea rah arah rumah kontrakkannya, dan batang kemaluannya sudah sudah lama tidak mendapat layanan servis all ini, kini mulai tegang dan berdiri tegak di balik celananya….​
 
BAB XXIII


MENANTI RESTU



Hari-hari berikutnya menjadi hari yang baru untuk Kinan dan Deny, mereka mulai sering wa dan bertelpon, meski pembicaraan masih seputar kerjaan dan juga hal-hal ringan seperti anak-anak. Kinan juga bertanya bagaimana bisnisnya Deny, keluarga di Jogja dan juga hal yang simple semata.

Tidak ada bahasan tentang romansa apalagi cerita panas mereka yang pernah terjalin erat….mereka memilih mengesampingkannya dan tidak ada yang memancing juga ke arah sana, meskipun saat ini sama-sama sendiri

“ngga ada yang marah Abang telp aku?”

“ngga ada?”

“masa sih? Kenapa? Ngga nemu?”

“ngga ketemu kayak yg dulu bantu aku dalam segala hal….”

“siapa tuh ya?”

Obrolan terberat mereka selama ini, setelah pertemuan itu….

Dua minggu kemudian, Kinan wa ke Deny

Mau pamit antar anak-anak liburan ke Bandung

Mbak ikut stay disana juga?

Ngga, minggu pagi balik, nanti sabtu depan dijemput lag
i

Naik apa?

Travel bertiga


Orangtua Kinan memang tinggal di Bandung, makanya anak-anaknya liburan selalu ke neneknya, karena relative lebih dekat dibanding harus pulang ke Jawa tempat orangtua Sapto yang tinggal di Trenggalek, Jawa Timur.

Setelah tiba di Bandung sore hari, Kinan mengabarkan lagi ke Deny…

Udah nyampe yah

Oke, almhamdulillah.

Mbak balik kapan?

Besok pagi, biar sore nyampe di rumah.

BTW, Mbak masih ada sisa cuti ngga dikantor?

Masih banyak sih, kenapa?

Besok minta cuti aja, seminggu

Hah, nemenin anak2 disini?


Tidak lama muncul foto tangkapan layar tiket yang akan dibooking, dari Bandara Husain Sastranegara ke Adisucipto Jogja

Kinan gemetar melihatnya…..

Ini apa maksudnya?

Tiket dong, kalau Mbak oke, saya akan issued


Lama Kinan berpikir, sempat sedikit bingung…..lalu…

OK

Sip….makasih yah Mbak

Kinan dibuat tidak karuan perasaannya… antara galau…aneh rasanya….dan bahagia…. Setelah sekian lama terpisah, lalu Mas Sapto pergi untuk selamanya, dan Deny kini hadir kembali, membuat dia jadi tidak karuan pikirannya

Dan besok harinya…..

Suara announcer dari pramugari pesawat yang mengabarkan bahwa pesawat akan landing dalam beberapa saat, dan Kinan pun tersenyum, tidak sabar ia ingin segera mendarat dan bertemu Deny dibawah sana.

Saat WA terakhirnya dia dengan Deny dan menyampaikan bahwa dia sudah di pesawat, Deny pun sudah dalam perjalanan ke bandara, karena penerbangan diperkirakan hanya sejam dari Bandung ke Jogja. Dan Kinan terpaksa sedikit bersandiwara ke anak-anak dan ibunya, bahwa dia akan naik travel ke Jakarta lagi padahal justru dia malah ke bandara untuk kemudian ke Jogja.

Sementara Deny sendiri sudah parkir dan menunggu 15 menit di bawah, di depan pintu kedatangan di Bandara Adisucipto. Dan rasanya rindunya ke Kinan juga sudah tidak tertahankan lagi, semenjak dia pergi, lalu pertemua terakhir mereka di rumah Kinan, dia seperti setiap hari selalu hanya ada bayang Kinan dalam kepalanya….

Hanya saja, ada satu hal yang dirasa cukup mengganggu dirinya ialah saat dialog dengan ibunya pagi tadi….

“ sudah yakin dengan dia?”

“ Mas mau biar Ibu dan Bapak kenal dia dulu” Ujar Deny

“ sudah datang berkunjung kan Mas sudah sangat serius toh?”

Deny diam sejurus kemudian

“apa ngga ada wanita lain toh, Mas?”

“wanita lain gimana Bu?”

Ibunya sambil merapihkan tumpukan roti jualannya. Semenjak pensiun dari ASN di dinas kesehatan, Ibunya membuka usaha bakeri kecil-kecilan.

“yang masih gadis, masih enteng jalannya…”

Masih enteng? Tanya Deny dalam hati

“Mas, dari dulu ibu dan bapak tidak pernah ikut campur urusan Mas dengan wanita manapun, karena buat kami itu bukan hal serius, termasuk Silvi yang suka kamu cerita itu.”

Sambung ibunya lagi

“Tapi karena kali ini kamu datang, bilang mau ngenalin ke Ibu dan Bapak, artinya ini serius”

Deny masih diam, dia bingung harus bagaimana menjelaskan lagi selain dia memang berniat mengenalkan Kinan

“Jika kamu rasa kesulitan mencari wanita yang tepat, nanti ibu carikan yang tepat buat kamu”

“tepat gimana Bu?

“yang masih gadis dan seumuran toh…”

Ibu tahu bahwa Kinan lebih tua dari Deny

“Sekarang mbak Kinan ini apa istimewanya sih? Anak dua, kamu belum juga nikah sudah punya anak dua, lalu apa kata orang-orang jika kamu menikahi teman kantor kamu, yang suaminya baru saja meninggal?”

Deny terpekur

“apa ngga dianggap kalian punya hubungan sebelumnya?”

Tatap ibunya dengan ekor matanya sambil memindahkan roti ke dalam kantong untuk diantar.

“harga diri kamu juga dimana? Kamu single, punya kerjaan, 3 B kamu itu jelas lho, Mas…. Lalu ngga ada hujan dan angin ujug-ujug ingin nikahin janda?”

“ibu nda alergi sama janda, tapi jika modelan seperti ini Ibu nda setuju” tandasnya lagi

Deny lalu membujuk ibunya perlahan

“Ibu kenali Kinan dulu”

Ibunya hanya tersenyum

“Kamu itu sedang dimabuk cinta, makanya mata jernih kamu tertutup, sama seperti kejadian kamu sama Silvi. Kamu kirim fotonya ke Ibu, tapi dari fotonya saja Ibu bisa nangkap, wanita itu nda beres, dan itu terbukti”

“kinan berbeda Bu…”

“nah itu, kamu sedang jatuh cinta makanya nda jernih mikirnya”

Deny diam kembali

“apa kata tetangga? Kamu itu sampai oleh Pak Lurah dijadikan panutan buat anak-anak muda disini lho, trus nikahin janda?”

Melihat Deny hanya diam dan tidak bergeming, bapaknya yang dari tadi diam lalu angkat bicara

“Biar lah Bu, kita kenali dulu siapa Kinan ini…

“kenali gimana? Udah diajak kesini kan kita dipaksa harus setuju….”

Pungky adik Deny yang kebetulan ada disitu akhirnya angkat bicara

“iya Bu, biar aja sih dulu, belum juga kenal udah mengvonis gitu, kasian Mas Deny lho….”

“kamu tahu apa sih Nduk? Ibu ini pengalaman hidup jauh lebih panjang, makanya ibu kasih pandangan…”

Lalu memandang Deny….

“itu jika kamu masih mandang Ibu…..”

Ibunya berlalu ke ruang depan meninggalkan mereka bertiga di ruang makan

Dreeeet dreeeeett

Getaran ponsel Deny membuyarkan lamunannya…

“Halo…”

“aku udah jalan ke pintu depan…”

“Oke….”

Deny berdiri di depan pintu depan dengan sedikit berhimpitan dengan para penjemput lainnya….

Lalu sosok manis yang ditunggunya muncul, dengan celana kulot hitam, atasan warna senada dilapisi oleh kemeja biru oversize dan hijab warna abu, Kinan terlihat berbeda dengan waktu sebulan lalu dia tinggalkan di pagar rumahnya

Dengan penuh senyum, Kinan menyalami Deny, mencium tangan Deny, lalu memeluknya dengan erat…..

Pertama kalinya Deny mendapat previlage seperti ini

“kangen banget….”

“beneran?”

“beneran, makanya disuruh datang…”

Mata Kinan yang dulu membuat Deny mabuk kepayang, kini binar itu muncul lagi dimatanya

“aku ambil mobil dulu..”

“bareng aja sih…”

“jauh, takutnya capek…”

“ngga apa2, nanti aku nunggu disini tau2 diculik orang lho…”

Deny tertwa lepas….”yuk…”

Dia lalu mengangkat tas kecil Kinan

“Abang nyuruh dadakan sih, ngga bawa baju banyak lho aku..”

“nanti kita beli disini….’

“cuti sudah beres?” tanya Deny sambil menggandeng tangan Kinan

“sudah dong, aku ambil seminggu, Bu Vany sampai kaget”

Deny tersenyum mendengarnya….

Dia membuka pintu tengah, menaruh tas nya Kinan di jok tengah, lalu bergegas ke belakang setir

“Makan yuk, pasti lapar…”

“iya, tadi sarapan sih ama anak-anak, tapi jam 7 khan udah buru2 jalan karena pesawatnya jam 9”

Mobil lalu meluncur di jalanan membelah hari menuju ke arah kota

“kantor gimana sekarang?” tanya Deny saat mereka sudah duduk sambil menata makanan yang baru saja dihidangkan…

“ya begitulah, semenjak abang pergi, perlu waktu untuk bisa setle lagi terutama yang bagian desain, yang pengganti abang banyak dikomplain awal-awalnya, tapi sekarang sudah membaik”

Makanan siap

“selamat makan, enjoy masakan Jogja langsung dari pabriknya…” senyum Deny

“makasih Bang…”

Kinan senyum, Deny mengerti…

“fotoinlah, mau aku keambil juga ngga apa2….” Gurau Deny, dia mengerti kebiasaan wanita yang suka foto sebelum makan

“ngga ah, apa kata dunia nanti….makan yuk…”

Sambil makan dengan lahapnya, mereka sering bertatapan penuh arti…..

“hmmmmm ada yang mau aku ceritain Bang…”

“cerita apa?”

Kinan senyum…

“ karena sering nelpon ke kantor nyari kamu, atau kadang ke aku, Silvi sempat kena batunya lho…” ujar Kinan sambil mengambil kerupuk di meja

“kena batunya?” datar suara Deny

“abang ingat Opik?”

“ingatlah, Manager OB?”

Kinan tertawa, karena gaya dan style Opik memang disebut manager OB, karena biar OB tapi sombongnya dan lagunya ngalahin manager

“ jadi pas Silvi nelp, di resepsionis Opik yang jaga, yah sudah dilabain sama Opik…. Sempat jalan tuh berdua… pas tahu Opik Cuma OB, silvi marah berat…..”

“marahnya?”

“dia sempat tulis macam-macan di FBnya Opik, dibilang menang gaya doang, ngaku-ngaku padahal aslinya kere…”

Deny tertawa kecil memdengarnya….

“udah ah, masa lalu sih, cuma gitulah…” ucap Kinan lagi….

Selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka

Mobil Deny memasuki kawasan pinggiran kota, Suasana asri dan terlihat seperti kawasan pedesaan tepatnya membuat Kinan dibuat jatuh hati dengan kota ini, dia suka dengan pamandangan dan suasan kawasan ini.

Mereka berhenti di sebuah rumah tua, halamannya cukup luas, namun kondisi rumahnya terlihat tidak terawat dan rerumputan dan juga pagarnya nampak sudah tua dan besi-besinya banyak yang copot….

Kinan dia saja meski hatinya bertanya tanya….

“suasana disini gimana?”

“suka, masih seperti di derah pedesaan” jawab Kinan

“ini ngga jauh dari toko, banyak sekolahan juga dekat sini, pasar dan juga rumah sakit….’

Kinan tersenyum, dia sudah menebak arah pembicaraan Deny

“harganya??”

“ini dijual terjangkau kok, hanya perlu direnovasi, dicat ulang, gentengnya diganti dan juga keramiknya”

Kinan tersenyum manis sekali

“Tujuannya apa yah….?”

“ngga apa2, pengen mau bilang aja….” Jawab Deny

“Nanti jika yang punya datang, sorean kita ketemu, sekalian ama tukangnya yah…”

Sambil melihat lihat kondisi dinding rumah tersebut, Kinan tersenyum ke arah Deny…. Deny merangkul Kinan, lalu berbisik

“pulang yuk…”

“yuk….”

“kita ke toko atau ke rumah Abang?” tanya Kinan

“Ke kontrakkan aku dulu…” Deny menjawab sambil senyum penuh arti…

Kinan melirik dan sedikit memicingkan matanya….

“masih pagi orang pada kerja kita kok pulang sih?”

“ada yang kangen soalnya…” bisik Deny….

Kinan hanya tersenyum, sambil merapihkan hijabnya, dia sempat mengangkat tangannya keatas…. Tangan Deny lalu mencolok mesra ketiak Kinan…

“auh…abang…basah nih keringat dikit…” Kinan mencubit lengan Deny…

Deny tersenyum penuh arti

“Udah aku bersihkan sih semalam” ujar Kinan

“bersihakan? Cukur maksudnya?”

“iya, kemarin kemarin ada sedikit pada numbuh, malas nyukur atau nyabut soalnya”

“trus pagi ini sudah bersih?”

Kinan mencubit lengannya Deny…lalu bersandar ke lengan yang dikangenin itu…

“iyalah, soalnya aku yakin pasti hari ini ada yang kangen nyungsep di ketek aku….” Kinan tertawa terbahak bahak….

Deny hanya tersipu malu, dengan cekatan dia melajukan mobilnya kea rah arah rumah kontrakkannya, dan batang kemaluannya sudah sudah lama tidak mendapat layanan servis all ini, kini mulai tegang dan berdiri tegak di balik celananya….​


bacanya gak ada 15 menit, nunggunya serasa mingguan 😭
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd