Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rahasia Lukisan Kuno

Wow, ternyata jagoan kita dapet ilmu baru buat ningkatin tenaga dalam, makin penasaran aja nih pas tempur bales dendamnya

:semangat:
 
6. Dedengkot Silat

Setelah merasa pulih seutuhnya, Li Kun Liong memutuskan keesokan harinya meninggalkan tempat ini namun sebelum meninggalkan gua, ia baru merasa tertarik untuk menjelajahi bagain dalam gua tersebut. Dari ruangan berbentuk kubah dimana ia tinggal selama ini terdapat dua lorong menuju ke bagian dalam gua, yang satu ke kanan sedangkan yang satunya lagi ke kiri. Dia memutuskan menuju ke kanan, menuju ke arah atas gua.

Perjalanan menuju ke arah lorong di sebelah kanan ruangan tadi ternyata mengantar dirinya menuju ruangan kedua. Hampir tak ada beda kondisi kedua ruangan tersebut. Terdengar beberapa tetesan air yang jatuh. Lorong makin menyempit dan membuat gerah tubuh. Tapi kelihatannya sistem gua mulai mengantarkannya ke arah yang lebih tinggi. Tiba di beberapa kelokan akhirnya dia menemukan sebuah ruangan ketiga, lebih kecil dari kedua ruangan terdahulu. Di dalam ruangan ini keadaan adalah sejuk dan nyaman, dan mempunyai pemandangan yang menakjubkan. Tampak olehnya bunga-bunga persik berwarna merah mudasedang bermekaran semarak menghiasi seluruh ruangan gua tersebut.

Tinggi ruangan ini cukup tinggi, ditengah-tengahnya tampak lubang selebar rentangan tangan dimana sinar matahari menerobos menyinari bunga-bunga persik. Rupanya ruangan gua ini tidak jauh dari permukaan tanah, mungkin permukaan tanah di atas berbentuk seperti lubang sumur. Untuk melalui lubang tersebut cukup sulit dan licin, mustahil bagi orang dengan kepandaian silat sekedarnya untuk keluar melalui lubang tersebut.

Di salah satu sudut ruangan nampak sesosok tengkorak manusia dalam posisi duduk. Pakaian yang dikenakan sudah hancur dimakan usia, tampaknya tengkorak ini sudah cukup lama berada di sini. Dari sisa-sisa pakaian yang ada, tengkorak ini dulunya adalah seorang pria. Sepasang mata Li Kun Liong yang tajam melihat goresan tangan di dinding belakang tengkorak tersebut. Tulisan tersebut digores oleh jari-jari yang sangat kuat, setiap lekukannya nyaris sama rata, menandakan si pemilik jari tersebut memiliki ilmu jari yang maha hebat. Tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut, lebih-lebih di sebuah dinding gua yang tebal dan keras melebihi dinding-dinding buatan manusia. Li Kun Liong sangat kagum melihat demonstrasi kekuatan jari-jari tersebut, ia sendiri ragu dapat menggores tulisan seperti ini dengan tenaga dalam yang dimilikinya saat ini.

Tulisan tersebut hanya terdiri atas tiga baris kalimat saja. Kalimat pertama berbunyi "tidak berubah adalah berubah, dengan tidak berubah menghadapi semua perubahan alias gerakan dihadapi tanpa gerakan"

Membaca kalimat tersebut Li Kun Liong seperti diingatkan waktu pertama kali ia mendengarnya dari kakek gurunya (sucouw) si tabib sakti. Sejak memahami kalimat di atas ilmu silatnya maju berkali lipat dari sebelumnya. Kalimat ini bagi jago silat biasa yang belum mencapai taraf yang sempurna tidak memiliki arti apa pun dan sangat sulit untuk dipahami, namun bagi mereka yang ilmu silatnya sudah sempurna seperti Li Kun Liong waktu mendengarnya dulu, merupakan kunci pembuka ke arah yang lebih tinggi. Tapi tentu saja berapa lama untuk memahami seluruhnya tergantung bakat masing-masing. Ada yang membutuhkan puluhan, belasan tahun, atau sedetik saja.

Kalimat kedua berbunyi "Semakin hebat seseorang mempelajari ilmu meringankan tubuh, semakin enteng perilakunya"
Membaca kalimat kedua ini, Li Kun Liong mengerutkan dahi, tidak mudah baginya untuk memahami kalimat ini namun lapat-lapat nalurinya mengatakan kalimat ini merupakan kunci untuk mempelajari ilmu meringankan tubuh yang sangat hebat.

Kalimat yang ketiga juga aneh dan susah di pahami, berbunyi "Untuk mencapai tingkat tiada tara, seseorang tidak membutuhkan atau mengandalkan senjata apa pun karena senjata yang diperlukan sudah tersedia di manapun bahkan di dalam hati pun ada."

Kedua kalimat terakhir belum dapat dimengertinya, namun Li Kun Liong sadar kalimat-kalimat tersebut merupakan teori ilmu silat tingkat tinggi. Di ingat-ingatnya kalimat ini baik-baik untuk dipahami lebih lanjut
Li Kun Liong menghela nafas panjang, dia merasa simpati sekaligus kagum terhadap tengkorak ini. Simpati karena tengkorak ini meninggal sendirian, kesepian tanpa ada yang mengurus.

Kagum karena pemahamannya yang sangat luar biasa akan ilmu silat, dia yakin tengkorak ini dulunya pastilah dedengkot silat yang sangat terkenal dimasanya. Dia lalu mengali lubang dan mengubur tengkorak tersebut di dalam ruangan gua tersebut.

Li Kun Liong kembali ke ruangan pertama lalu mengambil arah ke lorong sebelah kiri yang menuju ke arah bawah gua. Lorong tersebut berliku-liku dan gelap, udara juga tidak sesegar seperti di atas, terasa pengap dan suasananya juga sedikit menakutkan. Dibelokan terakhir, ia sampai di sebuah ruangan yang cukup lebar. Gua ini ternyata memiliki ronga-ronga lebar berbentuk kubah di dalamnya, sejauh ini ia sudah menemukan empat rongga buatan alam. Samar- samar ia melihat obor yang tergantung di dinding gua, dicoba menyalakannya, ternyata masih bisa hidup. Sinar obor menerangi gua tersebut, keadaan rongga atau ruangan tersebut kosong melompong. Li Kun Liong merasa kegerahan akibat sirkulasi udara yang sedikit.

Di tengah-tengah ruangan gua tersebut terdapat permukaan tanah yang keras dan tidak rata. Tampak tapak-tapak kaki tak beraturan melesak beberapa dim ke dalam tanah, meninggalkan lekukan kaki yang cukup dalam. Tanah di ruangan ini sangat kering hingga setelah sekian lama, tapak kaki tersebut tidak menghilang. Jumlah jejak kaki tersebut cukup banyak dan bentuknya sama menandakan orang yang meninggalkan tapak kaki tersebut hanyalah seorang saja.

Bentuk jejak kaki ini jelas jejak kaki seorang pria yang cukup besar dan lebar. Di lihat dari urutan terdekat dari pintu masuk ruangan ini, jejak-jejak kaki tersebut seolah-olah sengaja ditinggalkan oleh si empunya dengan tujuan tertentu. Sekilas melihatnya, Li Kun Liong tahu jejak-jejak kaki ini merupakan ilmu yang mengajarkan langkah-langkah untuk menghindari serangan lawan. Kadang- kadang jejak kaki yang ditinggalkan tidak utuh, hanya meninggalkan jajak kaki depan saja, menandakan jejak itu sedang berjinjit bertumpu bagian dengan kaki. Ada juga jejak kaki yang hanya menampakkan bagian tumit saja.

Li Kun Liong mengamati jejak-jejak kaki tersebut dengan cermat, otaknya yang cerdik sudah dapat menangkap sebagian besar alur tapak kaki. Jejak kaki tersebut merupakan pelajaran ilmu langkah kaki yang ajaib, baru kali ini Li Kun Liong melihat ilmu langkah kaki sehebat ini. Namun ada beberapa jejak kaki yang cukup membingungkan urutannya. Kalau melihat pola jejak kaki
tersebut seharusnya di langkah ke sembilan, ia harus melangkah mundur tiga tindak tapi jejak kaki berikutnya mustahil untuk diikuti karena posisinya di langkah ke sembilan bertolak belakang dengan langkah ke sepuluh. Ada sekitar empat sampai lima kasus serupa dialaminya dari puluhan jejak langkah kaki tersebut, bahkan di beberapa jejak kaki terakhir terputus hingga ilmu ini menjadi tidak lengkap. Hal ini mungkin disebabkan orang yang meninggalkan rahasia ilmu ini hanya menguasai sebagian saja ilmu ini atau lekukan jejak kaki terakhir tersebut entah bagaimana terhapus.

Ketidakserasian alur kaki yang sudah berhasil ditebaknya sangat memusingkan kepala Li Kun Liong. Berjam-jam lamanya ia berkutat berusaha memecahkan rahasia langkah ajaib ini namun belum juga berhasil sampai ia jatuh tertidur kelelahan.

Begitu mendusin, Li Kun Liong kembali ke ruangan pertama untuk mengisi perut lalu bergegas kembali ke ruangan di bawah untuk mencoba sekali lagi mengungkapkan rahasia jejak tersebut.

Memang sudah menjadi tabiat Li Kun Liong, begitu menemukan sesuatu yang sulit semakin membuatnya penasaran untuk mempelajarinya. Pernah ia sampai lupa waktu sewaktu mempelajari ilmu pedang terbang hingga akhirnya gurunya menyadarkannya untuk beristirahat terlebih dahulu.

Butuh waktu sekitar belasan hari bagi Li Kun Liong untuk memecahkan ketidakserasian beberapa langkah kaki tersebut. Ternyata pemecahannya sangat sederhana, dia cukup mengikuti alur yang telah ada, walaupun kelihatannya mustahil atau tidak masuk akal tapi untuk menjalankan rangkaian langkah-langkah tersebut memang menghendaki demikian. Seperti pada langkah ke sembilan, apabila ia ikuti, di langkah ke sepuluh kelihatannya tidak serasi dengan alur rangkaian yang ada namun sebenarnya sesuai dengan polanya. Di langkah ke sembilan ia cukup menginjakkan kaki kiri bagian depan saja setelah itu ia harus memusatkan tenaga dalam ke bagian depan kaki tersebut untuk mengerakkannya berputar arah lalu menekan kebawah mengambil ancang-ancang melambung terbalik ke arah langkah ke sepuluh. Memang gerakan ini sangat sulit untuk dilakukan namun tidak mustahil. Demikian juga dengan kasus-kasus jejak langkah kaki yang lain, pemecahannya sederhana tapi untuk melakukannya tidak sembarang orang mampu melaksanakannya. Diperlukan pengetahuan dan penguasaan tenaga dalam yang mahir serta ketepatan dan kecepatan yang akurat dalam melangkahkan kaki ke langkah-langkah berikutnya.

Semakin lama semakin lancar Li Kun Liong menjalankan rangkaian ilmu langkah ajaib tersebut. Awalnya terasa kaku tapi setelah diulang-ulang puluhan kali, gerakannya semakin cepat dan lancar. Bahkan di hari-hari selanjutnya, secara otomatis kakinya dapat melangkah ke urutan berikut sebelum pikirannya sampai ke langkah berikut. Rahasia keajaiban langkah kaki ini terletak pada kecepatan dan ketepatan melakukan langkah tersebut. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Semakin sempurna ilmu mengentengkan tubuh seseorang semakin ajaib ilmu langkah kaki ini menunjukkan perbawanya.

Semakin lama mempelajari rangkaian jejak kaki tersebut membuat Li Kun Liong semakin menyelami arti kalimat ke dua, tubuhnya berkelabat ke sana kemari dengan ringan dan lembut bagaikan kupu-kupu berterbangaan tanpa arah namun sebenarnya memiliki arah yag pasti. Arah sebenarnya dari gerakan langkah ini tersembunyi di balik ketidakteraturan langkah-langkah tersebut. Disinilah letak kehebatan ilmu langkah ajaib ini, menerapkan aplikasi teori ilmu alam yang pada jaman modern ini di sebut dengan teori chaos atau efek kupu-kupu atau teori kekacauan.

Teori ini berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti fenomena alam (ombak, angin, pohon dll) bersifat random, acak, tidak teratur bahkan anarkis. Namun bila dilakukan pembagian dari pengamatan yang kecil, maka sistem besar yang juga tidak teratur ini sesungguhnya bisa diprediksi sebagai pengulangan dari bagian-bagian kecil yg teratur dan masih bisa diamati.
'Efek kupu-kupu' yang menimbulkan kekacauan , bukan lagi sistem analisa yang memperhitungkan ketergantungan peka terhadap kondisi awal semata. Juga bukan hanya dengan sedikit perubahan pada kondisi awal akan dapat mengubah secara drastis sebuah sistem besar pada jangka panjang (selanjutnya).

Setengah bulan berlalu, Li Kun Liong berhasil menguasai sepenuhnya langkah-langkah ajaib yang ditinggalkan dedengkot silat ratusan tahun yang lalu tersebut. Bakat dan kecerdikanyang dimilikinya sekali lagi menunjukkan bahwa manusia semacam Li Kun Liong sungguh jarang ada selama ratusan tahun di dunia kangouw ini. Bagi jago silat yang berbakat sekalipun, butuh waktu tahunan untuk menguasai secara sempurna gerakan langkah ajaib ini. Bahkan jika masih hidup, si pencipta ilmu ini tidak akan menyangka ada orang yang mampu mempelajarinya dalam waktu belasan hari saja.

Merasa dirinya telah pulih seperti semula bahkan memperoleh kemajuan tenaga dalam yang berarti dan tambahan ilmu langkah ajaib, membuat Li Kun Liong bertambah lihai saja. Dia memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Li Kun Liong merasa betah tinggal di tempat ini hingga ia memutuskan suatu hari akan kembali ke tempat ini. Hal pertama ang akan ia lakukan setelah meninggalkan tempat ini adalah berusaha mencari tahu jejak Cin-Cin. Dia merasa khawatir dan ikut bertanggung jawab atas keselamatan Cin-Cin.

7. Kwi-eng-cu & Bu-eng-cu
 
:jempol: muantep gan. Trus nasib jurus dilukisan gmn ya sukses kah?
 
Seeek., kunliong mangkin jadi jagoan aje niy :D

Ditunggu ceritanye., sape lawan pertamax kunliong suhu fran's.. :senam2:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah nambah ilmublagi nich...., semoga makin matang dalam menghadapi jago silat lainnya
 
Wah, makin sakti aja nih jagoan kita, pasti bisa ngalahin musuhnya yg ngeroyok dia nih.

:jempol:
 
Harus belajar sabar nih.....nunggu update.... Semangat suhu...
 
7. Kwi-eng-cu & Bu-eng-cu

Tiong-Goan adalah salah satu tempat yang paling banyak melintasi daerah iklim. Di utara, mulai dari daerah beriklim dingin dan sedang di bagian utara keresidenan Heilongjiang, ke arah selatan berturut-turut adalah daerah beriklim sedang medium, daerah beriklim sedang hangat, daerah beriklim subtropis, daerah beriklim tropis serta daerah beriklim khatulistiwa. Dengan perkataan lain, kecuali daerah tundra dan daerah beku yang dekat dengan daerah kutub , daerah-daerah iklim lainya di dunia terdapat di Tiong-Goan. Khususnya daerah beriklim sedang, daerah beriklim sedang hangat dan daerah beriklim subtropis menempati sebagian terbesar wilayah Tiong-Goan.

Cuaca yang hangat dan empat musim yang jelas, menjadikan Tiong-Goan tempat ideal untuk menetap.
Wilayah Tiong-Goan yang luas juga menyebabkan perbedaan sangat besar kondisi air antara daerah yang satu dengan daerah yang lain . Selama bertahun-tahun ini, curah hujan sangat lebat. Akan tetapi, berhubung perbedaan waktu masuk dan keluarnya angin musim panas serta derajat dampaknya terhadap daerah yang berlainan, sehingga mengakibatkan tidak ratanya distribusi waktu dan ruang kondisi air serta kecenderungan semakin berkurangnya curah hujan dari tenggara ke arah baratlaut. Daerah di bagian selatan Tiong-Goan sangat terpengaruh angin topan, curah hujan banyak, khususnya daerah pesisir di tenggara. Daerah barat laut Tiong-Goan terletak di jantung benua Erasia, kecil terpengaruh angin topan, curah hujan sedikit, kecuali di sejumlah daerah pegunungan tinggi, curah hujan di daerah umumnya di bawah rata-rata, kebanyakan daerah itu merupakan tanah tandus dan setengah tandus. Di Ruoqiang yang terletak di pedalaman Tanah Cekung Tarim, Daerah Uighur Xinjiang, curah hujan sangat kecil selama bertahun-tahun, merupakan daerah yang paling kering di Tiong-Goan.

Angin musiman Asia Timur sangat besar pengaruhnya terhadap iklim di Tiong-Goan. Pada musim panas banyak bertiup angin dari arah tenggara, udara panas dan banyak turun hujan, temperatur lebih tinggi daripada daerah lain di dunia yang berada di garis lintang sama; Pada musim dingin sering bertiup angin condong ke utara, udara dingin dan kering, temperatur lebih rendah daripada daerah lain yang berada di garis lintang sama. Suhu tinggi di musim panas memungkinkan daerah bagian selatan yang luas di Tiong-Goan dapat ditanami tumbuhan padi dan kapas yang cocok dengan udara hangat, sedang munculnya udara panas dan hujan dalam waktu bersamaan dapat memenuhi kebutuhan tumbuhan akan kondisi air dan suhu panas.

Topografi Tiong-Goan beraneka ragam, pegunungan, dataran tinggi, tanah cekung, dataran rendah dan perbukitan terdapat dalam areal luas dan menunjukkan panorama alam yang berbeda- beda. Daerah pegunungan, dataran tinggi dan perbukitan menempati 65% luas total wilayah seluruh negeri. Banyak pegunungan yang tinggi dan panjang membentuk kerangka topografi daratan Tiong-Goan. Pegunungan-pegunungan itu malang melintang seperti jaring dengan dataran tinggi yang bentuknya berlainan dan berbeda besar kecilnya, membentuk daerah topografi yang memiliki ciri khasnya sendiri. Dibagi menurut tingginya dari permukaan laut, topografi Tiong-Goan tinggi di barat dan rendah di timur, melandai dari arah barat ke timur seperti anak tangga. Berdasarkan itu, topografi Tiong-Goan dapat dibagi menjadi tiga anak tangga dari yang rendah sampai yang tinggi. Anak tangga pertama dari Pegunungan Xingan di utara sampai daerah sebelah timur pegunungan Taihang-Wushan-Xiefeng, topografinya datar, kebanyakan adalah dataran rendah dan perbukitan tidak sampai 500 meter di atas permukaan laut. Tiga dataran rendah terbesar di Tiongkok yakni Dataran Rendah Timur Laut, Dataran Rendah Tiongkok Utara dan Dataran Rendah Bagian Tengah dan Hilir Sungai Yangtze serta daerah perbukitan yang paling luas di Tiong-Goan yakni Perbukitan Tenggara berada di anak tangga ini. Anak tangga kedua berada di sebelah barat garis tersebut, berupa dataran tinggi dan tanah cekung yang tingginya sekitar 1.000 sampai 2.000 meter di atas permukaan laut. Dataran Tinggi Mongol, Dataran Tinggi Tanah Kuning dan Dataran Tinggi Yunnan-Guizhou, tiga dari empat dataran paling luas di Tiong-Goan, serta empat tanah cekung yang terluas di Tiong-Goan yakni tanah cekung Sichuan, Tarim, Zunggar dan Caidam terletak di anak tangga ini. Anak tangga ketiga adalah Dataran Qinghai-Tibet, topografi tinggi dan terjal, terdiri atas dataran tinggi yang luas dan datar 4.000 meter lebih di atas permukaan laut dan sederet pegunungan panjang setinggi 5.000-6.000 meter di atas permukaan laut. Di antaranya terdapat belasan puncak gunung yang tingginya 8.000 meter lebih di atas permukaan laut. Puncak Zomolungma atau Everst , puncak utama pegunungan Himalaya yang terletak di perbatasan Tiong-Goan-Nepal setinggi 8848,9 meter di atas permukaan laut adalah puncak tertinggi di dunia. Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dijuluki pula sebagai "atap dunia".
Topografi landai yang terjadi secara alamiah itu menguntungkan mengalirnya udara lembab di atas laut ke daerah pedalaman daratan Tiong-Goan, sedang sungai-sungai besar yang terjadi oleh turunnya hujan ke bumi mengalir deras ke arah timur dan bermuara di laut, disamping telah menghubungkan lalu lintas daerah pedalaman dan daerah pantai, terjadi pula beda ketinggian aliran sungai sesuai dengan kelandaian topografi sehingga menghasilkan sumber daya tenaga air yang sangat besar.

Kota Lin-An (Hangzhou sekarang) saat itu sedang memasuki musim dingin. Pemandangan pada awal memasuki musim dingin terlihat kontras jika dibandingkan dengan musim-musim lainnya. Pada musim semi, keindahan utama terlihat dari mulai munculnya kuncup-kuncup muda. Pada musim panas, kuncup-kuncup berkembang menghijau disertai dengan bunga-bunga yang berwarna-warni. Memasuki musim gugur, bunga menjadi layu, dan dedaunan berubah memerah atau menguning sebelum akhirnya menjadi kecoklatan dan gugur. Pada musim dingin, tanpa adanya salju, pohon-pohon hanya menyisakan warna hitam kulitnya dengan tangkai-tangkai yang menyerupai jejari panjang. Jika tiba saatnya salju turun, warna putih yang indah akan mendominasi, menghamburkan cahaya ke segala arah, menciptakan suasana yang benderang dan menyilaukan. Memasuki musim dingin, pohon-pohon sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk tidur panjang dengan cara merontokkan daunnya. Ada beberapa pohon yang masih menyisakan daun-daunnya yang menguning.
Kalau musim semi terkenal dengan keindahan bunga-bunga bermekaran; di musim salju kita dapat menyaksikan salju putih yang melayang-layang laksana kapuk randu ditiup angin.

Kota Lin-An kota yang indah; dengan telaga yang ditumbuhi teratai beraneka warna, dengan gadis-gadis yang tersohor cantiknya. Yiheyuan - Istana musim panas, yang terkenal indahnya; Tian Tan - kelenteng Nirwana yang dibangun sangat unik tanpa sepotong paku pun. Di musim salju juga ada bunga ume mekar saat musim dingin, meskipun turun salju bunganya tidak gugur. Suasananya terasa sangat anggun. Di Tiongkok pohon pinus, bambu dan ume di kenal sebagai "tiga teman pada musim dingin", dan sering menjadi menjadi tema lukisan karena ketiga tumbuhan ini, tidak gugur daunnya atau bunganya pada musim dingin, menjadi simbol kesetiaan yang tidak berubah.

Penduduk kota di musim dingin ini sebagian besar jarang bepergian, mereka lebih mengurung diri di dalam rumah sambil menghangatkan badan. Kalaupun ada yang keluar rumah, mereka lebih suka mampir ke warung arak, mengobrol dengan teman atau kerabat sambil minum arak untuk menghangatkan badan.
Bangunan kota terhampar putih semua tertutup salju tanpa terkecuali termasuk danau-danau pun turut membeku.
Pagi dengan sinar matahari yang membuat suasana musim dingin agak menghangat ternyata berubah menjadi langit kelabu berangin saat Li Kun Liong tiba di kota ini di sambut rintikan salju. Berjalan di suasana dingin memang tidak mudah, terutama bagi kaum kangouw biasa yang ilmu tenaga dalamnya belum sempurna.

Li Kun Liong memasuki warung makan pertama yang ia temui, dari tadi malam ia belum mengisi perut. Suasana warung makan tersebut cukup sepi dari pengunjung, hanya terlihat dua tiga orang pelanggan saja. Memilih meja yang berada di sudut, Li Kun Liong memesan nasi putih hangat beserta beberapa macam sayur dan lauk pauk, juga tidak ketinggalan dua poci arak utuk menghangatkan tubuh. Tidak lupa ia menanyakan kepada pelayan tempat penginapan terdekat, yang ternyata letak rumah penginapan tersebut bersebelahan dengan warung ini. Bahkan si pelayan menawarkan jasa untuk mengurus pemesanan kamar kepada Li Kun Liong. Li Kun Liong memberikan beberapa tael perak kepada pelayan untuk ongkos menginap satu-dua hari serta tip yang cukup besar. Sudah dua bulan berselang ia berkelana mencari kabar berita Cin-Cin namun sampai saat ini belum jua terdengar kabarnya.

Selagi menikmati pesanannya, masuk seorang gadis muda dengan wajah yang cantik memukau. Kecantikannya sangat khas dan asing, nyata gadis muda ini bukan gadis Han. Melihat dandanannya Li Kun Liong menduga gadis ini berasal dari suku bangsa Miao atau Persia. Raut wajah yang sesempura gadis ini merupakan impian setiap gadis muda. Tubuhnya yang ramping di balut baju berwarna hijau muda menambah daya tariknya.

Gadis tersebut berjalan masuk menuju meja di sebelah Li Kun Liong dan memanggil pelayan dengan suaranya yang merdu. Dari nada panggilan, bisa dilihat gadis ini sudah terbiasa berurusan dengan pelayan, menandakan dia berasal dari keluarga terpandang atau keluarga kelas atas yang memiliki banyak pelayan.

Dia memesan dua tiga macam sayur, ikan mas di tumis dan sepoci teh hangat. Sejak kedatangannya, pengunjung warung makan ini mengikuti semua gerak-geriknya, mereka terpukau melihat kecantikan yang jarang mereka lihat sebelumnya bahkan si pelayan pun terkesima dan melayani gadis ini dengan luar biasa manisnya. Memang dari tubuh gadis ini selain teruar keharuman seorang dara muda, juga terpancar kewibawaan yang membuat siapa pun yang melihatnya tidak akan berani coba-coba mengusiknya. Gadis ini memiliki mata yang indah dengan kerlingan bulu mata yang lentik dan tajam, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi yang melihatnya.

Gadis ini adalah Kim Bi Cu, putri ketua Mo-Kauw yang minggat menyusul rombongan Mo-Kauw ke Tiong-Goan. Selama beberapa bulan ini, ia tidak berhasil menyandak rombongan toa- suhengnya Ciang-Gu-Sik, mungkin arah yang ditempuhnya berbeda. Memang Kim Bi Cu baru pertama kali ke daerah Tiong-Goan dan belum mengenal situasi hingga arah yang diambilnya tergantung dari penuturan para pelayan warung makan atau warung penginapan. Selama beberapa bulan ini ia sudah cukup mengenal budaya dan adat istiadat penduduk Tiong-Goan, juga mengenai bahasa ia tidak mengalami kesulitan yang berarti karena sejak kecil ia sudah mempelajari bahasa Han ini dari guru yang khusus di undang ayahnya dari Tiong-Goan untuk mengajarinya bahasa Han.

Diam-diam ia mengagumi ketampanan Li Kun Liong, selama berkelana di daerah Tiong-Goan sudah sering ia melihat pemuda-pemuda tampan bangsa Han namun baru kali ini Kim Bi Cu merasa tertarik hatinya. Entah apa yang membuatnya merasa tertarik, mungkin ini yang disebut dengan cinta pada pandangan pertama. Dalam adat istiadat bangsa Persia, gadis-gadisnya lebih terbuka terhadap pergaulan muda-mudi dibandingkan gadis Han yang lebih tertutup dan malu-malu. Begitu pula Kim Bi Cu, dengan terang-terangan ia menatap Li Kun Liong dengan kekaguman yang kentara dan membuat Li Kun Liong likat sendiri.
Sejak tadi Li Kun Liong sudah menyadari tatapan mata si gadis muda ini namun ia pura-pura tidak tahu. Dia sendiri mengakui kecantikan gadis ini cukup menarik hati.

Tak lama kemudian, nampak dua orang pria memasuki warung makan. Pria yang disebelah kiri adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahunan dengan raut wajah yang bundar, berbaju hijau tua, matanya agak sipit, postur tubuhnya kurus. Sedangkan pria yang satu lagi adalah seorang pria berusia enam puluh tahunan, wajahnya agak kekuning-kuningan, sinar matanya tajam mencorong dengan urat dahi yang menonjol menandakan kesempurnaan ilmu silat yang dimilikinya. Gerak-gerik keduanya kelihatannya lambat namun terbayang kegesitan yang sempurna dari langkah kaki mereka.

Mereka duduk di meja yang berada di depan pintu masuk. Si pemuda memandang sekeliling warung makan dengan acuh tak acuh dan matanya yang sipit berhenti di wajah Kim Bi Cu. Mata sipit tersebut sedikit terbuka tanda ia dapat melihat kecantikan Kim Bi Cu dan mengaguminya. Walaupun pemuda tersebut bukan seorang yang suka dengan wanita namun kecantikan Kim Bi Cu telah membuatnya tertarik. Sambil nyengir kuda, dia terus-menerus menatap untuk menarik perhatian Kim Bi Cu.

Pria tua tersebut diam saja dengan kelakuan si pemuda, dengan tenang ia memesan bermacam-macam sayur dan beberapa poci arak. Dari semua pengunjung rumah makan ini, pria tua ini paling menaruh perhatian pada Li Kun Liong. Sama seperti Kim Bi Cu, pada bentrokan mata antara ia dan Li Kun Liong secara sekilas tadi, telah membangkitkan kewaspadaannya. Sinar mata Li Kun Liong yang tajam bagaikan mata naga telah membuatnya terkesiap. Diam-diam ia kagum terhadap Li Kun Liong yang usianya hampir sama dengan muridnya ini memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna. Ingin sekali hatinya mencoba ketangguhan ilmu silat Li Kun Liong.

Bagi Li Kun Liong, kehadiran kedua pria ini juga telah membangkitkan kewaspadaannya, terutama terhadap pria tua di samping pemuda tersebut. Nalurinya mengatakan ilmu silat keduanya sudah mencapai tingkat tinggi dan tidak boleh dianggap enteng.

Kim Bi Cu merasa jengkel di tatap terus menerus oleh pemuda tersebut. Walau pun ia sudah terbiasa di tatap demikian sepanjang pengembaraannya namun melihat cengiran si pemuda tersebut menyalakan api di hatinya. Memang sejak dulu ia paling tidak suka dilirik oleh para pemuda yang kurang ajar, seolah-olah mata mereka menjelajahi seluruh tubuhnya yang ramping.

Tapi Kim Bi Cu tidak mau sembarangan, ia pun dapat melihat kedua pria ini memiliki ilmu silat yang tinggi. Namun tatapan mata si pemuda tersebut membuatnya naik darah.
"Braak, dibantingnya cangkir tehnya ke meja. Uhh.. seekor lalat hijau kok bisa keliaran di sini, menganggu selera makan orang saja" kata Kim Bi Cu dengan jengkel.

Senyuman di wajah pemuda tersebut menghilang dengan cepat, matanya kembali sipit seperti semula dan mengeluarkan sinar yang berkilauan. Ia merasa sangat tersinggung di sindir sedemikian rupa oleh Kim Bi Cu. Pemuda tersebut memiliki penilaian yang sangat tinggi terhadap diri sendiri hingga penghinaan yang diterimanya barusan telah membuat emosinya naik. Coba kalau yang menghinanya bukan seorang gadis cantik, sudah diterjangnya dari tadi.

Dengan gesit ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju ke arah si gadis sambil membawa secawan arak. Sesampai di dekat Kim Bi Cu, ia menjura dan berkata "Nona manis hendak kemana sendirian saja, kalau tidak keberatan mari minum bersama cayhe"

Dengan marah Kim Bi Cu melemparkan sumpit yang dipegangnya ke arah pemuda tersebut. Sumpit tersebut meluncur cepat ke arah wajah si pemuda, kecepatannya sungguh mengagumkan. Sepasang sumbit yang demikian ringan mampu melucur secepat itu menandakan si pelempar memiliki ilmu silat yang tinggi.
Sedikit terkejut di serang sedemikian rupa, pemuda tersebut berkelit dengan manis, membiarkan sumpit tersebut meluncur di sampingnya dan menancap di dinding di belakang.

Pemuda tersebut meleletkan mulutnya melihat sepasang sumpit tersebut menancap seluruhnya di dinding meninggalkan dua titik kecil saja. Diam-diam ia mengagumi kelihaian gadis tersebut, dilihat dari cara melempar sumpit yang sedemikian hebat, pemuda ini tahu ia menghadapi seorang jago wanita yang lihai.

Sehabis melempar sumpit, Kim Bi Cu langsung melancarkan pukulan pek-khong-ciang (pukulan tangan kosong) menyambar ke arah pundak pemuda tersebut. Gerakan itu tampaknya tanpa tenaga dan tak terdengar angin pukulan sehalus apa pun, tahu-tahu sudah tiba di depan mata. Pemuda tersebut mengangkat tangannya menangkis serangan lawan dengan tiga bagian tenaga dalam. Kesudahannya membuat si pemuda terhuyung mundur tiga langkah, ternyata pukulan yang nampaknya tak bertenaga tersebut, begitu ia tangkis baru terasa kekuatan pukulan tersebut. Ibarat air sungai yang mengalir dengan tenang dipermukaan namun dibawah permukaan arusnya sangat deras, mampu menengelamkan siapa pun yang tidak berhati-hati. Dengan muka merah tanda malu, pemuda tersebut lalu melancarkan pukulan balasan, kali ini ia menyertakan tujuh bagian tenaga dalamnya. Tangan pemuda tersebut mencengkram cepat ke arah buah dada Kim Bi Cu, bila tidak berhasil dihindari, dapat dipastikan buah dada Kim Bi Cu akan teremas oleh tangan kurang ajar si pemuda tersebut.

Mata Kim Bi Cu mengeluarkan sinar berapi-api, belum pernah ia merasa semarah ini, kalau bisa ingin ia memotong putus tangan pemuda tersebut. Dengan lincah dan luwes, Kim Bi Cu mengelakkan serangan tersebut sambil melancarkan tendangan maut ke arah dada pemuda tersebut. Dalam gebrakan berikutnya masing-masing pihak waspada, mereka tahu kali ini mereka menjumpai lawan yang tangguh.

Li Kun Liong dengan berkerut kening menyaksikan jalannya pertempuran. Dia tahu si gadis muda dan si pemuda tersebut memiliki ilmu silat yang setara alias seimbang hingga apabila diteruskan masing-masing pihak tidak akan memperoleh keuntungan apa pun. Namun sebagai pihak yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan kedua pihak yang berseteru tersebut, membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa, takut di tuduh mencampuri urusan orang lain, walaupun sebenarnya ia lebih condong ke arah si gadis muda tersebut. Diam-diam ia memutuskan untuk melihat keadaan terlebih dahulu, apabila pria tua yang datang bersama si pemuda diam saja, maka ia pun akan diam juga. Dia tahu jika sampai pria tua ini turun tangan, dapat dastikan gadis ini akan menderita kekalahan.

Beberapa puluh jurus telah berlalu, kursi dan meja di warung makan tersebut sudah jatuh berantakan dan pelanggan warung makan ini sejak siang-siang sudah lari meninggalkan warung makan kecuali Li Kun Liong yang masih duduk dengan tenang sambil minum arak.

Pemuda berbaju hijau tua ini merasa geregetan dan malu, sudah sekian lama bertarung belum juga dapat menjatuhkan gadis ini. Mau ditaruh kemana mukanya, dia Kwi-eng-cu (si bayangan iblis) yang sudah terkenal harus berkelahi mati-matian dengan seorang gadis muda yang tidak dikenal. Dia lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuh kebanggaannya, tiba-tiba tubuhnya lenyap dan berubah jadi bayangan yang berkelabatan kesana kemari mengitari Kim Bi Cu bagaikan bayangan iblis yang hendak menerkam korbannya.

Kim Bi Cu merasa terkesiap melihat lawan mampu menunjukakn ilmu meringankan tubuh sehebat ini, berkelabat mengitari dirinya, membungkus seluruh ruang geraknya. Dia tahu sangat berbahaya situasi ini, dengan cepat ia melancarkan pukulan berantai ke arah bayangan pemuda tersebut untuk membebaskan diri dari tekanan si pemuda.
"Plakk!..Plakk, tangan mereka saling beradu. Dengan gerakan yang indah Kim Bi Cu meloloskan diri dari tekanan pemuda tersebut. Untuk menghindari tekanan pemuda tersebut, Kim Bi Cu langsung mengembangkan serangan-serangan maut ke arah pemuda tersebut. Dalam serangan kali ini, ia melancarkan serangan yang ganas mengarah ke bagian-bagian berbahaya tubuh pemuda tersebut. Pertarungan sudah mulai mengarah ke pertempuran mati-hidup.

Pria tua yang dari tadi hanya melihat saja pertempuran tersebut, tiba-tiba bangkit dan berjalan mengarah ke arah pertempuran.
Tahu-tahu tubuhnya berkelabat menyelak ke tengah-tengah pertempuran untuk mengakhiri pertarungan tersebut.

Kim Bi Cu hanya merasakan segulungan bayangan menghampirinya dibarengi angin pukulan yang sangat kuat, jauh lebih kuat dari pukulan si pemuda, mampir di pundaknya tanpa dapat ia elakkan. Dia hanya merasa pundaknya sedikit sakit dan tubuhnya tanpa dapat di cegah terdorong mundur oleh sebuah kekuatan yang maha dasyhat. Beruntung ada sepasang tangan yang menahan punggungnya dari belakang, kalau tidak ia pasti sudah terjengkang jatuh ke lantai.

Sepasang tangan tersebut berasal dari tangan pemuda yang ditaksirnya, tangan Li Kun Liong.
Jarak Li Kun Liong dengan pertempuran sedikit lebih jauh dari pria tua tersebut hingga sewaktu pria tua tersebut tiba-tiba bergerak maju ke arah pertempuran, ia sedikit terlambat. Di samping itu juga, gerakan pria tua ini sangat cepat bagaikan kilat, belum pernah Li Kun Liong menyaksikan gerakan secepat ini selama terjun ke dunia kangouw. Diam-diam Li Kun Liong sangat kagum melihat pertunjukan ilmu meringankan tubuh yang sangat sempurna ini.
"Nona apakah engkau terluka?" tanya Li Kun Liong

Kim Bi Cu tidak menjawab, dia meringis kesakitan, tulang pundaknya sedikit bergeser akibat pukulan si orang tua.
"Silahkan istirahat dahulu, nona. Biar cayhe menghadapi mereka" kata Li Kun Liong sambil berjalan meghampiri pemuda dan si orang tua tersebut.

Dengan wajah khawatir, Kim Bi Cu menatap punggung belakang Li Kun Liong. Dia cukup tahu kelihaian pemuda berbaju hijau tadi, lebih-lebih si orang tua, ia sendiri merasa bukan tandingan si orang tua tersebut. Maka tidak heran ia sangsi dan khawatir akan diri pemuda yang ditaksirnya tersebut.

Dengan tenang Li Kun Liong menghampiri kedua orang tersebut dan menjura sambil berkata "Ilmu meringankan tubuh cianpwe sangat hebat, boanpwe Li Kun Liong sangat mengaguminya namun menyerang seorang angkatan muda bukanlah tindakan yang terpuji"

Dengan wajah tak berubah mendengar sindiran Li Kun Liong, si orang tua mendengus dan berkata "Jadi engkau inilah pemuda yang akhir-akhir ini meroket namanya di dunia persilatan, mungkin kabar tersebut terlalu berlebihan."

Sambil tersenyum tawar, Li Kun Liong menjawab "Memang kabar di sungai telaga banyak yang simpang siur dan tidak dapat dipercaya sepenuhnya sebelum kita menyaksikannya sendiri. Boanpwe sendiri tidak berani mengaku-ngaku angkatan muda yang paling jago. Mungkin nama- nama besar yang ada sekarang pun hanya nama kosong belaka" Li Kun Liong tidak senang dengan kejumawaan yang ditunjukkan si orang tua hingga ia membalasnya dengan sindiran pula.

Sifat Li Kun Liong sebenarnya tidak mau ribut-ribut tapi ia paling tidak tahan terhadap orang-orang yang jumawa dan merasa dirinya angkatan yang harus dihormati serta memandang enteng angkatan muda. Mungkin ini disebabkan sejak terjun di dunia kangouw, telah berkali-kali ia mengalami pengeroyokan-pengeroyokan yang dilakukan angkatan-angkatan sebelumnya. Dia tahu orang tua ini pasti memiliki asal-usul yang tidak sembarangan.
"Hmm, engkau memang pandai bersilat lidah, entah bagaimana dengan kemampuan ilmu silatmu, apakah sebanding dengan lidahmu itu" kata si orang tua sambil mengebaskan tangannya ke arah Li Kun Liong.

Li Kun Liong merasakan serangkum kekuatan yang maha dashyat menerpa dirinya. Untung sejak tadi ia sudah bersiap sedia, seolah-olah tidak terjadi apa pun ia menjura dan berkata "Kalau boleh tahu, siapakah nama besar cianpwe?"

Si orang tua merasa kaget kebasan tangannya yang mengandung lima bagian tenaga dalamnya tidak mendapat reaksi seperti yang ia harapkan. Pakaian Li Kun Liong hanya berkibar sedikit, sedangkan orangnya sendiri tidak apa-apa. Benar dugaannya, pemuda ini memiliki ilmu silat yang susah diukur. Dia tidak mau mengambil resiko hanya karena persoalan kecil, ia harus bertempur dengan Li Kun Liong yang ia dengar memiliki ilmu silat yang menghebohkan. Syukur apabila ia menang tapi kalau kalah, pamornya selama puluhan tahun ini akan hancur.
"Baiklah, dengan memandang mukamu, lohu sudahi saja masalah ini. Mengenai siapa diri lohu dan muridku ini, seperti yang engkau bilang barusan, nama besar di dunia ini kebanyakan adalah nama kosong belaka, jadi buat apa repot-repot untuk mengetahuinya." Jawab si orang tua sambil mengulapkan tangan ke arah muridnya dan melayang menghilang dari warung makan tersebut bersama muridnya.

Menyaksikan sekali lagi demonstrasi ilmu meringankan tubuh nomer wahid tersebut, Li Kun Liong sudah dapat menerka siapa gerangan pemuda dan si orang tua tersebut. Kalau tidak salah dugaannya, si orang tua adalah salah satu dari empat tokoh terbesar dunia Liok-Lim yaitu Bu-eng- cu (si tanpa bayangan ) sedangkan si pemuda tentu adalah muridnya yang juga dikenal sebagai salah satu angkatan muda Liok-Lim yang paling cemerlang yaitu Kwi-eng-cu (si bayangan iblis).

Li Kun Liong merasa bersyukur tidak jadi bentrok dengan mereka, ia sendiri belum memiliki keyakinan penuh dapt mengalahkan mereka berdua. Sejak dirinya beberapa kali dikeroyok bahkan keroyokan yang terakhir kali hampir membuatnya meninggalkan dunia ini, telah membuat Li Kun Liong berkurang kepercayaan atas kemampuan dirinya. Dia tidak tahu, sebenarnya ilmu silatnya sudah mencapai taraf yang susah di ukur. Hanya nasibnya saja yang kurang beruntung, selalu bentrok atau dikeroyok oleh dedengkot-dedengkot silat masa kini.

Dia lalu menengok ke arah gadis muda tadi, dilihatnya muka gadis tersebut pucat menahan sakit. Memang bagian pundak adalah bagian yang penting, apabila terkilir harus segera diperbaiki posisi tulangnya, jika sedikit terlambat akan mempengaruhi kemampuan ilmu silat yang sudah di latih selam ini.

Menyaksikan hal tersebut, Li Kun Liong buru-buru mengajak si nona ke penginapan di sebelah warung makan agar dapat diobati lebih leluasa.
Kim Bi Cu mengikuti saran Li Kun Liong, memang sejak awal ia sudah menaruh kesan yang baik terhadap Li Kun Liong, terlebih ketika pemuda ini membelanya tadi.

Sekarang berada di dalam kamar penginapan, justeru Li Kun Liong yang menjadi bingung. Untuk mengobati tulang pundak yang terkilir tersebut, gadis ini harus membuka baju bagian atas supaya lebih dapat memperbaiki posisi tulang yang terkilir tersebut dengan benar. Kim Bi Cu sadar apa yang hendak dilakukan Li Kun Liong, dia juga menyadari ini adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki tulang pundaknya, tidak mungkin ia sendiri yang melakukannya.

Sambil mengigit bibirnya yang merah, ia berkata "Silakan siangkong membantuku memperbaiki tulang pundakku ini". Lalu secara perlahan-lahan ia membuka baju luar bagian atasnya sebelah pundaknya, nampak pundak yang mulus tersebut sedikit lebam kebiruan akibat pukulan si orang tua. Li Kun Liong berusaha mengfokuskan pikirannya untuk memperbaiki tulang pundak gadis tersebut namun tidak dapat dihindari oleh matanya sebagian baju dalam ketat warna merah muda dengan tonjolan bukit yang membusung dibaliknya tersebut. Dengan hati-hati Li Kun Liong memperbaiki tulang pundak tersebut. Syukur tulang yang bergeser tidak begitu parah, cukup beristirahat beberapa hari akan sembuh.

Ketika jari tangan Li Kun Liong menyentuh pundaknya, hati Kim Bi Cu berdebar-debar. Selama hidupnya belum pernah ada pria yang menyentuh pundaknya sedekat ini. Perasaan yang dialaminya sekarang pun belum pernah ia alami, jantung yang berdebar-debar, aliran darah yang bergolak, nafas yang memburu, semuanya campur aduk.

Hati Li Kun Liong pun terguncang hebat terutama ketika gadis tersebut bernafas dengan kuat membuat tonjolan bukit dibalik pakaian dalam tersebut naik turun dan lekukan bagian atas buah dada si nona semakin menyembul. Pemandangan yang mampu membuat setiap lelaki bangkit gairahnya.
"Sudah selesai, selanjutnya nona cukup beristirahat beberapa hari maka akan sembuh" kata Li Kun Liong memecahkan keheningan yang terjadi sewaktu ia memperbaiki tulang pundak si nona.

Dengan tersipu malu dan wajah yang kemerahan, Kim Bi Cu mengucapkan terima kasih kepada Li Kun Liong.
Setelah saling berbasa-basi saling memperkenalkan diri masing-masing, Li Kun Liong pamit kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Hari itu berlalu tanpa kejadian apa pun.

Keesokan harinya, Li Kun Liong menghampiri kamar Kim Bi Cu dan mengajaknya sarapan pagi bersama-sama di warung makan kemarin. Pundak Kim Bi Cu sudah baikan walaupun masih sedikit kaku namun sembuh dengan cepat.

Selama berbincang-bincang dengan Li Kun Liong, Kim Bi Cu tidak memberitahu dia adalah putri ketua Mo-Kauw. Dia hanya memberitahu, keluarganya berasal dari Persia dan sekarang ini ia sedang berkelana mencari pengalaman di dunia persilatan di Tiong-Goan ini. Li Kun Liong sendiri sebenarnya girang bisa berkenalan dengan Kim Bi Cu yang berasal dari Persia dan tentunya bisa membaca bahasa Persia (Parsi). Seperti yang pembaca ketahui, rahasia lukisan kuno telah dapat dipecahkan Li Kun Liong tanpa sengaja yang mengandung pelajaran ilmu tenaga dalam tingkat tinggi. Tapi tulisan yang berada di lukisan tersebut adalah tulisan dalam bahasa Persia sehingga Li Kun Liong tidak mampu membacanya. Li Kun Liong ragu-ragu untuk menunjukkan lukisan kuno tersebut karena ia baru mengenal Kim Bi Cu.

Dalam pembicaraan mereka selanjutnya, Li Kun Liong menyinggung ketertarikannya mempelajari bahasa Persia. Kim Bi Cu dengan senang hati mengajarinya Li Kun Liong tulisan Persia.

Begitulah, selanjutnya mereka berdua melanjutkan perjalanan bersama-sama sambil mempelajari bahasa Persia. Semakin lama bergaul mereka semakin akrab satu sama lain, terlebih memang gadis Persia lebih terbuka dari gadis Han sehingga sangat membantu mempererat keakraban di antara mereka berdua.

8. Binasanya Tokoh Kenamaan Kangouw
 
semoga hari ini Ada updatenya ,walaupun besok pertarungannya,yg penting update gan. :semangat:
 
Bimabet
Wew., ternyata apdet niy.... Aduuuh koh frans paragraf pertamanye plajaran geografi :tepokjidat:

Buanpwe gak ngerti suhu
:ampun:

Mangkin menarik aje niy ceritanye...

Ama kimbicu aje suhu jodohin kunliongnye.. Mayan memperbaiki keturunan :Peace:

Ni baru pertamax :haha:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd