Nampak nya ibu sudah muncrat, jemariku terasa dilumuri cairan hangat dan lengket. Nafasnya masih terengah engah dengan tetap membiarkan kedua talepak tangan kami tetap berada diatas memek nya.
Kejadian tetap berlanjut.
Nafas ibu sudah mulai teratur. Kini dengan perlahan ia memindahkan tanganku dari memek nya. Mata ku yang sedari tadi mengintip tubuh sintal ibu yang hanya berbalut bh dan celana dalam, seakan memintaku untuk berani bebuat lebih.
Beliau diam dan mengatur nafas seperti memulihkan tenaga.
Kini tangan nya menyentuh pundakku dan sedikit menggoyang goyangkan nya. Aku menutup mataku dan diam berpura pura tidur.
" ian..ian...nak...? " beliau mencoba membangunkan ku.
Aku masih berpura pura tidur. Tangan dan suara beliau kini tidak aku rasakan lagi, mungkin ibu ingin memastikan bahwa aku benar benar tidur.
Dalam keremangan cahaya lampu kamar itu, keheningan menyelimuti kami. Aku sedikit membuka mata, dapat ku lihat siluet tubuh bahenol ibu yang membangkitkan birahi. Kemaluanku juga masih sangat menegang dibalik sarung. Menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
Kurasakan kecupan lembut bibir ibu mendarat di keningku. Hanya berjarak sekitar lima detik, diri ini mendapat kejutan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Benda pusakaku yang masih keras menantang seperti mendapat sentuhan.
Iya....
Itu adalah tangan ibu yang membelai belai kontol ku yang ngaceng. Mengusap usap nya dari luar sarung yang kupakai. Mula nya hanya sentuhan halus, kemudian menjadi rabaan yang semakin intens menggosok gosok penisku. Dan ternyata harapanku menjadi kenyataan.
Jemari ibu mencoba menggenggam batang kelelakianku. Nampak dia kesulitan, beberapa kali kurasakan jemari ibu tetap mencoba memegangnya tapi tidak bisa sempurna. Mungkin terlalu besar baginya, namun akhirnya bisa meskipun tidak sepenuhnya jari jari beliau menelangkup melingkar di kontolku yang ngaceng dengan sempurna.
Dengusan nafas ibu menyeruak hingga sampai ke telingaku. Tetap ku pejamkan mata ini dan merasakan kenikmatan tangan beliau. Sedikit kecewa saat kurasa ia dengan perlahan melepaskan genggaman nya dari penis besar ku.
Namun itu tak berlangsung lama, tiba tiba lilitan sarung yang sudah tidak sempurna milikku perlahan mulai dibuka nya. Perlahan dan dengan hati hati kurasakan tangan ibu dengan telaten melepas lilitan sarungku. Sesekali tangan lembutnya mengenai kulit tubuhku.
Dan yang kini terjadi adalah tangan ibu masuk kedalam sarung yang kupakai. Mencoba menggapai batang kontolku. Bulu kemaluanku diusap usapnya, sampailah kulit jemari lentik ibu bersentuhan dengan kulit kemaluanku. Tangan nya menggenggam langsung batang kontolku secara lembut.
" ahhh...ryan " suara kudengar serak dan seperti orang berbisik.
" besar sekali nak.." kembali ia seperti berbisik.
Dengan penuh hati hati batang kontolku dikocoknya, lembut kurasa jemari ibu mengocok penis ku, dengan gerakan maju mundur ia terus mengocok. Sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak mengerang ke enakan. Kocokanya semakin mantap, tetap kutahan suara ini agar tidak keluar. Aku tidak mau membuat beliau merasa malu karena sebenarnya aku sudah terjaga dari tidur.
Namun,,,,, apa daya,,, terlalu enak kocokan ibu...sungguh sangat nikmat kontol ini diperlakukan seperti itu oleh ibu kandung sendiri. Khayalan yang sejak dulu aku pelihara dalam angan, kini menjadi kenyataan. Dan memang benar, obsesiku kepada ibuku sendiri sungguh tinggi, begitu menjadi jadi.
Perempuan yang menjadi objek onaniku sekarang tengah mengocok kontolku..kontol anaknya sendiri. Sensasi dan perasaan ini yang membuatku tidak mampu menahan suara untuk mendesah. Dengan sesamar mungkin aku mendesah.
" ungghh...heemmhh..." eranganku kusamarkan dan mengecap ngecap mulut seperti orang yang sedang tidur pada umumnya.
Mendengar itu, dengan cepat tangan ibu melepaskan kontolku dan berpura pura tidur lagi, tanpa menghiraukan lilitan sarungku yang terbuka.
Lama kurasa kami diam seperti itu, hingga akhirnya kami benar benar tertidur. Dan akulah yang paling tersiksa karena tidur dalam keadaan ngaceng.