Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

========
QUEST#10
========​

“Mas Satria… di pesawat itu ada perempuan dengan ZODIAC CORE CAPRICORN yang mas cari…Panjang gelombangnya 1882 Hz!” telepon Hellen begitu kujawab teleponnya.
“Ada CAPRICORN?” kagetku. Padahal jangka waktu pencarian ZODIAC CORE ke-sepuluh ini belum memasuki harinya. Ini masih masa SAGITTARIUS sampai tanggal 22 Desember nanti. Makanya aku tenang-tenang saja dan tidak menyangka.
“Namanya Safriani… Tanggal lahirnya 28 Desember… Umurnya sekarang 24 tahun…. Dia bintang bokep… nama aliasnya adalah Velinda Shaw…” terang Hellen di kotaku sana.
“Velinda?” ulangku.
“Mas sudah liat orangnya?” tanya Hellen.
“Makasih, Len… Mas bahkan sudah ngeseks dengannya… Makasih, Len!” seruku langsung menutup telepon dan berusaha menembus keramaian di pintu keluar pesawat ini. Orang-orang Fireday Productions ini turun dari tadi. Aku tidak sempat memeriksa panjang gelombang CORE istimewa mereka karena HP-ku kumatikan selama penerbangan tadi dan baru tadi kunyalakan dan langsung mendapat panggilan dari Hellen.
Aku melihat mereka tetapi minus para keenam perempuan itu. Hanya keempat pria itu saja yang terlihat. Mungkin mereka sudah dijemput lebih dahulu oleh pihak perusahaan.
“… Sir… Excuse me, sir?” (Pak... Permisi, pak?) kejarku pada Paulo Pablo yang masih saja merekam dengan handycam-nya. Untungnya mereka mau berhenti.
“Yes, boy… What is it?” (Ya, nak. Ada apa?) kata Pablo begitu aku mendekat.
“Can I ask something…a favour?” (Bisakah aku meminta.… bantuan?) tanyaku.
“Aa… Don’t worry, boy… We won’t publish your scenes… We don’t want to get problem with the authority… Is that what you want to ask?” (Aa... Jangan khawatir, nak. Kami tidak akan memuat adeganmu. Kami tidak mau mendapat masalah dengan yang berwajib. Itukah yang ingin kau tanyakan?) kata Pablo.
“That’s too… The truth is… I want to have a chance to experience the real shooting on site… how’s the production progress… Know the field…” (Itu juga. Sebenarnya adalah aku ingin punya kesempatan untuk merasakan syuting benaran di tempatnya. Bagaimana produksi berjalan. Mengenal medan singkatnya) kataku beralasan. Aku ingin bisa dekat dengan Velinda. Sedekat mungkin.
“Oh… Hmm… Let’s see…We’ll take a few shoots around Perth for two days and then we’ll off to Christmas Island… I can give you a ride but you have to find your own hotel room at the Flying Fish Cove… Are you okay with that?” (Oh... Coba kita liat. Kamu akan syuting seputaran Perth selama dua hari dan kami akan pergi ke pulau Christmas. Aku bisa memberimu tumpangan tapi kau harus menyewa kamar sendiri di hotel Flying Fish Cove. Mau?) kata Pablo.
“Yeah… Thanks Mr. Pablo…” (Ya. Makasih Mr. Pablo) kataku senang sekali.
“Err… I haven’t got your name or I forgot… What is it again?” (Ng.… Aku belum tau namamu atau lupa. Siapa namamu lagi?) tanya Paulo Pablo.
“It’s Satria…” (Namaku Satria) kataku cepat.
“Okay… Give me a call when you’re ready, Satria… We got a deadline here… Bye…” (OK. Telepon aku saat kau sudah siap, Satria. Kami ada deadline disini. Bye) katanya lalu beranjak pergi bersama ketiga cameraman itu lagi untuk keluar dari bandara.
Untung aku berpikir dengan cepat dan mengejar mereka. Kemungkinan besar Pablo mengizinkan aku ikut mereka karena ia sangat berharap aku bisa menjadi salah satu bintangnya di genre Unisex kelak. Ia sangat percaya pada penilaiannya. Aku berhasil memanfaatkan ini.
Setelah itu aku baru bisa bernafas lega dan mengatur rencana. Dengan alasan untuk melihat-lihat bagaimana cara produksi film dilakukan, aku akan bisa mendekati Velinda. Dengan spesifikasi dan reputasinya sebagai bintang film porno kawakan, seks bukanlah sebuah hal luar biasa lagi.
Panjang gelombang CORE istimewa Pablo hanya 1626 Hz… Memang sudah termasuk kriteria istimewa tetapi masih biasa saja di antara semua koleksi CORE istimewa yang sudah berhasil kuperoleh. Yang memperkuat kekuatannya ini adalah artefak yang mempunyai panjang gelombang 6439 Hz. Ini cukup kuat dan bisa dibilang sangat kuat. Entah dimana ia mendapatkan benda itu sehingga ia bisa melipat gandakan kekuatan istimewanya sampai bisa mempengaruhi banyak orang sekaligus. Pasti ia sangat sadar potensi dan kekuatan benda itu dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
--------​
Dari bandara aku naik taksi menuju Bloomingfield, dimana rumah Carrie dan keluarganya berada. Perjalanan dari pusat kota Perth menuju Bloomingfield memakan waktu sekitar satu jam lebih. Dan hari menjelang sore di sini.
Aku akan hanya tinggal di sana selama dua hari saja. Tidak boleh lebih karena aku harus segera menyusul Pablo dan tim produksinya ke pulau Christmas di lautan Hindia antara Indonesia dan Australia.
Apa yang akan aku lakukan untuk mendekati objek pemilik ZODIAC CORE kesepuluh bernama Safriani alias Velinda Shaw ini? Aku sudah membuat janji dengan sutradara sekaligus produser rumah produksi itu untuk bisa menyertai mereka di pengambilan gambar di pulau Christmas nanti. Terus apa?
Aku sudah pasti tidak bisa ikut dalam film-film produksi mereka karena aku belum cukup umur. Disyaratkan untuk berumur minimal 18 tahun untuk bisa bermain di film dewasa semacam ini. Umurku baru 17 tahun saja. Lalu kalau aku misalnya bisa main di film itu bersama Velinda, apa jadinya? Aku bisa disate Papa dan Mamaku. Ini secara moral dan etis bisa merusak nama baik keluargaku sendiri. Ini aib yang mencoreng dengan arang hitam lalu disobek-sobek dengan arit namanya.
Selagi aku berpikir mengandai-andai dengan banyak kemungkinan yang lagi-lagi berujung kekebuntuan, taksi yang kutumpangi sudah memasuki perumahan Bloomingfield. Hari sudah gelap dan lampu jalan dan lampu teras rumah-rumah di sini sudah menyala menerangi malam.
Taksi perlahan berhenti di depan rumah yang sudah kuberikan nomernya pada supir taksi. Segera kubayar argo taksi dan lalu turun dengan tas ransel kusampirkan di bahu. Di remang malam, rumah Carrie dan keluarganya tidak berubah seperti saat bulan Juni kemarin kukunjungi.
Saat akan kuketuk pintu rumah itu, pintu sudah terbuka oleh seorang wanita yang sangat kukenali sebagai ibu tiri Carrie dan ibu kandung Nicole. Namanya Tran Smith. Mungkin ia melihat taksi yang berhenti di depan rumah.
“Good evening, Satria… We’ve been expecting you all day…” (Selamat malam, Satria. Kami sudah menunggumu sepanjang hari) sapanya memeluk dan mengecup pipiku tanpa ragu.
“Good evening, mam… It’s nice to be here again…” (Selamat malam, bu. Menyenangkan bisa kembali kemari) jawabku berbasa-basi sekenanya.
“Satriaaaaaa…!” seru suara Nicole yang terdengar berlari dari dalam rumah menuju pintu di mana aku berdiri sekarang. Ia muncul dan menerobos mamanya yang masih di ambang pintu dan melompat padaku.
“Mph…” ia melumat bibirku dengan kuat. Melepaskan rindu. Tubuhnya sudah semakin berat dan berisi sekarang. Tangannya dikalungkan di leherku seperti juga kedua kakinya yang dikaitkan di pinggangku dengan erat.
“I miss you so much, Satria…” (Aku kanget banget padamu, Satria) katanya setelah melepaskan mulutku. Ia memandangi mataku dengan pandangan rindu.
“I miss you too…” (Aku juga kangen) jawabku.
“There… there… It’s so not ladylike to craddle some boy on the front door like that, missy… Behave some, will you?” (Sudah... sudah... Tidak sopan digendong cowok di depan pintu seperti itu, nona. Jaga sikap, ya?) tegur mamanya melihat kelakuan anaknya yang kekanakan. Padahal ia sudah beranjak remaja. Sebentar lagi ia akan berumur 14 tahun.
“Aw mom… I miss him a lot… You miss him too…” (Aw mom. Aku kangen banget dengannya. Kau juga kangen) rengek Nicole.
“He’s not here for you… It’s for your sister… Where… There you are…” (Dia kemari bukan untukmu. Untuk kakakmu. Dimana... Itu dia...) nasehat nyonya Smith itu mengingatkan anak kandungnya. Carrie sudah bergabung. Tapi ia berdiri di sana dengan kikuk dan salah tingkah.
Tapi ia tetap secantik dan seindah yang kuingat… Gadis yang sangat kucintai sampai saat ini.
“Carrie…” sapaku.
“Hi…” jawabnya pendek saja. Lalu menunduk lagi. Pipinya memerah seperti ABG yang malu-malu kucing.
“Sister Carrie is in L-O-V-E… Love… Ha… ha… ha…” (Kakak Carrie sedang jatuh C-I-N-T-A) olok-olok Nicole pada kakaknya. “She’s been talking about you all day long, Satria…” (Dia membicarakanmu sepanjang hari, Satria) katanya lagi lalu turun dari gendonganku. Tingginya sudah mencapai bahuku sekarang.
Mendengar itu, Carrie semakin memerah wajahnya karena malu.
“Okay, kids… Come inside… We don’t let our guest standing on the doorway all night… Don’t forget the manner now…” (Baiklah anak-anak. Masuk kedalam. Jangan biarkan tamu berdiri di pintu semalaman) ajak wanita Thailand itu mengundangku masuk ke rumahnya. Mereka mengarahkanku ke ruang makan dimana di sana sudah siap makan malam di meja. Aku duduk di samping Carrie dan Nicole di samping mamanya.
Makan malam kali ini adalah roti bagel, lasagna bolognese, hot and sour meat ball dan olive oil seasoned salad. Kami makan malam dengan berbincang-bincang beberapa hal tentang keluargaku, keluarga mereka dan beberapa hal remeh lainnya. Tetapi Carrie hanya diam saja dan menjawab singkat saja kalau ditanya.
Selepas makan malam, aku dan Carrie dibiarkan berdua saja di ruang keluarga…
“…Let them alone, missy… Help me clean up the kitchen and do the dishes, will you?” (Biarkan mereka berdua, nona. Bantuin bersihin dapur dan cuci piring, ya?) kata nyonya Smith pada Nicole.
“Aw, mom… I wanna have a word with Satria…” (Aw, mom. Aku mau ngobrol dengan Satria) rengeknya lagi berusaha melunakkan hati ibunya.
“No, missy… Don’t disrupt them now… After the kitchen… do your homework like any other good schoolgirl should do… Are we clear?” (Tidak, nona. Jangan ganggu mereka sekarang. Setelah dapur, kerjakan PR-mu seperti anak sekolah baik lainnya. Jelas?) katanya tegas tetapi dengan nada selembut mungkin. Ia tahu persis bagaimana cara mengatasi anaknya ini.
--------​
“You’ve been all quiet during dinner… Anything wrong?” (Kamu diam aja selama makan malam. Ada yang salah?) tanyaku. Mungkin kalau kami tinggal berdua saja, dia akan lebih leluasa berbicara dan tidak malu lagi.
“Not particularly wrong… I just confused to what I’m feeling now?” (Tidak ada yang salah. Aku hanya bingung dengan perasaanku saat ini) jawabnya. Ia masih menunduk dan memandangi ujung kakinya.
“Confused… What’s it all about?” (Bingung? Apa itu?) tanyaku.
“Sister Nicole told me that it is love… Is love really this complicatedly confusing?” (Dik Nicole bilang kalau ini cinta. Apakah cinta benar-benar membingungkan begini?) katanya.
“Love? Love really is confusing…” (Cinta? Cinta memang membingungkan) jawabku.
“I feel wonderfully joy when you call–telling us you’d came flying here… I feel awfully sad knowing that you soon leave again… I feel blissfully enlightened as you are around… and then I feel sadly bottomhearted–knowing that you’ve been surrounded by many lovely souls back there in your country…” (Aku sangat bahagia ketika kau menelepon bahwa kau akan terbang kemari. Aku jadi sedih mengingat kau akan segera pergi lagi. Aku merasa di awang-awang saat kau disampingku dan kemudian aku merasa sedih dari lubuk hatiku kala mengetahui bahwa kau dikelilingi oleh banyak orang yang mencintaimu di negaramu sana...) katanya.
“You felt all that much? Let me hug you…” (Kau merasakan sebanyak itu? Biarkan aku mendekapmu) kataku terharu sekali mendengar pengakuannya. Ia sebenarnya sangat menderita dengan keadaannya ini. Tidak tahu apa yang dirasakannya. Tidak paham yang dipikirkannya. Tidak mengerti apa yang menimpanya.
“You’re not alone… I always here for you…” (Kau tak sendiri. Aku selalu ada untumu) kataku berbisik di dahinya.
“I know… You’re always there for me… You meant for me…” (Aku tau. Kau selalu ada untukku. Kau memang untukku) katanya di dekapanku.
“Listen… When I’m not around… it’s doesn’t mean that I’m not here for you… My mind linger here… my feeling… my heart… stays here…” (Dengar. Saat aku tidak disini bukan berarti aku tidak disini untukmu. Pikiranku tetap disini... perasaanku... hatiku... tetap disini) jelasku.
“I know that…” (Aku tau itu) jawabnya. Sepertinya nalarnya sudah sangat berkembang baik dan pesat. Ia paham kata-kataku.
“You really understand… what I mean?” (Kau paham apa maksudku?) tanyaku lagi. Untuk seseorang dengan tingkatan mental setara anak berumur 12 tahun, pengertian tentang kata-kataku tadi mungkin agak berat untuk dipahami.
“Of course I do… Though I don’t attend any class for these past twelve months–it doesn’t mean that I don’t learn anything particularly…” (Tentu aku paham. Walau aku tidak sekolah selama 12 bulan ini, bukan berarti aku tidak mempelajari apa-apa) katanya. “Turn to a stupid arse is the last thing I would do…” (Siapa juga yang pengen bodoh) lanjutnya.
“How come?” (Caranya?) tanyaku lagi.
“TV… TV my dear… I learned anything from TV…” (TV. TV jawabannya sayang. Aku mempelajari semuanya lewat TV) jawabnya.
“TV? No wonder you can speak those complicated words… Wow… TV is awesome, heh? Give a TV to some kids and they turn up to be a genius or gangster…” (TV? Gak heran kau bisa ngomongin kata-kata sulit itu. Wow. TV Luar biasa ya? Berikan TV pada anak-anak dan mereka berubah menjadi jenius atau gangster) kelakarku.
“You’re pulling my leg here…” (Kau terlalu berlebihan, deh) katanya.
“So… How’s your mission going?” (Jadi. Bagaimana misi-misimu?) tanya Carrie kemudian.
“My… what?” (Misi apa?) tanyaku bingung.
“Your mission… Qhatever you do to fix this in my head…” (Misimu. Apapun yang kau lakukan untuk memperbaiki kerusakan di kepalaku ini) katanya sambil menunjuk jidatnya.
“To fix what in your head?” (Untuk memperbaiki apa di kepalamu?) tanyaku belum mengerti arah pembicaraannya.
“Look here… I don’t have to be a brain surgeon to know that something gone haywire in my head… Look at me… I’m perfectly healthy seventeen years old girl but with a twelve years old girl kinda–mind set… How odd that can be? Something had happened in the past twelve moths ago that make me as I am now… I don’t know what it is–I can’t think of the cause… but it got to do something with us… You’re working on something… I remember overheard something that you called GOD MAESTER CORE as you talked to sister Nicole the other day you visited us… Still–I can’t figure out what it is–this GOD MAESTER CORE stuff is… This is the key word… I confirmed it just now that you visit us for the second time today… You’re working on something about GOD MAESTER CORE to fix this mess in my head…” (Dengar sini. Aku tidak harus jadi ahli bedah otak untuk mengetahui ada yang salah di kepalaku. Liat aku. Aku gadis 17 tahun yang sehat wal afiat tetapi dengan pikiran anak umur 12 tahun. Aneh, kan? Sesuatu telah terjadi 12 bulan lalu yang telah membuatku seperti sekarang ini. Aku tidak tau apa itu dan aku tidak bisa menebaknya tapi pasti karena kita berdua. Kau sedang mengusahakan sesuatu. Aku ingat pernah mendengar kata GOD MAESTER CORE saat kau berbincang dengan dik Nicole kemaren kau mengunjungi kami. Masih aku tak mengerti apa itu-si GOD MAESTER CORE ini. Ini kata kuncinya. Aku mengkonfirmasinya sekarang saat kau mengunjungi kami untuk kali kedua hari ini. Kau sedang mengusahakan sesuatu dengan si GOD MAESTER CORE itu untuk memperbaiki kerusakan otakku ini) simpulnya.
“Wow… I shocked… You shocked me…” (Wow. Aku kaget. Kau mengagetkanku) kataku tak percaya. Ia bisa menyimpulkannya dengan sangat tepat.
“Come on… Spill something to add some light here… How do you that? It’s something to do with girls… monthly… and sex.. Right?” (Ayolah. Beritahu aku sedikit. Bagaimana caramu melakukannya? Ada hubungannya dengan cewe... bulanan dan seks. Benar, kan?) tebaknya lagi.
“Err… yeah…” (Ng. Ya) jawabku ragu. Ia bisa mengumpulkan potongan-potongan mosaik informasi ini menjadi satu gambar besar yang utuh.
“You got to fuck those girls once a month… or a girl per month to get the attention of this GOD MAESTER CORE… You’ve fucked at least eight to nine girls already… You got something from those girls in process to have this GOD MAESTER CORE’s attention… a token–a trinket… to fix my head…” (Kau harus mengentoti cewe-cewe itu sekali dalam sebulan atau satu cewe per bulan untuk mendapat perhatian si GOD MAESTER CORE ini. Kau sudah mengentoti setidaknya 8 sampai 9 cewe sampai saat ini. Kau mendapatkan sesuatu dalam proses mendapatkan perhatian si GOD MAESTER CORE ini. Sebuah benda, hadiah. untuk menyembuhkan kepalaku) simpulnya tepat.
“I don’t know what to say… I just can’t say anything anymore…” (Aku tidak tau harus ngomong apa. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi) kataku terkesima.
“Listen!” (Dengar!) tiba-tiba ia meraih kedua pipiku dan memandang mataku dengan tajam.
“I know your burden… Don’t you ever think that you’re all alone in all this… Talk to me!” (Aku tau semua bebanmu. Jangan pernah mengira kalau kau sendiri selama ini. Bicaralah padaku!) katanya tegas.
“I can’t… It’s too heavy to bear… But I can make it… In just another three more months… you’ll be just fine again… The same old you… I promise you…” (Tidak bisa. Terlalu berat untuk dihadapi. Tapi aku bisa. Hanya dalam 3 bulan, kau akan pulih kembali. Seperti dulu. Aku janji) jawabku.
Carrie terus memandangi mataku mencari-cari jawaban dan rahasia yang dicoba galinya. Menerka-nerka dalamnya perjuangan dan penderitaanku selama beberapa bulan ini. Mata hijau kebiruannya menyeruak masuk seperti menembus hatiku. Menyisir tiap dawai hati terdalamku.
“Say it now… Are you my love or not?” (Katakan sekarang juga. Kau kekasihku atau tidak?) katanya akhirnya. Seperti kata kunci yang bisa membuka gerbang utama pencarian informasi di labirin pikiranku barusan.
“I am your love…” (Aku kekasihmu) kataku.
“Great…” (Bagus) Carrie melepaskan pegangan eratnya di kedua pipiku. “It settle now… Now you can do anything you like as you feel necessary… You have my approval for everything that–you do–have done and will do…” (Sudah beres sekarang. Sekarang kau boleh melakukan apapun yang kau rasa perlu. Kau mendapat persetujuanku atas apapun; yang sedang kau lakukan, telah dan akan lakukan) katanya lanjut.
“Ng… What is that?” (Ng. Apa itu?) tanyaku tidak mengerti.
“You’ve screwed lots of girls… Tell me just one girl who allowed her boyfriend to do such kinda thing… But this is an exception… Only me–would do such thing as that… Dig it?” (Kau sudah main dengan banyak cewe. Kasih tau aku satu cewe aja yang mengizinkan cowonya untuk melakukan itu. Tapi ini satu pengecualian. Hanya aku yang bisa melakukan hal begitu. Paham?) jelasnya.
“O… Thanks…” (O. Makasih) jawabku seadanya. Padahal pikiranku kosong kalau tidak kacau balau.
“So… how many have you screwed?… The number I mean…” (Jadi. berapa banyak yang sudah kau dapat. Jumlahnya maksudku) kata Carrie merapat padaku dengan sedikit berbisik.
“There! Gotcha!” (Nah! Ketauan!) teriak Nicole mengagetkan kami berdua yang masih duduk berduaan di sofa ruang tamu ini.
“I see you two haven’t started anything funny yet… I’m not missing something, right?” (Kalian belum mulai yang aneh-aneh, kan? Aku gak ketinggalan apapun, kan?) kata Nicole penuh selidik. Ia mempelototi tubuh kami kalau-kalau ada kain yang tersingkap atau restleting yang turun.
“Nicole?? Your homework!” (Nicole?? PR-mu!) seru nyonya Smith dari dalam sana.
“Aw mom… Give me a break, will you?” (Aw mom. Sebentar aja, ya?) kesal Nicole karena dilarang melakukan hal yang sangat ingin dikerjakannya. Ia mencak-mencak sambil menghentakkan kaki.
“No breaking rule…” (Jangan melanggar aturan) serunya.
“How long will you stay, Satria? A week at least, yeah?” (Berapa lama kau akan nginap, Satria? Setidaknya seminggu, ya?) tanya Nicole sebelum pergi mengerjakan PR-nya.
“Two days… Just two days…” (Dua hari. Hanya dua hari) jawabku dengan mengacungkan dua jari.
“What? Just two days?” (Apa? Hanya dua hari?) kecewa Carrie.
“One week! You must stay for one week… We’ll chain him for sure, sister…” (Satu minggu! Kau harus nginap satu minggu. Kita ikat dia, kak) kata Nicole kecewa dan mengancam.
“I got a tight schedule… I can afford just two days… But… You both will surely love this—I will do anything you ask… Promise!” (Aku punya jadwal padat. Aku hanya bisa dua hari saja. Tapi... Kalian pasti suka ini—aku akan melakukan apapun yang kalian minta. Janji!) kataku mengacungkan dua jari lagi.
“Really? Anything?” (Benaran? Apapun?) gembira sekali Carrie mendengarnya.
“Wow… Hold up, sister… Sign me in… Don’t leave me okay?… I know your plan… I would do anything if you allow me in your plan…” (Wow. Tahan dulu, kak. Aku ikut. Jangan tinggalkan aku, ok? aku tau rencanamu. Aku akan melakukan apa saja asal aku ikut dalam rencanamu itu) mohon Nicole untuk diikutsertakan dalam apapun yang ada di pikiran Carrie.
“Do your homework now… I let you in…” (Kerjakan PR-mu, kau ikut) kata Carrie diplomatis.
“You’re the best! You are the best sister any girl could have… I won’t forget it for whole of my life… Thank you!” (Kakak terbaik! Kau kakak terbaik yang bisa dipunyai cewe manapun. Aku tidak akan melupakan ini seumur hidupku. Makasih!) kata Nicole langsung ngacir untuk mengerjakan PR-nya segera.
“What’s your plan?” (Apa rencanamu?) tanyaku pingin tahu.
“It’s a plan–that you must abide… That’s all… Just you wait and see…” (Ini rencana yang harus kau patuhi. Itu saja. Liat aja nanti) kata Carrie misterius.
“No… Tell me, will you?” (Tidak. Kasi tau, ya?) bujukku dan mendekap tubuhnya agar diberitahu rencananya. Ia menggoyang-goyang tubuhnya manja agar terlepas. Aku memeluknya erat. Tapi ia hanya tertawa-tawa geli karena dekapanku.
--------​
“About what had happened to my head… It’s so very awful… How can I not able to remember anything?… Any single thing about everything beyond these couple months… Things that I can recall is this last twelve months… That’s all I can recall… But that’s wrong… I got life before these twelve months, right? Where have they gone? What’ve cause this lost? What’ve happened? It’s so hurt…” (Tentang yang terjadi di kepalaku ini. Ini sangat menyebalkan. Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun? Secuilpun sebelum beberapa bulan ini. Hal yang bisa kuingat adalah 12 bulan terakhir ini saja. Hanya itu saja yang kuingat. Tapi itu tidak benar. Aku punya hidup sebelum 12 bulan ini, kan? Kemana mereka semua pergi? Apa penyebabnya? Apa yang telah terjadi? Ini sangat menyakitkan) kata Carrie saat kami berdua lagi. Nicole sudah meninggalkan kami lagi.
“I can’t tell you that… Nicole won’t tell you either… We made the words before… We can’t discuss it with you…” (Aku tidak bisa memberitahumu. Nicole juga tidak. Kami sudah berjanji sebelumnya. Kami tidak bisa mengatakannya padamu) jawabku sedih. Ini memang yang terberat tapi ini yang terbaik. Ini bisa jadi beban yang sangat berat bagi perkembangannya kalau dia tahu apa yang telah menyebabkannya jadi begini sekarang.
“The thing that I really want to remember is you…” (Hal yang sangat ingin kuingat adalah kamu) sambungnya lagi.
“Hmng?” kagetku.
“It gotta be the sweetest thing that I’ve ever had before… You are the sweetest thing I had now… but it gotta be sweeter than this sweetest stuff… How’d you express this feeling?” (Itu pasti hal termanis yang pernah kumiliki sebelumnya. Kau hal termanis yang kumiliki saat ini, tapi itu pasti lebih manis dari pada hal yang termanis saat ini. Bagaimana cara mengekspresikan peraaan ini?) katanya menjelaskannya.
“How sweet? We never talked about this before…” (Seberapa manis? Kau belum pernah memberitahuku sebelumnya) tanyaku.
“You were in my every dreams I slept… While napping… Night and day… The dream always about you… That’s the sweetest thing… You always here with me when I sleep… Comfort me… and take good care of me… I never told sister Nicole about these dreams… I keep it for my self only… I want to have it–just for my self…” (Kau selalu di dalam mimpi-mimpiku. Ketika tidur siang. Malam dan siang. Mimpinya selalu tentangmu. Itu yang hal yang termanis. Kau selalu disini bersamaku ketika kutidur. Menenangkanku, menjagaku. Aku tidak pernah memberitau Nicole tentang mimpi-mimpi ini. Hanya kusimpan sendiri. Aku mau hanya untukku saja) jelasnya.
--------​
“This is good… I can’t wait…” (Ini keren. Aku gak sabar lagi) kata Nicole kegirangan tak terhingga. Ia sepertinya sudah tahu apa yang direncanakan kakaknya. Ia sudah selesai dengan PR-nya dan kini keduanya duduk di atas ranjang double bed yang biasanya dipakai keduanya bersama sehari-hari. Aku disuruh berdiri di depan mereka–di tengah ruangan kamar.
“What you want me to do?” (Apa yang kau mau aku lakukan?) tanyaku pada Carrie yang memegang kendali janjiku tadi. Untuk melakukan apapun yang ia minta.
“Strip all your clothes off and make those funny faces as well…” (Buka seluruh pakaianmu dan buat wajahmu secentil mungkin) perintahnya dengan ceria sekali. Ia pasti sudah lama menginginkan aku melakukan ini.
“Yuhuu… I know it! This is gonna be good…” (Yuhu. Benar, kan? Ini akan keren banget) kata Nicole semakin kegirangan. Ia bahkan memutar lagu hip-hop dari pemutar MP3 HP-nya.
“Promise is promise…” (Janji tetap janji) kataku. Yang pertama kali terpikir olehku adalah nantinya pertunjukan striptease ini akan berguna sebagai latihan sebelum aku terjun ke dunia film dewasa.
“But there’s a club rule here… Audiences don’t touch the dancer but dancer does… Are we game?” (Tapi peraturan klub disini. Penonton tidak boleh menyentuh penari tetapi penari boleh. Setuju?) tanyaku tentang kesiapan mereka. Ana dan Angel yang sekarang berubah menjadi Fantina dan Dellayani sering membawaku ke klab malam yang sering menyuguhkan pertunjukan seperti ini. Tetapi semuanya penari wanita dan gaya menarinya tentu saja feminim. Tapi aku tahu pasti kalau penari stripper lelaki pun ada. Masalahnya aku belum pernah melihat cara mereka menari.
“We game!” (Setuju!) jawab mereka serentak tanpa pikir panjang. Mereka setuju dengan aturan yang kutetapkan seperti aturan di klab-klab malam itu. Penonton tidak diperbolehkan menyentuh apalagi memegang tubuh penari. Akan ada sanksi untuk pelanggarnya. Tetapi penari boleh menyentuh penonton sebagai bagian tak terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri.
“Okay, ladies… The show starts…” (Ok, nona-nona. Pertunjukan dimulai) kataku membelakangi mereka berdua. Aku hanya mendengarkan suara musik nge-beat hiphop dari HP Nicole. Mengikuti nadanya dan mulai menghentakkan kaki perlahan.
Singel musik hip-hop popoler ini tidak kutahu judul dan penyanyinya, tapi nadanya cocok…
Aku mulai menari-nari di sana sekenanya. Kaku dan kikuk, sih. Tapi itu sudah cukup untuk membuat Carrie dan Nicole bertepuk tangan dan bersuit-suit senang. Campuran berbagai gaya tarian katrok juga kampungan. Diselipin goyang dangdut dan juga jejingkrakan.
“Come on! Strip something!” (Ayo! Buka!) seru keduanya liar.
Aku lalu meraih kancing kemeja teratas. Mulai membukanya perlahan sambil terus bergerak mengikuti musik. Berjalan dari satu sudut ke sudut lainnya–maju mudur dan berputar-putar. Kemudian beralih ke kancing kedua.
Tarian striptease lebih sering mempermainkan emosi penontonnya dengan rasa penasaran yang dibuat semakin tinggi dengan godaan-godaan dan tipuan serta trik.
Untuk hanya membuka lima buah kancing di baju kemejaku ini memakan waktu kurang lebih lima menit…
Melihat dadaku, keduanya langsung histeris. Tetapi aku tidak melepas kemeja itu dari tubuhku. Kubiarkan saja di tempatnya sambil aku terus menari. Kibaran dan kibasan kain kemeja inilah yang kupermainkan untuk membuat mereka penasaran.
Lalu tiba-tiba. Whut! Kemejaku langsung terlepas dengan cepat dan kini aku bertelanjang dada.
Keduanya bersorak-sorak kegirangan dengan tangan mengepal. Bahkan ada suara auman…
Aku berdiri di tengah ruangan dengan kaki terbentang lebar dan tangan berkacak pinggang. Pinggulku kugerakkan ke kanan dan kiri bergantian.
“Watch this!” (Liat ini!) kataku lalu meraih pinggiran celana jeans biruku. Pada bagian pinggang di mana sabuk tali pinggang berada. Kupegang erat-erat…
Whut!
Kutarik dengan cepat! Sampai lepas dari kakiku!
Kedua penontonku terkesiap untuk beberapa saat lalu bersorak girang lebih keras lagi. Mereka bertepuk tangan dan mencondongkan tubuh mereka lebih ke depan agar dapat melihat lebih jelas lagi.
Aku kini hanya memakai sebuah celana dalam berwarna putih dan juga sepasang sepatu… Aku hampir telanjang.
Bagaimana bisa aku melepas celana jeans itu begitu saja hanya dengan sekali tarik? Para penari striptease profesional biasanya juga melakukan aksi ini untuk efek bombastis. Tetapi itu didukung oleh kostum yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pakaian yang mudah dilepas dengan perekat velcro yang praktis. Tapi aku mana ada waktu untuk menyiapkan itu semua. Aku memanfaatkan kekuatan SHADOW GEIST untuk melakukan trik tadi. Bagian bawah tubuhku kubuat bisa dilewati bahan denim jeans yang relatif kuat itu seperti transparan. Secara teori aku juga bisa merobek jeans ini dengan kekuatanku yang lain, tetapi itu akan merusak celana panjangku ini. Aku hanya membawa beberapa potong pakaian, aku bisa kehabisan pakaian dong…
Celana panjang itu kutumpuk bersama dengan kemejaku barusan di atas lantai setelah kuambil HP-ku.
“Take off all! Take off all!” (Buka semua! Buka semua!) seru keduanya lalu. Mereka memintaku membuka semuanya. Eits! Tunggu dulu.
Aku mengacungkan jari telunjuk dan menggoyangnya tanda kalau permintaan mereka tidak disetujui. Aku yang memutuskan sendiri kapan aku mau membuka semua pakaianku.
Malahan aku memainkan HP-ku di bagian ringtone-nya dan mengaktifkan fitur getar saja tanpa suara. Gadget telekomunikasi sekaligus alat utamaku untuk mencari CORE istimewa ini kuselipkan masuk ke dalam celana dalamku–di bagian depan. Getar-getar ringtone tanpa suara ini terasa geli sekali. Bergetar-getar ritmis berulang-ulang.
Rrrtt… rrrtt… rrrtt…
Penisku mendapat stimulasi seperti itu mulai menggeliat bangun. CD-ku mulai menggembung menandakan isinya mulai membesar dan perlahan-lahan menegang mendapat rangsangan dari sebuah alat telekomunikasi yang bergetar ritmis.
Carrie dan Nicole malah tambah menggila melihat gembungan membesar di CD-ku. Mereka bersorak-sorak kegirangan. Aku masih menari-nari seadanya di depan mereka tanpa bermaksud mendekat sama sekali.
“We demand total naked! Naked! Naked!” (Kami menuntut bugil total! Bugil! Bugil!) seru Nicole lalu diikuti kakaknya.
“For that pleasure… I will surely charge something in exchange for my bare nakedness… Will you be so kind hearing the clauses?” (Untuk bagian itu, aku akan meminta bayaran sebagai ganti kebugilanku itu. Maukah kalian mendengar syaratnya?) tawarku.
“Yeaah! Damn sure we will…” (Ya! Tentu saja) jawab Nicole semangat sekali menjawab tawaranku.
“An eye for an eye… A fabric… for a fabric…” (Mata dibalas mata. Kain dibalas kain) kataku menyebutkan syaratku. “I charge something precious of your fancy belonging for me taking off my underwear… Give me my pay off…” (Aku meminta sesuatu dari milikmu yang berharga sebagai ganti aku melepaskan pakaian dalamku. Berikan bayaranku)
Mereka kasak-kusuk di sana berdua untuk memutuskan benda berharga apa yang bisa mereka berikan padaku agar aku melepaskan semua pakaianku. “What will we give him?… Money won’t count… He got plenty already…” (Apa yang kita berikan padanya? Duit gak akan ngaruh. Duitnya dah banyak) kata Nicole pada kakaknya.
“Are your National Rugby League cards count that precious?” (Apakah kartu Liga Rugby Nasional kita termasuk berharga?) tanya Carrie.
“Nah… He doesn’t even know what rugby is…” (Gak. Dia bahkan gak tau Rugby itu apa) jawab Nicole kelihatan bingung.
“I am thinking of give away our own panties in exchange…” (Bagaimana kalau kita memberi celana dalam kita sebagai gantinya?) kata Carrie sambil melamun.
“That’s it! That’s it… It’s an equal exchange! Come on… Take off our panties!” (Itu dia! Itu dia! Pertukaran yang seimbang. Ayo kita buka celana dalam kita!) kata Nicole langsung berdiri di atas ranjang springbed ini dan melepas celana pendek selututnya beserta celana dalamnya.
“Come on! Take off yours…” (Ayo! Buka celana dalam, kakak) kata Nicole karena kakaknya tidak bergerak mengikutinya membuka celana dalam juga.
Carrie berdiri juga dan mengangkat rok baju longdress-nya lalu melepas celana dalamnya juga. Miliknya lalu diambil Nicole lalu dilemparkan padaku bersama miliknya juga. Aku dengan sigap menangkapnya.
“You wish to exchange panties with me? I’m afraid that I have to inspect them first to acknowledge the worthiness of this claimed preciousness… They are probably precious or worthless at all…” (Kalian ingin bertukar celana dalam denganku? Aku harus memeriksa dahulu untuk memastikan kepantasan berharganya benda ini. Mereka mungkin berharga atau tidak sama sekali) kataku. Gadget HP-ku terus bergetar di dalam celanaku. Apalagi setelah melihat sekilas kemaluan keduanya saat melepas CD mereka tadi.
“This white yellow flower patterned panties which belong to the elder girl… is scented sweet and peace as daisy… It got a liquid stain on the inside crotch… Hmm… delicous…” (CD putih berpola bunga kuning kepunyaan nona tertua, beraroma manis dan damai seperti taman bunga. Ada noda cairan di bagian selangkangannya. Mm. Lezat) kataku menjilat daerah itu setelah menghirup aromanya dalam-dalam. “Sweet as honey…” (Manis seperti madu)
“This is the younger girl panty… Briddled with joy of heart shaping print… It scent of morning dew on wide prairie… Hmm… Sweet as sugar…” (Ini CD nona yang lebih muda. Berenda dengan pola hati. Beraroma embun pagi di padang luas. Mm. Semanis gula) kataku lagi setelah menghirup dan menjilat kain bernoda cairan bening di celana dalam milik Nicole.
“Ooohh…” keduanya mengerang keenakan sambil memegangi selangkangan masing-masing. Pastinya jari mereka mengorek-korek kemaluan sendiri. Orgasme karena masturbasi. Padahal yang mereka bayangkan hanyalah ucapanku saja. Keduanya terkapar merasakan orgasme instan barusan karena panasnya rangsangan yang kuberikan.
“This is precious… They are worth the exchange…” (Ini memang berharga. Keduanya pantas dipertukarkan) kataku menghirup aroma kedua celana dalam gadis itu bergantian. Aku berulang-ulang menghirup aromanya dalam-dalam. Sebenarnya aku sudah tidak sabar. Maunya aku langsung saja menindih salah satu dari mereka sekarang juga dan melepaskan kungkungan nafsu yang saat ini bergejolak hebat sampai jantungku berdetak kuat.
Tapi aku harus menahannya…
“Satria… Come fuck me now? I can’t take it any more! Fuck my brains out now!” (Satria. Entot aku sekarang. Aku tidak kuat lagi. Entot aku kuat-kuat sekarang!) seru Nicole tak sabar. Ia menggosok-gosok belahan vaginanya sendiri dengan cepat.
“Fuck me too, honey!” (Entot aku juga, sayang!) rengek Carrie juga. Dia bahkan menambahkan embel-embel cinta di sana.
“No, girls… Not yet… Pretty not yet…” (Tidak, nona-nona. Belum. Belum saatnya) jawabku santai dan malah menyelipkan kedua helai pakaian dalam itu ke dalam celana dalamku sendiri.
“You’d rather I jump on you and drag you to the bed?” (Apa kau mau kami melompat dan menarikku ke ranjang?) ancam Nicole.
“That’s so rude of you, young missy… You know I can best you easily in any way… Though as horny as hell you are… you’d better keep your ass safe right now… Play the game, missy… not the brawl…” (Itu sangat kasar, nona muda. Kau tau aku dengan mengalahkanmu dengan banyak cara. Walau senafsu apa kalian berdua, lebih baik kalian berhati-hati. Ikuti permainannya, nona, jangan ngajak ribut) kataku mengancam balik.
“You’d better not cross the magic line I draw here… Or you’d prefer some nasty spank on your lily white ass… Don’t even think about it!” (Sebaiknya kalian tidak melewati garis magis yang kugambar ini. Atau aku akan menggampar pantat putih kalian. Bahkan jangan berpikir tentangnya) kataku lagi
“The exchange! We handed over our precious stuff for you to get naked… Keep your word!” (Pertukarannya! Kami sudah menyerahkan benda berharga kami agar kau telanjang. Tepati janjimu!) seru Carrie membela adiknya dengan mengalihkan perhatianku.
“Ah… the infamous precious exchange… Of course we don’t forget the important issue here… The charge have been paid graciously and the service due to come…” (Ah. Pertukaran benda berharga tadi. Tentu kita tidak lupa dengan masalah penting itu. Biaya sudah dibayarkan dan servis akan dilaksanakan) kataku lalu mengeluarkan HP-ku dari dalam celana dalamku. Benda itu masih bergetar-getar sampai kuhentikan. Penisku sudah mengacung tegang sempurna menunjuk ke depan sampai menonjol di bahan kain celana dalamku ini. HP kuselipkan di belakang–pada bagian bokongku.
“Is this thing you’d love to see?” (Apakah ini yang ingin kalian liat?) kataku lalu mengeluarkan batang penisku dengan menggenggamnya ke arah keduanya yang memandangi bagian bawah tubuhku itu tanpa berkedip. Aku mengelus-elus kulit sensitifnya seperti sedang onani saja. Rasanya agak janggal memang tetapi sensasi diperhatikan dan ditonton orang memang sangat berbeda. Seperti berada di atas panggung dan dilihat ribuan pasang mata saja rasanya.
Berkali-kali keduanya meneguk ludah lalu mulut terbuka dengan wajah memerah tanda nafsu sudah sampai ke ubun-ubun kepala. Minta pelampiasan segera. Dari kaki mengangkang mereka dapat kulihat bercak basah mulai menitik di selangkangan. Keringat menitik di gerahnya tubuh padahal kamar ini sejuk.
Padahal aku hanya menunjukkan bagian kepala penisku saja, batangnya kugenggam karena masih terbalut dua buah celana dalam milik kedua gadis itu.
“Aw… What’s that for?” (Yah. Untuk apa itu?) tanya Carrie begitu tanganku tidak menggenggam batang kemaluanku lagi. Maksudnya adalah kain lembut pembalut yang merupakan celana dalam mereka sendiri.
“It’s cover for my member… He might get cold in this room…” (Ini selimut untuk kemaluanku. Ia bisa kedinginan di kamar ini) jawabku berkilah.
‘Take them all off… That’s not the deal… Let us see the head… the rod and the ball! No cover and no shit!” (Buka semua. Bukan begitu perjanjiannya. Biarkan kami liat semua. Batang dan pelernya! Jangan ditutupi atau apapun!) seru Nicole tak sabaran.
“O my… The younger one is the ruthlest… Be merciful and let my rod covered with this deliciously scented fabrics…” (Wah. Yang muda yang paling kasar. Kasihanilah dan biarkan kemaluanku diselimuti kain beraroma harum ini) tawarku.
“No deal! We pay our charge and you do the payment…” (Gak bisa! Kami sudah bayar dan lakukan tugasmu) jawab Nicole garang tanpa mau kompromi.
“O well… I’ll let them off my rod by one condition… You two take them off for me instead…” (Baiklah. Aku akan melepaskannya dari kemaluanku dengan satu syarat. Kalian berdua yang melepaskannya dariku) kataku memberi syarat lagi.
“Sure hell!” (Boleh!) sambar Nicole langsung.
“Not by hand… Just your teeth allowed to this task…” (Tidak dengan tangan. Hanya dengan gigi yang diperbolehkan melakukan tugas ini) lanjutku menambah kesulitan bagi kesenangan mereka ini.
“No problem!” (Gak masalah!) sambar Carrie juga. Ia bisa langsung mengerti apa yang ada di pikiranku. Aku mau mereka melepaskan pembalut batang penisku yang dilibat celana dalam mereka sendiri hanya dengan mempergunakan gigi. Tangan tidak diperbolehkan membantu.
“Do we got the deal?” (Setuju?) tanyaku.
“Deal!” (Setuju!) jawab keduanya pasti.
“Okay… I will come approaching near the magic line… Close enough to put my rod towards you girls… Don’t do anything stupid like charging or jumping on me… Here I come…” (OK. Aku akan mendekati garis magis. Cukup dekat untuk mengarahkan batangku ke arah kalian. Jangan melakukan hal bodoh seperti menerjang atau melompat padaku. Ini aku datang) kataku memberi instruksi langkah-langkahku. Aku mendekat sampai di depan ranjang double bed itu. Keduanya duduk tenang tetapi pasti dengan jantung berdegub kencang.
“Now lean your body forward and hands behind your back…” (Sekarang condongkan badan kalian kedepan dan tangan di belakang punggung) lanjutku setelah aku berdiri tepat di depan mereka hanya satu meter saja. Di atas garis imajiner itu. Tubuh mereka condong ke depan dan kedua tangan di belakang punggung.
“Each girl nibble her own panty, please…” (Masing-masing gigit CD sendiri, ya?) kataku memberi instruksi tambahan lebih spesifik lagi untuk masing-masing mereka menarik celana dalam milik mereka masing-masing.
Carrie dan Nicole tidak serta merta menggigit kain celana dalam itu segera. Mereka malah asik memperhatikan penisku yang menegang penuh di depan mata mereka. Terutama pada bagian kepala yang tidak terlindungi kain apapun. Mereka menghirup aroma penisku yang kutahu kalau dalam keadaan terangsang begini, baunya akan semakin menggoda.
“Should we cancel it, girls… I got a feeling that you both feel pity on me coz I will get a cold here…” (Apa kita perlu membatalkan ini, nona-nona? Aku mendapat kesan kalau kalian kasihan padaku kalau aku kedinginan) kataku untuk membuat mereka mempercepat niat awal mereka.
“Your rod won’t get cold in my warm pussy…” (Kontolmu gak akan kedinginan di dalam pepek hangatku) kata Nicole lalu menggigit hati-hati secuil kain bahan celana dalam miliknya yang membalut batang penisku.
“Mine is warmer…” (Pepekku lebih hangat) sahut Carrie juga lalu menggigit celana dalam miliknya.
“Slowly… Take your time… Slide it out off my member… I can feel the friction… It’s good… Easy, girls…” (Pelan-pelan. Sabar saja. Tarik dari kemaluanku. Aku bisa merasakannya bergesek. Enak. Pelan saja, nona-nona) kataku merasakan gesekan kain lembut yang ditarik pemilik pakaian dalam itu. Nafas-nafas hangat mereka juga terasa memanaskan suasana. Penisku semakin berdenyut menggila…
“Now… I’m bare naked…” (Sekarang aku telanjang bulat) cetusku begitu kedua kain itu lepas bergantian dari batang kemaluanku. Sampai berguncang-guncang karena mereka menariknya tiba-tiba dan cepat. Mata dan mimik mereka menunjukkan kalau mereka sudah akan menerkam dan mengunyah penisku.
“It’s not fair! You still got that underwear on… Take it off! Now!” (Gak adil! Kau masih memakai CD itu. Lepaskan! Sekarang!) sergah Nicole sedikit membentak.
“Sure do, girls…” (Tentu, nona-nona) kataku lalu meraih pinggiran karet celana dalamku dan menariknya turun. Perlahan saja seperti dalam tayangan slow motion film action. Aku mau mereka menikmati detik demi detiknya dengan sempurna.
Aku lalu meloloskan celana dalam putih ini melewati kaki kiriku terakhir kali. “I bet you girls will appreciate if I take my shoes off too, right?” kataku. (Aku yakin kalau kalian akan senang kalau sepatuku juga dilepas, kan?)
Tanpa menunggu jawaban mereka aku mundur dan menuju tumpukan pakaianku yang beberapa langkah jauhnya. Menyatukan celana dalamku dengan kemeja dan celana jeans-ku. Dengan membelakangi mereka, aku menungging dan melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Terdengar dengus nafas berat mereka berdua di belakang sana. Sekali-kali aku mengintip apa yang sedang mereka lakukan.
Keduanya membenamkan jari ke dalam vagina masing-masing. Tangan yang lain meremas-remas dada atau mempermainkan putingnya. Wajah sudah merah dan titik keringat di mana-mana.
“There you go, girls… I’m all bare naked now… Like a baby just delivered from my mother’s womb…” (Baiklah, nona-nona. Aku telanjang bulat sekarang. Seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibuku) kataku melebarkan tangan seperti mempersembahkan sebuah pertunjukan bagi kedua penonton setiaku.
“Fuck us now!” (Entot kami sekarang!) kata Nicole. Ia nampaknya sudah tidak sabar.
“Yeah! Fuck us now…” (Ya! Entot kami sekarang) sahut Carrie juga sambil memukulkan tapak tangannya ke kasur berkali-kali.
“It can wait… But I want you two have a proper introduction to my member… Would you?” (Itu sudah pasti. Tapi aku ingin kalian mendapat perkenalan yang tepat dengan kemaluanku. Mau?) tawarku.
“We’ll swallow everything you give us! Bring it on!” (Kami lakukan apapun yang kau mau! Ayo!) kata Nicole langsung setuju.
“No hand again…” (Tanpa tangan lagi) kataku tentang syarat yang seperti tadi juga. Tidak boleh mempergunakan tangan sama sekali. “Just your lips and mouth…” (Hanya bibir dan mulut saja)
Keduanya kembali mencondongkan tubuh ke depan dan tangan di belakang punggung dengan patuh. Aku sudah mendekat dan mengarahkan kepala penisku ke tengah-tengah posisi duduk keduanya agar mereka bisa berbagi dengan seimbang.
Keduanya lalu dengan rakus dan gemas mempermainkan penisku dengan mulut mereka. Saat keduanya menjilati sekujur batangku, mereka membagi teritori jilatan. Kalau Nicole bagian kepala, Carrie akan menjilat bagian batang. Saat Nicole mengulum penisku, Carrie akan mengulum pelirku.
Rasanya enak sekali dan penisku sudah basah kuyup oleh liur keduanya. Semakin berdenyut-denyut ingin menyemburkan sperma ke wajah-wajah cantik keduanya. Suara-suara seruputan nakal kala mereka menghisap kuat kemaluanku sangat terdengar jelas. Mengisi kamar yang semakin panas ini.
 
ane mo curhat dikit nih suhu, master, agan dan bro. curcol nih ceritanya. sebenarnya kunci ane bisa update tiap hari karena cerita ini udah ane buat udah lama banget. cuma di edit lagi perbaikan sana-sini agar update dgn keadaan saat ini, ditambah mulustrasi, joke-joke agar lebih fresh. contohnya aja Quint, mulai ditulis ketika ane mulai kerja part time dulu taon 1999-2000-an.
kalo para pembaca mungkin pada bingung kenapa orang tuanya Satria pada sakti bener? karena dulunya ane malah buat cerita waktu sma dulu mulai dari Ron-Buana (oom n papanya Satria) masih sekolah. tapi formatnya malah manga dan genrenya silat-action dan normal gak ada SSnya sama sekali.
Ada 4 tankoubon yg udah ane buat. tebel manga-nya dan progress-nya terhenti karena banyak alasan, rl pastinya. ane malah meleset buah spin-off versi hot-nya sekitar taon 2004 dengan update kedua tokoh asli pertama tadi sudah menikah dan punya anak-anak. formatnya kini jadi novel dan diharapkan jadi semacam skenario klo tiba-tiba semangat bikin manga lagi.
sempet juga buat cerita aslinya yg nyambung ke pakem awal trus mandek lagi. ane malah keterusan nulis Quint dan lanjut Quest tanpa ada niat untuk dipost kemana-mana, hanya utk dinikmati sendiri aja. sampe akhirnya ane masuk forum semprot dan baca-baca karya para master disini sbg silent reader.
yg pertama kali ane baca sampe selesai adalah karya suhu nijyuichi: 4 hearts and a fool. ane terpesona. ane harus post juga karya ane disini. ane siapin, edit sana-sini itu Quint, buat trit, lumayan dapat respon positif. ane lanjut ke Quest. Wuih... responnya luar biasa...
nah. segitu panjang lebarnya ane curcol sampe hampir lupa esensinya... minta grp dong... bukan! bukan itu... :ampun:
stok cerita udah hampir abis karena update tiap hari sementara nulis satu Quest itu bisa berbulan-bulan loh sebenarnya. perlu observasi, mikir, revisi sana, edit sini, nyari data dan fakta, apalagi nulis SSnya, bisa basah-basah pada lengket betulan karena terlalu menghayati. lah satu Quest di update bisa kelar dalam 5-6 hari. awalnya sih fun-fun aja. tapi masuk ke Capricorn ini ane tambah ketar-ketir. dalam kira-kira 6 hari lagi selesai, itu Quest ke 11; Aquarius endingnya belum jelas dan ke 12 belum kesentuh sama sekali. Apalagi ending kala Satria lengkap mengumpulkan 12 zodiac core itu. Gimana dong?
keterbatasan kita insan fana ini memang waktu. gak kerasa dulu waktu pertama buat ane masih jomblo yg coli aja masih bingung harus ngebayangin siapa, sekarang ane bingung anak minta sunat sama hp canggih biar bisa maen pokemon go. fiuh.
cukup sekian. curcol ane.
semoga lancar n sehat. :semangat:
 
Jangan dipaksakan Gan, diatur aja biar gak beratin RL asal cerita gak terbengkalai. Ane sih duga agan udah tulis ceritanya jauh hari, soalnya suhu di sini aja gak ada yg hamper tiap hari bisa update.
Yang penting terus semangat Gan...
 
Secara ilmu marketing, Suhu Ryuzaki sudah memiliki market share dan penggemar dengan lancarnya update.. Jangan dikhawatirkan untuk ending quest 11 dan 12 hu..yang capricorn diselesaikan dulu..kalau sudah masuk di aquarius, silahkan beri terms and condition kepada readers tentang rentang waktu penulisan dan waktu update, dua minggu sekali misalnya.. terus untuk ending after 12 cores terkumpul.. silahkan suhu buat rentang per tiga minggu saja..saran saya sih gitu...

Bagaimanapun RL yang utama suhu, jangan karena nama disini, RL jadi ngga fokus.. tetapi saya yakin suhu bisa selesai kok :beer:
 
Selow vroohh.. sebener nya gak update tiap hari juga gpp.. bisa update tiap hari merupakan bonus tersendiri buat para reader..

yach gak harus ada jadwal juga sich. Yang penting suhu masih mau nyapa di tread sendiri.. agar para reader reader tau. Klo tread nya ini masih berlanjut..

semangat suhu.....Ryu...
 
:semangat: gan

Yg penting update lancar :hammer:

Ga' mesti tiap hari :Peace:

Tetangga sebelah ada yg lebih satu bulan belum di update, masih tetap di tungguin sama pemirsa semprot kok :haha:

Tetap :semangat: ya gan :beer:
 
:semangat: suhu Ryu, meskipun nantinya gak setiap hari update, ane yakin penggemar cerita ini tetep nungguin kok, cerota nya keren soalnya, apalagi ane, suka cerita model" superpower gini,
 
yang penting thread nya tetep di pantau suhu, rl tetp penting, jgn terlalu memaksakan diri, nant berdampak ke kesehatan, slow ja yg pentg ini karya tidak terbengkalai, mks sudah meramaikan cerita di sini
 
Bimabet
wah jadi penasaran sama cerita si kembar papa dan Om nya Satria.... :D
kira2 di bagi di forum tercinta ini ngak ya :beer:
dan tetap :semangat:

berharap flasback di tred baru kembar kembar nakal :tabok:
kaya Upin Ipin ya :bata:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd