CHAPTER V
HOT STUFF
Januari 2017
Dering suara panggilan ponsel membangunkan Arina dari tidurnya. Tampak nama suami terpampang di layar. Dengan lemah ia mengangkat panggilan tersebut dan menyapa suaminya dengan suara mengantuk.
“Pagi mas Aldi…,” sapa Arina yang mengagetkannya sendiri karena suaranya terdengar parau.
“Halo, sore, sayang. Di sini udah jam 3 lewat lho, di sana pasti udah jam 2 lewat, udah nggak pagi lagi. Dari tadi pagi mas telpon kok nggak angkat-angkat kemana aja? Mas khawatir tau. Mana suaranya kayak baru bangun tidur gitu,” tanya Aldi. Arina melirik jam di meja yang memang benar menunjukkan pukul 14.25.
“Eh, iya sore mas Aldi. Arina emang baru bangun tidur, hehehe…” jawab Arina.
“Aduh istri mas ditinggal kok jadi males-malesan yaa… Semalam tidur jam berapa emangnya? Mentang-mentang nggak harus nyiapin sarapan buat mas ya,” timpal Aldi bergurau.
“Hehehe, iya nih mas. Semalam tidurnya kemaleman banget habis ngerayain ultah kecil-kecilan Arin sama Cynthia. Jadi agak lupa waktu,” jelas Arin yang suaranya diiringi dengkur dari seorang pria yang masih nyenyak tidur disebelahnya.
“Hati-hati jangan kebablasan ya. Mas tau Cynthia sahabat kamu tapi jangan sering begadang gitu juga. Kan nggak baik buat kesehatanmu yang lagi terapi hamil juga. Suaramu jadi agak serak gitu juga kedengarannya. Jangan sampe sakit. Cynthia juga itu juga ingetin, masih gadis kok suka begadang. Trus kamu lagi ada dimana? Itu Itu suara ngorok siapa itu sampe kedengar dari sini?” bombardir Adi di telinga Arina.
“Iya, iya mas. Arin tau. Makasih udah diingetin. Kan Arin juga udah bilang sebelum mas berangkat kalau mau ke tempat Cynthia untuk ngerayain ultah. Ya itu jelas Cynthia lah,” jawab Arina agak kesal dan tiba-tiba gugup karena harus berkilah ke suaminya. Pemilik dengkur yang sebenarnya tidak lain adalah Gio, kekasih gelapnya yang semalaman mempecundangi tubuhnya berkali-kali hingga ia kelelahan, yang saat ini masih tertidus pulas tanpa busana di sebelah Arina. Tidak cukup ia mengerjainya di ruang tengah villa tersebut, semalam Gio menggendongnya pindah ke kamar tidur utama untuk melanjutkan kegiatan penanaman benih tanpa adanya gangguan.
“Lagian mas Aldi juga sih lama banget dinas luarnya. Arina kan kesepian. Jadinya cari teman yang bisa nemenin Arin,” lanjut Arina mengalihkan topik pembicaraan.
“Kurang tiga hari lagi kan mas udah balik. Lagian juga kliennya ini ternyata anak perusahaan baru dari perusahaan tempat kamu kerja dulu. Mereka kan mau melebarkan sayap ke luar pulau gitu ceritanya,” jelas Aldi, yang merupakan kuasa hukum junior yang bekerja di firma yang dipimpin oleh Roni yang memberikan bantuan konsultasi legal untuk seluruh operasional perusahaan milik Gio, tempat dulu Arina bekerja sebelum Aldi memintanya untuk berhenti sesaat setelah mereka menikah.
“Yaudah deh. Pokoknya Arin bawain oleh-oleh ya nanti. Jangan lupa,” balas Arin.
“Iya tenang aja. Yaudah sana mandi dulu. Istri mas bau banget sampe sini jam segini belum mandi,” canda Aldi mesra ke istrinya.
“Hehe… okedeh mas Aldi. Arin tutup dulu ya… Mau mandi biar wangi lagi. Arin tunggu pulangnya biar bisa lanjut bikin adik bayi nanti. Muah,” timpal Arin manja lalu mengakhiri telpon suaminya. Walaupun hanya gurauan, memang benar kata suaminya bahwa Arina mencium bau bermacam-macam dari tubuh telanjangnya itu, mulai dari sperma, cairan cinta, dan campuran keringat miliknya, Gio, dan Bima yang juga sempat menjamahnya semalam.
Dengan langkah gontai ia turun dari tempat peraduan kenikmatannya dengan Gio semalam untuk menuju kamar mandi. Dalam langkahnya menuju kamar mandi sayup terdengar suara manja lenguhan wanita dari kejauhan. Arina mendekati jendela luas kamar tersebut yang tirainya tidak tertutup semalaman dan benar saja, di sebelah kolam renang villa tersebut, ia melihat seorang wanita muda sedang dalam gendongan seorang pria kekar khas etnis ketimuran, yang jelas area intim mereka saling menyatu dan menumbuk satu sama lain. Arina menggelengkan kepalanya dan membatin, Sinting juga tuh anak udah main lagi aja, padahal semalem udah dikeroyok lima cowok gitu, sambil melenggang masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
—
Sekitar 30 menit sebelum obralan Arina di telpon dengan suaminya, Cynthia tidurnya terusik dan merasa mimpi beralari karena tiba-tiba napasnya terengah dan jantungnya berdebar. Seketika mata Cynthia terbuka melihat sesosok besar tubuh kekar dengan kulit berwarna gelap sedang menindihnya dengan kontol yang sudah bersemayam di dalam memeknya yang jelas kaget karena tiba-tiba diregangkan kejantanan berukuran besar. “Sialan gue diperkosa!” pikir Cynthia panik. Kaget Cynthia hampir berteriak namun dengan sigap dibungkam dengan lumatan pada bibir tipisnya oleh bibir tebal pria itu. Keduanya merasakan napas beraroma alkohol yang mereka konsumsi semalam di sela kesibukan mereka ngentot, berbaur di mulut mereka. Dengan kesadaran yang perlahan terkumpul, Cynthia menyadari bahwa yang menindih dan mencumbunya adalah Agam, ketegangan di tubuhnya mulai rileks dan menerima perlakuan pria tersebut.
“Mmm… Hah… Hah… Bang Agam apaan sih kok Cynthia lagi enak-enak tidur langsung digenjot giniiih…” protes Cynthia lemah melepas cumbuan Agam, sebal telah dibangunkan dengan cara yang mengagetkan, tapi dengan pasti gairahnya dipaksa naik karena tampak kontol Agam mulai berkilau pertanda memeknya mengeluarkan pelumasnya. Tubuh si betina benar-benar tidak bisa berbohong ketika pejantan memasukinya.
“Heheheh… Bangun tidur langsung ada bidadari cantik di depan mata. Jadi bagai di surga abang. Lagipula belum puas abang semalam tapi Cytnhia sudah diembat si Bima,” timpal Agam santai.
“Ya habisnya… Teh Arina dibawa masuk kamar sama pak Gio, jadinya Cynthia harus muasin kalian semuah… Jadinya kan Cynthia capek banget bang…,” balas Cynthia merajuk.
“Ya sudah bang Agam cabut saja kalau begitu,” kata Agam pura-pura kecewa dan tiba-tiba mencabut kontol jumbonya dari memek tembem Cynthia dengan sekali tarik. Merasa kekosongan yang tiba-tiba, Cynthia pun agak terperanjat.
“Eh ya engga gitu jugaaa… Kalau mau dilanjutin juga gapapa jugaa…,” rengek Cynthia.
“Tadi Cynthia kata capek! Jadi yang benar yang mana? Mau dikontolin atau tidak?” goda Agam yang mulai beranjak berdiri.
“Mauuu…” balas Cynthia.
“Mau apa, nona manis?”
“Dikontoliiin…” jawab Cynthia manja menatap kejantanan tak bersunat milik yang hitam agak bengkong kiri terhunus tegak perkasa di hadapannya.
“Hahaha… Kalau begitu sini berdiri,” kekeh Agam, sambil menuntun lengan Cynthia untuk segera berdiri dari sofa tempat ia tidur. Tampak dua pria lain dalam keadaan sama telanjangnya tidur di karpet sekitar sofa di ruangan tersebut. Mereka adalah Bima dan Dimas. Roni yang tak tampak batang hidungnya mungkin pindah tidur di salah satu kamar, batin Cynthia, yang lamunannya tiba-tiba dibuyarkan oleh Agam.
“Kau pegangan leher abang,” perintah Agam dihadapannya yang tiba-tiba mengangkat kaki kiri Cynthia. Takut jatuh, segera tangan Cynthia mencengkeram leher Agam yang posisinya berada di atas kepalanya karena tubuh pria itu yang tinggi. Dengan paha kiri Cynthia yang ia angkat dengan tangan kanan, terekahlah memek Cynthia, memberikan kesempatan untuk Agam membimbing kontolnya menuju lubang surgawi si gadis.
“Aaah… Bang Agaaam… Ssshhh…” desah Cynthia yang setengah berjinjit dengan kaki kanannya, merasakan memeknya dipenuhi kembali kontol Agam. Tak lama setelah dirasa kontolnya sudah bersemayam di relung Cynthia, dengan tangan kirinya ia mengangkat paha kanan si gadis, dan hup! Dengan sigap pria tersebut menangkap kedua bongkahan pantat Cynthia dan menopang tubuh sintal gadis keturunan Tionghoa tersebut dengan mudahnya. Dalam posisi tersebut semakin dalamlah kontol Agam bersemayam hingga kepala kontolnya dirasa oleh Cynthia membentur mulut rahimnya.
“Bang Agaaam… Kok langsung dimasukin lagiii… Sebenernya Cynthia mau pipis dulu…” rengek Cynthia manja dalam gendongan Agam, yang sedikit ngilu di perut bawahnya tapi tetap nikmat terasa.
“Terlalu lama lah kalau tunggu lu kencing dulu, tak ngentot-ngentot nantinya,” timpal Agam yang cuek sambil berjalan keluar dari ruang tengah tersebut menuju taman di sebelah kolam yang bersebelahan dengan teras villa tersebut.
“Iiih… Tapi penuh nih rasanya… Nanti Cynthia ngga kuat nahan…” kata Cynthia yang mengiba. Namun semua itu tak dihiraukan oleh Agam yang mulai memompa kontol perkasanya di memek si gadis.
Tak lama terdengar sahut lenguhan kedua insan berbeda jenis kelamin, generasi, dan etnis saling meresapi pertautan kelamin di sebuah taman villa area pegunungan tersebut. Lenguhan-lenguhan tersebut semakin kencang menggaung di area sekitarnya. Meskipun villa tersebut memiliki jarak yang cukup jauh dengan bangunan terdekat lain, tidak menutup kemungkinan suara perpaduan birahi mereka terderngar sampai ke sekitar area tersebut. Namun tentu saja hal tersebut tidak dipedulikan oleh mereka yang memang sudah beberapa kali melakukan hubungan gelap di villa tersebut. Selama ini tak pernah ada yang mencoba mengganggu atau ikut campur dengan segala urusan yang terjadi di villa mewah tersebut. Di bawah indahnya langit sore hari pertama tahun itu dan dilindungi rindang pepohonan taman villa tersebut, peraduan birahi pasangan yang usianya terpaut 12 tahun tersebut berjalan harmonis tanpa gangguan hingga keduanya mencapai puncak masing-masing nanti.
Tidak perlu waktu lama berada dalam gendongan Agam, Cynthia sudah tampak sangat gelisah, pertanda orgasme pertamanya akan didapatkannya. Namun kegelisahannya kali ini agak sedikit ekstra karena suatu hal: kandung kemihnya yang tak sanggup ia bendung lebih lama. Selama beberapa menit terakhir, pompaan kontol Agam telah membuat pipisnya merembes keluar tetes demi tetes dari sumpalan kontol Agam. Cynthia khawatir kalau ia tidak akan bisa menahan kemihnya sama sekali ketika mencapai orgasmenya nanti.
“Baaang Agaaaam… Biarin Cynthia pipis duluuu…” engah si gadis.
“Memangnya Cynthia mau abang berhenti genjot? Sudah tampak hampir ngecrit begitu! Tak bisa bohong lah ini lu punya tubuh,” timpal Agam yang keringatnya mulai bercucuran namun tidak tampak kelelahan sama sekali memompa memek Cynthia. Sebagai pria berusia 33 tahun yang bersama temannya Gio berpetualang memuaskan banyak wanita semenjak mereka kuliah, ia dengan mudah mengenali bahasa tubuh si gadis berusia 21 tahun yang ia sedang pecundangi tubuhnya.
“Gamau berhentii… Tapiii… Mau gimana lagiiih… Pipis Cynthia nanti bocor banyaakkk…” iba si gadis.
“Kayak yang tak pernah ngecritin bang Agam saja nona manis ini. Cynthia kira tadi abang gendong sampai taman ini untuk apa? Sudah nikmatin saja lah kontol abang ini. Lepas saja semuanya,” timpal Agam santai tak mengendur. Apa yang dikatakan Agam membuat Cynthia tersadar bahwa Agam sengaja membawanya bercinta di taman luar sebelah kolam agar apabila Cynthia squirt, pipisnya akan jatuh ke rumput taman dan tidak akan mengotori ruangan manapun. Setelah diyakinkan seperti itu, si gadis lebih rileks dan tersipu karena pejantannya yang ternyata sudah perhatian dengan keadaannya.
Dan benar saja, tak lama kemudian Cynthia menggapai orgasme pertamanya yang cukup meluluh lantakkan badannya. Dengan dilolosi seluruh saraf dan otot tubuhnya oleh orgasmenya, terbukalah otot penahan saluran kencingnya yang selama ini mencoba menahan urin si gadis. Dari sebuah lubang yang terletak di antara kelentitnya dan memeknya yang sedang tersumpal kontol jumbo Agam, menghamburlah cairan bening kekuningan mengucur membasahi jembut ikal Agam dan terasa panas mengalir deras melintasi zakar, paha, kaki Agam, hingga membasahi rumput taman. Hal tersebut diikuti lolongan panjang si gadis pertanda kepuasannya yang hakiki: puas orgasmenya tercapai dan puas bahwa pipis yang ditahannya telah keluar seluruhnya.
Melihat betinanya dalam keadaan lemas, sebagai pejantan Agam menghentikan sementara pompaannya pada memek Cynthia. Ia pandangi wajah renyah Cynthia yang bercucuran keringat, menengadah menggapai orgasmenya yang pertama di tahun itu dengan dahsyatnya hingga ia rela badan kekarnya dikencingi oleh si gadis imut keturunan Tionghoa yang tidak pernah bosan untuk ia pecundangi berkali-kali dalam dua tahun terakhir. Tak tahan dengan ekspresi si gadis yang ia antarkan ke puncak kenikmatan, kejantanan Agam terusik dan segera memagut mesra bibir gadis dalam gendongannya tersebut, yang disambut mesra pula oleh si gadis.
“Tak mau kah stop saja lu punya pil KB? Biar abang sekalian buat bunting, bareng si Arina,” tanya Agam lembut.
“Bang Agam, jangan dong. Cynthia kan belum nikah, bang. Baru aja lulus kuliah. Nanti apa kata orang,” jawab Cynthia tersipu.
“Kalau begitu cepatlah menikah sama lu punya pacar. Nanti abang yang beri anak buat Cynthia,” timpal Agam menyeringai.
“Ih, bang Agam nakal. Pacar Cynthia kan Chinese, bang. Nanti ketahuan banget Cynthia main serong kalau abang yang hamilin Cynthia,” balas Cynthia tersipu sambil memukul manja dada bidang pria yang menggodanya itu.
“Ya sudah kalau begitu apa Cynthia mau bang Agam yang nikahi?” tanya Agam setengah bercanda namun juga setengah serius. Memang pria itu pada dasarnya dikenal sebagai seorang yang bebas, selalu melajang hingga saat ini, menikmati wanita tanpa pusing memikirkan urusan rumah tangga. Bahkan ketika Gio sahabatnya menikah 8 tahun lalu di usia mereka yang ke 25, Agam tidak pernah merasa tertinggal. Namun momen intim kedua insan berbeda generasi saat itu membuat Agam sebagai pria yang sangat menikmati kelajangannya hingga saat ini bahkan mempertimbangkan untuk melepas kelajangannya demi wanita muda cantik yang sedang ia dekap mesra saat itu.
“Ih, bang Agam udah ah becandanya,” balas Cynthia menghindari agar tidak mengiyakan, namun tidak juga menolak pertanyaan tersebut.
Walaupun bermula tanpa cinta, persetubuhan yang dilakukan secara kerelaan masing-masing pihak yang terlibat jelas dapat memunculkan sebuah rasa ketertarikan atau chemistry yang tidak bisa dijelaskan. Entah itu hanya murni karena feromon atau nafsu hewaniah yang berbicara, atau memang perasaan dua insan manusia yang lebih dalam yaitu cinta, tidak ada yang dapat menjelaskannya. Pertautan kelamin jantan dan betina tidak pernah memandang usia, warna kulit, status sosial, etnis, agama, dll. Yang ada hanya insting alamiah untuk berkembang biak. Dan itu yang dilakukan Agam pada Cynthia di hari pertama tahun itu. Persetubuhan itu pun berlanjut hingga Agam mengeluarkan benihnya di rahim gadis itu seperti yang sudah sering ia lakukan. Namun sayang karena pil KB yang dikonsumsi Cynthia, pembuahan tidak terjadi saat itu. Akan tetapi, situasi tersebut tidak akan bertahan lama, tak lama di kemudian hari kisah Cynthia akan berubah.
———
End of Chapter 5.