========
QUEST#03
========
Saat di sekolah, Silva dan Silvi bergantian meneleponku. Aku lupa memeriksa HP-ku kalau mereka banyak mengirimkan SMS. Mereka jadi marah-marah karena tadi malam tadi aku sama sekali tidak bisa dihubungi.
Mereka minta setelah pulang sekolah, aku harus langsung menemui mereka di pondok kebun kemarin. Egois dan keras kepala mereka seenaknya aja maen perintah harus dituruti.
Tidak bisa... aku harus mencoba cincin AZAZEL itu dahulu. Juga bagian kak Sheila yang kujanjikan tadi pagi. Janji adalah hutang. Lagipula, asik bisa ML dengan kak Sheila. Bodinya bagus dan nikmaaat...
Setelah ngotot dan tarik ulur, tawar menawar, aku punya waktu sampai jam 2 saja untuk menemui mereka... Tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sekolah hari Sabtu ini terasa sangat panjang. Berkali-kali aku menguap. Mata kuyu dan lelah. Kayak habis jaga malam saja. Urusan dengan AZAZEL beserta cincinnya sudah memakan waktu sampai 2 hari. Untung tadi ikut mobil si Putri sehingga perjalanan pulang kusempatkan untuk tidur lagi, menyambung tidurku di kelas.
Kak Sheila sudah menyambutku di depan pintu dengan menyodorkan cincin yang sudah dibersihkannya dari pengaruh iblis.
Jangan tanya bagaimana cara aku membersihkannya... Aku memakai semua cara pensucian untuk cincin ini... Aku juga tidak mau kalau sepupu tersayangku ini terkena pengaruh iblis... gombal kak Sheila.
Bilang aja kalau kak Sheila yang gak mau kalau ada benda setan masuk ke kakak... ejek Dewi. Putri juga tertawa-tawa.
Yakin, kak... kalau ini sudah bersih? tanyaku menimang benda itu.
Udah... percaya, deh sama kak Sheila... katanya. Ia lalu menyeretku ke kamar Putri dan Dewi.
Kak Sheila memasangkan cincin itu di penisku hingga ke pangkalnya. Cincin keduanya diarahkan keatas.
Sekarang kok jadi lebih kecil, kak? Tadinya lubangnya kan lebih besar... tanyaku penasaran. Penisku kalau dibandingkan dengan kepunyaan AZAZEL jelas kalah jauh. Diameter punya AZAZEL sekitar 7 cm dan panjangnya satu meter. Sedang punyaku hanya berdiameter 5 senti dan panjang 20 cm saja.
Karena itu pengaruh iblisnya dibuang... Si AZAZEL udah make itu barang selama ribuan tahun... Sekarang sudah normal tetapi kemampuannya masih sama... Tetap bisa membuat kontol menjadi dua... Hebat, kan? kata kak Sheila mulai mengocok penisku agar bangun.
Beberapa saat kemudian... aku mulai merasakan perubahannya...
--------
Lama banget, sih? kesal Silva.
Ngapain dulu tadi? kesal Silvi juga.
Sori... sori... Ada urusan yang sangat penting tadi... kataku meminta maaf sebisanya.
Urusan apa yang lebih penting dari kami? tanya Silva.
Apa melebihi pentingnya kami? tanya Silvi.
Sori... Masalah ini penting karena menyangkut kalian... Karena kalianlah urusan itu jadi sangat penting... jawabku.
Apa maksudmu...? tanya Silva.
Urusan apa itu? tanya Silvi.
Ini kejutan untuk kalian... Pokoknya kalian pasti suka... kataku belagak misterius. Biarin kalau mereka jadi penasaran. Mereka mendesakku untuk mengatakannya. Aku tetap tidak mau buka mulut.
Sebentar... sebentar... Kita ngumpul di sini lagi untuk apa? Apa mau seperti kemarin lagi? tanyaku.
Cuma ngumpul aja... kata Silva.
Katanya kau suka di sini? kata Silvi.
Iya, sih... Teduh... nyaman... tidak ada nyamuk... Tempat ini bagus... Tapi kalau di sini terus... bosan... kataku. Tapi kalau kalian suka disini... ya... gak apa-apa juga... sambungku.
Kami tau... kalau kami ini egois... kata Silva.
Bagaimana kalau kita ke tempat lain? kata Silvi.
Hm... ada ide mau kemana lagi? tanyaku. Aku mengharapkan kalau mereka punya ide tempat yang baru dan juga bagus untuk kejutanku ini.
Sudah kami siapkan... kata Silva.
Kita check in di hotel... kata Silvi.
Hotel? kagetku. Aku memang pernah beberapa kali check in di hotel dengan Jessie beberapa waktu lalu. Tapi itu hanya hotel berbintang 3 saja. Kalau mereka berdua ini pasti kelasnya lebih tinggi lagi. Bintang 5 atau malah Diamond.
Boleh... Ayo aja...
--------
Aku kembali mengikuti mobil mereka. Mobil itu tidak kembali ke pusat kota melainkan terus menuju luar kota. Aku menebak-nebak, hotel mewah mana yang letaknya di luar kota.
Ada kemungkinan besar kalau mereka akan mengajakku menginap karena besok hari minggu. Yang jadi pikiranku, apa pihak hotel akan mengijinkan orang seumuran kami bertiga menginap di kamar yang sama. Mungkin saja mereka memesan dua kamar... Katanya mereka sudah menyiapkan semuanya. Terima beres sajalah.
Satu jam kemudian, kami sudah memasuki daerah pegunungan yang sejuk. Wah,... aku tidak membawa jaket atau baju hangat.
Di daerah ini memang banyak hotel mewah dan villa yang bagus. Pasti salah satunya adalah yang mereka pilih.
Aku tetap mengikuti mereka memasuki persimpangan jalan ke kiri. Di tepi jalan aku membaca papan Billboard promosi perumahan wisata. Aku baru kali ini melihatnya.
Ya?... Halo? Kesini? tanyaku karena Silvi menelepon.
Ya... Ini tempat baru... Kita reserved satu rumah wisata di sini... Tidak ada yang akan mengganggu... karena jarak antara rumah satu dengan yang lainnya cukup jauh... Pelayanannya bagus karena mereka hanya datang kalau kita panggil lewat telepon... jelas Silvi.
Oo... Begitu... aku baru tau ada tempat seperti ini... kataku bengong.
Sepanjang jalan menuju rumah wisata yang kami sewa, aku memang melihat jejeran rumah-rumah wisata yang jaraknya cukup jauh. Memang ditujukan untuk orang-orang yang menginginkan privacy tinggi.
Satu rumah biasanya dilayani oleh tiga orang pegawai... Mereka akan ada selalu di luar rumah dan hanya akan datang kalau dipanggil... jelas Silvi lagi.
Apa semuanya sudah disiapkan? Makanan... Kamar mandi... dan lain-lain...? tanyaku.
Itu sudah tentu... Nanti kau lihat sendiri aja... kata Silvi.
--------
Kami memasuki sebuah rumah kecil berlantai dua dengan taman dan halaman yang sangat luas. Pada bagian belakang ada kolam buatan yang airnya selalu mengalir. Padahal ini di pegunungan. Bagaimana mereka membuatnya?
Kusebut kecil karena hanya mempunyai dua kamar pada lantai atas. Pada lantai bawah didominasi oleh ruangan keluarga yang luas dengan perapian untuk menghangatkan cuaca yang sejuk di daerah ini.
Mungkin ini ditujukan untuk keluarga kecil atau tamu yang berjumlah sedikit. Untuk kami bertiga rasanya sudah memadai.
Bagaimana menurutmu...? tanya Silva.
Bagus tidak? tanya Silvi.
Bagus... Aku suka tempat ini... Aku paling suka suasana sepi dan udaranya yang sejuk... kataku sambil bersandar pada sofa empuk di ruang keluarga.
Kami mau jalan-jalan di luar... kata Silva.
Kau mau ikut? kata Silvi.
Hm... Boleh... Aku tadi ada melihat kolam di belakang sana... Juga pemandangan bagus... kataku setuju. Nggak setiap hari aku bisa kemari dengan dua cewek cantik.
Mereka tetap dengan pakaian yang tadi hanya tambahan sweater yang diikatkan di leher. Tubuh putih mereka berdua sangat kontras dengan keadaan hijau disekeliling tempat ini. Bagai bidadari penghuni surga. Cantik sekali.
Aku berjalan mengikuti mereka dengan pelan. menikmati suasana yang asri. Kami berjalan mengelilingi rumah ini dan kini sudah berada di tepi kolam. Angin lembut membawakan aroma pegunungan yang segar juga gemericik air yang mengalir.
Wah... damai sekali tempat ini... Hng?
Silva dan Silvi mengapitku dari dua sisi...
Tempat ini bagus sekali... kata Silva.
Tenang dan damai sekali... kata Silvi.
Ya... benar... Aku suka sekali di sini... Kalian juga, kan? jawabku. Tangan mereka berdua melingkari kedua tanganku. Rapat hingga aku bisa merasakan dada mereka di lenganku.
Angin lembut kembali berhembus. Sejuk dan segar. Keduanya kini malah menyandarkan kepala di bahuku.
Akhirnya, sebuah perkembangan yang baik...
Eh... Kita ke bukit sana, yuk? ajakku menunjuk bukit kecil yang berada di sebelah barat rumah wisata kami.
Mereka setuju.
Yang terakhir sampai di sana tidur di lantai! seruku dan berlari kesana secepatnya. Silva dan Silvi mengejarku dan berteriak-teriak. Mereka bilang kalau aku curang karena memakai kekuatan ARIES. Mereka minta diulang dan adil.
Akhirnya malah aku yang kalah karena dengan bekerja sama menghalang-halangiku, menghambat lariku, mengikat kakiku, mengikatku di pohon, mereka memenangkan lomba lari menuju bukit kecil itu.
Mereka berteriak-teriak senang di puncak bukit, juga mengejekku yang kalah mengejar mereka dari belakang.
Pemandangan dari atas bukit ini lebih bagus lagi karena kita bisa melihat seluruh kompleks perumahan wisata ini. Sangat luas dan asri.
Wah... Pemandangan disini bagus sekali, ya...? seru Silva senang. Wajahnya terlihat berseri-seri. Cantik dan lucu.
Semuanya terlihat hijau dan tenang... seru Silvi juga senang. Kalau udah begini gak keliatan kalau sebenarnya mereka ini sangat menyebalkan.
Rumah kita nginep sebelah sana, kan? tanyaku menunjuk rumah kecil tempat kami menginap akhir minggu ini. Terlihat lumayan jauh dari ketinggian ini. Kabut tipis mulai menutupi pinggiran rumah dan halamannya.
Dingin, ya? kata Silva merapat padaku.
Iya... mulai terasa dingin... Silvi juga merapat padaku.
Keduanya memakai sweater yang mereka bawa tadi. Sementara aku harus menahan dingin saja. Aku hanya memakai pakaian yang kukenakan ini saja dari rumah karena tidak ada persiapan sampai harus ke pegunungan begini.
Kita turun aja, yuk? Di rumah pasti lebih hangat... ajakku. Mereka setuju karena udara memang sudah semakin dingin dengan semakin sorenya hari. Mereka masih merapat padaku mencari kehangatan dari tubuhku yang kedinginan.
Di rumah mereka langsung menyalakan perapian yang ada di tengah ruang keluarga ini. Perlahan suhu ruangan menjadi lebih hangat.
Kami duduk di sofa sambil menikmati coklat hangat sachet-an. Kabut semakin menebal di luar rumah. Bergulung-gulung karena di tiup angin. Pasti dingin sekali di luar sana sekarang.
Katanya tadi kau punya kejutan untuk kami... tanya Silva.
Iya... Apa itu? Boleh kami lihat? tanya Silvi.
Hng... Apa kalian sudah siap? Kejutan ini bisa-bisa membuat kalian mengira kalau aku ini orang aneh yang menakutkan, lho? kataku.
Orang aneh bagaimana...? heran Silva.
Apa kontolmu menjadi dua? heran Silvi.
Hng? Kalian kok tau? kagetku. Dari mana ia tahu kalau penisku menjadi dua? Apa asal tebak saja?
Apa?? Jadi benar... kontolmu jadi dua?? seru mereka bersamaan. Wajah keduanya kelihatan sangat berbinar-binar kala kubenarkan tebakan Silvi barusan, kalau kontolku bisa jadi dua.
--------
Kejadian berikutnya kami sudah bertelanjang bulat di ruang keluarga ini. Pintu dan semua jendela dikunci rapat. Semua gorden dan tirai ditutup. Lampu taman dan teras menyala. Suhu ruangan hangat dan nyaman. Persiapan sudah matang.
Aku mengocok penisku agar bangun di depan mereka. Itu tidak sulit karena aku sudah terangsang melihat tubuh bugil mereka. Keduanya duduk di sofa tanpa busana dan aku duduk di seberang.
Itu masih satu... kata Silva menatap bergantian wajah dan penis ngacengku.
Mana yang satu lagi? kata Silvi begitu juga tak sabar menantikan kejutan.
Sebentar... Kalian jangan kaget, ya? kataku mengambil cincin AZAZEL dari saku celanaku di lantai. Lalu memasangkannya di pangkal penisku yang sudah menegang merah. Sebenarnya aku tidak seratus persen yakin dengan keputusan tentang dua kontie riskan ini, karena jujur aja aku tidak begitu paham tingkat antusiasme kedua kembar identik ini akan hal-hal ajaib.
Secara ghaib, dari lingkaran kedua yang di bagian atas, dari kulit perutku muncul penis kedua. Ukuran sama persis dengan yang asli yang berada di bawahnya.
Wah... Benar... Jadi dua... kagum Silva.
Wah... Hebat sekali... kagum Silvi.
Kalian gak takut, kan melihat ini...? Ini baru saja kudapatkan... kataku sambil menggenggam kedua penisku ini. Keras banget! Padahal belum ngapa-ngapain juga. Membayangkan kalau aku bisa memuaskan keinginan si kembar egois ini membuatku sangat terangsang. Bagus deh mereka gak ketakutan ngeliat tindakan drastisku ini. Aku sudah menceritakan banyak hal pada mereka berdua tapi siapa yang tau, kan?
Kalau dengan cara ini... kami bisa merasakannya bersama, kan? kata Silva.
Kalau begini... memang kamu orang yang paling tepat... kata Silvi.
Keduanya berjongkok di depanku. Silva memegang penis atas dan Silvi memegang yang bawah. Keduanya bersamaan, dengan irama yang sama mengocok kedua penisku. Perlahan, dipercepat, semakin cepat...
Benar... Ini beneran penismu... Asli... gumam Silva.
Iya... Ini beneran asli... Bagus, kok... gumam Silvi.
Tetapi itu tidak akan membuat aku nembak. Bahkan mereka memberanikan diri mencicipi kedua penisku dengan mulut mereka. Diemut-emut. Dijilat. Lalu dikulum. Enak sekali rasanya. Ini kali pertama mereka mencoba oral. Tidak begitu luwes dan masih kaku tapi kehangatan bibir, lidah dan rongga mulut keduanya sangat nyaman di cuaca dingin begini.
Bila satu saja sudah enak, sekarang aku mempunyai dua penis dan keduanya mendapatkan kenikmatan yang sama. Tentu saja perasaanku seperti di awang-awang. Nikmat sekali. Hebat sekali cincin milik AZAZEL ini. Ribuan tahun ia sudah memiliki benda ini dan sudah menjadi benda andalannya selama ini untuk mendapatkan kenikmatan seks dua kali lipat dari biasanya.
Sangat nikmat saat merasakan rongga mulut mereka yang basah menyedot-nyedot batangku dengan berbagai irama. Kadang kena gigi sampe ngilu dan perih, kadang juga disedot terlalu kuat.
Satria... desah Silva.
..***ntian... desah Silvi.
Mereka berdua merapatkan tubuh, saling menghimpitkan kaki di atas sofa empuk. Jariku segera menyibak bibir tebal lembut vagina mereka berdua dan menemukan kelembaban yang panas di sana.
Aku lalu menusukkan jariku ke liang mereka. Lalu karena hanya mempunyai satu mulut, aku bergantian mengulum dan menjilati vagina mereka. Kalau beginian mereka masih mau terima tanpa protes.
Terkadang karena gemas dengan daging-daging kenyal yang bengkak di dalam vagina itu, aku menggigiti dengan pelan sampai mereka menjerit histeris. Mungkin enak banget, ya?
Saat satu vagina kuoral, yang satunya kupulas gemas dengan tangan dan jari. Empuk dan lembut.
Sudah saatnya, penisku sudah berdenyut-denyut ingin masuk. Kedua-duanya. Keduanya memandangiku seolah bertanya, kami harus bagaimana?
Mm... Silva baring di sofa... ya kayak gitu aja... Silvi tindih dia dan nungging kemari... Rapatkan meki kalian berdua... Nah begitu... instruksiku akan posisi yang nyaman untuk percobaan pertama ML gak normalku dengan kedua kembar ini. He... he... he... Memang gak normal, kan? Siapa coba di dunia luas ini yang bisa punya dua penis begini kalau bukan iblis sekaliber AZAZEL dan kroco-kroconya.
Aku meminta mereka saling berpelukan. Ini seperti gaya Putri dan Dewi saat pertama kali ide menggunakan dua penis datang. Silva terlentang di bawah dan Silvi menungging di atas. Keduanya membuka kaki selebarnya. Keduanya beradu pipi memandangiku di belakang. Dada yang terlalu besar itu juga saling himpit.
Aku bisa melihat dengan jelas bukaan bibir tebal vagina mereka yang basah diantara bongkahan bokong bulat remaja yang sangat indah. Kesana aku harus memasukkan kedua penisku. Bersamaan!
Tangan kanan memegang penis atas, tangan kiri memegang penis bawah. Kedua kepala penis itu kugesek-gesekkan di belahan tebal untuk membuka jalan. Mereka mendesah merasakan sensasi besar kepala penisku.
Dengan besar ereksi yang biasa kugunakan untuk memasuki tiap liang wanita yang kusetubuhi, aku mendorong masuk kedua penis itu secara pasti. Tanpa ragu sama sekali.
OOooooaaaAAAAHHHHH! teriak mereka berdua.
Seluruh kedua batang penisku masuk hingga amblas. Bulu-bulu di pangkal penisku menyentuh selangkangan dan pantat mereka berdua. Kedua tanganku menarik bahu Silva dan Silvi. Sempit dan seret abis. Keduanya baru mulai kehidupan seks aktif kurang dari seminggu ini.
Enak banget, Sil... Mmm... keluhku merasakan kepitan kuat kedua liang cewek kembar ini pada dua batang penisku.
--------
Perdana kalinya aku menggunakan cincin AZAZEL ini pada kak Sheila. Karena aku sudah berjanji akan menggunakannya pertama kali padanya. Kak Sheila menungging dan aku memasukkan kedua penisku ke liang vagina dan anusnya. Dia menjerit keenakan sekali saat itu. Aku juga sangat merasa nikmat. Baru kali itu aku memasukkan penisku ke lubang anus. Rasanya lebih sempit dan hangat. Bagi kak Sheila, maen anal bukan yang asing. Tidak sulit bagiku untuk menembus anusnya. Enak juga ternyata. Cuma aku tidak pernah mendapat partner untuk urusan anal dan ini cukup langka.
Karena sebelumnya aku juga pernah ML dengan kak Sheila dengan normal (walau gak begitu ingat kejadiannya), satu penis saja, aku bisa bilang kalau anusnya lebih enak dari vaginanya. Tapi karena aku mendapatkan keduanya, ya anusnya... ya vaginanya... Semuanya jadi jauh lebih enak dari permainanku sebelumnya.
--------
Kenikmatan yang sama juga kini kurasakan di kedua liang Silva dan Silvi yang sangat sempit. Karena hanya aku yang sempat dan pernah memasukinya. Pertama kalinya malah hanya pakai jari saja untuk defloration-nya
Karena berhimpitan seperti itu, juga karena tekanan yang begitu besar, keduanya bernafas pendek-pendek dan cepat. Degup jantung berdetak cepat. Keringat menetes. Padahal tempat ini dingin sekali.
Ooohh... Satria... Enaak sekaa...liii... seru Silva.
Aaahhh... Satria... Enaaakkkk...! seru Silvi.
Suara desahan keenakan mereka berdua mengisi ruangan yang hanya berisi kami bertiga ini. Memenuhi seisi rumah hingga bergema hingga lantai atas. Suara-suara penuh nafsu birahi yang semakin membuatku bersemangat.
Enak banget, Satriaaahhh... desah Silva memejamkan matanya erat ditindih kembarannya.
Trruusss... Truusss.... Aahhh! desah Silvi memejamkan mata juga di leher Silva.
Kedua batang penisku dicengkram kuat oleh kedua liang sempit mereka hingga terasa sekali berkontraksi, mengurut-urut tiap senti panjangnya. Tanganku mencengkram kedua bongkah pantat Silvi sebagai pegangan. Pinggulku maju mundur dengan kecepatan sedang menikmati tiap gesekan kesat yang terjadi. Tiap kutarik mundur, sejumlah cairan kental berwarna putih susu menodai batang penisku, lalu didorong masuk kembali. Sisanya mengumpul di bibir vagina keduanya.
Oohh... oohh... Satriaahh... Apa memaaang seelalu enak begini, yaaa? seru Silva.
Oohh... oohh... Enaaakk baaangeeettt... Ahh... seru Silvi meningkahi kembarannya.
Keduanya sesekali saling berciuman dan menggesekkan dada kecil mereka satu sama lain. Aku hanya bisa menjangkau dada keduanya sesekali karena terhalang himpitan badan mereka
Udara dingin di rumah kecil ini sudah hilang sama sekali dari tubuh kami bertiga hingga dapat dikatakan mengepulkan uap dari panas tubuh.
Aahh... Kenapa dicabut, sih? tanya Silva.
Masukkan lagi, Satria... minta Silvi.
Kedua penisku mengacung tetap tegang. Berlumuran cairan vagina mereka berdua. Aku mengocok keduanya untuk meratakan semua cairan itu keseluruh bagian.
Aku mau ganti posisi... Kalian mau coba, kan? kataku terus mempermainkan kedua penisku agar tidak berkurang ereksinya.
Posisi yang bagaimana...? kata Silva.
Tidak susah, kan? kata Silvi.
Aku gantian yang rebahan di sofa... Nanti kalian naik dan jongkok di atasku... Masukin deh satu-satu... Terserah yang mana... Kalian aja yang atur yang mana... terangku tentang deskripsi standar posisi WOT.
Silva dan Silvi berdiri dari posisi awal tadi dan aku gantian tiduran di atas sofa kulit empuk itu. Keduanya kuminta menaikiku dan memasukkan salah satu penisku pada kemaluan mereka. Dengan cepat mereka tanggap maksudku. Silva kini mengambil penis atas dan memasukkannya. Silvi kebagian penis bawah dan juga memasukkannya. Posisi mereka saling berlawanan hingga punggung mereka bertemu.
Hhhmmmmmm... desah Silva.
Hhoooaaahhh... desah Silvi.
Yeaaahhh... desahku. Enak sekali posisi begini. Seluruh batangku bisa amblas sampai ke pangkalnya. Bulu-bulu pubic-ku menyentuh pantat mereka. Ujung penisku membentur bantalan empuk di dalam yang kuyakin sebagai mulut rahim keduanya.
Aku mengelus-elus paha Silva dengan lembut karena hanya dia yang bisa kujangkau saat ini.
Dengan keduanya hampir berjongkok dengan kaki mengangkangiku, aku mulai mengangkat pantatku untuk memulai mengocok. Pendek-pendek saja karena hanya sedikit yang bisa kugerakkan. Walau begitu aku sudah mencapai kedalaman maksimum rahim mereka berdua.
Keduanya menggosok-gosok klitoris masing-masing karena sangat terangsang sekali.
Aku semakin gemas dan mempercepat goyangan pantatku yang membuat mereka berteriak-teriak keenakan. Mereka juga ikut menaik-turunkan pantat mereka dan menyambut goyanganku.
Tiap kali begitu, terasa semakin kuat aku menyentuh pintu rahim mereka berdua. Mereka semakin bersemangat melakukannya dan sepertinya tidak akan pernah berhenti.
Mereka berdua menaik-turunkan pantat secara bersamaan. Punggung mereka yang menempel memungkinkan hal itu untuk dilakukan bersama karena irama dan tempo yang selaras.
Satria... Enak sekali... Oohhh... seru Silva.
Oohh... Lagi... Lebih kuat... Cepat... seru Silvi.
Aku memejamkan mataku untuk menikmati seks langka ini sepuas-puasnya. Tidak semua orang bisa mempunyai kesempatan untuk bisa mempunyai dua penis seperti ini dan juga dua wanita yang dengan senang hati mau memakainya.
Apalagi kenikmatan dobel yang kuperoleh dengan dua penis sangatlah memabukkan. Aku bisa ketagihan untuk terus menggunakan dua penis sekaligus.
Aku, kan punya banyak koleksi wanita... Aku bisa mencoba pada dua di antara mereka... Mungkin pada Jessie dan Aya. Putri dan Dewi. Kalau mereka jelas mau. Kembar lima... Sudah lama aku tidak main dengan mereka...
Bagaimana kalau ada cincin yang membuat tiga penis? Apa ada, ya? Ah! Itu namanya serakah. Kalau memang ada pasti rasanya jauh lebih enak. Tapi itu semakin membuatku lebih mirip monster beneran.
Sudah hampir satu jam kami begini... Dalam berbagai variasi posisi.
Silva dan Silvi berhadapan dengan posisi tetap mengangkangiku. Kaki keduanya saling silang seperti gunting. Berpelukan erat dan rapat, beradu dada sekaligus berciuman.
Posisi aku duduk di sofa dan memangku Silvi. Silva didepan kami dengan menungging.
Posisi tidur menyamping. Aku memeluk pinggang Silva dan Silva memeluk Silvi. Kaki saling diangkat keatas.
Entah sudah berapa kali mereka orgasme dan mereka masih mau terus dan terus. Keringat bercucuran dari tubuh kami bertiga. Tubuh sudah sangat basah dan uap hangat mengepul dari kami. Sangat menyenangkan.
Silva... Silvi... Ini... Aku sudah... maauu... keluar! seruku menahan diri sebentar. Mau... kukeluarkan di dalam... ato di luar! seruku lagi tak tahan.
Di dalam aja! seru keduanya.
Sekarang kami dalam posisi Silva berada di atas Silvi, saling mengangkang. Mereka agak memiringkan badan ke samping hingga tidak terlalu berhimpitan. Aku menghujamkan kedua penisku seperti biasa dengan kedua pasang kaki mereka kupegang sebagai penopang.
Karena mereka mau aku mengeluarkan maniku di dalam saja... Peduli amat kalau mereka hamil. Ini pertama kalinya aku akan nembak di dalam mereka.
Mmmm... tahanku sebentar... Tidak bisa lagi...
Ngggghhhhhh! seruku dan menyemburkan sperma dari kedua penisku di dalam liang Silva dan Silvi. Rasanya nikmat sekali. Ejakulasi ganda dari kedua penisku ini tidak terperikan lagi rasanya. Menyetrum tiap ujung syarafku. Menggetarkan tiap sudut tubuhku. Enak sekali.
Begitu juga Silva dan Silvi yang menerima spermaku di dalam liang uterus mereka. Mereka terpaku lemas menerima hangatnya cairan kental yang membanjiri lorong kemaluan mereka untuk pertama kalinya dalam hidup. Pengalaman ini semoga aja akan selalu mereka ingat.
Tubuhku lelah sekali hingga aku merebahkan tubuhku di atas tubuh Silva. Kepalaku kebenamkan di lehernya. Kedua penisku masih bercokol di dalam liang mereka dan perlahan mengecil.
Satria... Enak banget... Ini sungguh-sungguh menyenangkan... kata Silva.
Benar... Rupanya seperti ini rasanya seks yang enak banget... kata Silvi.
Kalian baru tau sedikit saja... Masih banyak hal hebat lainnya... Aku juga baru tau sedikit... Tapi aku akan segera mendapatkan semua itu nantinya... kataku.
Apa kau mau membagi... apa saja yang kau tau pada kami? tanya Silva.
Kami juga mau tau banyak hal... ini menyenangkan banget... kata Silvi.
Kalau kalian tetap hanya mau merasakannya berdua... barengan... itu akan menjadi suatu penghalang... Kalau kalian ingin merasakannya... kalian harus bertemu dengan banyak orang... Tidak semua orang mau berbagi seperti kalian... Juga tidak semua orang mau mengerti dengan keadaan kalian... jelasku tentang keadaan mereka ini.
Kalau begitu... kenapa Satria bisa mengerti keadaan kami...? tanya Silva.
Apa Satria juga bisa berbagi seperti kami? tanya Silvi.
Ada banyak hal yang membuatku mengerti kalian... Pertama... aku juga bagian dari anak kembar... Kedua... aku sudah sering berbagi seks dengan orang lain... Ketiga... memang sifatku sudah begini... Menerima orang apa adanya... Dan keempat... Aku harus melakukan apapun untuk mendapatkan ZODIAC CORE... Jadi bagaimanapun keadaannya... aku harus menyesuaikan diri.. jelasku panjang lebar.
Kalau begitu... Satria aja... cukuplah... kata Silva.
Benar... Kami hanya mau Satria... kata Silvi.
Aku udah punya pacar, loh... elakku.
Biar aja... kata Silva.
Gak pa-pa, kok.. kata Silvi.
Apa?... Wah... Kejadian ini lagi. Karena terlalu puas dengan diriku hingga keduanya mau menjadi milikku walaupun harus berbagi dengan yang lain. Apa memang mereka begitu relanya menerima kenyataan bahwa mereka bukanlah satu-satunya, bahkan di dalam hatiku aku tidak pernah berniat mencintai mereka. Hanya sekedar memiliki aku...
Ng... kalian tau tidak?... Ada cewek yang juga mengatakan itu padaku... Tepatnya lagi pemilik ZODIAC CORE sebelum kalian... sampai sekarang aku tidak pernah sempat menemui mereka lagi... Apa kalian mau begitu... Saat ini... kalian memang bisa bersamaku... tapi nanti... aku tidak bisa jamin... kataku menjelaskan keadaan sebenarnya. Menakut-nakuti tepatnya.
Pasti dia sudah mengerti... selama setahun ini ia harus sabar menunggu... sampai Satria berhasil mendapat ke-12 core itu dan... menyembuhkan cewek itu... Setelah itu... Satria pasti ada waktu untuk kami... kata Silva.
Kami akan menunggu sampai saat itu datang... Pokoknya... sekarang ini... Satria hanya milik kami... Walaupun kami sangat berharap kalau Satria tidak akan lupa pada kami setelah ini... atau kalau kami perlu... Satria mau datang pada kami... kata Silvi.
Tapi aku tetap tidak bisa janji yang terlalu banyak... kataku.
Lalu kembali lagi mereka mengajakku bermain seks seperti tadi. Lebih gila-gilaan dan tanpa rasa ragu lagi. Tak ada lagi rasa sungkan ataupun malu. Berbagai kata-kata jorok juga kami gunakan untuk mengekspresikan rasa dan nafsu kami.
Menjelang tengah malam kami baru terkapar kelelahan. Saling bersilangan di kamar atas. Masih tanpa busana.
========
QUEST#03
========
Silva... Silvi... Udah dong... Masih capek, nih... kataku pagi ini. Padahal ini masih pagi dan dingin sekali. Mereka berdua sudah merangkulku dan berusaha memasukkan salah satu penisku ke vagina mereka.
Satria... Dingin... kata Silva manja.
Enak... Hangat... manja Silvi juga.
Baru kali ini aku mendengar mereka begini. Padahal biasanya mereka berbicara dengan tegas dan semaunya.
Disentuh tangan-tangan hangat begitu, kedua penisku jadi terbangun. Apalagi dikocok-kocok seperti ini. Silva dan Silvi sudah melebarkan kaki mereka dan memampangkan bukaan merah muda daging vagina. Pemandangan indah di pagi hari.
Kabutnya kok bisa masuk kemari, ya? kata Silva.
Iya... Jadi semakin dingin... kata Silvi.
Memang benar. Kabut putih yang memenuhi luar rumah sudah merembes dari sela-sela jendela. Kabut berbentuk asap putih itu membawa hawa yang sangat sejuk hingga keduanya memelukku erat di dalam selimut tebal ini.
Seingatku memang dari kemarin sore, kabut ini tidak hilang-hilang juga. Apa memang normal begitu.
Akhirnya kutemukan!
Hng? Suara siapa itu?
Suara seorang pria. Terdengar menggema walaupun berasal dari tempat jauh.
Suara siapa itu? tanya Silva.
Suara laki-laki... kata Silvi.
Perasaanku tidak enak mendengar suara itu. Sangat mencurigakan. Ada apa ini?
Kau orangnya! Ikut denganku! tiba-tiba.
Silvi terbetot oleh sebuah kekuatan. Ia terlepas dari rangkulanku seolah ditarik paksa oleh seseorang.
Silvi...! jerit Silva.
Silva! teriak Silvi.
Aku berusaha menangkap kaki Silvi yang masih bisa kujangkau tapi sesuatu menepisku.
Aneh sekali... Apa ini? Aku melihat tubuh Silvi melayang-layang di gulungan kabut yang mengepul. Ia menjerit histeris ketakutan. Silva juga memanggil-manggil saudari kembarnya itu.
Siapa kau? Kenapa mengganggu kami? tanyaku menyadari sesuatu ini pastilah sebuah kekuatan yang tidak bisa diremehkan.
Aku memerlukan sesuatu dari cewe ini... kata suara tadi.
Kau iblis, jin atau manusia... tanyaku.
Aku sama seperti kalian... Lebih tepatnya... sama seperti kau... jawabnya. Manusia...? Kenapa bisa berbentuk kabut seperti ini?
Aku menginginkan GEMNON dari cewe ini... Sebaiknya kau tidak menghalangiku... kata suara pria itu.
GEMNON? Apa itu? heranku.
Itu adalah apa yang juga kau cari... katanya.
Apa yang kucari? ZODIAC CORE? GEMNON adalah ZODIAC CORE?
Silvi! teriak Silva melihat gulungan kabut itu membawa tubuh Silvi keluar dari rumah kecil ini. Mau dibawa kemana dia?
Kurang ajar! Mahluk apa yang berani berurusan denganku? Setan atau manusia... Aku tidak perduli...
SWAAASSHHHHH!
Kau tidak apa-apa Silvi? kataku setelah menyambar Silvi yang melayang di atas taman dengan kecepatan ARIES.
Kau... kau mempunyai ARVEL... kata suara itu dengan nada gusar.
ARVEL? Apa lagi itu? Apa itu nama ARIES?
Tunjukkan dirimu! Kalau kau berani... keluarlah! Jangan main sembunyi seperti pengecut! tantangku. Aku memang tidak suka berkelahi tapi kalau dengan cara begini, apa boleh buat.
Perlahan semua kabut di sekitar kami mengumpul menjadi satu gumpalan besar. Dan kumpulan asap kabut itu membentuk sesosok manusia.
Ia seorang pemuda yang sebaya denganku. Ia memakai jaket kulit tebal berwarna putih juga celana panjang putih. Apa ia juga memburu core istimewa.
Silva... Silvi... Masuklah ke dalam... Orang ini tidak main-main... Tapi tolong ambilkan HP-ku... kataku pada kedua gadis kembar ini. Silva dan Silvi memandangiku sebentar lalu berlari masuk rumah.
Aku harus bersiap menghadapi apapun yang diinginkan orang ini. Kalau ia mau bertarung, aku sudah siap. Aku sudah menyiapkan kecepatan ARIES dan kekuatan TAURUS dan untuk jaga-jaga ROSE DROP juga kusiapkan.
Kau pasti sedang berusaha mengambil GEMNON dari cewe itu, kan? kata orang itu.
Aku tidak mau basa-basi... Apapun maumu... akulah yang pertama sekali menemukannya... Dan kalau kau ingin merebutnya... kau harus melangkahiku dulu! gertakku.
Heh... Berani sekali... Kau tidak lihat kekuatanku tadi... Aku bisa berubah menjadi kabut... Kau tidak akan bisa menyentuhku... jawabnya dengan sombong.
Satria... ini HP-mu... kata Silva yang datang kembali bersama Silvi.
Kalian cepat kembali masuk... bisikku lagi. Mereka kembali bergegas masuk.
Hm... kalian sudah sangat dekat rupanya... kata orang itu mulai bergerak, berjalan pelan berkeliling.
2427 Hz... Corenya lumayan kuat. Begitu panjang gelombang kubaca dari tubuh orang itu. Besar kemungkinan ia menggunakan sebuah kekuatan core juga.
Jadi... kau menggunakan core untuk berubah menjadi kabut seperti tadi, ya? tebakku.
Core? Apa itu? Aku menggunakan MISTY DRAGON untuk menjadi kabut... bukan core! jawabnya.
Hmm... Begitu... jadi ia sendiri tidak tahu apa itu core yang disebutnya sebagai MISTY DRAGON. Atau semua yang kuketahui ini mempunyai nama lain yang juga diketahuinya.
Tampaknya kau kuat juga... Kau sudah memilki core itu lebih dari satu... Kau setidaknya sudah mempunyai ARVEL dan mungkin TARLAGH... Aku jadi ingin mencoba kekuatan mereka... kata orang itu.
Bersiaplah! serunya dan meluncur maju dengan cepat. Ada hembusan angin dingin yang tiba-tiba mengitari sekitarku. Ia sudah sangat mengusai MISTY DRAGON itu sampai pada tahap ahli.
XOXAM! Pinjamkan cakar dan sayapmu! seruku.
Di tangan dan punggungku muncullah benda-benda milik Black Core, XOXAM.
Aku menghindari serangan cepatnya dengan membumbung keatas berkat sayap yang baru muncul. Orang itu langsung membelokkan arah serangannya dan membumbung naik mengejarku.
Kurang ajar... Ia menutupi seluruh tempat ini dengan kabut. Ia sangat diuntungkan dengan cuaca seperti ini sehingga aku tidak bisa melihat keberadaanya. Ia menghilang!
Aku hanya bisa berusaha menepis kabut tebal disekitarku agar setidaknya aku bisa melihat kedatangannya yang mungkin tiba-tiba.
PRAKK!
Sesuatu yang keras memukul tanganku. Terasa nyeri sekali. Di mana dia... Aku hanya bisa mencarinya berkeliling di tebalnya kabut buatannya ini.
Sebuah serangan kembali menghantam punggungku lalu kembali menghilang.
Aku harus menyerang! Tidak boleh menunggu seperti ini! Kalau perlu aku sampai membuatnya babak belur...
Heeerrrrggghhhhhhh...
Urat-urat darahku bertonjolan dan rambut-rambut kasar di sekujur kulitku menandakan aku sudah menjadi RAGE. Ini bentuk pertama VIOLENCE-ku. Beruntung aku sudah bisa mengendalikan bentuk pertama ini.
Panca indraku menjadi sangat peka sekali disamping kekuatanku yang berlipat ganda. Ini kekuatan 10 orang menjadi satu dalam diriku.
WASSSHH!
Aku merasakan datangnya sebuah serangan dari arah kiri mengincar igaku. Aku menangkisnya dengan tangan. Tapi terasa sapuan serangan lain sedikit dari bawah. Pasti serangan kaki. Dengan tangan yang sama aku kembali menahannya.
Menggunakan sebelah tanganku yang lain aku menghajar tempat yang kuperkirakan merupakan tubuh orang itu. Dada!
WUF! Aku menembus ruang kosong berupa asap kabut. Tetapi dengan cepat terjadi sesuatu. Kabut itu mencengkram tanganku dan menarikku ke dalam gumpalannya.
Aku tidak bisa melihat apa-apa. Sejumlah serangan berusaha bersarang dari berbagai arah. Aku berusaha menahannya dengan kedua tangan dan kakiku. Ini juga berkat kecepatan ARIES yang tetap kupakai sehingga bagaimanapun cepatnya serangan itu aku masih dapat melihatnya dengan mudah.
Aku harus menyingkirkan semua kabut yang menutupi orang itu...
Kabut biasanya hilang karena pagi telah datang. Atau dengan kata lain terkena sinar matahari...
VOXA! Berikan sinarmu! seruku.
Tubuh RAGE-ku berpendar dengan cahaya putih. Cahaya ini memang tidak sebanding kala aku menjadi LORD OF LIGHT dulu yang kumaksudkan untuk menerangi kegelapan suatu wilayah akibat kekuatan LUCIFER. Tapi kurasa cukup mampu untuk menyapu kabut ini.
HAHHH! teriakku dan memancarkan sinar itu kesegala penjuru arah. Hangat terasa memancar akibat gelombang sinar tubuhku. Sinar terang lalu terpancar bagai sinar matahari menembus awan agar menerangi bumi.
Sinar yang hangat itu membuyarkan semua kabut yang mengelilingi tempat ini.
Di mana orang itu... kalau aku sudah bisa melihatnya, aku akan menghajarnya...
Aku melihatnya... Ia sedang mengambang di atas sana kebingungan karena kabut yang melindunginya hilang.
Di sana kau rupanya! Heah! cakar XOXAM kuperpanjang hingga mencapainya...
BRET! Aku berhasil merobek jaket putihnya di bagian lengan kiri.
Kau hebat juga... Bisa mengatasi semua kabutku... Aku tidak tau kalau ada sinar seperti itu dalam dirimu... Aku mundur kali ini... Tapi aku akan kembali lagi... kata orang itu.
Ia lalu kembali menyelimuti dirinya dalam kabut dan berhembus ke arah barat dan menghilang.